Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Teoritis Stomatitis pada Anak


1. Definisi
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak
dngan pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh
bakteri, virus atau jamur, atau penggunaan obat kemoterapi (Potter &
Perry,2005)
Stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi
mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi,l angit-langit dan
dasar mulut. (Donna L.Wong dkk).
Stomatitis apthosa rekuren (SAR) juga dikenal dengan nama
aphthae / canker sores / reccurent aphthous ulcerations (RAU). SAR
merupakan suatu peradangan jaringan lunak mulut yang yang ditandai
oleh ulkus yang rekuren tanpa disertai gejala penyakit lain.(Odonto,
Vol:1 No: 2, 2014)
SAR merupakan ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa
tanda-tanda adamya pemyalit lain dan salah satu kondisi ulseratif
mukosa mulut yang paling menyakitkan terutama sewaktu makan,
menelan, dan berbicara. Penyakit ini ringan karena tidak bersifat
membahaykan jiwa dan tidak menular. Tetapi bagi orang-orang yang
menderita SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi akan merasa
sangat terganggu. Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR bukan
merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan
gambaran beberapa keadaan patologis dngan gejala klinis yang sama.
SAR dapat membuat frustasi pasien dan perawat dalam merawatnya ,
karena kadang-kadang sebelum ulser yang lama sembuh ulser baru
dapat timbul dalam jumlah yang lebih banyak.
2. Klasifikasi
Berikut beberapa klsifikasi stomatitis, yaitu:
a. Mycotic Stomatitis
Mycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya
infeksi mulut atau rongga mulut oleh jamur Candida. Mycotic
stomatitis, disebabkan oleh pertumbuhan Candida albicans , yang
merupakan penyebab stomatitis yang luar biasa pada anjing dan
kucing. Hal ini ditandai dengan adanya bercak putih kekuningan
pada lidah atau membran mukosa. Mycotic stomatitis biasanya
dihubungkan dengan penyakit mulut yang lain, penggunaan terapi
antibiotik yang lama, atau pemberian immunosuppression. Pada
mycotic stomatitis sering kali pada jaringan terjadi kemerahan dan
timbul ulsor di bagian rongga mulut.
b. Gingivostomatitis
Gingivostomatitis merupakan infeksi virus pada gusi dan bagian
mulut lainnya, yang menimbulkan nyeri. Gusi tampak berwarna
merah terang dan terdapat banyak luka terbuka yang berwarna
putih atau kuning di dalam mulut.
c. Denture Stomatitis atau chronic Stomatitis
Denture stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menjelaskan perubahan-perubahan patologik pada mukosa
penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut. Perubahan-
perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema di bawah gigi
tiruan lengkap atau sebagian baik di rahang atas maupun di rahang
bawah. Budtz-Jorgensenl mengemukakan bahwa denture stomatitis
dapat disebabkan oleh bermacam- macam faktor yaitu: trauma,
infeksi, pemakaian gigi tiruan yang terus-menerus, oral hygiene
jelek, alergi, dan gangguan faktor sistemik. Oleh karena itu,
gambaran klinis maupun gambaran histopatologis juga bervariasi,
sehingga perawatannyapun perlu dilakukan dengan berbagai cara
sesuai dengan kemungkinan penyebabnya.
d. Aphtous Stomatitis
Apthous stomatitis (sariawan) adalah stomatitis yang paling umum
sering terjadi. Sariawan ini adalah jenis ulkus yang sangat nyeri
pada jaringan lunak mulut, bibir, lidah, pipi bagian dalam, pharing,
dan langit-langit mulut halus. Tipe sariawan ini tidak menular.
Stomatitis aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit,
diantaranya:
1) Sariawan akut bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi,
tergigit, dan sebagainya. Pada sariawan akut ini bila
dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam
beberapa hari.
2) Sariawan kronis akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa
diberi tindakan apa-apa. Sariawan jenis ini disebabkan oleh
xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut kering,
kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya
kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab dari
xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis
(stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan,
sensitif terhadap makanan tertantu dan terlalu banyak
mengonsumsi antihistamin atau sedatif.

Adapun secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi


menjadi 3 subtipe, diantaranya:

1) Stomatitis aphtosa minor (MiRAS)


Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk
minor ini. Yang ditandai oleh luka (ulser) bulat atau oval,
dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm, dan dikelilingi
oleh pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS
cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti
mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi bisa
tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas empat
atau lima dan akan sembuh dalam jangka waktu 10-14 hari
tanpa meninggal bekas.
2) Stomatitis aphtosa major (MaRAS)
Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis
aphtosa jenis ini. Namun jenis stomatitis aphtosa pada jenis
ini lebih hebat daripada stomatitis jenis minor (MiRAS).
Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan
berlangsung selama 4minggu atau lebih dan dapat terjadi
pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk
daerah-daerah berkeratin. Stomatitis aphtosa major ini
meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali
dapat dilihat penderita MaRAS; jaringan parut terjadi
karena keseriusan dan lamanya lesi.
3) Ulserasi herpetiformis (HU)
Istilah herpetiformis digunakan karena bentuk klinis dari
HU (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu
waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer,
tetapi virus-virus herpes initidak mempunyai peran etiologi
pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aphtosa.

3. Etiologi
Stomatitis dapat terjadi pada anak dan bayi. Pada anak stomatitis
dapat disebabkan oleh:
a. Etiologi yang berasal dari dalam mulut
1) Daya tahan tubuh anak yang rendah
Daya tahan tubuh yang rendah akan berakibat bakteri
atau virus dapat dengan mudah masuk dan menginfeksi
tubuh.
2) Kondisi mulut anak seperti kebersihan mulut yang
buruk
Kebersihan mulut berhubungan dengan keadaan gigi
pasien. Apabila higiene gigi pasien buruk, sering dapat
menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
3) Luka pada mulut karena tergigit
Bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa
menimbulkan ulsersehingga dapat mengakibatkan
stomatitis aphtosa.
4) Makanan atau minuman yang terlalu panas.
Makanan atau minuman yang pedas atau panas dapat
berpengaruh terhadap mukosa yang ada didalam mulut
yang berfungsi sebagai alat pertahanan dalam melawan
infeksi. Selain itu, juga bserpengaruh terhadap
bermacam-macam kuman yang merupakan bagian
daripada flora mulut dan tidak menimbulkan
gangguan apapun dan disebut apatogen. Daya tahan
mulut dapat menurun karena termik. Jika daya tahan
mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang
apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan
gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi.

b. Etiologi yang berasal dari luar mulut


1) Kondisi tubuh seperti adanya alergi atau infeksi
Bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan
antara beberapa jenis makanan dan timbulnya ulser.
Gejala timbul biasanya segera setelah penderita
mengkonsumsi makanan tersebut
2) Luka akibat menyikat gigi terlalu kerasatau bulu sikat
gigi yang sudah mengembang.
3) Kekurangan vitamin C dan vitamin B
Mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan
penghubung antara gusi dan gigi mudah robek yang
akhirnya mengakibatkan sariawan.
4) Faktor psikologis atau stress
Kortison merupakan salah satu hormon utama yang
dikeluarkan oleh tubuh sebagai reaksi terhadap stres.
Hormon ini menigngkatkan tekanan darah dan
mempersiapkan tubuh untuk respon melawan. Akan
tetapi apabila stres berlebih akan menyebabkan hormon
ini juga dihasilkan berlebih sehingga respon tubuh
dalam melawan bakteri berlebih (ada tidaknya bakteri
akan bekerja sehingga akan merusak sel-sel yang
sehat).
5) Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah
menstruasi)
Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal
dari siklus haid pada penderita beberapa wanita.
6) Rokok
Asap rokok banyak mengandung zat-zat berbahaya
yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit
terutama pada stomatitis. Pada penyakit ini, asap rokok
yang mengandung zat-zat yang berbahaya masuk ke
dalam tubuh melalui mulut yang banyak terdapat
mukosa sebagai alat perlindungan tubuh terhadap
infeksi. Zat-zat adaptif tersebut yang berasal dari asap
rokok menyebabkan kerusakan pada mukosa-mukosa
didalam mulut. Sehingga terjadi penurunan imun
terutama pada bagian mulut yang menyebabkan mulut
rentan terhadap penyakit.
4. Manifestasi Klinis
Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1
sampai 2 hari di daerah yang akan menjadi sariawan. Rasa ini timbul
sebelum luka dapat terlihat di rongga mulut. Sariawan dimulai dengan
adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut yang terkena berbentuk
bulat atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti melepuh tersebut
pecah dan menjadi berwarna putih ditengahnya, dibatasi dengan
daerah kemerahan. Bila berkontak dengan makanan dengan rasa yang
tajam seperti pedas atau asam, daerah ini akan terasa sakit dan perih,
dan aliran saliva (air liur) menjadi meningkat.

Manifestasi klinis stomatitis secara umum, yaitu :


a. Masa Prodormal atau penyakit 1-24 jam
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar.

b. Stadium Pre Ulcerasi


Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya
makula pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari
c. Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-
tengahnya, batas sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan
lama 1 16 hari. Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu
berbeda yaitu 1 5 minggu.

Berdasarkan ciri khasnya secara klinis, SAR dapat digolongkan


menjadi ulser minor, ulser mayor, dan ulser hepetiform.
1) Ulser minor
menimbulkan jaringan parut. Bentuknya bulat, berbatas jelas,
dan biasanya dikelilingi oleh daerah yang sedikit kemerahan.
Lesi biasanya hilang setelah 7-10 hari
2) Ulser mayor
biasanya berdiameter lebih dari 1 cm, bulat dan juga berbatas
jelas. Tipe ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
sembuh, dan dapat menimbulkan jaringan parut setelah
sembuh.
3) Ulser herpetiform
adalah yang paling jarang terjadi dan biasanya merupakan lesi
berkelompok dan terdiri dari ulser berukuran kecil dengan
jumlah banyak.

Gambaran klinis stomatitis:


a) Lesi bersifat ulcerasi
b) Bentuk oval / bulat
c) Sifat tersebar
d) Batasnya jelas
e) Biasa singulas (sendiri-sendiri) dan multiple
(kelompok)
f) Tepi merah
g) Lesi dangkal
h) Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut

5. Patofisiologi
Pathway

6. Komplikasi
Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia:
a. Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi
tidak teratur.
b. Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
c. Pola Hygine : kurang menjaga kebersihan mulut
d. Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah
perih

7. Penatalaksanaan
a. Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
b. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya.
c. Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi
yang cukup, terutama makanan yang mengandung vitamin 12 dan
zat besi.
d. Hindari stress
e. Pemberian Atibiotik
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain
diberikan emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan
dengan 2 3 ulcersi minor. Pada kasus yang lebih berat dapat
diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon
topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang
tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk mengurangi rasa
nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap
kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila
gagal juga maka di berikan talidomid.
f. Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada
beberapa kasus diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan
kumur air hangat dicampur garam (jangan menggunakan antiseptik
karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal.
Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit
topikal. Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah
menghindari faktor pencetus.
Digunakan satu dari dua terapi yang dianjurkan yaitu:
1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan
pertama dan kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien
dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien
dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan
pasien berasal dari golongan sosioekonomi bawah.
2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada
perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama
perawatan dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai
dari 3 bulan sampai 4 tahun.

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Dilaukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan
swab atau kumur sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan
biopsi.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) WBC menurun pada stomatitis sekunder.
2) Pemeriksaan kultur virus: cairan vesikel dari herpes simplek
stomatitis.
3) Pemeriksaan cultur bakteri : eksudat untuk membentuk
vincents stomatitis.

9. Pencegahan
Pencegahan pada stomatitis ditekankan untuk menghindari faktor
pencetus yang dapat menimbulkan stomatitis. Pencegahan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Hindari faktor etiologi;
b. Pelihara kesehatan gigi dan mulut serta mengonsumsi nutrisi
yang cukup terutama makanan yang mengandung vitamin B12
dan zat besi;
c. Hindari stress yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala;
d. Usahakan untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut
anak;
e. Hati-hati saat menggosok gigi anak agar tidak menimbulkan
luka pada mulut;
f. Hindari memberikan makanan yang terlalu panas pada anak,
berikan makanan yang lembut dan mudah ditelan;
g. Hindari memberikan anak dot yang berkontur kasar dan
terbuat dari karet yang keras;
h. Perbanyak makan yang mengandung B3 seperti serelia, hati,
ayam, daging, kacang-kacangan, apukat dan lain sebagainya;
i. Anjurkan anak makanan berserat seperti sayur dan buah-
buahan kususnya bervitamin c;
j. Aturlah makanan agar tetap seimbang sehingga tidak
kekurangan gizi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Stomatitis


1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama yang muncul pada klien stomatitis adalah nyeri
Karen mukosaoral mengalami peradangan, bibir pecah-pecah.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena intoleransi
dengan pasta gigi, penyakit yang beresiko menimbulkan
stomatitis, misalnya faringitis, panas dalam, mengkonsumsi
makanan yang berlemak , kurang vitamin C, vitamin B12 dan
mineral.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit yang sama atau
penyakit oral lainnya. Atau pernah menderita penyakit infeksi
yang menyebabkan sistem imun menurun sehingga lebih
mudah terkena stomatitis.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang
sama atau penyakit oral lainnya. Kaji apakah ada riwayat
penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
stomatitis. Ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab
utama dari SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren) atau sariawan
adalah keturunan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
anak-anak yang orang tuanya menderita SAR lebih rentan
untuk mengalami SAR juga.
5) Riwayat Nutrisi
Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C,
vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang
buruk, misalnya hanya mengkonsumsi karbohidrat dan protein
saja.
6) Riwayat Pertumbuhan Perkembangan
a) Pasien yang menderita stomatitis akan lebih lama
sembuhnya dikarenakan kondisi fisik yang lemah sebagai
akibat intake nutrisi yang kurang ( energi/kalori yang
diperlukan tidak mencukupi dalam proses penyembuhan).
b) Penurunan berat badan, biasanya pasien yang menderita
stomatitis mengalami penurunan berat badan karena intake
nutrisi yang kurang.
7) Pengkajian Psikososial
Stres, gaya hidup (alkohol, perokok) serta kaji fungsi dan
penampilan dari rongga mulut terhadap body image dan sex.
8) Pengkajian Lingkungan
Lingkungan yang panas, dan sanitasi yang buruk.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital

a) Tekanan Darah

b) Nadi

c) Pernafasan

d) Suhu

e) Skala Nyeri

2) Bibir

Dimulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembapan,


hidrasi, warna,tekstur, simetrisitas dan adanya ulserasi atau
fisura.

3) Gusi

Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, retraksi, dan


perubahanwarna.

4) Lidah

Dorsal (punggung) diinspeksi untuk tekstur, warna dan lesi.

5) Rongga Mulut

Inspeksi bagian mutut terhadap adanya lesi, bercak putih


terutama padabagian mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian
dalam, lidah serta di langit-langit.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan membrane mukosa oral berhubungan dengan proses


peradangan (inflamasi)

b. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan perubahan mucosa


oral penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat rasa nyeri
di mukosa mulut

c. Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral

d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa


mulut

e. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan intake cairan


kurang akibat proses inflamasi.

3. Intervensi

a. Perubahan membrane mukosa oral berhubungan dengan proses


peradangan (inflamasi)

1) Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan mukosa oral kembali


normal dan lesi berangsur sembuh.

2) Kriteria Hasil:

a) Mukosa oral kembali normal (tidak bengkak dan hiperemi)

b) Lesi berkurang dan berangsur sembuh

c) Membran mukosa oral lembab

3) Intervensi

Mandiri:

1) Pantau aktivitas klien, cegah hal-hal yang bisa memicu


terjadinya stomatitis
2) Kaji adanya komplikasi akibat kerusakan membran mukosa
oral

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian antibiotik dan obat kumur

Health Education

a) Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang


dapat menimbulkanreaksi alergi pada rongga mulut

b) Ajarkan oral hygene yang baik.

b. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan perubahan mucosa


oral penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat rasa nyeri
di mukosa mulut
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul
kembali dan statusnutrisi terpenuhi.
2) Kriteria Hasil:
a) Status nutrisi terpenuhi
b) Nafsu makan klien timbul kembali
c) Berat badan normal
d) Jumlah Hb dan albumin normal
3) Intervensi:
Mandiri:
a) Beri nutrisi dalam keadaan lunak; porsi sedikit tapi sering
b) Pantau berat badan tiap hari
Kolaborasi:
a) Pemasangan NGT jika klien tidak dapat makan dan
minum peroral
b) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam diet
Health Education:
a) Berikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat
penting bagikeseimbangan metabolisme tubuh.

c. Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral


1) Tujuan:
Membran mukosa oral kembali normal
2) Kriteria Hasil:
a) Hilangnya rasa sakit dan perih di mukosa mulut
b) Tidak bengkak dan hiperemi
c) Suhu badan normal
3) Intervensi:
Mandiri:
a) Memberikan makanan yang tidak merangsang, seperti
makanan yang mengandung zat kimia
b) Menghindari makanan yang terlalu panas dan terlalu
dingin
c) Menghindari pasta gigi yang merangsang
d) Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau
saat menggigit makanan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesic dan kortikosteroid
Health Education:
a) Beri penjelasan tentang faktor penyebab
b) Menganjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi
buah dan sayuran terutama vitamin B12, Vitamin C dan zat
Besi.
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa
mulut
1) Tujuan
Mengalami perubahan konsep diri, dan peningkatan harga diri
2) Kriteria Hasil
a) Klien mau bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain
b) Klien mengalami peningkatan harga diri dan konsep diri
c) Nyeri berkurang
3) Intervensi
Mandiri:
Berikan kondisi lingkungan yang nyaman untuk klien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesic dan kortikosteroid
Health Education:
a) Beri penjelasan dan pengetahuan mengenai konsep diri
b) Dorong klien untuk ikut berpartisipasi dalam setiap
kegiatan

e. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan intake cairan yang


kurang akibat proses inflamasi membran mukosa oral
1) Tujuan:
Intake cairan kembali normal
2) Kriteria Hasil:
a) Klien mengalami peningkatan aktivitas
b) Membran mukosa oral basah
c) Tekanan turgor kembali seperti semula
3) Intervensi:
a) Pemberian cairan melalui infus ( NaCl 0,9 % /isotonik,
atau RL)
b) Pantau pemasukan cairan perhari ( normal 8 gelas/hari)
c) Kolaborasi pemberian antibiotik dan obat kumur
4. Implementasi
Sasaran utama untuk pasien mencakup perbaikan pada kondisi
membran mukosa oral.

5. Evaluasi
a. Menunjukkan bukti membran mukosa secara utuh.
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang diinginkan
c. Mempunyai ciri diri positif
d. Mendapatkan tingkat kenyamanan yang dapat diterima
e. Mengalami penurunan rasa takut yang berhubungan dengan nyeri,
isolasi dan ketidakmampuan
f. Bebas dari infeksi
g. Mendapatkan informasi tentang proses penyakit dan program
pengobatan.
Daftar Pustaka

Potter & Perry. Fundamental Keperawatan, konsep, proses dan


praktik. 2005. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn dkk. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.


Jakarta: EGC

FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.

Muttaqin dan Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan


Keperawatan MedikalBedah. Salemba Medika : Jakarta.
IDAI. 2016. Stomatitis Pada Anak.
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/stomatitis-
sariawan-pada-anak (diakses pada tanggal 25 September 2017)

Anda mungkin juga menyukai