Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

KIMIA FARMASI ANALISIS


NAMA
NPM
KELAS

: HENDRO PRAYUGO
: 13141020
: FA-1 MATRIKS REGULER
SOAL

1. A.
Sebutkan dan jelaskan ciri khas dari gugus fungsi dan apa yang terjadi pada
gugus fungsi tersebut!
B. Pada penentuan penggunaan suatu metode analisis, diperlukan data yang valid dan
prosedur analisis yang telah terverifikasi, jelaskan mengapa dan kaitkan dengan
pentingnya tinjauan pustaka dari berbagai literatur!
2. A.
Mengapa data organoleptis dan sifat fisika menjadi data pendukung penting
dari analisis suatu senyawa? Berikan penjelasan yang baik dan lengkap!
B. Salah satu prosedur dalam suatu metode analisis adalah preparasi sampel analisis. Jika
sampel analisis merupakan suatu bentuk sediaan obat atau sampel biologis, bagaimana
melakukan preparasi sampelnya, jelaskan dengan contoh!
3. A.
Apa yang dimaksud reaksi spesifik dan kapan suatu reaksi dikatakan spesifik
untuk dapat digunakan dalam analisis suatu senyawa obat? Jelaskan!
B. Sebutkan dan jelaskan jenis apa saja dari reaksi spesifik yang dapat digunakan untuk
penetapan kadar secara titrimetri!
4. Rangkumkan mengenai penggolongan senyawa kimia obat berdasarkan gugus fungsinya!
5. Sebutkan dan jelaskan informasi apa saja yang terdapat dalam FI IV dan Suplemennya!
6. Buatlah tulisan ilmiah lengkap mengenai analisis senyawa obat dengan ciri berikut:
(tebaklah dulu nama senyawanya dengan benar dari ciri-ciri tersebut untuk dapat
mengerjakannya!)!
A. Merupakan golongan sulfonamida sederhana dengan satu gugus sulfon dan dua
gugus amina.
B. Merupakan alkohol polivalen sederhana dengan dua buah atom karbon dan dua
gugus hidroksil dan dapat direaksikan secara polimerisasi.

JAWABAN
1. A. - Gugus fungsi alkohol
Alkohol memiliki gugus OH (gugus hidroksi). Rumus struktur dapat juga ditulis
R-OH (R menyatakan gugus alkil). Alkohol merupakan turunan alkana sehingga
disebut juga alkanol. Oleh karena, itu penamaannya disesuaikan dengan alkananya,
tetapi huruf akhir a pada alkana diganti dengan ol. Alkohol rantai pendek bersifat polar
sehingga dengan baik larut dalam air serta

memiliki titik didih lebih tinggi

dibandingkan dengan alkena. Gugus -OH ini bersifat polar sehingga menyebabkan air
dan alkohol bersifat polar pula. Adapun titik didih yang tinggi disebabkan oleh adanya
ikatan hidrogen antara molekul air, antar molekul alkohol atau antar molekul air dan
alkohol. Ikatan hidrogen ini juga menyebabkan alkohol larut dalam air. Gugus OH
merupakan gugus yang cukup reaktif sehingga alkohol mudah terlibat dalam berbagai
jenis reaksi.
-

Gugus fungsi Eter


Eter atau alkoksialkana merupakan senyawa turunan alkana. Satu atom H rantai
alkana diganti oleh gugus alkoksi sehingga eter mamiliki dua gugus alkil.
RH
alkana

R OR'
eter

Hampir seluruh senyawa eter berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas). Jika
dibandingkan dengan senyawa alkohol, titik didih dan titik leleh eter lebih kecil. Ini
terjadi karena antar molekul eter tidak membentuk ikatan hidrogen. Eter juga
cenderung bersifat non polar, sehingga kelarutannya dalam air sangat kecil. Selain itu
eter bersifat mudah terbakar. Dibandingkan terhadap alkohol, eter jauh kurang reaktif
kecuali dalam hal pembakaran. Eter jauh lebih mantap (lebih kurang reaktif)
dibandingkan alkohol. Eter tidak bereaksi dengan logam natrium. Sifat ini dapat
digunakan untuk membedakan alkohol dengan eter.
-

Gugus fungsi Fenol


Fenol rumus struktur ditulis R-OH (R menyatakan benzil). Fenol memiliki sifat
yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H + dari gugus hidroksilnya.
Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan
dalam air. Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal
ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat
melepaskan H. Fenol berlaku sebagai asam lemah (lebih lemah dari asam karboksilat),

sehingga dengan basa dapat menghasilkan garam yang disebut fenoksida. Fenol dapat
juga menghasilkan ester. Suatu sifat fenol yang khas adalah warna yang ditimbulkannya
dengan besi (III) klorida (FeCl3), tetapi warna itu berlainan untuk masing-masing jenis
fenol. Atom H pada cincin fenol lebih mudah diganti dibanding pada benzena.
Sehingga fenol dengan air brom yang cukup segera membentuk endapan putih
tribromofenol yang tidak larut. Senyawa fenol terdapat gugus -OH yang terikat pada
atom C yang berikatan rangkap, atom H dari inti benzene dalam fenol lebih mudah
diganti (disubtitusi) dengan atom atau gugus lain, dari pada atom H dalam inti benzene
saja. Penggunaan fenol yaitu digunakan sebagai dis-infektan (antiseptik),untuk
pembuatan asam pikrat, asam salisilat sebagai pewarna dan resin sitesis, dan digunakan
untuk pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan
lainnya, juga berfungsi dalam sintesis senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara.
-

Gugus fungsi Aldehid


Aldehid atau alkanal adalah senyawa turunan alkana dengan gugus fungsi

Aldehid dapat teroksidasi oleh zat-zat oksidator lemah menghasilkan asam karboksilat.
Reaksi oksidasi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa aldehid. Karena
gugus aldehid mempunyai ikatan rangkap (C=O), maka dapat di adisi gas hidrogen
membentuk suatu alkohol.

Gugus fungsi Keton


Keton memiliki rumus umum yang mirip dengan aldehid, hanya dengan mengganti
satu atom H yang terikat pada gugus karbonil dengan gugus alkil. Gugus fugsi keton
kebanyakan kurang reaktif sehingga digunakan sebagai pelarut. Gugus karbonil (CO)
mengikat dua gugus alkil (R) yang sama atau tidak sama, sehingga senyawa keton
mempunyai rumus struktur:

Reduksi keton oleh hidrogen akan menghasilkan alkohol sekunder. Keton


merupakan reduktor yang lebih lemah dari pada aldehid. Zat-zat pengoksidasi lemah
seperti pereaksi tollens dan pereaksi fehling tidak dapat mengoksidasi keton. Oleh

karena itu, aldehid dan keton dapat dibedakan dengan menggunakan pereaksi-pereaksi
tersebut.
-

Gugus fungsi asam karboksilat


Asam karboksilat memiliki gugus karboksil (biasa dilambangkan dengan R-COOH,
dengan R adalah alkil). Semua asam alkanoat adalah asam lemah. Dalam pelarut air,
sebagian molekulnya terionisasi dengan melepas atom hidrogen menjadi ion H+. Asam
karboksilat dapat memiliki lebih dari satu gugus fungsional. Asam karboksilat yang
memiliki dua gugus karboksil disebut asam dikarboksilat (alkandioat), jika tiga disebut
asam trikarboksilat (alkantrioat), dan seterusnya. Asam karboksilat dengan banyak atom
karbon (berantai banyak) lebih umum disebut sebagai asam lemak karena sifat-sifat
fisiknya. Pada temperatur kamar, asam karboksilat yang bersuhu rendah adalah zat cair
yang encer, suhu tengah berupa zat cair yang kental, dan suhu tinggi berupa zat padat
yang tidak larut dalam air. Td dan Tl asam karboksilat relatif tinggi karena kuatnya
tarik menarik antarmolekul. Bahkan, lebih tinggi dari alkohol yang bersesuaian. Asam
karboksilat suhu rendah dapat larut dalam air, tetapi asam karboksilat suhu yang lebih
tinggi sukar larut air. Asam karboksilat mempunyai ikatan hidrogen sesamanya dan
dapat berikatan secara ikatan hidrogen dengan molekul air. Asam karboksilat
mempunyai gugus hidroksil yang bersifat polar sehingga asam karboksilat bersifat
polar. Kereaktifan asam karboksilat merupakan asam lemah dan makin lemah untuk
suku yang lebih tinggi.

B. Dengan data yang valid berarti data yang benar telah melalui tahapan validasi dan
verifikasi data dibutuhkan untuk memperoleh akurasi dan presisi dari suatu bahan
sehingga akan menghasilkan data yang objektif yaitu benar dan sama apabila dilakukan
berulang-ulang oleh individu yang berbeda. Memudahkan untuk memilih metode
analisis sesuai dengan tujuan analisis yang akan dilakukan dan menghasilkan hasil yang
akurat sesuai standar, ditinjau dengan literatur untuk membuktikan keaslian dari data
maupun metode analisis yang digunakan sehingga dapat memberikan petunjuk prosedur
yang benar. Sehingga pada akhirnya data yang valid tersebut dapat dijadikan standar
untuk membuat atau mendapatkan suatu pedoman standar dalam melakukan suatu
analisis, biasanya disebut dengan SOP (Standar Operasional Prosedur). Karena di
dalam suatu SOP akan berisikan material-material yang diyakini kebenarnnya artinya
sudah dilakukan suatu analisis yang tepat dan benar.

2. A. Data organoleptis dan sifat fisika menjadi data pendukung penting dari analisis suatu
senyawa karena organoleptis (bentuk, warna, bau, higroskopis) dan sifat fisika (tetapan
fisika pendukung identifikasi, misal: larutan: indeks bias, Berat Jenis, Titik Didih, dll.
Dan padatan: Titik leleh/titik lebur, Berat Molekul, kristalografi, dll) merupakan suatu
monografi atau data pendukung penting untuk menentukan metode yang akan
digunakan agar mengikuti monografi analit/sampel, dan metode yang digunakan
mengikuti kaidah perolehan data analisis yang baik sehingga dapat ditarik kesimpulan
yang nyata.
B. Preparasi sampel merupakan langkah awal dalam menganalisis suatu bahan. Pada tahap
untuk melakukan analisis yang perlu diperhatikan adalah komponen/bahan-bahan yang
ada dalam sediaan. Matiks (bahan tambahan) dalam pembuatan suatu sediaan obat
terdapat dalam jumlah besar dan mengganggu dalam proses analisis. Sehingga dalam
preparasi sampel adalah dilakukannya pemisahan antara zat aktif yang akan di analisis
dengan matriks sediaan obat tersebut. Tahapan preparasi sampel pada setiap sediaan
berbeda-beda tergantung matriks yang terdapat didalam suatu sediaan obat tersebut.
Berikut adalah contoh preparasi sampel pada berbagai bentuk sediaan farmasi:
- Analisis merkuri pada bentuk sediaan krim
Ditimbang dengan teliti sebanyak 2 g sampel. Ditambahkan air sebanyak 25 ml,
setelah itu tambahkan dengan campuran 10 ml larutan asam klorida dan asam nitrat,
lalu uapkan sampai hampir kering. Pada sisa penguapan tambahkan akuades
sebanyak 10 ml. Lalu dipanaskan sebentar, didinginkan dan disaring.
-

Pada sirup umumnya matriks yang paling banyak adalah gula. Pada preparasi sampel
sediaan sirup adalah dengan cara menghilangkan gulanya yang dapat dilakukan

dengan cara pemanasan atau kristalisasi.


Pada sediaan emulsi, preparasi yang dilakuka adalah dengan cara diencerkan
kemudian dipecahkan emulsinya dengan cara penambahan garam dalam fase air,
pemanasan atau pendinginan corong pisah, penyaringan melalui glass woll,
penyaringan dengan kertas saring, sentrifugasi atau penambahan sedikit pelarut

organik yang berbeda.


Sediaan tablet, preparasinya dilakukan dengan terlebih dahulu sediaan digerus halus.
Kemudian dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, kemudian diuapkan pelarutnya.
Penentuan aliquot. Jika sediaan serbuk, bisa langsung dilarutkan dalam pelarut yang

sesuai, kemudian diuapkan pelarutnya. Kemudian penetapan aliquot.


Sediaan salep

Dalam beker glass : salep + cera + air, dipanaskan. Fase air diuapkan, sehingga
dipeoleh serbuk. Fase salep/cera, ekstraksi washbenzen/petroleum eter + air, fase air
diuapkan.
Dalam tabung : salep + air + petroleum eter, dikocok kuat, fase air diuapkan.
-

Preparasi sampel biologis: pada rambut untuk analisis adanya logam berat. Rambut
yang akan dianalisis dipotong ujungnya sepanjang 3 mm. Sampel rambut yang
diperlukan sebanyak 500 mg atau satu sendok makan. Sebanyak 500 mg sampel
rambut dilarutkan dalam 5 ml asam nitrat pekat dan didiamkan selama semalam.
Sampel dipisahkan antara residu dan larutannya. Larutan yang dihasilkan diukur
dengan menggunakan ICP-MS.

3. A. Reaksi spesifik adalah reaksi khas yang membedakan antara satu senyawa dengan
senyawa lainnya, dengan demikian dapat memudahkan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa. Suatu reaksi dikatakan spesifik ketika reaksi secara kimia menghasilkan
warna spesifik, pengendapan (warna)/kompleks, dan gas. Dan reaksinya menghasilkan
kristal yang spesifik yang berbeda denga senyawa lainnya. Misalnya untuk golongan
sulfonamida khususnya sulfamerazin dengan reaksi pada batang korek api
menghasilkan warna jingga pada batang korek api karena mengandung lignin. Dapat
digunakan untuk analisis senyawa anorganik (kation atau anion) dan senyawa organik
dapat menggunakan reagen spesifik yang memberikan petunjuk melalui warna reaksi
yang terjadi baik berupa gas, endapan atau larutan. Dengan reagen spesifik akan
memberikan reaksi yang khas untuk setiap senyawa, sehingga dapat diketahui senyawa
apa yang ada dalam sampel atau contoh.
B. - Pembentukan warna pada perubahan pH : misalnya pada proses netralisasi yang akan
menghasilkan garam spesifik sebagai pembeda dengan senyawa lainnya.
- Pembentukan endapan dengan logam : misalnya pada titrasi argentometri, yang akan
membentuk endapan merah bata dari reaksi antara perak nitrat dengan kalium kromat
yang akan menghasilkan endapan perak kromat berwarna merah bata.
- Pembentukan kompleks dengan khelating agent: pada proses titrasi kompleksometri,
adanya reaksi anatara ion logam dengan senyawa pembentuk kompleks seperti
Na. EDTA akan menghasilkan kompleks berwarna biru tua.

- Perubahan warna akibat reduksi/oksidasi dan pembentukan gas: titrasi redoks atau pun
reaksi esterifikasi dari golongan alkohol atau fenol yang menimbulkan bau khas yang
spesifik dari masing-masing senyawa.
- Pembentukan garam azo berwarna : pada proses nitrimetri pembentukan garam
diazonium berwarna biru tua dari reaksi antara amin aromatik bebas dengan asam
nitrat.
4. Gugus fungsi adalah atom atau gugus atom yang menjadi ciri khas suatu deret homolog.
Setiap senyawa karbon yang mempunyai gugus fungsi berbeda akan mempunyai sifat
yang berbeda pula.
Berikut ini beberapa gugus fungsi dari senyawa turunan alkana:
No.

Golongan
Haloalkana

Alkohol

(Alkanol)
Eter

(Alkasialkana)

Rumus
Gugus
RX
ROH

ROR

Struktur Fungsi
X
OH

Contoh

Nama Senyawa

Senyawa
CH3Cl

Klorometana

CH3OH

(metilklorida)
Metano l

CH3OCH3

(metil alkohol)
Metoksi metana
(dimetil eter)
Etanal

Aldehid

(Alkanal)

Keton

(Alkanon)
Asam
karboksilat

(Asam
Alkanoat)
Ester

R C H

C H

CH3 C H

R C R

C R

R C OH

C OH

(asetaldehida)

Propanon

CH3 C

(dimetil keton)

CH3
O

Asam etanoat

CH3 C

( Asam asetat)

OH
O

Metil etanoat

(Alkil
alkanoat)

R C

C OR

CH3 C

OR
Catatan: R = Alkil (CnH2n+1)

(metil asetat)

OCH3

1. Gugus OH ( hidroksil) , gugus ini terdapat pada alkohol dan fenol


2. Gugus C = O ( karbonil), terdapat pada golongan aldehida dan keton.
3. Gugus:

COOH (Karboksil), gugus merupakan kombinasi antara gugus C=O

(karbonil) dan gugus OH (hidroksil). Dari kombinasi nama kedua gugus itu pulahlah
diperoleh nama karboksil. Gugus karboksil adalah gugus fungsi pada golongan asam
karboksilat.
4. Gugus -NH2 ( amino ), terdapat pada senyawa amina primer dan asam amino.
5. Gugus -OR ( alkoksi ), gugus alkoksi terdapat pada golongan eter.
6. Gugus -NHR dan -NR1R2, kedua gugus ini merupakan turunan dari gugus -NH2, dan
terdapat pada amina primer dan amina sekunder.
7. Gugus-gugus turunan dari -COOH (karboksilat ).

A. Alkohol
Menurut Farmakope alkohol/ etanol adalah campuran etilalkohol dan air.
Alkohol merupakan kelompok senyawa organik yang memiliki rumus molekulnya
secara umum R-OH dengan R adalah gugus alkil dan gugus hidroksil, -OH sebagai gugus
fungsi. Bagian yang berperanan dari suatu alkohol ialah gugus hidroksil yang
dirangkaikan pada gugus alkil. Bila gugus OH terikat pada atom karbon alifatis disebut
alkohol alifatik.
Rumus Umum Alkohol
Perhatikan rumus struktur senyawa karbon berikut.
CH3CH3

CH3CH2OH

CH3CH2CH3

CH3CH2CH2OH

Karena rumus umum alkana adalah CnH2n+2, maka rumus umum alkohol (alkanol)
adalah CnH2n+1OH atau CnH2n+2O.
Sifat fisika dan kimia alkohol:
- Berbobot molekul rendah
- Titik didihnya tinggi
- Mempunyai kurang dari lima atom karbon
- Gugus fungsi bersifat polar
- Cairan tak berwarna, jernih
- Mudah menguap
- Bau khas
- Rasa panas dan mudah terbakar
Tata nama
Penamaan alkohol dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: nama trivial diberi nama
alkohol (alkohol sebagai nama pokok dan rantai karbonnya sebagai gugus (substitulen)),
kedua berdasarkan nama sistematik. Nama sistematik diberi akhiran ol digunakan
dimana gugus OH terikat pada gugus OH diberi nomor terkecil dari ujung rantai karbon.
Ada dua cara pemberian nama pada alkohol, yaitu:
1) Penamaan secara trivial, yaitu dimulai dengan menyebut nama gugus alkil yang terikat
pada gugus OH kemudian diikuti kata alkohol.

R .

OH ( alkil ----Alkohol)

Contoh:
CH3CH2OH

Etil alcohol

CH3CH2CH2OH

Propil alcohol

2) Penamaan secara sistem IUPAC, yaitu dengan mengganti akhiran a pada alkana
dengan akhiran ol (alkana menjadi alkanol)
Contoh :
CH3CH2OH

Etanol

CH3CH2CH2OH

Propanol

Urutan Penamaan Senyawa Alkohol menurut IUPAC


1) Menentukan rantai induk, yaitu rantai karbon terpanjang yang mengandung gugus
OH, selain itu atom karbon lain sebagaicabang.
2) Memberi nomor pada rantai induk yang dimulai dari salah satu ujung rantai, sehingga
posisi gugus OH mendapat nomor terkecil.(Perhatikan tidak harus nomor satu!!!)

3) Urutan penamaan:
nomor atom C yang mengikat cabang
nama cabang :

- CH3 metil
- C2H5 etil

nama rantai induk (alkanol)


Contoh :
CH3
CH3CH2 CH2CH OH
4

2- metil- butanol
4) Penulisan nama cabang sesuai urutan abjad: etil mendahului metil.
5) Apabila posisi gugus OH ekivalen dari kedua ujung rantai induk, maka penomoran
dimulai dari salah satu ujung sehingga cabang-cabang mendapat nomor terkecil.
Penggolongan
Penggolongan alkohol yang umum didasarkan pada jumlah atom karbon yang terangkai
pada karbon pembawa hidroksil.
a. Alkohol primer
1-propanol merupakan alkohol primer karena atom karbonnya yang terangakaikan pada
gugus hidroksil terikat hanya pada hanya satu atom karbon.
CH3CH2-OH alkohol primer
b. Alkohol sekunder
2-propanol merupakan alkohol sekunder karena atom karbonnya yang terangkaikan
pada gugus hidroksil terikat dua atom karbon.
CH3
CH-OH

alkohol sekunder

CH3

c. Alkohol tersier
2-metil-2-propanol merupan alkohol tersier karena atom karbonnya yang terangkaikan
pada gugus hidroksil terikat tiga atom karbon.
CH3
CH3-C-OH

10

alkohol tersier

CH3
B. Fenol
Apabila gugus hidroksil dirangkaikan pada suatu atom karbon dari lingkar benzena,
senyawa itudikenal sebagia fenol. Anggota yang paling sederhana dari golongan ini yaitu
hidroksibenzena, disebut fenol. Fenol seringkali ditinjau secara terpisah dari alkohol
karena sifat kimianya agak berbeda.
Contoh: Hidroksibenzena (fenol)
Adapun sifat fisika dari fenol:
1. Titik didih tinggi
2. Berbentuk padat
3. Bau khas menusuk
4. Tidak berwarna atau merah jambu
C. Eter
Eter atau alkoksi alkana merupakan turunan alkana yang mempunyai struktur berbeda
dengan alkohol. Eter mempunyai rumus umum ROR. Dengan gugus fungsi O yang
terikat pada dua gugus alkil. Gugus alkil yang terikat dapat sama dan dapat berbeda.
Beberapa contoh senyawa eter seperti pada tabel berikut:
No
R
1
CH3
2
C2H5
3
CH3
4
C2H5
Tata Nama

Gugus Fungsi
O
O
O
O

R
-CH3
-C2H5
- C2H5
C3H7

Rumus Struktur
CH3OCH3
C2H5OC2H5
CH3OC2H5
C2H5OC3H7

Ada dua cara pemberian nama eter, yaitu:


1. Penamaan secara trivial dimulai dengan menyebut nama alkil yang terikat pada
gugus Okemudian diikuti oleh kata eter.
2. Penamaan berdasarkan IUPAC, yaitu dengan mengganti akhiran ana pada alkana
asal dengan akhiran oksi.
Contoh pemberian nama pada eter seperti pada tabel berikut :
No

Rumus Struktur

1
2
3

CH3OCH3
C2H5OC2H5
CH3OC2H5

11

Tata Nama
IUPAC
Metoksi metana
Etoksi etana
Metoksi etana

TRIVIAL
Metilmetil eter atau Dimetil eter
Etiletil eter atau Dietil eter
Etilmetil eter

Keisomeran
Alkohol dengan rumus umum ROH dan eter dengan rumus umum ROR
mempunyai keisomeran fungsi.
Contoh:
C3H7 OH dengan CH3 O C2H5
1propanol

metoksi etana

(propil alkohol)

(etilmetil eter)

Kedua senyawa tersebut mempunyai rumus molekul sama, yaitu C3H8O sedangkan
gugus fungsinya berbeda. Jadi, alkohol dan eter mempunyai keisomeran fungsi
Sifat-sifat
1) Eter mudah menguap, mudah terbakar, dan beracun.
2) Bereaksi dengan HBr atau HI.
3) Eter tidak membentuk ikatan hidrogen di antara molekul-molekulnya,sehingga titik
didihnya lebih rendah jika dibandingkan dengan titik didih alkohol yang massa
molekul relatifnya sama. Titik didih eter sebanding dengan titik didih alkana
Pembuatan
Eter dapat dibuat dengan jalan mereaksikan alkohol primer dengan asam sulfat pada
suhu 140C.
2 CH3CH2OH CH3CH2OCH2CH3 + H2O
Kegunaan
1) Eter dalam laboratorium digunakan sebagai pelarut yang baik untuk senyawa
kovalen dan sedikit larut dalam air.
2) Dalam bidang kesehatan, eter banyak dgunakan untuk obat pembius atau anestetik.

D. Amina
Amina adalah turunan organik dari amoniak (NH3). Satu, dua atau tiga gugus alkil
menggantikan hidrogen dari amoniak dan berturut-turut menghasilkan amina primer,
sekunder dan tersier.
CH3NH2

(CH3)2NH

Metanamina

N-metil metanamina

(metilamina)

(dimetilamina)

Suatu amina primer

12

suatu amina sekunder

(CH3)3N
N-N-Dimetilmetanamina
(trimetilamina)
suatu amina tersier

Tata nama amina


Dalam tatanama IUPAC bubuhkan akhiran amina pada nama induk untuk
menyatakan amina primer.atom nitrogen dalam nama induk tidak dianggap ataupun
diberi nomor. Maka amina sekunder dan tersier dinyatakan sebagai sunstituen itu ada
pada atom nitrogen. Tetapi jauh lebih umum untuk menggunakan nama dasar
hidrokarbon seolah-olah ini suatu sustituen yang berakhiran ilamina. Hal itu sesuai
dengan cara pemberian nama amina seperti turunan hidrokarbon dari amoniak.
Sifat fisika amina
Senyawa amina suku rendah seperti metilamin dan etil amin berbentuk gas, dengan
titik didih lebih rendah dari suhu kamar. Walaupun keduanya memiliki titik didih yang
lebih tinggi daripada alkane dengan bobot molekul yang sebanding, dalam hal ini
methanol dan etanol.
Sifat kimia amina
Amina membentuk ikatan hidrogen, ikatan hidrogen N-HN lebih rendah daripada
ikatan hidrogen O-HO karena N kurang elektronegatif disbanding dengan O dan karena
itu ikatan NH kurang polar. Pengikatan hidrogen yang lemah antara molekul amina
menyebabkan titik didihnya berada antara titik didih senyawa berikatan hidrogen kuat
(seperti alkohol) dengan bobot molekul yang bersamaan.
E. Aldehid dan Keton
Aldehid dan keton sering disebut senyawa kabonil karena (senyawa itu) mengandung
gugus karbonil. Gugus karbonil itu secara kimia merupakan salah satu dari gugus fungsi
yang paling mudah menguap.
Tatanama
Tatanama IUPAC menggunakan akhiran al pada nama induknya. Bila suatu
senyawa dinamai sebagai aldehida, maka gugus fungsi perlu diberikan pada akhir rantai
induk sehingga angka -1- diabaikan. Akhiran karbaldehida (-karboksaldehida)
digunakan apabila gugus aldehida (-CHO) ditambahkan pada induk dengan prioritas
tatanama lebih tinggi, maka digunakan istilah metanoil- (atau formil).antaraksi molekul
yang berkaitan dengan kepolaran gugus karbonil mengakibatkan titik didih aldehida
dan keton lebih tinggi daripada titik didih hidrokarbon berbobot molekul yang
sebanding. Ikatan hidrogen antara molekul senyawa karbonil tidaklah mungkin,
sehingga titik didih alkohol yang bersesuaian. Tetapi atom oksigen karbonil dapat

13

merupakan penerima hidrogen yang berikatan dengan air. Jadi aldehida dan keton
berbobot molekul rendah larut benar dalam air.
F. Asam karboksilat
Asam karboksilat adalah salah satu jenis senyawa organik yang diselidiki paling awal
oleh para kimiawan, karena senyawa itu terdapat atau berasal dari banyak bahan alam.
Imbuhan kata asam di depan akhiran oat di belakang nama induk digunakan untuk
menyatakan asam karboksilat dalam tatanama IUPAC. Gugus asam karboksilat harus
ditempatkan pada kedudukan ujung sedemikian sehingga angka -1- tidak dimasukkan. Bila
gugus fungsi dirangkaikan pada suatu bangun siklik, maka awalan asam dan akhiran
karboksilat adalah tepat. Istilah karboksi- digunakan bila gugus fungsi asam karboksilat
diberi nama sebagai substituen.
CH3-CH-CH2-COOH
|
CH3
asam 3-metilbutanoat
Asam karboksilat merupakan zat cair atau padat dengan titik didih yang jauh lebih
tinggi daripada hidrokarbon berbobot molekul yang sebanding. Senyawa yang berbobot
molekul rendah secara nisbi dapat larut dalam air. Kedua sifat ini mencerminkan
kecenderungan asam karboksilat untuk membentuk ikatan hidrogen, baik intra- maupun
antar molekul. Asam karboksilat cair yang umum mempunyai bau yang keras yang
biasanya tidak berbau karena kemampuan menguapnya yang rendah.
Turunan asam karboksilat meliputi penggantian hidroksil oleh gugus halogen (asil
halida), karboksilat (anhidrida karboksilat), alkoksi (ester), dan amino (amida). Turunan
itu mudah berubah balik dan dapat dhidrolisis menjadi asam karboksilat induknya.
Aldehida dan keton bukan turunan asam karboksilat.
Asil halide diberi nama dengan membubuhkan akhiran oil pada nama induknya
dan diikuti oleh kata yang terpisah untuk menyatakan atom halogennya yang khas. Bila
nama asam yang umum dipakai sebagai nama induknya, maka akhiranya il. Klorida
adalah asil halide yang umum digunakan sebagai zat antara buatan.

5. Farmakope merupakan buku resmi yang memuat uraian, persyaratan, keseragaman


pengujian mutu dan pengolahan/peracikan obat, juga tentang alat-alat dan persyaratan alat

14

yang digunakan untuk pengolahan/peracikan dan pengujian mutu obat secara alami dan
serta cara-cara pengujian potensi obat.
Buku Farmakope diakui dan didukung secra resmi dalam lingkungan suatu Negara
atau regional (gabungan beberapa Negara dalam satu wilayah) atau lembaga/badan
internasonal serta beerlaku dalam wilayah tersebut.
Isi farmakope terdiri dari :
1) Ketentuan Umum (General Notice)
Yaitu ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk Farmakope Indonesia tersebut secara
umum antara lain :
a. Bahan dan Proses
Sediaan resmi dibuat dari bahan-bahan yang memenuhi persyaratan dalam
monografi Farmakope untuk asing-masing bahan yang bersangkutan yang
monografinya tersedia dalam Farmakope.
Air yang digunakan sebagian bahan dari sediaan resmi harus memenuhi
persyaratan untuk air, kecuali dinyatakan lain yang dimaksud dengan air-air

dalam pengujian dan penetapan kadar air yang dimurnikan.


Bahan resmi harus dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip cara pembuatan yang
baik dan dari bahan yang telah memenuhi persyaratan yang diterapkan, untuk
menjamin agar bahan yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang tertera pada

monografi Farmakope.
Bahan tambahan, bahan resmi yang dibedakan dari sediaan resmi tidak boleh
mengandung bahan yang ditambahkan kecuali secara khusus diperkenankan
dalam monografi. Apabila diperkenankan pada penandaan harus tertera nama
dan jumlah bahan tambahan tersebut.

b. Macam-Macam Sediaan dalam Farmakope Indonesia


Aqua aromatika ( air aromatik), larutan jenuh minyak atsiri dalam air
Aqua demineralisata, air yang dibebaskan sesempurna mungkin dari zat

organic (mineral) dibuat dengan penukar ion yang cocok


Aqua destilata, dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum
Aqua pro injeksi, air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan

cara sterilisasi
Capsule, bentuk seddiaan yang terbungkus dalam suatu cangkang yang terbuat
dari metal selulosa, gelatin atau bahan lain yang cocok

15

Compressi (tablet), bentuk sediaan padat berbenuk rata atau cembung ragkap,
umumnya bundar dibuat dengan mengempa atau mencetak obat atau campuran

obat dengan atau tanpa zat tambahan


Cremores (krim), bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Emulsa (emulsi), cairan pembawa, distabilkan dengan emulgator atau

surffaktan yang cocok


Ekstrak, sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia
nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari

langsung.
Obat tetes, sediaan cair berupa larutan atau suspense homogeny, digunakan

sebagai obat luar, boleh mengandung bahan tambahan yang cocok.


Obat tetes telinga, obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan kedalam

telinga kecuali dinyatakan lain, dibuat dengan pelarut bukan air.


Infusa, sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air

pada suhu 900 selama 15 menit.


Pil, sediaan padat berupa massa bulat, mengandung suatu atau lebih bahan

obat.
Sirop, sediaan cair berupa larutan yang mengandung suatu atau lebih bahan
obat dan mengandung sakkarosa (biasanya kadar sakkarosa kurang dari 64%

dan tidak lebih dari 66%)


Suppositoria, sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya

berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh.
Jelly (jel), system semi padat berupa suspensi yang dibuat dari partikel organic

yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh cairan.
Vaksin, sediaan yang mengandung zat antigen yang dpaat meimbulkan

kekebalan khas terhadap infeksi atau keracunan oleh jasad renik tertentu.
Salep, sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar, bahan obat yang harus larut tau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok.

2) Monografi (Monography)
Berisi uraian, persyaratan, pengujian mutu, dalam pengujian potensi sebagai berikut :
a. Bobot jenis, kecuali dinyatakan lain, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat
diudara pada suhu 250 terhadap bobot air dengan volume sama pada suhu 250
b. Suhu, kecuali dinyatakan lain, semua suhu didalam Farmakope dinyatakan dalam
derajat celcius dan semua pengukuran dilakukan pada suhu 25 0C. Jika dinyatakan
suhu kamar terkendali, yang dimaksudkan adalah suhu 150 dan 300C

16

c. Pemerian, pemerian memuat paparan mengenai sifat zat secara umum terutama
meliputi wujud, rupa, warna, rasa, bau, dan untuk beberapa hal dilengkapi dengan
sifat kimia atau sifat fisika, dimaksudkan untuk dijadikan petunjuk dalam
pengelolaan, peracikan, dan penggunaan.
d. Kelarutan, kelarutan zat yang tercantum dalam Farmakope dinyatakan dengan
istilah berikut :
Istilah Kelarutan
Sangat mudah larut
Mudah larut
Larut
Agak sukar larut
Sukar larut
Sangat sukar larut
Praktis tidak larut

Jumlah bagian pelarut yang diperlukan


untuk melarutkan zat
Kurang dari 1
1 sampai 10
10 sampai 30
30 sampai 100
100 sampai 1000
1000 sampai 10.000
Lebih dari 10.000

3) Lampiran (Appendix)
Berisi lampiran mengenai alat, cara pengujian, daftar larutan,pereaksi, dan lain-lain.
Peralatan yang digunakan dalam Farmakope Indonesia edisi IV antara lain :
a. Peralatan Volumetrik, peralatan yang dikaliberas pada suhu 20 0, yang digunakan
untuk pengujian dan penetapan kadar menurut FI IV.
b. Termometeer, sesuai uji Farmakope harus memenuhi spesifikasi dan kalibrasi, dan
termometer tersebut adalah dari jenis raksa dalam kaca dan kolom diatas cairan
diisi dengan nitrogen.
4) Indeks (Index)
Berisi tentang indeks yang dimuat dalam Farmakope.

6. A. Sulfanilamida

17

Uji Pendahuluan
Identifikasi Organoleptis
Zat padat
Tidak berwarna / putih / kekuningan /, tidak berasa / sedikit pahit, tidak
berbau.
Kelarutan
Amfoter (tautomerasi), tidak / sedikit larut dalam air, larut dalam pelarut
organik.
Sifat Fisika

Suhu lebur 164,50 C sampai 1670 C

Uji Penggolongan
Reaksi umum
Reaksi Erlich (P-DAB HCl)
Sedikit zat padat pada pelat tetes lalu + 1-2 tetes pereaksi DAB HCl
(+) warna kuning-jingga.
Reaksi Diazo
Zat (10mg) dalam 2 tetes HCl 2 A + 1 ml air. Pada larutan ini d+ 2 tetes diazo
B (larutan 0,9% NaNO2) dan teteskan larutan 0.1 g -naftol dalam 2 ml NaOH
(+) warna jingga lalu merah darah.
Reaksi Korek Api (Lucifer) (+)
Jingga
Zat + HCl encer, dicelupkan batang korek api
(+) warna jingga intensifkuning jingga.

Reaksi spesifik
Reaksi Vanillin
Di atas kaca objek 1 tetes H2SO4 p + beberapa serbuk vanillin, setelah
dicampur + dengan zat, dipanaskan di atas nyala api kecil, warna dilihat
(+) kuning atau hijau muda
Reaksi dengan CuSO4
Zat dalam tabung reaksi + 2 ml air, dipanaskan sampai mendidih lalu + NaOH
2 tetes. Setelah dingin + larutan CuSO4 1 tetes kemudian teteskan HCl encer
sampai reaksi netral atau asam lemah
(+) warna putih
Indofenol (+)
Panaskan zat 100 mg dalam tabung reaksi + 2 cc air sampai mendidih lalu
segera + 2 tetes NaOH dan 2 ml kaporit + 1 tetes fenol liquafectum segera.
Amati perubahan warna yang terjadi
(+) Biru
Pereaksi Roux
Zat padat diletakkan diatas plat tetes lalu + 1 tts pereaksi (Na Nitroprusida 10
ml, aquadest 100 ml, NaOH 2 ml, dan KMnO4 5 ml) lalu diaduk dengan
batang pengaduk
(+) Berwarna
Reaksi dengan KBrO3
Dalam tabung reaksi kecil 10 mg zat + 1 cc H2SO4 + 1 tetes KBrO3 jenuh.
Amati perubahan yang terjadi
(+) Ungu, merah lama-lama keruh
Pirolisa
Prinsip: dengan api kecil. Semua sulfida bila dipanaskan diatas titik leburnya
akan terurai dan timbul warna dari residu
(+) Ungu
Reaksi kristal
D, B, M, Fe kompleks,
Asam pikrat / silikowolframat,
Aseton-air

18

Dalam tabung reaksi zat dilarutkan dengan aseton lalu disaring filtratnya,
tambahkan air secukupnya. Larutan diteteskan di kaca objek, lihat kristal yang
terjadi.

Pemastian
Dibandingkan dengan sampel baku/standar yaitu sulfanilamide murni diperoleh hasil
positif (+)

Kesimpulan
Sampel yang diperoleh adalah Sulfanilamida.

B. Etilen glikol

Uji Pendahuluan
Identifikasi Organoleptis
Cairan jernih, tidak berwarna, kental dan manis
Kelarutan
Larut dalam air, etanol, tidak larut dalam kloroform dan petroleum eter
Sifat Fisika
Diuapkan diatas water bath tidak pernah kering
Jarak didih 1940 C 2000 C

Uji Penggolongan
Reaksi umum
Diazo (Zat + Diazo A + Diazo B)
(+) merah (tidak dapat diekstraksi
oleh amilalkohol)
Marquis (Zat + Pereaksi Marquis)
(+) merah jingga
Reaksi spesifik
Cuprifil
(zat dibasakan dengan NaOH + 1 tetes CuSO4)
(+) Biru jernih
Mulliker
(1 cc zat + 3 gtt pirogalol + 1cc H2SO4)
didinginkan
(+) Merah violet
Carletti
(larutan zat dalam air + asam oksalat + resorsin + H2SO4 (p))
(+) Ungu
Pembentukan akrolein
(+) Bau khas
Landwer (Zat + FeCl3)
(+) Kuning tua sampai coklat jingga
Mempertinggi keasaman asam borat
Cek pH asam borat + zat, maka pH dari asam borat meningkat
(+) Alkohol polivalen

19

Pemastian
Dibandingkan dengan sampel baku/standar yaitu etilen glikol murni diperoleh hasil
positif (+)

Kesimpulan
Sampel yang diperoleh adalah etilen glikol.

20

Anda mungkin juga menyukai