0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
68 tayangan35 halaman
Tiga konsep patofisiologi yang mempengaruhi fungsi pernapasan pada pasien kritis adalah hipoksemia, inflamasi, dan edema. Hipoksemia dapat menyebabkan gangguan fungsi seluler dan organ, sedangkan inflamasi dan edema menyebabkan perubahan pada pertukaran gas dan fungsi pernapasan pasien. Manajemen terapi diet dan farmakologi digunakan untuk menangani kondisi ini.
Tiga konsep patofisiologi yang mempengaruhi fungsi pernapasan pada pasien kritis adalah hipoksemia, inflamasi, dan edema. Hipoksemia dapat menyebabkan gangguan fungsi seluler dan organ, sedangkan inflamasi dan edema menyebabkan perubahan pada pertukaran gas dan fungsi pernapasan pasien. Manajemen terapi diet dan farmakologi digunakan untuk menangani kondisi ini.
Tiga konsep patofisiologi yang mempengaruhi fungsi pernapasan pada pasien kritis adalah hipoksemia, inflamasi, dan edema. Hipoksemia dapat menyebabkan gangguan fungsi seluler dan organ, sedangkan inflamasi dan edema menyebabkan perubahan pada pertukaran gas dan fungsi pernapasan pasien. Manajemen terapi diet dan farmakologi digunakan untuk menangani kondisi ini.
TUJUAN PEMBELAJARAN • Patofisiologi • Farmakologi • Terapi diet • Asuhan keperawatan kegawat daruratan PATOFISIOLOGI Tiga konsep patofisiologis umum yang mempengaruhi fungsi pernafasan pada pasien sakit kritis adalah : • Hipoksemia • Inflamasi • Edema HIPOKSEMIA
Penurunan tekanan parsial oksigen dalam
darah arteri (PaO2) <60mmHg
Metabolisme anaerobik kurang efisien ke
jaringan dan tingkat organ akhir
Fungsi seluler terganggu
HIPOKSEMIA Hipoksia PO2 rendah di jaringan yang disebabkan oleh: • ‘hypoxic’ hypoxia: PaO2 rendah dalam darah arteri karena penyakit paru • ‘circulatory’ hypoxia: penurunan aliran darah jaringan karena syok atau obstruksi lokal • ‘anaemic’ hypoxia: penurunan kemampuan darah untuk membawa oksigen karena anemia atau keracunan karbon monoksida • ‘histotoxic’ hypoxia: lingkungan seluler yang tidak mendukung pemanfaatan oksigen karena keracunan jaringan (misalnya keracunan sianida) HIPOKSEMIA • Gejala hipoksia ringan : kelelahan dan sesak napas • Hipoksia berat dengan onset cepat : kulit pucat dan warna biru (sianosis) pada mukosa mulut, bibir, dan kuku Kebingungan, disorientasi, dan kecemasan • Pada tahap selanjutnya : ketidaksadaran, koma dan kematian. HIPOKSEMIA • Gagal nafas akut adalah kondisi umum di ICU yang ditandai dengan penurunan pertukaran gas yang mengakibatkan hipoksemia. • Dua mekanisme berbeda menyebabkan gagal napas akut: Gagal nafas Tipe I : PO2 rendah dan PCO2 normal Gagal nafas Tipe II : PO2 rendah dan PCO2 tinggi HIPOKSEMIA Gangguan pertukaran gas disebabkan oleh : • Hiperkapnia Tergantung patofisiologi yang mendasari. • Hipoventilasi alveolar Kebutuhan metabolisme tubuh tidak terpenuhi oleh jumlah oksigen di dalam alveoli. • Hipoksemia yang diakibatkan oleh hipoventilasi alveolar biasanya terjadi di luar paru (misalnya metabolisme yang berubah, gangguan terhadap kontrol neuromuskuler pernapasan / ventilasi) dan hiperkapnia. HIPOKSEMIA • Ketidakcocokan ventilasi / perfusi Paru-paru tidak melakukan ventilasi Alveoli rusak atau terdapat cairan dari peradangan atau infeksi (ex: edema paru, pneumonia) penurunan kadar oksigen darah diimbangi dengan mekanisme kompensasi • Intrapulmonary shunting Kasus ekstrim ketidakcocokan ventilasi / perfusi Darah melewati alveoli yang tidak berventilasi pirau intrapulmonal penurunan PaO2 Kadar karbondioksida mungkin masih normal tetapi tergantung pada permulaan dan perkembangan patofisiologi pernafasan, mekanisme kompensasi mungkin tidak dapat mempertahankan homeostasis. HIPOKSEMIA • Hipoksemia ringan (saturasi O2 90% ; PaO2 60 mmHg [8 kPa]) sedikit gangguan mental. • Hipoksemia berat : PaO2 40-50 mmHg (5,3-6,7 kPa) • Hipoksia pada sistem saraf pusat sakit kepala dan mengantuk. • Mekanisme kompensasi : pelepasan katekolamin dan penurunan fungsi ginjal retensi natrium dan proteinuria HIPOKSIA JARINGAN • Setiap jaringan memiliki kerentanan yang berbeda terhadap hipoksia, sistem saraf pusat dan miokardium adalah yang paling berisiko • Hipoksia di korteks serebral hilangnya fungsi dalam 4–6 detik, hilang kesadaran dalam 10-20 detik, dan kerusakan permanen dalam 3–5 menit • Dalam lingkungan yang kekurangan oksigen, sel dapat berfungsi dengan metabolisme anaerobik dan menghasilkan sedikit energi (ATP) dibandingkan dengan metabolisme aerobik dan asam laktat meningkat • Efisiensi fungsi seluler : pompa Na + / K +, konduksi saraf, aktivitas enzim, dan fungsi reseptor transmembran berkurang penurunan fungsi organ atau jaringan membahayakan sistem dan fungsi tubuh. Compensatory Mechanisms • Ketika PO2 di alveolus berkurang vasokonstriksi paru mengarahkan aliran darah menjauh dari daerah hipoksia paru • Kemoreseptor perifer mendeteksi hipoksemia dan memulai mekanisme kompensasi untuk mengoptimalkan pengiriman oksigen seluler. • Respons awal : peningkatan RR dan kedalaman pernapasan, peningkatan ventilasi per menit dan peningkatan HR (vasokonstriksi saat tubuh berusaha mempertahankan pengiriman dan pengambilan oksigen) • Peningkatan regulasi tidak dapat dipertahankan tanpa batas waktu, terutama pada kondisi kritis mekanisme kompensasi mulai gagal disfungsi seluler dan organ. INFLAMMATION • Proses inflamasi dapat terjadi di tingkat lokal (akibat cedera pernafasan, aspirasi atau infeksi saluran pernapasan) atau sekunder akibat peristiwa sistemik (sepsis, trauma). • Kerusakan endotel paru dan sel alveolar tipe I ALI • Setelah dipicu, inflamasi menghasilkan agregasi platelet dan pelepasan komplemen. • Agregasi trombosit menarik neutrofil, yang melepaskan mediator inflamasi (enzim proteolitik, radikal oksigen bebas, leukotrien, prostaglandin, faktor pengaktif trombosit [PAF]). • Neutrofil penyebab ALI / ARDS. INFLAMMATION • Perubahan permeabilitas kapiler paru perdarahan dan kebocoran cairan ke dalam interstitium paru dan alveoli • Mediator yang dilepaskan oleh neutrofil dan beberapa makrofag memicu vasokonstriksi paru. • Hipertensi pulmonal penurunan perfusi ke beberapa area paru perubahan drastis pada perfusi dan ventilasi ketidaksesuaian V / Q yang signifikan muncul tanda dan gejala OEDEMA • Edema paru ganggan pertukaran gas dan hasil dari akumulasi abnormal cairan ekstravaskular di paru-paru • Edema 'tekanan meningkat’, peningkatan gaya hidrostatik atau osmotik (misalnya disfungsi ventrikel jantung kiri atau kelebihan volume) • Peningkatan permeabilitas membran epitel/endotel di paru-paru akumulasi cairan (juga disebut 'nonkardiogenik’) 'peningkatan permeabilitas' edema CHANGES TO RESPIRATORY FUNCTION • Fase eksudatif awal ALI / ARDS : infiltrasi cairan ke dalam alveoli takipnea, tanda-tanda hipoksemia (ketakutan, kegelisahan) dan peningkatan penggunaan otot bantu nafas tambahan • Gangguan produksi surfaktan selama fase proliferasi fungsi pernafasan memburuk, dispnea, agitasi, kelelahan dan munculnya ronki halus saat auskultasi • Resistensi jalan nafas meningkat ketika edema mempengaruhi saluran nafas yang lebih besar. CHANGES TO RESPIRATORY FUNCTION • Edema interstisial mengganggu sifat elastis paru-paru pasien kesulitan untuk mendapatkan ventilasi yang memadai. • Infiltrasi sel alveolar tipe II ke dalam epitel dapat menyebabkan fibrosis interstisial disfungsi paru kronis. RESPIRATORY DYSFUNCTION • Manifestasi klinis : takipnea, takikardia, dispnea, volume tidal rendah, dan diaphoresis • Hiperkapnia mengganggu fungsi otot pernapasan dan memicu kelelahan diafragma. • Konsumsi oksigen selama bernafas yang sangat besar kapasitas cadangan berkurang • Pasien PPOK yang mengalami eksaserbasi akut kelelahan • Identifikasi awal dan manajemen awal meningkatkan outcome FARMAKOLOGI • Manajemen jalan napas pada pasien gagal napas akut, ARDS, asma, emfisema, dan bronkitis kronis. • Agen antiinflamasi, bronkodilator, agen penghambat neuromuskuler, dan sedatif. ANTI-INFLAMMATORY AGENTS • Fungsi: mengurangi peradangan bronkial. • Kortikosteroid menekan respons imun dan mengurangi peradangan (paling efektif untuk obstruksi aliran udara yang reversible) • Deksametason, metilprednisolon, dan prednison gagal napas akut atau eksaserbasi PPOK. • Awalnya melalui I.V. dan ketika pasien stabil, dosis diturunkan dan diganti dengan oral • Penderita asma : beclomethasone (QVAR), budesonide (Pulmicort Flexhaler), flunisolide (AeroBid), fluticasone (Flovent) dan triamcinolone (Azmacort) menekan respons imun dan mengurangi peradangan saluran napas BRONCHODILATORS Fungsi : merelaksasi otot polos bronkial dan digunakan untuk mengobati pasien dengan bronkospasme • Shortacting inhalasi beta2adrenergic agonists : albuterol (Proventil) dan pirbuterol (Maxair) meredakan gejala akut pada asma dan bronkospasme. • Epinefrin bekerja pada reseptor alfa dan betaadrenergik : merelaksasi otot polos bronkial dan mengobati spasme bronkus dan meredakan reaksi anafilaksis, alergi, dan hipersensitivitas lainnya. • Agen antikolinergik : ipratropium (Atrovent) dan tiotroprium (Spiriva) menghambat kerja asetilkolin di reseptor otot polos bronkus bronkodilatasi. NEUROMUSCULAR BLOCKING AGENTS • Pasien yang menggunakan ventilasi mekanis memerlukan agen penghambat neuromuskuler untuk menghilangkan upaya pernapasan spontan yang dapat mengganggu fungsi ventilator. • Agen penghambat neuromuskuler menyebabkan kelumpuhan tanpa mengubah tingkat kesadaran pasien (LOC). SEDATIVES • Benzodiazepin : midazolam, lorazepam (Ativan), dan propofol (Diprivan) untuk mengurangi kecemasan dan kesadaran pada pasien yang menjalani prosedur diagnostik atau bedah. • Sedasi : mengurangi kecemasan pada pasien yang menggunakan ventilator mekanis, terutama yang menerima agen penghambat neuromuskuler. • Agen penghambat neuromuskuler kelumpuhan tanpa mengubah LOC pasien, apabila tanpa sedasi akan menakutkan bagi pasien. TERAPI DIET • Gagal napas akut malnutrisi atau menjadi malnutrisi akibat peningkatan kebutuhan metabolik atau dukungan nutrisi yang tidak memadai. • Efek samping : penurunan fungsi otot pernapasan, penurunan dorongan ventilasi, dan perubahan mekanisme pertahanan paru. TERAPI DIET • Penilaian status nutrisi • Menentukan kebutuhan kalori pasien • Cara pemberian nutrisi • Apabila pasien malnutrisi atau risiko tinggi malnutrisi dan tidak dapat menerima nutrisi enteral, maka nutrisi parenteral menjadi pilihan utama. • Refeeding syndrome TERAPI DIET • Pemberian nutrisi enteral pada pasien kritis dapat diberikan dalam 24-48 jam setelah onset keadaan kritis atau setelah masuk ruang rawat intensif. • Langkah awal : nutrisi enteral sebanyak 10-20 kkal/kg/hari atau sampai 500 mL /hari. • Jumlah tersebut kemudian ditingkatkan secara bertahap dalam waktu satu minggu dengan memperhatikan toleransi pasien terhadap nutrisi oral serta evaluasi risiko terjadinya aspirasi. TERAPI DIET TERAPI DIET TERAPI DIET TERAPI DIET ASUHAN KEPERAWATAN • Pengkajian Primer A,B,C,D,E • Pengkajian Sekunder 1. Riwayat penyakit pasien saat ini dan sebelumnya 2. Pemeriksaan fisik 3. Monitoring respirasi 4. Hasil laboratorium :AGD 5. Pemeriksaa diagnostik 6. Penilaian menyeluruh yang diikuti dengan pemantauan berkelanjutan DIAGNOSA KEPERAWATAN • Gangguan pertukaran gas • Ketidakefektifan bersihan jalan nafas • Pola nafas tidak efektif • Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh • Kecemasan • Resiko infeksi