PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Stomatitis
2. Untuk mengetahui etiologi dari stomatitis
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari stomatitis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari stomatitis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic yang di lakukan pada pasien
stomatitis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis stomatitis
7. Untuk mengetahui komplikasi yang timbul dari stomatitis
8. Untuk mengetahui prognosis dari stomatitis
BAB II
2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Stomatitis merupakan bahasa awam untuk berbagai macam lesi/benjolan yang
timbul di rongga mulut. Namun biasanya jenis sariawan yang sering timbul
sehari-hari pada rongga mulut kita disebut (dalam istilah kedokteran gigi) adalah
Stomatitis Aftosa Rekuren. Sariawan atau stomatitis adalah radang yang terjadi
pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat
berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Sariawan dapat menyerang selaput
lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam
rongga mulut. Meskipun tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat
mengganggu. Ada pula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi
imunologik abnormal pada rongga mulut.
2.2 Etiologi
Sampai saat ini penyebab utama dari Stomatitis belum diketahui. Namun para
ahli telah menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya stomatitis ini,
diantaranya adalah :
Penyebab yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :
3
Bagian dari penyakit sistemik antara lain :
Infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya sariawan ini.
Ada pula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik
abnormal pada rongga mulut. Dan imunologik sangat erat hubungannya dengan
psikologis (stress). Faktor psikologis (stress) telah diselidiki berhubungan dengan
timbulnya stomatitis (sariawan) di sebagian besar masyarakat. Berikut adalah
klasifikasi stomatitis :
3. Vincent’s Stomatitis
Stomatitis yang terjadi pada jaringan normal ketika daya tahan tubuh
menurun. Etiologinya, bakteri normal yang ada pada mulut, yaitu B. Flora.
4
Bentuk stomatitis ini erythem, ulcer dan nekrosis pada ginggival.
4. Traumatik Ulcer
Stomatitis yang ditemukan karena trauma. Bentuknya lesi lebih jelas, dan
nyeri tidak hebat.
2.3 Patofisiologi
Identifikasi pada pasien dengan resiko tinggi, memungkinkan dokter gigi
untuk memulai evaluasi pra-perawatan dan melakukan tindakan profilaktis yang
terukur untuk meminimalkan insidens dan morbiditas yang berkaitan dengan
toksisitas rongga mulut. Faktor resiko paling utama pada perkembangan
komplikasi oral selama dan terhadap perawatan adalah pra-kehadiran penyakit
mulut dan gigi, perhatian yang kurang terhadap rongga mulut selama terapi dan
faktor lainnya berpengaruh pada ketahanan dari rongga mulut. Faktor resiko
lainnya adalah : tipe dari kanker (melibatkan lokasi dan histology), penggunaan
antineoplastik, dosis dan administrasi penjadwalan perawatan, kemudian area
radiasi, dosisnya, jadwal dilakukan radiasi (kekerapan dan durasi dari antisipasi
myelosuppresi) serta umur pasien. Keadaan sebelum hadirnya penyakit seperti
adanya kalkulus, gigi yang rusak, kesalahan restorasi, penyakit periodontal,
gingivitis dan penggunaan alat prostodontik, berkontribusi terhadap
berkembangnya infeksi lokal dan sistemik. Kolonisasi bakteri dan jamur dari
kalkulus, plak, pulpa, poket periodontal, kerusakan operculum, gigi palsu, dan
penggunaan alat-alat kedokteran gigi merupakan sebuah lahan yang subur buat
organisme opportunistik dan pathogenistik yang mungkin berkembang pada
5
infeksi lokal dan sistemik. Tambalan yang berlebih atau peralatan lain yang
melekat pada gigi, membuat lapisan mulut lebih buruk, menebal dan mengalami
atropi, kemudian menghasilkan ulserasi local (stomatitis).
6
2.4 Manifestasi Klinis
7
Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula
pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari
c. Stadium Ulcerasi
8
a) Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai.
b) Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya.
c) Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang
cukup, terutama makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi.
d) Hindari stress
e) Pemberian Atibiotik
f) Terapi
1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama
dan kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum
vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral
atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan
sosioekonomi bawah.
9
2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada
perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan
dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan
sampai 4 tahun.
2.7 Komplikasi
Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia
a. Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak
teratur
b. Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
c. Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
d. Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih
10
2. Komplikasi Akibat Radiasi
4. Komplikasi Oral
a. Mucositis/Stomatitis
11
Defenisi mucositis dan stomatitis sering tertukar dalam
penggunaannya tetapi terdapat perbedaan yang besar diantara
keduanya. Mucositis dijelaskan sebagai suatu inflammatory toksik
yang mempengaruhi traktus gastrointestinal dari mulut sampai anus,
yang dapat dihasilkan akibat dari pennyorotan radiasi sampai agen
kemoterapeutik atau radiasi ionisasi. Tipikal mucositis termanifestasi
sebagai suatu eritematous, lesi seperti terbakar atau acak, focal to
diffuse, dan lesi ulseratif. Mucositis dapat tereksaserbasi dengan factor
lokal. Stomatitis merujuk pada suatu reaksi inflamasi yang terjadi pada
mukosa oral, dengan atau tanpa ulserasi dan dapat berkembang oleh
faktor lokal seperti yang teridentifikasi pada etiologi/patofisiologi pada
pembahasan ini. Stomatitis dapat menjadi berkadar ringan atau parah.
Pasien dengan stomatitis yang parah tidak akan mampu memasukkan
apapun kedalam mulutnya. Mucositis eritematous dapat terjadi 3 hari
setelah pemaparan kemoterapi, tapi secara umum berkisar 3-7 hari.
Perkembangan menuju mucositis ulseratif umumnya berlangsung 7
hari setelah kemoterapi. Dokter gigi harus waspada terhadap potensi
berkembangnya toksisitas akibat peningkatan dosis atau lamanya
perawatan pada percobaan klinik yang menunjukkan toksisitas
gastrointestinal. Dosis tinggi kemoterapi seperti yang dilakukan pada
perawatan leukemia dan pengaturan jadwal obat dengan infus
berlanjut, berulang dan tidak terputus (seperti bleomycin, cytarabine,
methotrexate dan fluororacil) sepertinya merupakan penyebab
mucositis dibanding obat infus satu bolus dengan dosis yang setara.
Mucositis tidak akan bertambah parah jika tidak terkomplikasi oleh
infeksi dan secara normal dapat sembuh total dalam waktu 2-4
minggu. Beberapa garis panduan untuk perawatan mulut termasuk
penilaian sebanyak dua kali sehari untuk pasien dirumah sakit dan
perawatan mulut yang sering (minimal 4 jam dan sewaktu akan tidur)
12
malahan meningkatkan keparahan dari mucositis.
b. Infeksi
c. Hemorrhage
13
dan atau koagulasipati. Pada lokasi terjadinya penyakit periodontal
dapat terjadi perdarahan secara spontan atau dari trauma minimal.
Perdarahan oral dapat berbentuk minimal, dengan ptekiae berlokasi
pada bibir, palatum lunak, atau lantai mulut atau dapat menjadi lebih
parah dengan hemorrhage mulut , terutama pada krevikular gingival.
Perdarahan gingiva spontan dapat terjadi ketika jumlah platelet
mencapai paling kurang 50.000/kubik/mm.
d. Xerostomia
14
glandula saliva minor.
Xerostomia mengganggu kapasitas buffer mulut dan
kemampuan pembersihan mekanis, sering berkonstribusi pada dental
karies dan penyakit periodontal yang progresif. Perkembangan dental
karies berakselerasi dengan sangat cepat pada terjadinya xerostomia
akibat hilangnya immunoprotein protektif yang merupakan komponen
dari saliva. Saliva dibutuhkan untuk eksekusi normal dari fungsi mulut
seperti mengecap, mengunyah, dan berbicara. Keseluruhan kecepatan
aliran saliva yang kurang dari 0,1 ml/menit dianggap sebagai indikasi
xerostomia (normal = 0,3-0,5 ml/menit). Xerostomia menghasilkan
perubahan didalam rongga mulut antara lain:
a) Saliva tidak melakukan lubrikasi dan menjadi menebal dan atrofi, yang
akan mengganggu kenyamanan pasien.
b) Kapasitas buffer menjadi tereliminasi, pada mulut kering yang bersih pH
e) Tidak ada mineral (kalsium, fosfor, fluor) yang tersimpan pada permukaan
gigi.
f) Produksi asam setelah terpapar oleh gula dihasilkan oleh demineralisasi
15
radiasi sebelumnya (osteoradionekrosis) merupakan suatu komplikasi yang
serius bagi pasien yang menjalani terapi radiasi pada tumor kepala dan
leher. Komplikasi oral akibat terapi radiasi memerlukan terapi dental yang
agresif sebelum, selama dan setelah terapi radiasi untuk meminimalisasi
tingkat keparahan (xerostomia permanent, karies ulseratif, osteomyelitis
akibat radiasi dan osteoradionekrosis).
2.8 Prognosis
Prognosis stomatitis didasarkan pada masalah yang menyebabkan adanya
gangguan ini. Infeki pada stomatitis biasanya dapat disebabkan karena pengobatan
atau bila masalahnya disebabkan oleh obat-obatan maka yang harus dilakukan
adalah dengan mengganti obat. Stomatitis yang disebabkan oleh iritasi lokal dapat
diatasi dengan oral hygene yang bagus, memeriksakan gigi secara teratur, diet
yang bermutu, dan pengobatan.
BAB IIII
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa
bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun
berkelompok. Sariawan dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir
bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut. Meskipun tidak
tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu. Penyebab yang
berasal dari keadaan dalam mulut seperti :
16
1. Kebersihan mulut yang kurang
2. Letak susunan gigi/ kawat gigi
3. Makanan /minuman yang panas dan pedas
4. Rokok
5. Pasta gigi yang tidak cocok
6. Lipstik
7. Infeksi jamur
8. Overhang tambalan atau karies, protesa (gigi tiruan)
9. Luka pada bibir akibat tergigit/benturan.
3.2 Saran
Sekarang mulai hidup sehat dengan menjaga kebersihan mulut, banyak
konsumsi buah buahan, hindari stress, juga hindari rokok. Serta hindari makanan
dan obat obatan yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada rongga mulut.
17
DAFTAR PUSTAKA
Inayah, Lin. 2004. Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 1. Salemba
Medika : Jakarta
Muttaqin dan Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika : Jakarta
18