Dosen Pembimbing
DISUSUN
SITI NURHALIZA
1911166160
PROG B 2019
PRODI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PERNAFASAN
Ada berbagai macam penyakit pada sistem pernafasan pada manusia, salah
satunya adalah TB paru. Tuberculosis (TB) menjadi masalah kesehatan dunia, setengah
persen dari penduduk dunia terserang penyakit ini, sebagian besar berada di Negara
berkembang. Menurut artikel yang saya baca, penerapan asuhan keperawatan yang
dilakukan pada pasien dengan TB paru dengan menggunakan metode studi kasus ini
menggunakan rancangan analisis deskriptif. Dengan pendekatan proses keperawatan.
terhadap pasien tuberculosis paru dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dan
keselamatan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan format
pengkajian, format wawancara dan lembar observasi.
Hasil pengkajian pada studi kasus didapatkan data bahwa riwayat keluhan
utama yang dirasakan klien mengeluh batuk berdahak bercampur darah di sertai dengan
nyeri dada, nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada daerah dada, skala
nyeri 3 (ringan), klien mengatakan nyeri yang dirasakan sewaktu- waktu dengan durasi
yang tidak menentu. Pada kebutuhan aktivitas, klien mengatakan sebelum terdiagnosa
TB Paru kegiatan sehari-harinya dapat di lakukan dengan baik, didapatkan data pada
pemeriksaan fisik bahwa klien mengalami peningkatan frekuensi pernafasan, klien
tampak sesak dan sering mengelus dada, konjungtiva anemis, klien tidak memakai
masker dan keadaan rumah pengap.
Dari hasil pengkajian tersebut, peneliti merumuskan diagnosa bahwa Resiko
penyebaran infeksi b/d kurangnya pengetahuan untuk menghindari pemaparan pathogen.
Hasilnya menunjukkan prilaku pencegahan penularan penyakit yaitu pasien sudah
menggunakan masker, klien nampak mulai menutup mulut saat batuk, klien nampak
tidak membuang dahak di sembarang tempat, jendela rumah nampak sudah terbuka pada
saat siang hari.
Peneliti membuat intervensi keperawatan yaitu melakukan pendidikan kesehatan
tentang bagaimana penyebaran kuman TB dengan cara penggunaan kamar isolasi,
menyiapkan tempat penampungan dahak klien , laksanakan tindakan pencegahan infeksi
dan dekontaminasi peralatan rumah tangga dan sterilisasi.
1
Implementasi dilakukan agar dapat dicapai hasil bahwa klien dan keluarga
memahami cara penularan serta dapat mencegah terjadinya penularan kuman TB.
Sumber :
Siti Maryam, Bachtiar. Penerapan askep pada pasien tn. B dengan tuberkulosis paru
dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan. Jurnal Akper
Muhammadiyah Makassar.
Dari hasil studi kasus asuhan keperawatan anak thalasemia dengan diagnosa
prioritas ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang telah saya baca, dari pengkajian
yang dilakukan peneliti didapatkan data bahwa klien sudah menderita Thalasemia sejak 5
tahun yang lalu dan rutin melakukan transfusi darah, orangtua mengatakan klien sering
lemah dan pusing, dari data fokus didapatkan pula, jika klien tidak dapat melakukan
aktivitas berat dalam kehidupan sehari-hari.
Dari data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, peneliti kemudian merumuskan
diagnosa keperawatan utama yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan penurunan konsentrasi hemoglobin. Intervensi yang dapat dilakukan pada klien
dengan Thalasemia yaitu tranfusi, pemberian nutrisi dan pengelolaan aktifitas juga
2
sangat diperlukan pada klien dengan thalasemia, sehingga penting sekali pendidikan
kesehatan diberikan kepada keluarganya. Menurut peneliti tidak ada kesenjangan antara
penerapan asuhan keperawatan di rumah sakit dengan teori yang ada.
Sumber :
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menemukan
adanya kesulitan bernafas pada klien dengan nafas diatas normal. Dari data yang
dikumpulkan oleh peneliti, peneliti merumuskan diagnosa utama yaitu Gangguan
pertukaran gas.
3
dibuktikan dengan tidak adanya sesak, penurunan respiratory rate, dan pola nafas yang
teratur.
Sumber:
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil data subjektif:
ayah mengatakan anak demam, batuk berdahak, refleks batuk lemah, batuk berdahak
tidak mampu bicara dan hanya mengerang. Data objektif: GCS 9 (E4V2M3), badan
teraba panas T: 37,8°C, TD 110/70 mmHg, HR 87x/i, P 30x/i, Hb 10,7 gr/dl, ada
tarikan dinding dada, auskultasi terdengar bronkial dan ronkhi.
Intervensi yang disusun oleh peneliti yaitu terapi oksigen dengan aktivitas;
Periksa mulut, hidung, dan sekret trakea, pertahankan jalan napas yang paten, berikan
oksigen sesuai kebutuhan, monitor aliran oksigen, manajemen edema serebral, dengan
kegiatan; monitor tanda-tanda vital, monitor status pernapasan, Monitor karakteristik
cairan serebrospinal (warna, kejernihan, konsistensi), berikan anti kejang sesuai
kebutuhan dorong keluarga atau orang yang penting untuk bicara pada pasien dan
4
posisikan tinggi kepala 30° atau lebih, monitoring peningkatan intrakranial, dengan
kegiatan; Monitor jumlah, nilai dan karakteristik pengeluaran cairan serebrispinal
(CSF), monitor intake dan output, monitor suhu dan jumlah leukosit dan berikan
antibiotic, ) Manajemen jalan nafas, dengan kegiatan; Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi, auskultasi suara nafas dan catat adanya suara tambahan, perhatikan gerakan
dada saat inspirasi- ekspirasi, monitor respirasi dan status O2.
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun
untuk masing-masing masalah keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan
didapatkan tiga masalah keperawatan yang muncul belum sepenuhnya teratasi,
maka semua intervensi tetap dilanjutkan.
Sumber :
Tisnawati, Alfinia Yunita (2017). Asuhan keperawatan pada anak dengan kasus
meningitis di ruang rawat anak irna kebidanan dan anak RSUP dr. M. Djamil
padang. Jurnal Menara Ilmu. Vol XI Jilid 2 No.77.