Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN

PENGANTAR PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DIPUSKESMAS CEMPAKA PUTIH BANJARMASIN

Tanggal 01 November– 30 November 2017

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD RIFKI SAUFI : 1648401120285


SAFITRI HANDAYANI : 1648401120300

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2017

i
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb
Pertama-tama kami memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya, Laporan Pengantar Praktek Kerja Lapangan ini dapat
kami selesaikan tepat pada waktunya. Penyelesaian Laporan Pengantar Praktek
Kerja Lapangan ini tidak lepas dari bantuan doa dari keluarga, rekan, relasi, dan
teman yang telah mendukung dan meluangkan waktu untuk ikut berpartisipasi.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Ibu Risya Mulyani M.Sc.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
3. dr. Dame Glory Naiborhu selaku Pimpinan Puskesmas Cempaka Putih
Banjarmasin.
4. Ibu Sri Rahayu M.Farm.,Apt selaku dosen pembimbing internal Praktik Kerja
Lapangan Puskesmas sekaligus Kepala Program Studi D3 Farmasi
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
5. Ibu Fathul Jannah S.Si.,Apt selaku pembimbing lapangan di Puskesmas
Cempaka Putih Banjarmasin.
6. Ibu Herda Ariyani M.Farm.,Apt selaku Koordinator Praktik Kerja Lapangan.
7. Ibu Isna Noverita selaku Tenaga Teknis Kefarmasian di Puskesmas Cempaka
Putih.
8. Ibu Gusti Bulqis Hidayati selaku Tenaga Teknis Kefarmasian di Puskesmas
Cempaka Putih.
9. Semua pihak yang telah membantu selama pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan ini.

Kami berharap Pengantar Praktik Kerja Lapangan ini dapat membuahkan hasil
yang lebih baik dan bermanfaat sehingga dapat menjadi panduan dalam
menghadapi persaingan dan lingkungan kerja yang semakin penuh tantangan di
masa yang akan datang. Kami memohon maaf yang sedalam-dalamnya apabila
selama menyelesaikan Laporan Pengantar Praktek Kerja Lapangan ini telah
melakukan kesalahan karena kami juga tidak lepas dari kekhilafan dan kami
menyadari bahwa lapoaran ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Banjarmasin, 29 November 2016

Penyusun,

iii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. TUJUAN PENGANTAR PRAKTEK KERJA LAPANGAN.......................3
C. MANFAAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN............................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PUSKESMAS................................................................................................6
B. TUGAS DAN FUNGSI PUSKESMAS.........................................................8
C. MANAJEMEN SDM.....................................................................................11
D. MANAJEMEN PERBEKALAN FARMASI DI PUSKESMAS...................15
E. PELAYANAN FARMASI DI PUSKESMAS...............................................26
F. LPLPO............................................................................................................33
BAB III TINJAUAN UMUM PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH
A. PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH...............................................................36
B. TUGAS DAN FUNGSI PUSKESMAS.........................................................40
C. MANAJEMEN SDM.....................................................................................41
D. MANAJEMEN PERBEKALAN FARMASI................................................42
E. PELAYANAN KEFARMASIAN.................................................................49
F. LPLPO............................................................................................................51
BAB IV PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN OBAT...................................................................................54
B. PELAYANAN FARMASI DI PUSKESMAS...............................................62
C. KEGIATAN PELAYANAN DI LUAR GEDUNG.......................................64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN..............................................................................................66
B. SARAN..........................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................67
LAMPIRAN

iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Apotek Puskesmas Cempaka Putih
Lampiran 2. Obat-obatan dan Alat Kesehatan yang ada di kamar obat
Lampiran 3. Etiket
Lampiran 4. Contoh Resep
Lampiran 5. Gudang Obat
Lampiran 6. Alat Pres Kertas Puyer (Handbound)
Lampiran 7. Obat-obatan di dalam Lemari Pendingin
Lampiran 8. Kegiatan di Luar Gedung
Lampiran 9. Leaflet Penyuluhan
Lampiran 10. Daftar Hadir Peserta Penyuluhan
Lampiran 11. Struktur Organisasi Puskesmas Cempaka Putih
Lampiran 12. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Putih
Lampiran 13. Kartu Stok Obat

iv
DAFTAR SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah

APT : Apoteker

D3 : Diploma 3

DepKes : Departemen Kesehatan

Dinkes : Dinas Kesehehatan

DOEN : Daftar Obat Essensial Nasional

FEFO : First Expired First Out

FIFO : First In First Out

GF : Gudang Farmasi

GFK : Gudang Farmasi Kota

ISO : Informasi Spesialis Obat

KIA : Kesehatan Ibu Dan Anak

KLB : Keajadian Luar Biasa

Lansia : Lanjut Usia

LPLPO : Laporan Pemakaian Dan Lembar Permintaan Obat

Menkes : Menteri Kesehatan

PKD : Pelayanan Kesehatan Dasar

PKM : Pelayanan Kesehatan Masyarakat

PPKL : Pengantar Praktek Kerja Lapangan

SDM : Sumber Daya Manusia

SIP : Surat Izin Praktek

SKN : Sistem Kesehatan Nasional

UKM : Unit Kesehatan Masyarakat

UKP : Unit Kesehatan Personal

UPOPPK : Upaya Pengelola Obat Publik Dan Kesehatan.

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan dibidang kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan Nasional Indonesia yang diatur dalam Sistem Kesehatan
Nasional (SKN), dijelaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah
terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa,
baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil
guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesejahteraan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesehatan
umum dari tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

Demi tercapainya tujuan tersebut perlu diupayakan kesehatan yang bersifat


menyeluruh, terpadu, merata, dan dapat diterima serta terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat (Depkes RI, 2004).

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan


meningkatkan derajat kesehatan, dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan
berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan
rujukan dan upaya kesehatan penunjang, selain itu sarana kesehatan juga
dapat digunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta
pengembangan ilmu pengetahuan. Sarana kesehatan meliputi balai
pengobatan, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), Rumah Sakit
khusus, Praktek Dokter, Praktek Dokter Spesialis, Apotek, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, dan sarana kesehatan
lainnya.

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota yangbertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayahkerja. Secara nasional standar wilayah kerja
Puskesmas adalah satu kecamatan.Apabila di satu kecamatan terdapat

1
2

lebih dari satu Puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar
Puskesmas dengan memperhatikan keutuhankonsep wilayah yaitu desa/
kelurahan, dusun/rukun warga (RW), dan rukun tetangga (RT).

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas


adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4
indikator utama, yaitulingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan
kesehatan yang bermutu danderajat kesehatan penduduk. Misi
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan, Puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasionaldalam
rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk
mencapaivisi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upayakesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan danupaya kesehatan masyarakat, Puskesmas
perlu ditunjang dengan pelayanankefarmasian yang bermutu.

Pelayanan farmasi sebagai salah satu profesi yang mempunyai kedudukan


penting dan merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh puskesmas maupun rumah sakit serta salah
satu faktor yang dapat menentukan tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan.

Profesi Farmasi saat ini telah mengalami perkembangan yaitu dari


orientasi pada obat berubah menjadi orientasi pada pasien dengan
berdasarkan Pharmaceutical Care, yaitu bentuk pelayanan dan tanggung
jawab langsung profesi farmasis dalam pekerjaan kefarmasian untuk
mencapai tujuan akhir yaitu peningkatan kualitas hidup pasien.

Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana


prasarana,sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi)
dan pelayanan farmasiklinik (penerimaan resep, pemeriksaan resep,
peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat
danpencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana,
3

prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya


mencapai tujuan yang ditetapkan.

Tenaga teknis kefarmasian sebagai salah satu ujung tombak pelayanan


kesehatan tidak hanya di tuntut mempunyai kecerdasan intelektual namun
harus mempunyai kemampuan dasar. Tiga hal kemampuan dasar yang
harus dimiliki adalah knowledge (pengetahuan), skill (kemampuan), dan
attitude (sikap).

Pengantar Praktek Kerja Lapangan (PPKL) adalah suatu pembelajaran


pada unit kerja secara nyata sehingga peserta didik mendapat gambaran
dan pengalaman kerja secara langsung dan menyeluruh. Sebagai calon
tenaga penunjang pada pelayanan kesehatan yang diharapkan mengetahui
berbagai kegiatan terpadu meliputi bidang distribusi, pelayanan, dan
pengawasan sediaan farmasi dan pembekalan kesehatan lainya termasuk
penatalaksanaan administrasinya.

Oleh sebab itu pengalaman belajar merupakan hal yang penting bagi
peserta didik untuk mencapai suatu keberhasilan dalam tujuan pendidikan,
yang dapat diperoleh melalui pendidikan dikelas, dilaboratorium, maupun
di lapangan. Untuk mencapai pengalaman belajar yang nyata dan
komprehensif sehingga peserta didik dapat lebih siap dan mandiri, maka
dilaksanakan praktek kerja lapangan pada Mahasiswa D3 Farmasi
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin dengan lingkup pelayanan
kefarmasian, yaitu di Puskesmas Cempaka Putih.

B Tujuan Pengantar Praktek Kerja Lapangan


1. Tujuan umum
a. Melaksanakan salah satu peran,fungsi, dan kompetensi di Puskesmas
meliputiidentifikasi resep, merencanakan dan melaksanakan
peracikan obat yang tepat.
b. Memberikan kesempatan untuk beradaptasi langsung dengan iklim
kerja kefarmasian sebenarnya,khususnya di Puskesmas.
4

c. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan peserta


didik sebagi bekal memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan.

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang demografi dan data kependudukan wilayah
cakupan kerja Puskesmas Cempaka Putih.
b. Mengetahui Struktur Organisasi Puskesmas Cempaka Putih, dan
peran Instalasi Farmasi di Puskesmas.
c. Mengetahui proses Manajemen Perbekalan Farmasi di Puskesmas
Cempaka Putih.
d. Mengetahui sistem Manajemen SDM di Puskesmas Cempaka Putih.
e. Memahami dan mampu memberikan pelayanan kefarmasian dengan
pendekatan pharmaceutical Care.

C.Manfaat bagi mahasiswa

Manfaat praktek kerja lapangan bagi mahasiswa/i antara lain :

1. Untuk dapat mengaplikasikan ilmu teoriti kefarmasian yang telah


diperoleh selama perkuliahan, sehingga dapat meningkatkan keterampilan
mahasiswa/i.
2. Untuk memberian gambaran dan pengalaman kepada mahasiswa/I
mengenai apotek puskesmas dengan segala aktifitasnya sehingga
mahasiswa dapat memperoleh pemahaman mengenai pelayanan
kefarmasian dipuskesmas, dan memperoleh kemamouan
professional,manajerial,pengalaman praktis dan keterampilan dalam
pengelolaan sediaan farmasi diapotek puskesmas.
3. Untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi dengan
pasien,keluarga pasien dan tenaga kesehatan lainnya sehingga tercapai
tujuan dari pengobatan yaitu peningkatan kualitas hidup pasien.
4. Sebagai salah satu bentuk pendidikan yang berupa pengalaman belajar
secara nyata dan kamprehensif yang sangat penting dan bermanfaat bagi
5

mahasiswa untuk mencapai suatu keberhasialan dalam pendidikan,


sehingga nantinya mahasisawa dapat lebih siap dan mandiridalam
menghadapi dunia kerja.
5. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi assisten apoteker
professional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan disuatu wilayah
kerja. Sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota,
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional dinas kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat
pertama sejak ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia
(Anonim, 2006).

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang


merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai
wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat
dalam wilayah kerjanya (Anonim, 2002).

Menurut Departemen Kesehatan RI pelayanan yang diberikan di


puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan
pengobatan (kuratif), upaya pemulihan kesehatan (rehabilitative), upaya
pencegahan (preventif), dan upaya peningkatan kesehatan (promotif) yang
ditujukkan semua penduduk dan tidak membedakan jenis kelamin dan
umur (Anonim, 2008).

Puskesmas berperan menyelenggarakan dan upaya kesehatan untuk


meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap masyarakat agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal
(Ditjen Binkesmas, 2006).

6
7

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh


bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Pengertian pembangunan kesehatan juga
meliputi pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan
masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan. Penanggung jawab
utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah
kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggung jawab hanya untuk
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya. Secara nasional,
standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila
suatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab
wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah (desa/ kelurahan/ RW). Masing-masing puskesmas
tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2002).

Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu. Program
puskesmas merupakan program kesehatan dasar, yaitu :
a. Promosi kesehatan.
b. Kesehatan lingkungan.
c. Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB).
d. Perbaikan gizi.
e. Pemberantasan penyakit menular.
f. Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik
(laboratorium dan farmasi).

2. Visi dan Misi Puskesmas


a. Visi Puskesmas
Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju Indonesia
sehat. Indikator utama yakni :
8

1). Lingkungan sehat


2). Perilaku sehat
3). Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4). Derajat kesehatan penduduk kecamatan

b. Misi Puskesmas
1). Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
2). Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya.
3). Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4). Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga
dan masyarakat beserta lingkungannya.

B. Tugas dan Fungsi Puskesmas


1. Tugas Puskesmas
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi yang langsung memberikan
pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja
tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Jenis pelayanan
kesehatan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas, namun terdapat
upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah
dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan
permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas.

Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah (Basic Six) :


a. Upaya promosi kesehatan.
b. Upaya kesehatan lingkungan.
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana.
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat.
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
f. Upaya pengobatan.
9

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75


Tahun 2014, tugas puskesmas adalah sebagai berikut :
a. Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan dan
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
d. Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi tepat guna sesuai dengan kebutuhan pelayanan,
mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
e. Puskesmas menginegrasikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan
UKM (Unit Kesehatan Masyarakat) dan UKP (Unit Kesehatan Personal)
lintas program dan lintas sektor serta melaksakan sistem rujukan yang di
dukung dengan manajemen puskemas.

2. Fungsi Puskesmas
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.128/Menkes/SK/II/2004 :
Ada 3 fungsi utama yang dilaksanakan dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan dasar (PKD) kepada seluruh target sasaran masyarakat di wilayah
kerjanya, yakni sebagai berikut :
1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. Puskesmas
selalu berusaha menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan oleh sektor lain, masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, serta aktif melaporkan dampak penyelenggaraan pembangunan
di wilayah kerjanya terhadap kesehatan. Khusus untuk pembangunan
kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
10

2) Pusat pemberdayaan masyarakat.


Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat
termasuk dunia usaha untuk memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan ini
dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya
sosial budaya masyarakat setempat.
3) Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan,
meliputi :
1). Pelayanan kesehatan perorangan (private goods) adalah pelayanan
yang bersifat pribadi, dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
kesehatan mencakup rawat jalan dan rawat inap.
2). Pelayan kesehatan masyarakat (public goods) adalah pelayanan yang
bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan publik, mencegah penyakit tanpa mengabaikan upaya
penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Contoh pelayanan publik
adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai
program kesehatan masyarakat lainnya.
11

C. Manajemen SDM
1. Dokter Umum
Dokter umum mempunyai tugas melaksanakan urusan puskesmas dengan
memberikan kesehatan umum, tindakan gawat darurat, kesehatan jiwa,
kesehatan remaja, kesehatan anak, konsultasi kesehatan, memberikan
rujukan, pengujian kesehatan, otopsi, visum, penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat, mempertanggungjawabkan dan melaporkan hasil kinerja
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten melalui Kepala Puskesmas
untuk menciptakan masyarakat yang sehat, kuat dan sejahtera.

2.Dokter Gigi
Dokter gigi mempunyai tugas melaksanakan urusan puskesmas dengan
memberikan pelayanan kesehatan gigi, memberikan rujukan, penyuluhan
kesehatan gigi kepada masyarakat, mempertanggungjawabkan dan
melaporkan hasil kinerja kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
melalui Kepala Puskesmas untuk menciptakan masyarakat yang sehat, kuat
dan sejahtera.

3. Bidan
Bidan mempunyai tugas melaksanakan urusan puskesmas dengan
memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan KB, pertolongan
persalinan normal, mencatat kegiatan pada kartu ibu, kartu menuju sehat ibu
hamil (KMS bumil), kartu KB, register kunjungan, kohort KIA, melakukan
penyuluhan kepada bumil, pasangan usia subur(PUS), konsultasi kesehatan
ibu dan anak, mempertanggungjawabkan dan melaporkan hasil kinerja
kepada kepala puskesmas untuk menciptakan masyarakat yang sehat,kuat
dan sejahtera.

4. Perawat
Perawat mempunyai tugas melakukan ursan puskesmas dengan memberikan
pelayananan asuhan keperawatan, melakukan kunjungan pembinaan kepada
masyarakat,melakukan pelayanan keperaawatan, melakukan kolaborasi
dengan petugas medis dalam melaksanakan pelayanan terhadap pasien,
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, memberikan konsultasi
12

keperawatan kepada masyarakat, mempertanggungjawabkan dan


melaporkan hasil kinerja kepada kepala puskesmas untuk menciptakan
masyarakat yang sehat,kuat dan sejahtera.

5. Perawat gigi
Perawat gigi memiliki tugas melaksanakan urusan dengan memberikan
asuhan keperawatan gigi, membantu dokter gigi dalam memberikan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, melakukan sterilisasi alat, melakukan
pemerikasaan kesehatan gigi anak sekolah, konsultasi kesehatan gigi dan
mulut, penyuluhan kesehatan kepada masyarakat,
mempertanggungjawabkan dan melaporkan hasil kinerja kepada kepala
puskesmas ntuk menciptakan masyarakat yang sehat,kuat dan sejahtera.

6. Penata laboratorium
Penata laboratorim memiliki tugas melaksanakan rusan puskesmas dengan
memberikan pelayanan pemeriksaan spesimen, organisme, Basil Tahan
Asam(BTA), Parasit, sterilisasi alat, konsultasi kesehatan, penyuluhan
kesehatan kepada masyarakat,mempertanggungjawabkan dan melaporkan
hasil kinerja kepada kepala puskesmas untuk menciptakan masyarakat yang
sehat,kuat dan sejahtera.

7. Sanitarian
Sanitarian memiliki tugas melaksanakan urusan puskesmas dengan
memberikan pelayanan perbaikan kesehatan perumahan dan lingkungan,
menganalisis dampak linkungan, membina sanitasi tempat
umum,pengolahan atau industri makanan, pengolahan atau pemakaian
pestisida, rumah sakit serta pelabuhan,pengawasan kualitas air,pengambilan
sampel air, konsultasi kesehatan lingkungan kepada masyarakat,
mempertanggungjawabkan dan melaporkan hasil kinerja kepada kepala
puskesmas untuk menciptakan masyarakat yang sehat,kuat dan sejahtera.
13

8. Nutrisionis
Nutrisionis memiliki tugas melaksanakan urusan puskesmas dengana
memberikan pelayanan gizi, pelatihan kader, Pemberian Makanan
Tambahan Air Susu Ibu (PMT ASI),pemberian vitamin,garam
beriodium,tablet Fe,obat cacing, mnejelaskan pengisian KMS, pelayanan
posyandu, konsultasi kesehatan atau gizi,penyuluhan kesehatan/gizi kepada
masyarakat, mempertanggungjawabkan dan melaporkan hasil kinerja
kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten melalui kepala puskesmas untuk
menciptakan masyarakat yang sehat, kuat dan sejahtera.

9. Apoteker/Asisten Apoteker
Apoteker/asisten Apoteker memiliki tgas melaksanakan urusan puskesmas
dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menerima resep,
meracik dan mempersiapkan obat sesuai kebutuhan obat dan vaksin,
mencatat pemakaian dan kebutuhan obat,mengelola pemasukan dan
pengeluaran obat,mengevaluasi pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
konsultasi kesehatan,penyuluhan kesehatan kepada masyarakat,
mempertanggungjawabkan dan melaporkan hasil kinerja kepada kepala
puskesmas untuk menciptakan masyarakat yang sehat, kuat dan sejahtera.

10. Kepala Puskesmas


Kepala puskesmas memiliki tugas mengkoordiansi pelaksanaan urusan
Dinas Kesehatan,dengan menyusun kebijakan teknis, melakukan
pembinaan, pengendalian dan memberika fasilitas terhadap pemberantasan
penyakit,pelayanan kesehatan, kesehatan keluarga serta promosi dan
kesehatan lingkungan,mempertanggungjawabkan dan melaporkan hasil
kinerja dinas kepada Kepala Dinas Kesehatan.

11. Kepala Tata Usaha Puskesmas


Kepala tata usaha puskesmas memilikitugas membantu mengkoordinasikan
pelaksanaan urusan dinas kesehatan, sesuai tugas pokok dan fungsi
puskesmas, dengan mensinergikan perencanaan dan pelaksanaan program
kegiatan disetiap program kegiatan puskesmas,yang mencakup
pemberantasan penyakit, pelayanan kesehatan,kesehatan keluarga serta
14

promosi dan kesehatan lingkungan,membina dan mengendalikan


pelaksanaan pelayanan ketatalaksanaan perkantoran ,perlengkapan,
kepegawaian,keuangan,penilaian kinerja dan pelaporan,serta
mempertanggungjawabkan dan melaporkan hasil kinerja tata usaha
puskesmas kepada kepala puskesmas sesuai pedoman dan petunjuk yang
telah ditetapkan.

12. Tenaga Administrasi Umum


Tenaga adminiistrasi umum memiliki tugas memberikan pelayanan
mengagenda surat masuk dan keluar,mengetik dan mengirim surat,
menginventaris barang,melakukan peremajaan data di penyuluhan kesehatan
masyarakat (PKM).

13. Petugas Loket Puskesmas


Petugas loket puskesmas mempunyai tugas melaksanakan tugas
melaksanakan tugas mempersiapkan kartu berobat, memberikan pelayanan
kartu berobat,merekap jumlah kunjungan,menginformasikan mekanisme
pelayanan,serta mengumpulkan dan menyerahkan dana kunjungan pasien ke
bendahara puskesmas.

14. Tenaga Bendahara Keuangan Puskesmas


Tenaga bendahara puskesmas mempunyai tugas melakukan tugas
memberikan pelayanan administrasi keuangan di puskesmas.

15. Tenaga Bendahara Barang Puskesmas


Tenaga Bendahara Barang Puskesmas memiliki tugas melaksanakan tugas
memberikan pelayanan administrasi pengeluaran barang dipuskesmas.
15

D. Manajemen Perbekalan Farmasi di Puskesmas


Manajemen perbekalan farmasi di puskesmas meliputi :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan
perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan, penggunaan obat secara rasional, dan efiensi penggunaan obat.

Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan


oleh Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Data
mutasi obat yang dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor
utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan.
Data mutasi obat sangat penting untuk perencanaan kebutuhan obat di
Puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh
terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di
Kabupaten/Kota.

Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan


menggunakan LPLPO dalam proses perencanaan kebutuhan obat pertahun.
UPOPPK yang ada di Dinas Kesehatan Tk.II beserta GF akan melakukan
kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah
kerjanya dengan memperhitungkan penyesuian jumlah kebutuhan obat
dengan alokasi anggaran yang ada.

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan kebutuhan obat :

a. Tahap pemilihan obat


Fungsi seleksi/pemilihan obat adalah untuk menentukan apakah obat
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah penduduk dan pola
penyakit di daerah. Untuk mendapatkan pengadaan obat yang baik,
sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yaitu
meliputi :
1) Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik, dan statistik yang
16

memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek


samping yang akan ditimbulkan.
2) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan menghindari
duplikasi dan kesamaan jenis.
3) Apabila ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk terapi
yang lebih baik.
4) Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi
mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.
5) Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat
pilihan (drug of choice) dan penyakit yang prevalensinya tinggi.

b. Tahap kompilasi pemakaian obat


Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian
bulanan masing-masing jenis obat di unit pelayanan
kesehatan/puskesmas selama setahun dan sebagai data perbandingan
bagi stok optimum.
Informasi yang didapat dari kompilasi pemakaian obat adalah :
1) Jumlah pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian
setahun seluruh unit pelayanan kesehatan/puskesmas.
2) Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian
setahun unit pelayanan kesehatan/puskesmas.
3) Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat
Kabupaten/Kota.
c. Tahap perhitungan kebutuhan obat
Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan yang berat yang
harus dihadapi oleh tenaga farmasi di instalasi farmasi
Kabupaten/Kota maupun Unit Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD).
Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat dapat terjadi apabila
informasi semata-mata hanya berdasarkan informasi yang teoritis
kebutuhan pengobatan. Dengan koordinasi dan proses perencanaan
untuk pengadaan obat secara terpadu serta melalui tahapan seperti
diatas, maka diharapkan obat yang di rencanakan dapat tepat jenis dan
17

tepat jumlah serta tepat waktu dan tersedia pada saat di butuhkan
(Anonim, 2007).

Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat


di tiap unit pelayanan kesehatan adalah:
1) Metode konsumsi
Menganalisis data konsumsi obat tahun sebelumnya. Hal yang perlu
diperhatikan adalah pengumpulan data, pengolahan data, analisis data
untuk informasi, evaluasi, dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat.

2) Metode epidemiologi
Menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Langkah yang
perlu dilakukan adalah menentukan jumlah penduduk yang akan
dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi
penyakit, menyediakan pedoman peng-obatan, menghitung perkiraan
kebutuhan obat, dan penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

3) Metode campuran
Merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode epidemiologi.

2. Permintaan dan Pengadaan


Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan dalam
rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan di Puskesmas. Tujuan permintaan obat adalah memenuhi
kebutuhan obat dimasing-masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan
pola penyakit di wilayah kerjanya (Anonim, 2003).

Berdasarakan peraturan mentri kesehatan Nomor


HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban menggunakan obat
generik di fasilitas kesehatan pemerintah maka kebanyakan obat yang
tersedia di Puskesmas adalah obat generik.

Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang diperke-nankan untuk disediakan di
Puskesmas adalah Obat Esensial (DOEN) yang jenis dan itemnya
18

ditentukan setiap tahun oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada


Daftar Obat Esensial Nasional.

Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing


Puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO yang
dibuat sebanyak 4 rangkap, 1 lembar untuk Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat, 2 lembar untuk Gudang farmasi dan 1 lembar
arsip, yang dikirimkan setiap akhir bulan, sedangkan permintaan dari sub
unit ke kepala Puskesmas dilakukan secara generik menggunakan LPLPO
Sub Unit. Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu
penyerahan obat kepada Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur
permintaan dan penyerahan obat secara langsung dari UPOPPK ke
Puskesmas. Adapun macam-macam permintaan obat, sebagai berikut:

1) Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila:
kebutuhan meningkat, menghindari kekosongan, penanganan Kejadian
Luar Biasa (KLB), obat rusak, dan kadaluarsa.

Untuk menentukan jumlah permintaan obat yang ditulis di LPLPO


diperlukan data berupa data pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah
kunjungan resep, data penyakit, dan frekuensi distribusi obat oleh
UPOPPK.

Untuk pengadaan, pada awalnya dibuat surat pesanan oleh asisten apoteker
atau apoteker berupa LPLPO, yang kemudian ditandatangani oleh kepala
puskesmas yang bersangkutan. Adapun macam-macam permintaan obat,
sebagai berikut :
a. Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
19

b. Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila :


kebutuhan meningkat, menghindari kekosongan, penanganan Kejadian
Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluarsa.

3. Penerimaan
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di
bawahnya yang bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan Puskesmas.

Penyerahan obat oleh UPOPPK kepada Puskemas dilaksanakan setelah


mendapat persetujuan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
pejabat yang diberi wewenang untuk itu. Semua petugas yang terlibat
dalam kegiatan pengelolaan obat bertanggung jawab atas ketertiban
penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat berikut
kelengkapan cacatan yang mnyertainya.

Petugas penerimaan obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat-obat


yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah obat,
bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditanda tangani oleh
petugas penerima/diketahui Kepala Puskesmas, bila tidak memenuhi syarat
petugas penerima dapat mengajukan keberatan, terdapat kekurangan,
penerima obat wajib menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang
dan lain-lain). Setiap penambahan obat-obatan, dicatat dan dibukukan pada
buku penerimaan obat dan kartu stok.

4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan
yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik
maupun, kimia dan mutunya tetap terjamin yang bertujuan agar obat yang
tersedia di unit pelayanan kesehatan mutunya dapat dipertahankan.
a. Persyaratan gudang dan pengaturan penyimpanan obat antara lain :
1) Cukup luas minimal 3x4 meter persegi.
2) Ruangan kering tidak lembab.
20

3) Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas.


4) Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai
pelindung untuk menghindari adanya cahaya langsung dan
berteralis.
5) Lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan
bertumpuknya debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas
papan (palet)
6) Dinding dibuat licin.
7) Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.
8) Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.
9) Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.
10) Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika
yang selalu terkunci.
11) Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan. Pengaturan
penyimpanan obat tersebut antara lain :
1. Obat disusun secara alfabetis.
2. Obat dirotasi dengan system FIFO dan FEFO.
3. Obat disusun pada rak.
4. Obat yang disimpan pada lantai harus diletakkan diatas palet.
5. Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk.
6. Cairan dipisahkan dari padatan.
7. Sera, vaksin, dan suppositora disimpan dalam lemari
pendingin.
b. Kondisi penyimpanan
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut :
1) Kelembaban.
2) Sinar matahari.
3) Temperatur / Panas.
4) Kontaminas bakteri.
5) Pengotoran
c. Tata cara menyimpan dan menyusun obat.
21

1) Pengaturan penyimpanan obat, dikelompokkan berdasarkan


bentuk sediaan dan disusun secara alfabetis berdasarkan nama
generiknya.
2) Penerapan system FIFO dan FEFO.
3) Obat yang sudah diterima, disusun sesuai dengan
pengelompokkan untuk memudahkan pencarian, pengawasan dan
pengendalian stok obat.
4) Pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak.
5) Obat generik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
terhindar dari cahaya matahari, disimpan di tempat kering.
6) Vaksin dan serum harus dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya dan disimpan dalam lemari es.
7) Obat injeksi di simpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya
matahari.
8) Bentuk drage (tablet salut) di simpan dalam wadah tertutuip rapat
dan pengambilannya menggunakan sendok.
9) Untuk obat yang mempunyai waktu kadaluwarsa supaya waktu
kadaluwarsanya dituliskan pada dus luar dengan menggunakan
spidol.
10) Tempat penyimpanan untuk obat dengan kondisi khusus, seperti
lemari tertutup rapat, lemari pendingin, dan kotak kedap udara.
11) Cairan diletakkan di rak bagian bawah.
12) Kondisi penyimpanan beberapa obat
8. Beri tanda/kode pada wadah obat
9. Beri tanda khusus pada obat yang akan habis masa pakainya.
10. Jangan menyimpan lebih dari satu bulan.

5. Distribusi
Distribusi adalah kegiatan pengeluaran obat dan penyelenggaraan obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit
pelayanan kesehatan seperti kamar obat, laboratorium, pustu, pusling,
posyandu. Tujuan distribusi adalah memenuhi kebutuhan sub unit
22

pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis,


mutu, jumlah, dan tepat waktu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan frekuensi distribusi,
yaitu :
a. Jarak Sub Unit Pelayanan
b. Biaya Distribusi yang tersedia

Penyerahan obat dilakukan dengan cara :


Gudang obat menyerahkan atau mengirimkan obat dan diterima di unit
pelayanan. Penyerahan di gudang puskesmas di ambil sendiri oleh sub
unit pelayanan. Obat diserahkan bersama-sama dengan formulir LPLPO
dan lembar pertama disimpan sebagai tanda bukti penerimaan obat.

Pendistribusian obat-obatan narkotika dan psikotropika dari gudang


farmasi diserahkan kepada apoteker, kemudain apoteker memeriksa
jumlah dari obat narkotika dan psikotropika sesuai dengan LPLPO khusus
obat narkotika dan psikotropika. Kemudain obat yang telah dperiksa
kesesuaiannya dan disimpan pada lemari khusus penyimpanan obat
narkotika dan psikotropika. Obat narkotika dan psikotropika yang ada di
puskesmas diberikan kepada pasien yag di resepkan obat narkotika dan
psikotropika oleh dokter, setiap ada resep narkotika dan psikotropika,
apoteker/asisten apoteker memberi garis merah pada obat narkotika dan
psikotropika dan mengambil obat narkotika dan psikotropika sesuai
dengan yang ada d resep, kemudian apoteker/asisten apoteker langsung
mencatat pengeluaran obat narkotika dan psikotropika yang diambil pada
kartu stok khusus narkotika dan psikotropika. Setelah selesai obat
diberikan langsung oleh apoteker/asisten apoteker di puskesmas kepada
pasien (Winanti dkk., 2008).

6. Pengendalian
23

Pengendalian adalah memperkirakan meghitung pema-kaian rata-rata


periode tertentu di Puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stok ini
disebut stok kerja.Tujuan pengendalian adalah mencegah agar tidak terjadi
kelebihan dan kekosongan stok di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian obat terdiri dari :
a. Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja,
stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Diperhitungkan keadaan
stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat atau kalau
dimungkinkan dilakukan pemesanan untuk mencukupi persediaan.

b. Pengendalian Penggunaan
Tujuan pengendalian Penggunaan adalah untuk menjaga kualitas
pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi :
1) Presentase penggunaan generik.
2) Presentase penggunaan injeksi.
3) Presentase rata-rata jumlah R/.
4) Presentase penggunaan obat generik.
5) Kesesuaian dengan pedoman.

c. Penanganan obat hilang, obat rusak dan kadaluwarsa


1) Penanganan obat hilang
Bertujuan sebagai bukti pertanggung jawaban Kepala Puskesmas
sehingga diketahui persediaan obat saat itu. Kejadian obat hilang
dapat terjadi karena adanya peristiwa pencurian obat dari tempat
penyimpanannya oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
24

2) Penanganan Obat Rusak/Kadaluwarsa


Bertujuan melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat
rusak/kadaluwarsa.

7. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan data obat di puskesmas merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik
obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di
puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya. Puskesmas bertanggung jawab
atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat yang tertib dan lengkap
serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh pengelolaan obat.
a. Sarana pencatatan dan pelaporan
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di
puskesmas adalah LPLPO dan kartu stok. LPLPO yang dibuat oleh
petugas puskesmas harus tepat data, tepat isi dan dikirim tepat waktu
serta disimpan dan diarsipkan dengan baik. LPLPO juga dimanfaatkan
untuk analisis penggunaan, perencanaan kebutuhan obat, pengendalian
persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan obat.
1) Di gudang obat puskesmas
2. Kartu stok obat.
3. LPLPO.
2) Di kamar obat puskesmas
a. Catatan penggunaan obat.
b. LPLPO.
3) Di puskesmas pembantu
a. Catatan penggunaan obat.
b. LPLPO sub unit.
4) Di kamar suntik
a. LPLPO sub unit.
b. Catatan harian penggunaan obat suntik.
25

5) Di pelayanan kesehatan/pengobatan
a. Catatan obat-obatan yang diberikan kepada pasien pada kartu
berobat/status.
6) Di tempat pelayanan P3K dan tempat rawat inap
a. Catatan harian penggunaan obat.
b. LPLPO sub unit.
7) Di puskesmas keliling
a. Laporan pemakaian obat.
8) Di posyandu/polindes/bidan desa
a. Laporan pemakaian obat dan sisa stok.

b. Penyelanggaraan pencatatan :
1) Di gudang puskesmas :
1. Setiap obat yang diterima dan dikeluarkan dari gudang dicatat di
dalam kartu stok.
2. Laporan penggunaan dan lembar permintaan obat dibuat
berdasarkan :
a) Kartu stok obat.
b) Catatan harian penggunaan obat.

Data yang ada pada LPLPO dilaporkan ke DinKes


Kabupaten/Kota. Laporan ini merupakan laporan puskesmas ke
DinKes Kabupaten/Kota.
2) Di kamar obat :
a) Setiap hari jumlah obat yang dikeluarkan kepada pasien dicatat
pada buku catatan pemakaian obat harian.
b) Laporan pemakaian dan permintaan obat ke gudang obat dibuat
berdasarkan catatan pemakaian harian dan sisa stok.
3) Di kamar suntik :
Setiap hari obat yang akan digunakan dimintakan ke kamar obat.
Pemakaian obat dicatat pada buku penggunaan obat suntik dan
menjadi sumber data untuk permintaan tambahan obat,
26

4) Di puskesmas keliling, puskesmas pembantu dan tempat perawatan


serta diruang pertolongan gawat darurat, pencatatan diselenggarakan
seperti kamar obat.

c. Alur pelaporan
Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit dan
puskesmas induk, LPLPO dibuat 4 (empat) rangkap, yakni :
1. Dua rangkap dberikan ke Gudang Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melalui UPOPPK.
2. Satu rangkap untuk arsip puskesmas.
3. Satu rangkap untuk pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
d. Periode pelaporan
Pelaporan dilakukan secara periodik, setiap awal bulan. Untuk
puskesmas yang mendapatkan distribusi setiap bulan LPLPO dikirim
setiap awal bulan, begitu juga untuk puskesmas yang mendapatkan
distribusi setiap triwulan.
e. Pelaporan obat narkotika dan psikotropika
Laporan obat-obatan narkotika dan psikotropika dibuat rutin setiap
bulannya, laporan ini dibuat berdasarkan kartu stok khusus obat
narkotika dan psikotropika yang ada di dalam lemari penyimpanan obat
narkotika dan psikotropika serta melihat dari buku catatan harian
khusus penggunaan obat narkotika dan psikotropika kemudian laporan
dikirimkan ke Dinas Kesehatan/Kota dengan tembusan kepada :
1) Kepala BPOM setempat.
2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.
3) Arsip yang bersangkutan.

E. Pelayanan Farmasi di Puskesmas


Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi
obat menjadi orientasi kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian.
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, Apoteker/Tenaga Teknis
27

Kefarmasian sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,


keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian di puskesmas di golongkan menjadi 2, yaitu
pengelolaan sumber daya dan pelayanan farmasi klinik yang sesuai dalam
upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
1. Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan,
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelayanan resep adalah kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis
yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai
dengan penyerahan obat kepada pasien.
Pelayanan resep dilakukan sebagai berikut:
a. Penerimaan resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Pemeriksaan kelengkapan administrasi resep, yaitu nama dokter,
nomor surat ijin praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter,
tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan,
nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien.
2) Pemeriksaan kesesuaian farmasetika, yaitu bentuk sediaan, dosis,
potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
3) Pertimbangan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuaian dosis.
4) Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep
atau obat tidak tersedia.
b. Peracikan Obat
Setelah penerimaan resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal
kadaluwarsa, dan keadaan fisik obat.
2) Peracikan obat.
28

3) Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam atau oral dan etiket
warna biru untuk obat luar, serta menempelkan label ‘’Kocok
Dahulu’’ pada sediaan obat dalam bentuk larutan.
4) Memasukkan obat kedalam wadah yang sesai dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang
salah.
c. Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket,
cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat.
2) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi yang tidak
sehat mungkin emosinya tidak stabil.
3) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarga
pasien itu sendiri.
4) Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang
terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan obat, dan lain-lain.
d. Pelayanan Informasi Obat.
Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,
etis, bijaksana, dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan
obat yang rasional oleh pasien. Sumber informasi obat adalah buku
Farmakope Indonesia, ISO, IONI, Farmakologi dan Terapi, serta buku-
buku lainnya. Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan
atau brosur obat yang berisi:
a) Nama dagang obat jadi.
b) Komposisi
c) Bobot, isi atau jumlah zat aktif
d) Dosis pemakaian
e) Cara pemakaian
29

f) Khasiat atau kegunaan


g) Kontraindikasi bila ada
h) Tanggal kadaluarsa
i) Nomor izin edar atau nomor registrasi
j) Nomor kode produksi
k) Nama dan alamat industri farmasi

Informasi obat yang diperlukan pasien adalah :


1) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam
sehari, apakah diwaktu pagi, siang, sore atau malam. Dalam hal ini
termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan.
2) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat anti biotik harus
dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
3) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapatkan penjelasan
mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan
farmasi tertentu sperti obat oral. Obat tetes mata, salep mata, obat
tetes hidung, semprot hidung, tetes telinga, suppositoria, dan cream
atau salep rectal dan tablet vaginal.
4) Efek yang timbul dari penggunaan obat yang akan dirasakan,
misalnya berkeringat, mengantuk, kurang waspada, tinja atau air
kencing berubah warna.
5) Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya efek samping obat,
interaksi obat dengan obat lain atau makanan tertentu dan kontra
indikasi obat tertentu dengan diet rendah kalori, kehamilan dan
menyusui.

Efek samping obat adalah setiap respon obat yang merugikan dan tidak
diharapkan serta terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau
takaran normal.
30

a) Salah guna obat adalah penggunaan bermacam-macam obat terapi


efeknya tidak sesuai, tidak rasional, tidak tepat, dan tidak efektif.
b) Bahaya salah guna obat antara lain menimbulkan efek samping yang
tidak diinginkan, pengeluaran untuk obat menjadi lebih banyak atau
menimbulkan ketagihan.

2. Monitoring dan Evaluasi


Hal-hal yang perlu dimonitor dan dievaluasi dalam pelayanan kefarmasian
dipuskesmas, antara lain:
a. Sumber daya manusia
b. Pengelolaan sediaan farmasi (perencanaan, dasar perencanaan,
pengadaan, penerimaan, distribusi)
c. Pelayanan farmasi klinik (pemeriksaan kelengkapan resep, skrinning
d. Mutu pelayanan (tingkat kepuasan konsumen)

Untuk mengatur kinerja pelayanan kefarmasian tersebut harus ada


indicator yang digunakan. Indikator yang dapat digunakan dalam
mengukur tingkat keberhasilan
Pelayanan kefarmasian dipuskesmas antara lain:
1) Tingat kepuasan konsumen.
Dilakukan dengan survei beberapa angket melalui kontak saran atau
wawancara langsung.
2) Dimensi waktu
Lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah ditetapkan.
3) Prosedur tetap pelayanan kefarmasian
Untuk menjamin mutupelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan.
4) Daftar titik pelayanan di puskesmas.

3. Prosedur Tetap Pelayanan Kefarmasian


a. Prosedur tetap pelayanan resep
1) Menerima resep pasien
31

2) Memeriksa kelengkapan resep, yaitu nama, nomor surat ijin, praktik,


alamat dan tanda tangan/parafdokter penulis resep, tanggal resep,
nama obat, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian, nama
pasien, umur pasien, dan jenis kelamin.
3) Memeriksa kesesuaian farmasetika, yaitu bentuk sediaan, dosis,
potensi, stabilitas, inkompabilitas, cara dan lama pemberian.
4) Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan alternative,
bila perlu meminta persetujuan setelah pemberitahuan.
b. Prosedur tetap peracikan obat
1) Membersihkan tempat dan peralatan kerja.
2) Mengambil wadah obat dari rak sesuai dengan nama dan jumlah obat
yang diminta dan memeriksa mutu dan tanggal kadaluarsa obat yang
akan diserahkan pada pasien.
3) Mengambil obat atau bahan obat dari wadahnya dengan
mengguanakan alat yang sesuai misalnya sendok atau spatula.
4) Memberikan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah
dicampur air matang sesuai dengan takarannya pada saat akan
diserahkan kepada pasien.
5) Untuk sediaan obat racikan, langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menghitung kesesuaian dosis.
b) Menyiapkan pembungkus dan wadah obat racikan sesuai dengan
kebutuhan.
c) Menggerus obat yang jumlahnya sedikit terlebih dahulu, lalu
digabungkan dengan obat yang jumlahnya lebih besar, digerus
sampai homogen.
d) Membagi dan membungkus obat dengan merata.
e) Tidak mencampur antibiotik ke dalam sediaan puyer.
f) Sebaiknya puyer tidak disediakan dalam jumlah besar sekaligus.
6) Menuliskan nama pasien dan cara penggunaan obat pada etiket yang
sesuai dengan permintaan dalam resep dengan jelas dan dapat
dibaca.
32

7) Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada


resep, lalu memasukkan obat dalam wadah yang sesuai agar terjaga
mutunya.
c. Proses Tetap Penyerahan Obat
1) Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara
penggunaan obat denagn permintaan pada resep.
2) Memanggil dan memastikan nomor urut dan nama pasien.
3) Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat.
4) Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat.
5) Meminta pasien untuk menyimpan obat pada tempat yang aman dan
jauh dari jangkauan anak-anak.
d. Prosedur Tetap Pelayanan Informasi Obat
1) Menyediakan dan memasang spanduk, poster, booklet, leaflet yang
berisi informasi obat pada tempat yang mudah dilihat oleh pasien
melalui penelusuran.
2) Menjawab pertanyaan baik secara lisan maupun tertulis, langsung
atau tidak langsung, dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak buias,
etis dan bijaksana melalui penelusuran teratur secara sistematis
untuk memberikan informasi yang diperlukan.
3) Mendokumentasiakan setiap kegiatan pelayanan informasi obat
secara sistematis.
e. Prosedur Tetap Penggunaan Obat Rusak atau Kadaluarsa
1) Identifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa
2) Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dari penyimpanan obat
lainnya.
3) Membuat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak atau kadaluarsa
untuk dikirim kembali ke Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.
f. Prosedur Tetap Pencatatan dan Penyimpanan Resep
1) Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan
(jamkesmas, gratis, askes).
2) Membandel resep yang mempunyai tanggal yang sama berdasarkan
urutan nomor resep dan kelompok pembiayaan pasien.
33

3) Membandel secara terpisah resep yang ada narkotikanya.


4) Menyimpan bandel resep pada tempat yang ditentukan secara
berurutan berdasarkan tanggal agar memudahkan dalam penelusuran
resep.
5) Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3 tahun dengan
cara dibakar
6) Membuat berita secara pemusnahan resep dan dikirimkan ke Dinas
Kabupaten/ Kota.
g. Prosedur Tetap Pemusnahan Resep
1) Memusnahkan resep yang telah disimpan selama tiga tahun atau
lebih.
2) Tata cara pemusnahan :
a) Resep narkotika dihitung lembarannya.
b) Resep lain di timbang.
c) Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar.
3) Membuat berita acara pemusnahan.

F. LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat)


LPLPO adalah data laporan pemakaian dan lembar permintaan obat yang
disampakan oleh puskesmas atau unit pelayanan kesehatan kepadea unit
pengelola obat di Kabupaten/Kota. Formulir ini digunakan sebagai bukti
pengeluaran obat di gudang farmasi kota, bukti penerimaan obat di puskesmas,
surat pesanan obat dari puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten, gudang
farmasi kota dan sebagai bukti penggunaan obat di puskesmas.
Menentukan jumlah permintaan obat, yaitu dengan menggunakan formulir
LPLPO. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, selanjutnya di proses oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Gudang Farmasi Kabupaten/Kota.

Jumlah kebutuhan obat di puskesmaspada lembar LPLPO dihitung dengan


menggunakan rumus tertentu. Data yang diperlukan untuk menghitung jumlah
kebutuhan obat tersebut yaitu : data pemakaian obat periode sebelumnya,
34

jumlah kunjungan resep, data penyakit, dan frekuensi distribusi obat oleh
UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Gudang Farmasi Kabupaten/Kota.
Sumber data dari LPLPO dan LBP (Laporan Bulanan Puskesmas).

Cara menghitung kebutuhan obat :

Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian
pada periode sebelumnya.

SO = SK + WK + WT + SP - SS

Ketererangan :

SO = Stok Optimum

SK = Stok Kerja (Stok Periode berjalan)

WK = Waktu Kekosongan Obat

WT = Waktu Tunggu (Lead Time)

SP = Stok Penyangga

SS = Sisa Stok

Penjelasan :
1. Stok Kerja adalah pemakaian rata-rata per periode
distribusi.
2. Waktu Kekosongan adalah lamanya kekosongan obat
dihitung dalam hari.
3. Waktu Tunggu adalah waktu tunggu yang mulai dihitung
dari permintaan oleh puskesmas sampai dengan penerimaan obat
dipuskesmas.
4. Stok penyangga adalah persediaan obat untuk
mengantispasi terjadinya peningkatan kunjungan, keterlambatan kedatangan
obat, dan peningkatan pemakaian
5. Sisa stok adalah sisa obat yang masih tersedia di puskesmas
pada akhir distribusi.
35

LPLPO ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah


ditandatangani oleh Kepala Puskesmas. LPLPO dibuat sebanyak 4 rangkap, 1
lembar untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, 2 lembar untuk gudang
farmasi dan 1 lembar sebagai arsip. Penyerahan Obat oleh UPOPPK kepada
puskesmas dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu.
LPLPO dikirimkan setiap akhir bulan dan permintaan barang akan diterima
pada setiap awal bulan.
BAB III

TINJAUAN UMUM PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH

A. Puskesmas Cempaka Putih


1. Profil Puskesmas Cempaka Putih
Puskesmas Cempaka Putih termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan
tepatnya di Kelurahan Kuripan Jalan Simpang Kuripan No. 2 RT. 08
Telpon (0511) 3256262.

a. Luas Wilayah
Luas wilayah kerja Puskesmas Cempaka Putih adalah 1,66 Km 
yang meliputi 2 (dua) Kelurahan yaitu : Kelurahan Kuripan 0,72
Km dan Kelurahan Kebun Bunga 0,94 Km.

b. Batas Wilayah
Batas wilayah kerja Puskesmas Cempaka Putih terletak di sebelah
Timur Kota Banjarmasin dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Puskesmas Sungai Bilu


(Kelurahan Sungai Bilu).
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Puskesmas Karang Mekar
(Kelurahan Karang Mekar).
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Puskesmas Pemurus Luar
(Kelurahan Terminal).
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Puskesmas Sungai Mesa
(Kelurahan Melayu).

c. Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Putih
menurut data terakhir (2015) adalah 21.065 jiwa, yang terdiri dari
Kelurahan Kuripan sebanyak 11.232 jiwa sedangkan Kelurahan
Kebun Bunga sebanyak 9.833 jiwa. Adapun jumlah Rukun
Tetangga (RT) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Cempaka

36
37

Putih yaitu sebanyak 70 RT yang terdiri dari 36 RT di Kelurahan


Kuripan dan sebanyak 34 RT di Kelurahan Kebun Bunga.

Data kependudukan ini dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :


1) Jenis Kelamin
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin terbagi menjadi laki-
laki sebanyak 10.260 jiwa dan perempuan sebanyak 10.805
jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

Tabel 1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di wilayah kerja


PuskesmasCempaka Putih Kota Banjarmasin Tahun 2015.

Kelurahan
Jenis
No Kebun Jumlah Persen
Kelamin Kuripan
Bunga

1. Laki-laki 5.524 4.736 10.260 48,70

2. Perempuan 5.708 5.097 10.805 51,29

Jumlah 11.232 9.833 21.065 100

Sumber : Disdukcapil Tahun 2015

2) Umur
Sedangkan jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di wilayah kerja


Puskesmas Cempaka Putih Kota Banjarmasin Tahun 2015.
38

Kelurahan
Kelompok
No Kebun Jumlah Persen
Umur Kuripan
Bunga

1. 1 – 4 tahun 850 950 1800 8,54

2. 5 – 9 tahun 968 825 1793 8,51

3. 10 – 14 tahun 872 735 1607 7,62

4. 15 – 19 tahun 1001 512 1513 7,18

5. 20 – 24 tahun 768 965 1733 8,22

6. 25 – 29 tahun 901 935 1836 8,71

7. 30 – 34 tahun 1081 1028 2109 10,01

8. 35 – 39 tahun 965 758 1723 8,17

9. 40 – 44 tahun 769 552 1321 6,27

10 45 – 49 tahun 753 594 1347 6,39


.

11 50 – 54 tahun 750 443 1193 5,66


.

12 55 – 59 tahun 620 585 1205 5,72


.

13 60 – 64 tahun 396 426 822 2,8


.

14 65 – 69 tahun 216 248 464 1,6


.

15 70 – 74 tahun 177 120 297 1,0


.

16 ≥ 75 tahun 145 157 302 1,1


.
39

Jumlah 11.232 9.833 21.065 100,00

d. Mata Pencaharian
Sebagian besar mata pencaharian penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Cempaka Putih adalah sebagai buruh yaitu sebesar 28,5
% (2487 jiwa) dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan.
Dan terbanyak kedua adalah Lain-lain (maksudnya mereka yang
yang bekerja tidak termasuk dalam kategori yang ada seperti
tukang becak, pengamen, buruh serabutan dan lain-lain) sebesar
22,8 % atau 1991 jiwa. Pendidikan sebagian besar penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Cempaka Putih adalah tamatan SMA
(Sekolah Menengah Atas) atau sederajat yaitu sebesar 11.273 jiwa
atau sekitar 53,5 % dari jumlah penduduk. Dan sebesar 3,7 %
pernah mengenyam pendidikan di SD (Sekolah Dasar) atau sekitar
1.007 jiwa.

e. Pendidikan
Adapun jumlah penduduk yang tidak sekolah sekitar 1,6 % atau
480 jiwa. Sisanya berpendidikan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama) sebesar 21,75 %. Sedangkan yang tamat Akademi 8,7 %
dan tamat Perguruan Tinggi (PT) sebesar 2,5 % atau sekitar 721
jiwa.

2. Sarana Yang Ada di Wilayah Puskesmas Cempaka Putih


a. Puskesmas Induk : 1 buah
b. Desa Siaga : 4 buah
c. Pusling : 4 buah
d. Posyandu Lansia : 3 buah

3. Visi dan Misi Puskesmas


a. Visi Puskesmas Cempaka Putih
Mewujudkan pelayanan kesehatan berkualitas menuju masyarakat
Banjarmasin sehat, mandiri dan berkeadilan.
40

b. Misi Puskesmas Cempaka Putih


1) Mendorong kemandirian perilaku sehat bagi masyarakat
diwilayah kerja Puskesmas Cempaka Putih.
2) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,
terjangkau dan berkeadilan.
3) Menggerakkan masyarakat berperan aktif mewujudkan
lingkungan yang sehat.
4) Membangun profesionalisme dengan memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal baik individu, keluarga dan masyarakat.

B. Tugas Dan Fungsi Puskesmas


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor 75
Tahun 2014, tugas dan fungsi puskesmas sebagai berikut :
1. Tugas Puskesmas
a. Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya,
c. Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat
diakses dan terjangkau oleh masyarakat di wilayah kerjanya secara
adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan
kepercayaan.
e. Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi tepat guna sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan.
41

f. Puskesmas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan


penyelenggaraan UKM (Unit Kesehatan Masyarakat) dan UKP
(Unit Kesehatan Personal) lintasan program dan lintasan sektor
serta melaksanakan sistem rujukan yang ddukung dengan
manajemen puskesmas.

2. Fungsi Puskesmas
a. Menyelenggarakan UKM (Unit Kesehatan Masyarakat) tingkat
pertama di wilayah kerjanya.
b. Menyelenggarakan UKP (Unit Kesehatan Personal) tingkat
pertama di wilayah kerjanya

C. Manajemen Sumber Daya Manusia


Adapun staf ketenagakerjaan yang ada di Puskesmas Cempaka Putih dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Distribusi Jumlah Tenaga di Puskesmas Cempaka Putih Kota


Banjarmasin

No Jenis Ketenagaan Jumlah

1. Dokter Umum 4 orang

2. Dokter Gigi 1 orang

4. Perawat 6 orang

5. Perawat Gigi 3 orang

6. Pembantu Perawat 1 orang

7. Bidan:

Bidan D3 5 orang

Bidan D1 1 orang

8. Apoteker 1 orang

9. Asisten Apoteker 2 orang

10. Analis Kesehatan 2 orang


42

11. Sanitarian 2 orang

12. Nutrisionist 2 orang

13. Tata Usaha

a. Kepala Tata Usaha 1 orang

b. Loket 5 orang

d. Verifikator Keuangan 1 orang

14. Tenaga kontrak/honorer 4 orang/1 orang

15. PNS 33 orang

Jumlah 38 orang

D. Manajemen Perbekalan Farmasi di Puskesmas Cempaka Putih


1. Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
Sumber obat di Puskesmas Cemapaka Putih Banjarmasin yaitu dari dana
JKN (Jaminana Kesehatan Nasional) dan APBD (Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah).
a. Perencanaan
Proses perencanaan kebutuhan obat sangat mempengaruhi
ketersediaan obat di Puskesmas, sebab proses perencanaan obat
bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai
dengan kebutuhan untuk menghindari terjadinya kekosongan obat.
Apabila kebutuhan obat di puskesmas tidak direncanakan dengan baik
maka akan terjadi kekosongan atau kelebihan obat.

Perencanaan obat di Puskesmas Cempaka Putih terdiri dari dua jenis


perencanaan, yaitu perencanaan bulanan dengan menggunakan
LPLPO dan perencanaan tahunan.
Perencanaan bulanan dibuat dengan melihat jumlah obat yang
diterima atau yang dikeluarkan setiap bulannya yang tertera pada
43

kartu stok yang ada di gudang dan juga melihat dari buku catatan
harian penggunaan obat.

Perencanaan tahunan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi di


Puskesmas Cempaka Putih dilakukan dengan mengisi lembar POA
(Planning of Action) yang diberikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Lembar perencanaan tersebut terdiri dari beberapa
kolom yang harus diisi yaitu : sisa stok (yang dapat dilihat dari kartu
stok) dan pemakaian rata-rata perbulan. Untuk menghitung pemakaian
rata-rata perbulan ini dapat dilakukan dengan melihat LPLPO
bulanan, caranya dengan menjumlahkan pemakaian obat perbulan
selama 12 bulan kemudan jumlah tersebut dibagi 12, hasil dari
perhitungan tersebut yang dinamakan pemakaian rata-rata perbulan.
Untuk menghitung perencanaan obat Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota menggunakan rumus yang sudah ditentukan.
Rumus yang digunakan yaitu :

R = (PR x 18) + 10% - SS


Keterangan :

R = Rencana Tahunan

PR = Pemakain Rata-rata

SS = Sisa Stok

18 = Sebagai buffer (Penyangga)

Angka 18 disini berfungsi sebagai buffer (penyangga) artinya sebagai


antisipasi apabila sewaktu-waktu terjaid kekurangan obat. Jika hanya
dikali 12 yang hanya berarti untuk 12 bulan saja dikhawatirkan
apabila terjadi keterlambatan pengadaan dari gudang farmasi tidak
akan terjadi kekosonagn obat. Hal yang menjadi pertimbangan yaitu
jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan
obat di puskesmas semakin meningkat pula serta adanya Kejadian
Luar Biasa (KLB).
44

b. Pengadaan dan Penerimaan


Perencanaan yang telah dbuat digunakan untuk pengadaan obat.
Pengadaan di puskesmas oleh gudang farmasi berdasarkan LPLPO
yang dibuat oleh puskesmas yang telah disetujui oleh Kepala
Puskesmas, LPLPO yang dikirim ke Dinas Kesehatan kabupaten/Kota
setelah disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan maka gudang farmasi
siap untuk mengirimkan obat.
LPLPO terdiri dari 4 rangkap, yaitu :
1) Satu rangkap untuk arsip Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dibidang pelayanan dan kesehatan (YanKes).
2) Dua rangkap untuk arsip Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
gudang farmasi Kota.
3) Satu rangkap arsip untuk apotek di puskesmas.

Barang yang datang akan diperiksa oleh petugas apotek dan


disesuaikan dengan yang tertera di LPLPO. Pemeriksaan meliputi
nama obat, jumlah kemasan, jenis obat, bentuk sediaan, serta
pemeriksaan lainnya yang diperlukan seperti tanggal kadaluarsa. Jika
terdapat perbedaan maka obat harus dikembalikan.

Macam-macam obat yang ada di Puskesmas Cempaka Putih


berdasarkan sumber dana :
1) Obat JKN/Jamkesmas.
2) Obat APBD kotamadya.

Untuk obat-obatan JKN, puskesmas tidak lagi melakukan pengadaan


obat dari gudang farmasi melainkan puskesmas lebih mandiri dalam
pengelolaan pengadaan obat. Puskesmas akan diberi anggaran dana
selama setahun, sehingga puskesmas itu sendiri akan membeli
langsung obat ke pihak ketiga yaitu PBF (Pedagang Besar Farmasi).
Untuk obat-obatan APBD, pengadaan di lakukan oleh gudang farmasi
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Banjarmasin berdasarkan POA
yang telah di kirimkan masing-masing puskesmas ke GFK (Gudang
45

Farmasi Kabupaten). Obat-obat yang ada di Apotek Puskesmas


Cempaka Putih terdiri dari macam-macam bentuk sediaan, yaitu :

1) Sirup (cairan atau kering) seperti cefadroxil sirup kering,


paracetamol sirup, ibuprofen sirup, zink sirup.
2) Kapsul seperti lanzoprazole kapsul dan cefadroxil kapsul.
3) Tablet dan pil seperti asam mefenamat dan pil KB.
4) Salep (salep mata atau kulit) seperti salep 2-4, gentamicin salep,
fuson salep, basitrasin salep, oksitetrasiklin 3%, scabimite 5%,
chloramfenicol 1%
5) Krim seperti hidrokortison 1%, hidrokortison 2,5% dan
ketokonazole 2% krim.
6) Tetes mata seperti sulfasetamid 15%, cendo lyteers, cendo
augentonic.
7) Tetes telinga seperti chloramfenicole 3% dan fenol gliserol.
8) Suppositoria seperti antihemaroid.

Obat-obat yang ada di Apotek Puskesmas Cempaka Putih menurut


kelompoknya :
1) Narkotik (Codein HCL)
2) Psikotropik (Diazepam)
3) Obat Keras (Salbutamol)
4) Obat bebas dan bebas terbatas (Parasetamol)

Selain obat-obat diatas, terdapat juga obat puyer yang diracik oleh
tenaga farmasi dan kemudian dibungkus. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan pemberian obat kepada pasien. Puyer tersebut adalah
Puyer Batuk (PB) yang terbagi menjadi PB I, PB II, PB III, dan PB
IV.

c. Penyimpanan
Pada kamar obat, obat-obatan yang dipakai untuk pelayanan resep
diletakkan pada lemari khusus yang terbuat dari kayu dengan model
terbuka tanpa penutup (untuk obat oral sediaan padat maupun cair),
46

untuk obat-obatan yang ditujukan untuk pemakaian luar (salep, krim,


tetes mata, tetes telinga) diletakkan didalam lemari kayu yang
berbentuk laci-laci kecil yang menempel didinding. Obat-obatan yang
penyimpananya harus pada suhu dibawah suhu ruangan atau yang
tidak stabil pada suhu ruangan, tempat penyimpanannya di dalam
kulkas seperti suppositoria. Untuk alat-alat BMHP diletakkan pada
lemari plastik transparan yang berbentuk laci-laci kecil. Sedangkan
untuk obat-obatan narkotika dan psikotropika diletakkan didalam
gudang obat dan dimasukkan di dalam lemari besi dengan dua pintu.
Semua sediaan obat-obatan dikamar obat disusun sesuai dengan abjad.
Penyimpanan pada gudang obat disusun menurut abjad dan menurut
bentuk sediaan masing-masing, seperti sediaan untuk pemakaian
dalam atau peroral maka dari abjad a – z semua adalah sediaan untuk
pemakaian dalam atau peroral. Begitu juga dengan sediaan untuk
pemakaian luar dan alat-alat kesehatan. Di dalam gudang obat, obat
JKN dan obat APBD juga dipisahkan.

d. Distribusi
Pendisitribusian obat dan alat kesehatan digudang obat Puskesmas
Cempaka Putih dilakukan ke beberapa sub unit pelayanan kesehatan
seperti Poskesdes, Posyandu, pengobatan Lansia dan pusling.Sebelum
melaksanakan pelayanan kesehatannya, masing-masing sub unit
pelayanan melakukan permintaan ke apotek puskesmas untuk
menyiapkan obat-obatan yang diperlukan pada pelayanan kesehatan.
Tenaga Farmasi mencatat obat apa saja yang diambil dari apotek
untuk kemudian dimasukkan kedalam buku catatan khusus untuk
setiap sub unit dan dicatat pada akhir bulan pada LPLPO bersama
pemakaian obat harian di puskesmas.

e. Pengendalian
Kegiatan pengendalian yaitu memperkirakan atau menghitung
pemakaian rata-rata periode tertentu dipuskesmas dan seluruh unit
pelayanan serta menentukan stok optimum dan stok pengaman.Stok
47

optimum adalah jumlah obat yang diserahkan kepada unit pelayanan


agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan, sedangkan stok
pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah
terjadinya hal yang tidak terduga dan menentukan waktu tunggu
pemesanan sampai obat diterima.

f. Pelaporan
Obat-obat yang digunakan untuk resep umum, gratis dan JKN setiap
hari dicatat di buku register obat harian sesuai dengan jumlah obat
yang keluar. Kegiatan register obat harian ini dilakukan setelah jam
pelayanan pasien selesai. Untuk golongan obat narkotika dan
psikotropika yang keluar pada hari itu dicatat dibuku tersendiri,
dimana satu buku hanya untuk satu macam obat, untuk resep racikan
dihitung pula berapa bungkus yang keluar setiap harinya.

Obat-obat yang diregister setiap hari tersebut akan digabungkan


jumlahnya dalam sebulan, kemudian akan dibuat laporan melaui
lembar LPLPO oleh tenaga kefarmasian. LPLPO ditujukan untuk
Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, gudang farmasi dan arsip
puskesmas.

Obat golongan narkotika dan psikotropika pelaporannya


tersendiri.Obat golongan narkotika dan psikotropika dibuat
dipelaporannya setiap satu bulan sekali. Laporan ini ditujukan kepada
Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Obat yang rusak, hilang atau atau
kadaluarsa dibuat laporan yang ditujukan ke Gudang Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Banjarmasin dengan membuat berita acara.

2. Administrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan dan
pengarsipan baik menyangkut sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
48

ataupun resep.Hal ini bertujuan untuk memudahkan monitoring dan


evaluasi.Pengadministrasian resep di Puskesmas Cempaka Putih menurut
prosedur lengkap pencatatan dan penyimpanan resep yang telah
ditetapkan, berlaku peraturan sebagai berikut :

a) Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan


(umum,JKN/BPJS, dan gratis).
b) Membundel resep yang memiliki tanggal yang sama berdasarkan
urutan nomor resep dan kelompok pembiayaan pasien .
c) Membundel resep secara terpisah resep yang ada Narkotikanya,
Psikotropik dan precursor narkotik.
d) Menyimpan bundle resep pada tempat yang ditentukan secara
berurutan berdasarkan tanggal agar memudahkan penelusuran resep.
e) Memudahkan resep yang telah disimpan selama 3(tiga) tahun dengan
cara dibakar.
f) Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

Cara memusnahkan resep yang sudah disimpan selama 3 tahundi


Puskesmas Cempaka Putih yaitu dengan menghitung lembaran resep
narkotik, resep kemudian ditimbang dan dihancurkan dengan cara
dibakar atau dikubur. Data-data tersebut dimasukkan kedalam berita
acara pemusnahan resep yang kemudian akan diserahkan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi. Pemusnahan ini disaksikan oleh sekurang-
kurangnya satu pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Proses
penyimpanan dan pencatatan serta pemusnahan resep di Puskesmas
Cempaka Putih sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.

E. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Cempaka Putih


1. Penerimaan resep
49

Penerimaan resep diapotik Puskesmas Cempaka Putih berasal dari pasien


umum (bayar),JKN dan gratis. Pasien gratis yaitu pasien yang tidak
tergolong pasien JKN, sedangkan pasien umum adalah pasien yang berada
pada luar wilayah Banjarmasin dan bayar. Sumber penggunaan obat untuk
pasien umum ini adalah APBD.Pasien JKN adalah pasien yang ikut dalam
asuransi kesehatan kebanyakan dari mereka adalah pegawai negeri,
sumber obat dari pasien ini adalah obat JKN. Pada prakteknya pasien JKN,
umum dan gratis dapat menggunakan obat yang bersumber dari APBD
maupun JKN.

Ketika menerima resep dari pasien, petugas apotek (asisten


apoteker/apoteker) di Apotek Puskesmas Cempaka Putih melakukan
prosedur penerimaan resep yang sudah ditetapkan. Resep diserahkan
kepada asisten apoteker atau apoteker, diperiksa jenis atau macam obat
dan ketersediaanya seperti memeriksa kelengkapan resep, yaitu tanggal
resep, nama obat, sediaan obat, dosis, jumlah yang diminta, cara
pemakaian, nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin. Jika sudah
selesai diperiksa dan resep tidak mengalami masalah maka langkah
selanjutnya adalah pengerjaan resep. Resep diberi nomor kemudian
dikelola baik meracik obat atau mengambil obat yang sudah jadi dan
disediakan.

2. Penyiapan/Peracikan Obat
Penyiapan obat yang sudah jadi dilakukan dengan mengambil obat sesuai
dengan yang tertulis di resep, pada saat mengambil obat perlu diperhatikan
nama obat, kadar obat dan tanggal expired date. Sedangkan untuk
melakukan peracikan, yang pertama dilakukan adalah menghitung
kesesuaian dosis dan jumlah obat yang akan digunakan. Langkah
selanjutnya menyiapkan pembungkus serta wadah obat racikan sesuai
kebutuhan.Setelah itu dilakukan pembersihan tempat dan peralatan kerja,
pembersihan ini dilakukan untuk menghindari adanya kotoran debu atau
sisa obat pada peracikan sebelumnya yang menempel pada alat peracikan.
Setelah alat bersih, dilakukan pengambilan obat dari rak sesuai dengan
50

namadan jumlah obat yang diminta pada formula obat racik puyer.
Penggerusan obat dalam jumlah banyak di lakukan dengan menggunakan
blender, sedangkan penggerusan obat dalam jumlah sedikit dilakukan
dengan menggunakan mortir dan stemper. Setelah obat tercampur
homogen lalu obat dibagi sama rata, dibungkus dengan rapi dan
dimasukkan kedalam plastic klip yang sesuai . penyiapan dan peracikan
obat puyer di Puskesmas Cempaka Putih sudah baik sesuai prosedur.

3. Penyerahan Obat
Setelah obat diracik/disediakan obat diberi etiket oleh asisten apoteker atau
apoteker. Sebelumnya menyerahkan obat kepada pasien,asisten apoteker
atau apoteker yang membuat resep wajib memeriksas kembali kesesuaian
antara jenis, jumlah dan cara penggunaan obat dan waktu pemberian obat
sesuai permintaan resep, setelah memastikan kesesuaian barulah pasien
dipanggil berdasarkan nomor urut pasien. Pemastian ini sangat penting
karena kesalahan dalam penyerahan obat sangat berakibat
fatal.Penyerahan obat kepada pasien harus disertai dengan pemberian
informasi obat. Apoteker maupun asisten apoteker harus memastikan
bahwa pasien telah memahamin cara penggunaan obat. Pasien diminta
juga untuk menyimpan obat di tempat yang aman jauh dari jangkauan
anak-anak. Setelah memanggil pasien, di cek kembali identitas pasien agar
obat yang di serahkan sesuai dengan pasien yang tertulis di resep.

4. Informasi Obat
Informasi obat kepada pasien sangat penting disampaikan oleh asisten
apoteker atau apoteker yang melakukan penyerahan obat kepada pasien.
Meskipun obat yang diberikan sudah benar dan tepat, akan tetapi pasien
kurang mengerti bagaimana cara menggunakan obat yang benar, maka hal
itu akan sia-sia. Contohnya pada penggunaan obat captopril, dimana
captopril harus diminum sebelum makan/saat perut kosong, kareana
absorpsi obat ini berkurang jika ada makananan. Selain tujuan terapi tidak
tercapai, hal ini juga bisa menyebabkan keadaan hipertensi yang tidak
stabil.
51

Jadi disinilah peran asisten apoteker atau apoteker sangat diperlukan guna
tercapainya efek terapi. Informasi obat ini bisa mengenai cara penggunaan
obat yang benar, efek samping obat, interaksi obat, dan cara penyimpanan
obat yang baik dan benar. Asisten apoteker atau apoteker di Puskesmas
Cempaka Putih dalam menyerahkan obat kepada pasien disertai dengan
informasi obat dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
pasien atau bisa juga menggunakan bahasa daerah. Informasi obat juga
dapat dilakukan dengan penyediaan leaflet informasi obat tertentu agar
menambah pemahaman pasien tentang obat. Di apotek Puskesmas
Cempaka Putih sudah tersedia leaflet yang berisi tentang informasi obat.

5. Lain-lain
Kegiatan kefarmasian yang rutin dilakukan adalah kegiatan luar gedung
berupa pusling, posyandu lansia, dan desa siaga.Kegiatan bertempatdi
suatu tempat yang sudah ditetapkan untuk masing-masing kegiatan
sebelum pelaksanaan dilakukan.Tugas asisten apoteker atau apoteker pada
kegiatan ini yaitu pelayanan kefarmasian. Obat atau perbekalan kesehatan
yang digunakan dalam kegiatan ini berasal dari apotek puskesmas dan di
tulis di dalam buku masing-masng kegiatan.

F. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)


Pencatatan dan pelaporan data obat puskesmas merupakan bagian rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat obatan secara tertib, baik obat-
obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan dipuskesmas
atau unit pelayanan lainnya.

Tujuan pencatatan dan pelaporan data adalah :


1. Bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan.
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengadilan.
3. Sumber data untuk pembuatan laporan.

Puskesmas bertanggungjawab atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan


obat yang tertib serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh
pengelolaan obat.
52

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) di Puskesmas


Cempaka Putih digunakan dalam pengelolaan obat agar manajemen
perbekalan farmasi di puskesmas dapat terkendali dengan baik. Laporan ini
digunakan sebagai sarana pertanggungjawaban oleh puskesmas kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melalui gudang farmasi. LPLPO bulanan
dilakukan untuk laporan pemakaian obat setiap bulan. Laporan tahunan
LPLPO dibuat berdasarkan laporan bulanan yang berupa LPLPO mulai dari
awal bulan.

Untuk membuat LPLPO bulanan, apoteker Puskesmas Cempaka Putih melihat


dari pencatatan harian yang dilakukan setiap hari oleh tenaga puskesmas
menyangkut penerimaan dan pelayanan obat ke sub unit pelayanan pada kartu
stok. Dalam hal untuk permintaan obat di Puskesmas Cempaka Putih, apoteker
melihat dari hasil stok optimum pada LPLPO bulan berjalan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien khususnya bagi masyarakat


umum yang berobat ke Puskesmas Cempaka Putih telah dilaksanakan dengan baik
oleh sumber daya manusianya. Mementingkan dan berusaha meningkatkan derajat
kesehatan masyarakatnya wajib dilakukan oleh semua petugas yang ada di
Puskesmas Cempaka Putih.

Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan


kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang
merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Dengan
makin kompleknya upaya pelayanan kesehatan, khususnya masalah terapi obat,
telah menuntut kita untuk memberikan perhatian dan orientasi pelayanan
kefarmasian kepada pasien.

Puskesmas Cempaka Putih telah melakukan kegiatan pelayanan kefarmasian


(Pharmaceutical Care) kepada masyarakat. Sebagai sarana kefarmasian untuk
melaksanakan pelayanan obat mulai dari penerimaan resep, peracikan/
pengambilan obat, penulisan resep, sampai penyerahan obat kepada pasien yang
disertai dengan inforamsi obat yang dilakukan oleh tenaga farmasi kepada pasien
umum dan JKN. Tenaga farmasi akan menganalisa resep yang diterima dan
menyiapkan obat sesuai dengan yang tertulis dalam resep.

Di Apotek Pusksmas Cempaka Putih memiliki 1 Apoteker dan 2 Asisten


Apoteker. Apoteker disini bertanggungjawab atas semua kegiatan yang ada di
apotek termasuk pengadaan/permintaan obat. Semua kegiatan yang ada
dilaksanakan oleh apoteker dan asisten apoteker. Apoteker dan asisten apoteker
wajib melaksanakan manajemen obat. Pentingnya manajemen obat adalah agar
perputaran obat benar-benar efektif, tidak terjadi kekosongan/ kelebihan obat,
manajemen obat juga memperhatikan sumber dana yang tersedia. Sumber obat di
Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin, yaitu berasal dari obat JKN dan obat

53
54

APBD kotamadya. Obat JKN yaitu obat untuk pasien yang memiliki kartu BPJS
dan jamkesmas. Sedangkan obat APBD kotamadya, yaitu untuk pasien umum (di
luar wilayah Banjarmasi) dan gratis.

A. Manjamen Obat
Manajemen obat di Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin memiliki
beberapa tahap, yaitu :
1. Perencanaan
Proses perencanaan kebutuhan obat sangat sangat mempengaruhi
ketersediaan obat di puskesmas, sebab perencanaan obat bertujuan untuk
mendapatkan jenis dan jumlah obat yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan untuk menghindari terjadinya kekosongan/ kelebihan obat.

Perencanaan obat di Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin


menggunakan metode konsumsi dan metode epidemiologi. Tetapi metode
konsumsi lebih diutamakan dikarenakan data yang digunakan berdasarkan
jumlah pemakaian sebelumnya.

Obat yang persediaannya telah minim dan habis direncanakan untuk


pengadaan. Selain itu juga menyesuaikan dengan kebutuhan obat dan
memperhatikan sediaan farmasi yang mengalami cepat pergerakannya
(fast moving) dan lambat pergerakannya (slow moving). Cara ini
digunakan agar tidak terjadi penumpukan barang dan obat yang sesuai
kebutuhan.

Perencanaan sediaan dan perbekalan farmasi di Puskesmas Cempaka


Putih Banjarmasin terdiri dari perencanaan bulanan dan tahunan.
Perencanaan tahunan dilakukan dengan mengisi lembar POA (Planning
Of Action) yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Untuk
perencanaan bulanan dilakukan untuk mengisi lembar perencanaan
bulanan dilakukan dengan mengisi lembar perencanaan (LPLPO) yang
formatnya telah ditentukan oleh dinas Kesehatan Kota/Kabupaten.
55

Lembar perencanaan tersebut terdiri dari beberapa kolom yang harus diisi
oleh Pengelola Apotek Puskesmas, diantaranya yaitu sisa stok pada akhir
bulan, sisa stok ini dapat dilihat dari data pemakaian obat sehari-hari,
kartu stok dan fisik barang yang tersedia. Kolom berikutnya yaitu
pemakaian obat perbulan. Untuk mengetahu pemakaian obat perbulan
dapat dilihat dari buku catatan pemakaian harian. LPLPO (Laporan
Pemakain Obat dan Lembar Permintaan Obat) dibuat oleh apoteker dan
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin.
LPLPO dibuat sebanyak 4 rangkap dimana 1 lembar diserahkan untuk
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat bagian Yankes (pelayanan
kesehatan), 2 lembar untuk Gudang Farmasi dan 1 lembar sebagai arsip.
LPLPO berfungsi ganda, selain sebagai laporan pemakaian obat pada
bulan sebelumnya, juga berfungsi sebagai lembar permintaan obat untuk
bulan selanjutnya.

Permintaan obat pada Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin kepada


Dinas Kesehatan menggunakan LPLPO. Permintaan dilakukan dengan
memperhitungkan pemakaian obat dan jumlah persediaan. Jumlah
permintaan yang ditulis oleh Pihak Puskesmas di dalam LPLPO biasanya
tidak langsung disetujui oleh Gudang farmasi Kota Dinas Kesehatan
(GFK). Gudang Farmasi akan melakukukan analisa terlebih dahulu
terhadap permintaan yang ada di LPLPO, setelah itu baru diputuskan
berapa jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang akan diberikan
kepada puskesmas yang bersangkutan. Namun, terkadang jumlah obat
yang diberikan bisa sesuai dengan permintaan dan bisa tidak sesuai
dengan permintaan.

2. Pengadaan dan Permintaan

Pengadaan dan permintaan obat di puskesmas dilakukan untuk


memperoleh obat, obat dengan mutu tinggi, menjamin tersedianya obat
dengan cepat dan tepat waktu
56

Oleh karena itu pengadaan/permintaan harus sangat diperhatikan


mempertimbangkan bahwa obat yang diminta/ diadakan sesuai dengan
jenis obat yang telah direncanakan.

Obat dikirimkan dari gudang farmasi kota ke puskesmas biasanya setelah


minggu ke-2 bulan berjalan, tergantung situasi dan kondisi. Sebab gudang
farmasi Kota Banjarmasin harus menyiapkan dan mengirimkan obat
untuk 26 Puskesmas di Banjarmasin.

3. Penerimaan
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di
bawahnya yang bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan Puskesmas. Penyerahan
obat kepada Puskemas dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang diberi wewenang
untuk itu.
Setelah obat diterima, petugas penerimaan obatdigudang melakukan
pengecekan terhadap obat-obat yang diserahkan, mencakup jumlah
kemasan/peti, jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi
dokumen (LPLPO) dan ditanda tangani oleh petugas penerima/diketahui
Kepala Puskesmas, bila tidak memenuhi syarat petugas penerima dapat
mengajukan keberatan. Apabila terdapat kekurangan, penerima obat wajib
menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang dan lain-lain). Setiap
penambahan obat-obatan, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan
obat dan kartu stok.

4. Penyimpanan
Penyimpaanan dilakukan setelah penerimaan obat, obat akan disimpan di
gudang obat puskesmas. Penyimpanan obat harus dilakukan di rak-rak
obat sesuai abjad, jenis sedian dana sumber dana. Cara penyimpanan obat
di Puksesmas Cempaka Putih Banjarmasin sudah sesuai, yakni disimpan
menurut alfabetis dan bentuk jenis sediannya (injeksi, salep, tablet, sirup,
57

alkes dan lain-lain). Untuk pengeluaran pemakaian obatnya, Puskesmas


Cempaka Putih memerlukan sistem FIFO dan FEFO. Sistem FIFO adalah
sistem dimana obat yang masuk lebih awal keluarnya pun lebih awal,
begitu juga sebaliknya. Sedangkan sistem FEFO adalah sistem
penyimpanan berdasarkan masa berlakunya obat tersebut (expire date)
dimana obat yang lebih dekat waktu kadaluarsanya akan dikeluarkan
terlebih dahulu. Ini juga merupakan cara paling efektif dalam perputaran
obat yang aman, terjamin dan berkhasiat untuk menyembuhkan pasien.

Obat-obat Psikotropika dan narkotika disimpan dalam lemari khusus,


memiliki dua kunci yang berbeda, terdiri dari dua pintu. Obat jenis
suppositoria dan ovula disimpan dalam lemari pendingin. Penyimpanan
ini bertujuan agar bahan obat tidak rusak, aman dan mempermudah
pengaturan administrasi, yaitu pengaturan obat berdasarkan bentuk
sediaan dan disusun menurut abjad. Jika ada obat yang kadaluarsa dapat
dikirim lagi ke gudang farmasi untuk dimusnahkan dengan menggunakan
berita acara yang telah dibuat oleh petugas apotek di puskesmas.

Penyimpanan resep di apotek dipisahkan dalam 3 buah jenis resep, yaitu


resep untuk pasien gratis, umum dan JKN. Resep dikumpulkan tiap hari
kemudian digabungkan perbulan dan disimpan pertahun. Resep-resep
tersebut kemudian disimpan selama 3 tahun kemudian biasanya
dimusnahkan kemudian dibuat berita acara pemusnahan. Selain itu dalam
gudang obat Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin juga terdapat alat
pengontrol suhu berdasarkan suhu kamar, yaitu sekitar 230C sehingga
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan terjamin mutunya. Untuk obat-
obatan yang ada dilemari pendingin seperti suppositoria dan ovula, suhu
penyimpanannya yaitu 5-15°C agar sediaan tidak lembek dan mencair.

5. Distribusi
Pendistribusian obat merupakan kegiatan untuk menyalurkan obat dari
puskesmas ke unit-unit pelayanan kesehatan, sehingga setiap saat tersedia
58

dalam jumlah, jenis dan mutu yang dibutuhkan. Pendistribusian obat dan
alat kesehatan dari gudang obat Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin
dilakukan ke beberapa sub unit pelayanan kesehatan, seperti Posyandu,
Desa Siaga, Pusling, dan juga Poli-poli. Pendistribusian kepada sub-sub
unit pelayanan kesehatan tersebut dilakukan secara berkala sesuai jadwal
masing-masing kegiatan pelayanan kesehatan. Kegiatan permintaan dan
pendistribusian sediaan farmasi dan alat kesehatan kepada sub unit
kesehatan menggunakan LPLPO sub unit.

6. Pengendalian
Pengendalian bertujuan agar tidak terjadi kelebihan atau kekosongan obat
di unit pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas). Kegiatan Pengendalian
terdiri dari :
a. Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja,
stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Diperhitungkan keadaan
stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat atau kalau
dimungkinkan dilakukan pemesanan untuk mencukupi persediaan.

b. Pengendalian Penggunaan
Tujuan pengendalian Penggunaan adalah untuk menjaga kualitas
pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi :
1) Presentase penggunaan generik.
2) Presentase penggunaan injeksi.
3) Presentase rata-rata jumlah R/.
4) Presentase penggunaan obat generik.
5) Kesesuaian dengan pedoman.
59

c. Penanganan obat hilang, obat rusak dan kadaluwarsa


1) Penanganan obat hilang
Bertujuan sebagai bukti pertanggung jawaban Kepala Puskesmas
sehingga diketahui persediaan obat saat itu. Kejadian obat hilang
dapat terjadi karena adanya peristiwa pencurian obat dari tempat
penyimpanannya oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

2) Penanganan Obat Rusak/Kadaluwarsa


Bertujuan melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat
rusak/kadaluwarsa. Jika petugas pengelola obat menemukan obat
yang tidak layak pakai (karena rusak/kadaluwarsa), maka perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Petugas kamar obat, kamar suntik, atau unit pelayanan kesehatan
lainnya segera melaporkan dan mengirimkan kembali obat
tersebut kepada petugas gudang obat puskesmas.
b) Petugas gudang obat Puskesmas menerima dan mengumpulkan
obat rusak dalam gudang. Jika memang ditemukan obat tidak
layak pakai maka harus segera dikurangkan dari catatan sisa stok
pada masing-masing sisa stok yang dikelolanya. Petugas
kemudian melaporkan obat rusak/kadaluwarsa yang diterimanya
dari satuan kerja lainnya, ditambah dengan obat
rusak/kadaluwarsa dalam gudang, kepada Kepala Puskesmas.
c) Kepala Puskesmas selanjutnya melaporkan dan mengirimkan
kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota beserta berita acara sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

Adanya kartu stok digunakan untuk mengendalikan persediaan obat


dan perbekalan kesehatan di Puskesmas Cempaka Putih
Banjarmasin. Data pada kartu stok tersebut bisa digunakan untuk
mengetahui pemakaian obat sebelumnya yang selanjutnya bisa
dipakai untuk membuat perencanaan dan permintaan sediaan
60

farmasi dan perbekalan farmasi yang benar-benar di perlukan


Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin. Dengan pengendalian
penggunaan yang tepat maka tidak akan ada obat yang menumpuk
atau kurang di puskesmas tersebut, sehingga dana obat dapat
dimanfaatkan seefektif mungkin dan seefisien mungkin.

Untuk mengetahui adanya obat yang hilang dilakukan pemeriksaan


kesesuaian antara catatan pemakaian obat harian, stok obat yang
ada di tempat penyimpanannya dengan jumlah yang tertulis di
dalam kartu stok. Jika tidak sesuai maka kemungkinan ada obat
yang tidak tercatat atau salah catat baik itu jumlah barang yang
diterima ataupun jumlah barang yang keluar. Adanya kelebihan
atau kekurangan obat bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
human error, adanya salah hitung jumlah obat, adanya pengeluaran
dan pemakaian obat yang tidak tercatat, adanya obat yang hilang
dan catat dan lain sebagainya.

7. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan pemakaian obat di Apotek Cempaka Putih Banjarmasin
bertujuan untuk memperoleh atau mengetahui pengeluaran dan
pemasukan obat, sehingga mudah dimonitor. Pencatatan meliputi
permintaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat. Pada
saat obat dikeluarkan, dicatat dalam laporan harian pemakaian obat dan
kartu stok. Pencatatan dilakukan setiap hari setelah jam pelayanan
berakhir. Pencatatan yang dilakukan antara lain, rekap formulir
monitoring peresepan, jumlah kunjungan pasien, jumlah pemakaian obat
perhari, jumlah peresepan obat genetik oleh dokter, jumlah pemakaian
obat tertentu seperti psikotropik dan narkotik dicatat dibuku khusus.

Pencatatan harian obat dicatat dibuku khusus yang dapat dimanfaatkan


untuk membantu petugas unit pelayanan dalam mengendalikan
persediaan obat, terutama jika persediaaan telah mencapai jumlah
61

minimum, maka unit pelayanan dapat mengajukan permintaan obat


tambahan. Pelaporan bulanan dapat dilakukan untuk laporan pemakaian
obat setiapa bulan dengan format LPLPO. Laporan ini digunakan sebagai
sarana pertanggungjawaban oleh puskesmas kepada Dinas kabupaten/
Kota melalui gudang farmasi. Laporan tahunan LPLPO dibuat
berdasarkan laporan bulanan yakni ada pada tiap laporan bulanan yang
berupa LPLPO mulai dari awal tahun.

Aktivitas pencatatan, pelaporan dan pengarsipan baik menyangkut


sediaan farmasi dan alat kesehatan berdasarkan prosedur lengkap
pencatatan dan penyimpanan resep. Pencatatan dan pelaporan yang
dilakukan di Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin tersebut antara lain :
a. Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan
(umum, gratis dan JKN).
b. Mengelompokan resep dengan tanggal yang sama berdasarkan
nomor urut pasien.
c. Mengelompokan secara terpisah resep Psikotropika dan narkotika.
d. Menyimpan resep pada tempat yang telah ditentukan secara berurutan
untuk memudahkan dalam penulusuran resep.
e. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3 tahun dengan
cara dibakar
f. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirim ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota

Cara pemusnahan resep yang telah tersimpan selama 3 tahun dengan


menghitung lembar resep, kemudian resep ditimbang dan dihancurkan
dengan cara dikubur atau dibakar. Data-data tersebut dimasukkan dalam
berita acara pemusnahan resep kemudian akan diserahkan kepada Dinas
Kesehatan Kota Banjarmasin dan Dinas Provinsi. Pemusnahan resep
disaksikan oleh sekurang-kurangnya satu orang pihak puskesmas dan
dinas kesehatan. Proses penyimpanan dan pencatatan serta pemusnahan
62

resep di Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin dilakukan mengikuti


prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
B. Pelayanan Farmasi di Puskesmas
1. Penerimaan Resep
Penerimaan resep di Apotek Cempaka Putih Banjarmasin berasal dari
pasien umum, gratis dan JKN. Untuk pasien gratis harus memenuhi syarat
yang berlaku, yaitu membawa lembar fotocopy KTP atau KK (Kartu
Keluarga). Pasien Jamkesmas adalah pasien yang mendapatkan bantuan
dari pemerintah dalam pengobatannya, sumber obat untuk pasien ini
adalah obat JKN. Ketika menerima resep maka akan dilakukan
pemeriksaan resep terlebih dahulu, apabila terdapat kekeliruan atau resep
yang ditulis tidak rasional, maka petugas apotek harus menanyakan
kembali mengenai resep tersebut kepada dokter yang menulis resep
tersebut, tapi jika resep sudah lengkap maka langkah selanjutnya adalah
pengerjaan resep, baik meracik obat maupun pengambilan obat yang
sudah jadi.

Resep gratis terdiri atas 1 rangkap, yaitu lembar putih dan hijau. Lembar
putih akan dikumpulkan per hari sebagai arsip Apotek untuk pembuatan
laporan penggunaan obat, sedangkan lembar hijau akan dikumpulkan
setiap hari dan diserahkan kebagian tata usaha untuk dibuatkan laporan
dan diajukan ke Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Resep JKN hanya
terdiri atas 1 lembar berwarna putih dan masing-masingnya akan
dibuatkan laporan dan diajukan kepada pihak yang bersangkutan. Untuk
resep umum, resepnya sama seperti resep JKN yaitu hanya terdiri atas 1
lembar berwarna putih. Akan tetapi, pasien dengan resep umum harus
melakukan pembayaran terlebih dahulu pada bagian kasir.

2. Peracikan Obat
Penyiapan obat yang sudah jadi dilakukan dengan mengambil obat sesuai
dengan yang tertulis pada resep. Saat pengambilan obat perlu diperhatikan
nama obat, dosis, umur, penyakit pasien, jumlah obat, jenis sediaan dan
63

expired date obat tersebut. Jika obat telah siap dan sesuai dengan
permintaan, kemudian dilakukan penulisan nama pasien nomor urut
sesuai kode masing-masing jenis pelayanan (umum, gratis dan JKN) dan
cara penggunaan obat pada etiket.

Ada juga pembuatan serbuk puyer. Pengerusan obat dalam jumlah besar
yaitu menggunakan blender, sedangkan penggerusan obat dalam jumlah
sedikit dilakukan menggunakan mortir dan stemper. Setelah obat
tercampur homogen lalu obat dibagi sama rata, dibungkus dengan rapi
dan dimasukkan kedalam plastic klip yang sesuai

3. Penyerahan Obat
Sebelum menyerahkan obat kepada pasien, petugas apotek yang
mengerjakan resep tersebut harus memeriksa kembali kesesuaian antara
jenis, jumlah serta aturan pakai kemudian petugas akan memanggil nama
pasien. Penyerahan obat kepada pasien harus disertai dengan pemberian
informasi obat yang jelas. Petugas apotek harus memastikan bahwa pasien
telah memahami betul cara penggunaan obat dan memberitahukan kepada
apsien untuk menyimpan obat di tempat yang aman dan jauh dari
jangkuan anak-anak serta penyimpanan khusus untuk obat-obat tertentu,
seperti penyimpanan suppositoria.

4. Informasi Obat
Informasi obat kepada pasien sangat penting disampaikan oleh tenaga
farmasis yang melakukan penyerahan obat kepada pasien, meskipun obat
yang diberikan kepada pasien sudah benar dan tepat, tetapi masih banyak
pasien yang tidak mengerti bagaimana cara penggunaan obat yang baik
dan benar. Selain tujuan terapi tidak tercapai, hal ini juga dapat
memunculkan resiko resistensi terhadap obat, sehingga peran tenaga
farmasis disini sangatlah diperlukan guna tercapainya terapi yang
diharapkan untuk pasien. Pelayanan informasi obat di Puskesmas
Cempaka Putih Banjarmasin dilakukan oleh apoteker maupun asisten
64

apoteker informasi yang diberikan meliputi cara penggunaan obat yang


benar, efek samping obat, interaksi obat, serta penyimpanan obat yang
benar dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien.
Informasi juga meliputi waktu dan pemakaian jumlah obat yang
dianjurkan, contohnya antibiotik harus diminum sampai obat yang
diberikan habis sesuai dengan aturan pakai. Cara penggunaan obat luar,
contohnya salep kulit digunakan dengan cara mengoleskaan tipis pada
kulit yang sakit. Informasi tentang efek samping obat, contohnya Tera-F
yang merupakan obat flu yang mengandung antihistamin generasi ke satu
yang dapat mengakibatkan mengantuk.

C. Kegiatan Pelayanan di Luar Gedung


Kegiatan pelayanan di luar gedung Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin
meliputi :
1. Pelayanan Kefarmasian di Pusling, Desa Siaga dan Posyandu Lansia
Mencangkup kegiatan pengobatan. Petugas pada kegiatan Puskesmas
Keliling dan Poskedes adalah perawat, dokter dan petugas farmasi
tergantung jadwal masing-masing. Kegiatan ini biasanya bertempat di
salah satu rumah warga dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Kegiatan Pusling yang kami ikuti yaitu di Manunggal 1 RT.31
dan di Gang Nangka. Untuk kegiatan Desa Siaga, lokasinya berada di
Gang H. Asmuni RT.27 Omhani. Sedangkan kegiatan Posyandu Lansia
bertempat di Posyandu Gawi S dan Posyandu Lansia Kenanga.

2. Penyuluhan
Penyuluhan kepada pasien memegang peranan penting, tujuannya yaitu
agar dapat secara langsung mengedukasi pasien terhadap jenis dan cara
pemakaian oabat yang dikonsumsinya agar terapi yang diharapkan dapat
tercapai dengan maksimal. Penyuluhan yang dilakukan masih dalam
bentuk penyuluhan dalam gedung yang sifatnya kebih mengarah kepada
pelayanan informasi terhadap penggunaan obat. Penyuluhan juga
dilakukan apabila terjadi penyakit bersifat epidemi yaitu kenaikan
65

kejadian suatu penyakit yang berlangsung cepat dalam jumlah insiden


yang banyak contohnya Filariasis. Tujuannya untuk memberikan
informasi kepada pasien tentang cara pencegahan penyakit tersebut
sehingga tidak bertambah masyarakat yang sakit.
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan di Puskesmas Cempaka Putih yaitu
pada hari Senin tanggal 21 November 2016 tentang Cara Penggunaan
Inhaler Yang Baik dan Benar dan pada hari Kamis tanggal 24 November
2016 tentang Obat-obat Maag.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin sebagai unit pelayanan
kesehatan yang diperlukan dan sangat membantu masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang mudah, cepat dan terjangkau
serta memiliki ruangan dan lingkupan yang bersih.
2. Manajemen perbekalan farmasi di Puskesmas Cempaka Putih
Banjarmasin di kelola oleh apoteker dan dua asisten apoteker,
meliputi : perencanaan, permintaan obat, pengadaan atau penerimaan
obat, penyimpanan, pendistribusian pengendalian dan pelaporan obat.
3. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin
sudah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Pelayanan tersebut
meliputi penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat dan
pemberian informasi obat.

B. Saran
1. Pengelolaan obat di Puskesmas Cempaka Putih Banjarmasin sudah
sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan diharapkan dapat
mempertahankan dan meningkatkan manajamen pengelolaan obat serta
mencegah terjadinya human error.
2. Tingkatkan kerja sama antara petugas apotek, perawat, dokter dan
bidan.
3. Untuk mahasiwa/ mahasiswi agar pelaksanaan PKL dilaksanakan
pada waktu yang lebih lama agar mahasiswa lebih dapat memahami
perannya di bidang kefarmasian sebagai seorang Tenaga Teknis
Kefarmasian.

66
67

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003. PedomanPengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di


Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anonim, 2006. Pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas. Jakarta :


Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anonim, 2006. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Jakarta :


Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anonim, 2007. Pedoman Pengolahan Obat Di Puskesmas. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Anonim, 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007, Tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Jakarta : menteri
dalam negeri

Anonim, 2009. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan.


Jakarta : departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anonim, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75


Tahun 2014, Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : menteri
Kesehatan Republik Indonesia

Anonim, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30


Tahun 2014, Peredaran, Penyimpanan Dan Pemusnahan Dan Laporan
Narkotika, Psikotrapika Dan Prekusor Farmasi.Jakarta : menteri
Kesehatan Republik Indonesia

Anonim, 2015 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun


2015, Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan Dan Pelaporan
Narkotia, Psikotropik Dan Prekusor Farmasi : menteri Kesehatan
Republik Indonesia

Departemen RI, 2006. Buku Petunjuk Teknis Pngembangan Dan


Penyelenggaraan. Jakarta : depkes RI

Effendy, N. 1998. Dasar-Dasar Kesehatan Mayarakat. Edisi 2. Jakarta : penerbit


buku kedokteran EGC.
Lampiran 1. Apotek Puskesmas Cempaka Putih

68
69

Lampiran 2. Obat-obatan dan Alat Kesehatan yang ada di kamar obat


70

Lampiran 3. Etiket
71

Lampiran 4. Contoh Resep


72

Lampiran 5. Gudang Obat

Lampiran 6. Alat Press Kertas Puyer (Haandbound)


73

Lampiran 7. Obat-obatan d dalam Lemari Pendingin (Suppositoria, Ovula)

Lampiran 8. Kegiatan di Luar Gedung


74

Lampiran 9. Leaflet Penyuluhan


75
76

Lampiran 10. Daftar Hadir Peserta Penyuluhan


77
78
79

Lampiran 12. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Putih


80

Lampiran 13. Kartu Stok

Jenis Obat :
Kemasan :
Isi Kemasan :
Satuan :

Dari / Sisa Tgl No


No Tgl Masuk Keluar Paraf
Kepada Stok ED Batch

                 

                 

                 

                 

                 

                 

                 

                 

Anda mungkin juga menyukai