Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

SWAMEDIKASI SUPLEMEN/VITAMIN

Nama : Ghaida Bilqis Sri Juniar


NPM : 21161073
Kelas : A2

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG
ANGKATAN XVI
2016/2017
STOMATITIS

1. Definisi
Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut,
biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu
dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. Stomatitis aphtosa atau sariawan atau dalam
bahasa kerennya oral thrush merupakan penyakit yang diakibatkan dengan adanya jamur
pada mulut dan saluran kerongkongan. Jamur yang sekarang kebih dikenal dengan sebutan
Candida albicans bukanlah jamur yang aneh dan berbahaya. Hampir di setiap jengkal tubuh
kita mengandung jamur ini termasuk di daerah mukosa mulut dan alat kelamin, namun
adanya jamur ini tidak menimbulkan keluhan yang berarti. Dulu jamur ini lebih dikenal
dengan sebutan Jamur Monilia. Jamur ini sering menimbulkan keluhan dikarenakan daya
tubuh manusia (imuno) yang menurun sehingga pertahanan terhadap jamur dan bakteri
lainnya berkurang. Keadaan seperti ini biasanya terjadi setelah pemberian antibiotic dalam
jangka panjang, infeksi virus pada saluran pernapasan, iritasi pada mulut akibat adanya
pemasangan gigi palsu, kawat gigi; diabetes, HIV, kanker serta pemberian pengobatan dengan
kortikosteroid dan penyakit imunodefisiensi (berkurangnya daya tahan tubuh). Dengan
demikian penyakit yang ringan pada mulut ini bisa mengindikasikan penyakit yang lebih
berat, oleh karena itu jangan pernah meremehkan penyakit sariawan ini. Meski penyakit ini
tidak begitu berat namun tetap saja keberadaan penyakit ini dapat mengganggu aktifitas
sehari-hari.

2. Tipe Penyakit
Stomatitis aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya:
a. Sariawan akut : Bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada
sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa
hari.
b. Sariawan kronis : Akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa.
Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut
kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan
berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis
(stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan
tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif.
3. Faktor Penyebab
Ada beberapa faktor-faktor penyebab yang dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa ini,
diantaranya:
a. Hal pertama yang harus dipikirkan adalah keadaan gigi bagi si pasien, karena higiene
gigi yang buruk sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
b. Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulsersehingga
dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa.
c. Mengkonsumsi air dingin atau air panas.
d. Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis
makanan dan timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita
mengkonsumsi makanan tersebut.
e. Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar, dan pada
anak-anak yang kedua orangtuanya menderita stomatitis aphtosa.
f. Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan, seperti Chorn disease, kolitis
ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya stomatitis apthosa.
g. Faktor psikologis (stress), diduga berhubungan dengan produksi kortison di dalam tubuh.
h. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis
aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita.
i. Pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan.
Pambentukan stomatitis aphtosa yang dahulunya perokok, bebas simtom ketika
kebiasaan merokok dihentikan.
j. Jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh
(imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal.
k. Pada penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misal,alkohol,
lemon/ gliserin) harus dihindari.
l. Sedangkan sariawan yang dikarenakan kekurangan vitamin C sangat mungkin terjadi,
karena bagi si pasien yang kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan jaringan
dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah robek yang
akhirnya mengakibatkan sariawan.
m. Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat menimbulkan sariawan.. Namun kondisi
seperti itu dapat diatasi dengan sering memakan buah ataupun makan sayur-sayuran.
Penyakit yang menjangkit ini biasanya dapat menyerang siapa saja dan tidak mengenal
umur maupun jenis kelamin, termasuk pada bayi yang masih berusia 6-24 bulan.

4. Daerah Yang Terinfeksi


Biasanya daerah yang paling sering timbul stomatitis aphtosa (sariawan) ini pada daerah
mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi serta langit-langit dalam rongga
mulut.
5. Tipe Penyakit
Stomatitis aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya:
a. Sariawan akut : Bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada
sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa
hari.
b. Sariawan kronis : Akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa.
Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut
kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan
berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis
(stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan
tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif.

6. Jenisnya Secara Klinis


Secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe, diantaranya:
a. Stomatitis alphatosa minor. Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa
bentuk minor ini. Yang ditandai oleh luka (ulser) bulat atau oval, dangkal, dengan
diameter kurang dari 5mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. Ulserasi
pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial,
mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi bisa tunggal atau merupakan kelompok yang
terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam jangka waktu 10-14 hari tanpa
meninggal bekas.
b. Stomatitis aphtosa major. Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis
aphtosa jenis ini. Namun jenis stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat daripada
stomatitis jenis minor (MiRAS). Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm,
dan berlangsung selama 4minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja
dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin. Stomatitis aphtosa major ini
meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat penderita
MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi.
c. Ulserasi herpetiformis Istilah herpetiformis digunakan karena bentuk klinis dari HU
(yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan
gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes initidak mempunyai peran
etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aphtosa.

7. Patofisiologi
Tubuh sebenarnya memiliki pertahanan tubuh alamiah terhadap serangan bakteri. Pertahanan
ini disebut dengan sistem laktoperoksidase (LP-system). Sistem ini terdapat pada saliva atau
ludah. LP system dapat berfungsi sebagai bakteriostatis terhadap bakteri mulut dan
bakteriosid terhadap bakteri patogen jika tersedia ketiga komponennya. Yaitu enzim
laktoperoksidase, dosianat, dan hydrogen peroksida (H2O2). Bakteri di dalam mulut dapat
berkembang biak tak terkendali karena sistem laktoperoksidase yang merupakan pertahanan
alami dalam saliva umumnya rusak. Hal ini dikarenakan seringnya mengonsumsi makanan
yang mengandung zat-zat kimia, seperti perasa, pewarna, pengawet, bahkan yang memakai
zat pembasmi hama.
Pemakaian deterjen (sodium laurit sulfat) yang berlebihan dalam pasta gigi juga dapat
sebagai peneyebab dari rusaknya ludah. Bila dalam pemakaian yang berlebihan atau melebihi
toleransi dapat dengan mudah merusak ludah dan menghancurkan sistem pertahanan alami.
Tidak hanya itu, pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi juga dapat
merusakkan LP system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga dapat membunuh
semua bakteri yang berada di dalam rongga mulut, yang dapat mengakibatkan lingkungan
mukosa mulut menjadi rusak.
Seperti telah diterangkan bahwa mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman
atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak. Dilain pihak mulut tidak dapat
melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis kuman ataupun berbagai pengaruh rangsangan
antigenik yang bersifat merusak.
Rangsangan perusak yang masuk sesuai dengan potensinya akan ditanggapi oleh tubuh baik
secara lokal atau sistemik. Tanggapan ini dapat berlangsung wajar, artinya tanggapan-
tanggapan tersebut secara normal dapat dieleminasi melalui aksi fagositosis. Sebenarnya
reaksi tubuh terhadap rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk mengurangi atau
meniadakan peradangan tersebut. Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan amat berlebih,
melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga reaksi pertahanan yang tadinya dimaksudkan
untuk melindungi struktur dan fungsi jaringan justeru berakhir dengan kerusakan jaringan
sendiri.
Dalam keadaan yang tidak wajar, (Trauma, Stres dll ) terjadi ketidak seimbangan
immunologik yang melahirkan fenomena alergi dan defisiensi immunologi dengan efek
kerusakan-kerusakan yang menyangkut komponen vaskuler, seluler dan matriks daripada
jaringan. Dalam hal ini sistem imun yang telah dibangkitkan untuk melawan benda asing oleh
porsi reaksi yang tidak seimbang akhirnya ikut merusak jaringan-jaringan sendiri
disekitarnya. Misalnya pelepasan mediator aktif dari aksi-aksi komplemen, makrofag, sel
plasma, sel limposit dan leukosit, histamin, serta prostaglandin.

8. Gejala
Gejalanya berupa rasa panas atau terbakar yang terjadi satu atau dua hari yang kemudian bisa
menimbulkan luka (ulser) di rongga mulut. Bercak luka yang ditimbulkan akibat dari
sariawan ini agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan lidah atau mulut sehingga rasa sakit
atau rasa panas yang dirasakan ini dapat membuat kita susah makan, susah minum, ataupun
susah berbicara. Penderita penyakit ini biasanya juga banyak mengeluarkan air liur. Biasanya
sariawan ini akan sembuh dengan sendirinya adalam waktu empat sampai 20 hari. Bila
penyakit ini belum sembuh sampai waktu 20 hari maka penderita harus diperiksa lebih lanjut
untuk menentukan apakah ada sel kankernya atau tidak. Pada stomatitis aphtosa yang berat,
dapat digunakan suatu alat pelindung mulut yang bersih dengan pengolesan anestetik lokal
dibawah alat tersebut.

9. Cara Mengatasinya
Dalam mengatasi sariawan ini, dapat menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk
salep (yang mengandung antibiotika dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat
kumur. Jika sariawan sudah terlalu parah, bisa digunakan antibiotika dan obat penurun panas
(bila sudah kronis disertai dengan demam).

10. Jenis Obat Yang Dipakai


Ada beberapa jenis obat yang dikenal di masyarakat dan bisa membantu meredakan keluhan
akibat sariawan. Ada jenis obat berbentuk salep dengan kandungan kortikosteroid yang
dioleskan pada luka sariawan. Ada juga obat tetes yang digunakan untuk meredakan sariawan
ini dengan gentien violet, perak nitrat, atau obat kumur yang dapat membantu mengurangi
rasa sakit pada penderita sariawan. Dan juga pemberian vitamin C atau zat besi dalam dosis
tinggi pada penderita sariawan yang kekurangan zat-zat tersebut sering dapat menolong.
Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin, akan lebih baik bila diperoleh dari sayuran
dan buah-buahan yang merupakan vitamin natural. Mengonsumsi vitamin natural lebih efetif
dibandingkan dengan mengonsumsi suplemen. Bila dikonsumsi berlebihan tidak akan
merusak tubuh, karena kelebihannya akan dikeluarkan oleh tubuh. Selain itu juga lebih
mudah diserap oleh tubuh. Pada penderita sariawan kambuhan yang disertai kecemasan obat
(faktor psikologis), pemberian obat dapat disertai dengan obat anticemas untuk mengatasi
masalah psikologisnya. Dan jika sariawan sudah terlalu parah, bisa digunakan antibiotika dan
obat penurun panas (bila sudah kronis disertai dengan demam).

11. Pencegahan
Dengan mengetahui penyebabnya, kita diharapkan dapat menghindari terjadinya stomatitis
aphtosa (sariawan) ini, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta
mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama pada makanan yang mengandung vitamin B12
dan zat besi. Selain itu, anda juga dianjurkan untuk menghindari stress. Namun bila sariawan
selalu hilang timbul, anda dapat mencoba dengan kumur-kumur air garam hangat dan
berkonsultasi dengan dokter gigi dengan meminta obat yang tepat sariawannya.
Ada beberapa usaha lain yang dilakukan untuk mencegah munculnya sariawan. Misalnya,
menjaga kesehatan umum terutama kesehatan pada mulut, menghindari luka pada mulut saat
menggosok gigi atau saat menggigit makanan, menghindari pasta gigi yang merangsang,
menghindari kondisi stress, menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin,
sering mengkonsumsi buah dan sayuran, terutama vitamin B, vitamin C, dan zat besi; serta
menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada
rongga mulut.
PIO (Pemberian Informasi Obat)
No Variabel Obat Informasi obat yang diperlukan
1. Nama Dagang/Pabrik Vitamin C
2. Komposisi Obat Asam askorbat 250mg, 100mg, 50mg
3. Kelas/ Kelompok Terapi Vitamin dan mineral
Pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin c,
dengan; sariawan, pendarahan dan peradangan
4. Indikasi
pada gusi, memperbaiki daya tahan tubuh setelah
sakit/operasi, hamil/menyusui.
5. Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap komponen dalam sedian
6. Efek Samping Pusing, sakit kepala
7. Peraturan perundang-undangan
8. Bentuk Obat dan Kekuatan Obat Tablet 250mg, 100mg, 50mg

Untuk Indikasi Sariawan :

Dewasa : 100 250 mg 1-2 kali perhari selama


sekurangnya 2 minggu.
9. Dosis
Anak : 100 300 mg perhari dalam dosis terbagi
selama sekurangnya 2 minggu.

10. Rute pakai obat Tablet


11. Aturan pakai Sehari satu tablet
1. Pastikan pasien pada keadaan benar-benar
membutuhkan obat
12. Prosedur pemberian 2. Siapkan obat vitamin c
3. Siapkan air secukupnya
4. Telan obat dengan air

Gunakan Sesuai dosis yang dianjurkan

Pasien diabetes dan pasien yang mempunyai


kemungkinan mengalami renal calculi berulang
13. Perhatian (cth.pasien dialisis) disarankan untuk tidak
mengkonsumsi dosis berlebih pada waktu yang
panjang (beberapa studi menggunakan dosis
minimal 100 mg/hari).

http://www.farmasi-id.com/vitamin-c-afiat-
14. Referensi
industri-farmasi/
Contoh Swamedikasi
Apoteker : Selamat pagi,
Pasien : pagi
Apoteker : Perkenalkan saya ghaida Apoteker di apotek ini. Ada yang bisa saya bantu?
Pasien : Iya bu saya mau mencari obat untuk sariawan
Apoteker : maaf ini obatnya untuk siapa ?
Pasien : Untuk saya bu,
Apoteker : sudah berapa lama ibu menderita sariawan?
Pasien : 2 hari
Apoteker : Apa yang sudah ibu lakukan untuk mengobati sariawan tersebut? Dan apakah ibu
sedang mengkonsumsi obat lain?
Pasien : saya belum mengkonsumsi obat apa-apa, karena saya rasa ini hanya sariawan biasa.
Apoteker : baiklah ini ada vitamin c yang biasa digunakan untuk pengobatan sariawan.
Pasien : Apakah tidak ada efek sampingnya?
Apoteker : sebelumnya apakah ibu memiliki riwayat penyakit lain seperti diabetes atau
penyakit lainnya?
Pasien : tidak bu.
Apoteker : baiklah saya akan memberikan informasi seputar obat ini (PIO). Obat ini harus
digunakan sesuai dengan aturan pakainya.
Apoteker : Jadi obat ini digunakan sehari 1 kali satu tablet sebelum atau sesudah makan,
Apakah anda mengerti ?
Pasien : Ya bu, saya mengerti.
Apoteker : Apabila sudah menggunakan obat ini terjadi pusing dan sakit kepala, segera
hubungi dokter atau apotek yang ada di sini. Terimakasih semoga lekas sembuh.

Anda mungkin juga menyukai