TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Empati
Empati merupakan suatu proses memahami perasaan orang lain dan ikut
merasakan apa yang orang lain alami. Empati tidak hanya sebatas memasuki
dan merasakan apa yang dialami orang lain, tetapi empati yang dimiliki
sadar seolah-olah masuk ke dalam diri orang lain untuk bisa benar-benar
Empati berasal dari kata einfuhlung yang populer pada awal abad ke-19.
Istilah einfuhlung berasal dari filsafat estetika Jerman. Pada waktu itu para
orang lain atau benda di luar dirinya (Duan & Hill, dalam Taufik, 2012).
memasuki perasaan orang lain atau ikut merasakan keinginan atau kesedihan
melakukan diskusi dengan dirinya sendiri, antara dirinya dengan orang lain,
dan antara dirinya dengan lingkungannya. Proses diskusi inilah yang pada
pribadi secara sadar yang didukung oleh respon empatik yang ada dalam
orang lain. Hal ini dengan sendirinya akan memberikan kejelasan dan
Kohut (1997, dalam Taufik, 2012) melihat empati sebagai suatu proses
dimana seseorang berfikir mengenai kondisi orang lain yang seakan-akan dia
berada pada posisi orang lain itu. Kohut juga menambahan bahwa empati
orang lain. Namun, berbeda dengan Kohut, Davis (1996, dalam Howe, 2015)
dirasakan orang lain, tetapi juga mengkomunikasikan dengan cara dan sikap
orang lain.
kerangka berpikir internal orang lain secara tepat. Kedua, dalam memahami
orang lain tersebut individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain sehingga
bisa merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami oleh
orang lain itu, namun tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri. Maksudnya
namun dia tetap melakukan kontrol diri atas situasi yang ada, tidak dibuat-
Konsep empati masih terus berkembang hingga saat ini dan dengan
konsep yang lebih beragam lagi. Hingga saat ini belum ada definisi yang
dianggap sebagai definisi yang paling sesuai atau yang dapat diterima oleh
seluruh kalangan peneliti dan teoretikus. Dengan kata lain, definisi empati
yang digunakan saat ini sangat tergantung pada perspektif teoritis yang terkait
(Taufik, 2012).
kemunculannya sampai pada awal abad ke-20. Konsep empati ini dibicarakan
konsep empati yang lebih kepada konteks interaksi emosional ibu dan
kesadaran diri sendiri atas kondisi orang lain. Hasil pemahaman ini
lain.
sebagai pintu masuk utama bagi keberhasilan terapi. Hal ini sejalan
dirasakan dan dipikirkan orang lain sehingga kita bisa menempatkan diri,
menghargai dan memberikan pertolongan pada orang lain. Empati juga dapat
dan bahkan ketika seseorang sedang sakitpun empati bisa menjadi obat yang
Menurut para ahli, empati pada dasarnya terdiri dari dua komponen
utama, yaitu kognitif dan afektif (Baron & Byrne, 2005; Taufik, 2012).
membayangkan dan juga memikirkan suatu situasi dari sudut pandang orang
Seseorang akan lebih mudah mengerti apa yang sedang orang lain
sebuah situasi dari sudut pandang orang lain. Komponen kognitif ini
dan kebutuhan orang lain dilihat dari cara berbicara, raut wajah dan
antara lain.
Taufik 2012). Empati dalam komponen afektif ini terdiri atas simpati,
empati yang lebih baik dan kurang baik. Tingkat akurasi dalam
orang lain dan hal itu sesuai dengan apa yang orang lain tersebut
individu tentang kondisi orang lain berbeda atau tidak sama dengan
apa yang sebenarnya sedang dirasakan orang tersebut. Hal inilah yang
bersangkutan sebenarnya tidak sejauh yang kita lihat dan coba rasakan.
(Taufik, 2012).
dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan hal inilah yang
3) Mood and Feeling. Mood adalah suatu keadaan sadar pikiran atau emosi
orang lain, diantaranya gender, faktor kognitif, faktor sosial, status sosial
ekonomi, dan hubungan dekat. Pada faktor gender, perempuan dikenal lebih
rendah lebih baik dalam menerjemahkan emosi yang dirasakan orang lain, hal
dengan oraang lain maka semakin baik pula perilaku empati yang dimiliki
seseorang.
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan
2010).
bersikap caring, perawat juga harus memiliki empati dalam menangani pasien.
disamping pasien, serta mampu memahami kondisi pasien, maka perawat akan
dapat saling bekerja sama dengan pasien dalam proses penyembuhan (Priyoto,
2015).
dan penerimaan perawat terhadap perasaan yang dialami pasien, dan kemampuan
merasakan apa yang pasien rasakan. Empati merupakan sesuatu yang jujur,
sensitif dan tidak dibuat-buat yang didasarkan atas apa yang dialami orang lain.
Berbeda dengan empati yang lebih bersifat objektif, simpati lebih bersifat
pada pengalaman diantara orang yang terlibat dalam komunikasi. Perawat akan
lebih mudah mengatasi nyeri pasien, jika perawat mempunyai pengalaman yang
sama tentang nyeri. Itulah sebabnya empati akan lebih mudah dilaksanakan
apabila ada kesamaan dan keseragaman pengalaman atau situasi yang relevan,
walaupun terkadang perawat merasa sulit untuk berperilaku empati pada semua
dan ikut memberikan dukungan tentang apa yang sedang dirasakan pasien.
mengetahui secara pasti apa yang sedang dipikirkan dan dialami pasien. Pada
kondisi ini, empati dapat diekspresikan melalui berbagai cara yang dapat dipakai
tentang pasien, dan memperlihatkan kesadaran tentang apa yang saat ini sedang
terhadap sesuatu yang terkait dengan emosional pasien. Perawat yang berempati
dengan orang lain dapat menghindarkan penilaian berdasarkan kata hati tentang
seseorang dan pada umumnya dengan empati perawat akan menjadi lebih sensitif