Dosen Pengampu :
Ns. Yufitriana Amir, PhD
Program B2019
Kelompok 2 :
Elsa Aulia Rizal
Irawati
Merin Sembiring
Miftahul Fauziah Dasril
Nova Aldevani
Nuraina
Raja Resta Asnawati
Siti Nurhaliza
Sundary
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
أ
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah tentang “TEORI KEPERAWATAN DOROTHY E. JOHNSON” ini bisa
selesai pada waktunya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Dorothy E. Johnson Mengenai Konsep Dan Teori Keperawatan....... 5
2.2 Konsep-Konsep Utama Dan Definisi-Definisi ..................................................... 6
2.3 Model Konsep Dan Teori Keperawatan Johnson ................................................. 10
2.4 Asumsi-Asumsi ..................................................................................................... 11
2.5 Proses Keperawatan Menurut Johnson ................................................................. 14
2.6 Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan dan
Proses keperawatan................................................................................................14
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Teori Johnson ........................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
2. Bagaimana konsep, model dan asumsi keperawatan menurut Dorothy E.
Jhonson?
BAB II
PEMBAHASAN
5
disiplin ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi
dan modifikasi perilaku, untuk mengembangkan teorinya.
Johnson mencatat bahwa meski literature menunjukkan ide dukungan
lain yaitu bahwa manusia merupakan system perilaku, sejauh yang ian tahu,
ide tersebut adalah asli dari dirinya. Pengetahuan bagian-bagian system
perilaku dicikung dalam ilmu-ilmu perilaku, tetapi literature empiris
mendukung dugaan bahwa system perilaku merupakan keseluruhan yang
belumdikembangkan. Dalam system biologis , pengetahuan atas bagian-
bagianya lebih dahulu dari pengetahuan keseluruahan system.
6
System perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara
bersikap dengan maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk unit
fungsi teroraganisasi dan terintegrasi yang menentukan dan membatasi
interaksi antara seseorang dengan lingkunganya dan menciptakan
hubungan seseorang dengan obyek, peristiwa dan situasi dengan
lingkunganya . biasanya sikap daqpat digambarkan dan dijelaskan.
Manusia sebagai system perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan
keseimbangan dengan pengaturan dan adaptasi yang berhasil pada
beberapa tingkatan untuk efisiensi dan efektifitas suatu fungsi. System
biasanya cukup fleksibel untuk mengakomodasi pengaruh yang
diakibatkan.
2. Subsistem.
Karena behavioral system memiliki banyak tugas untuk
dikerjakan, bagian-bagian system berubah menjadi subsistem-subsistem
dengan tugas tertentu. Suatu subsistem merupakan “system kecil dengan
tujuan khusus sendiri dan berfungsi dapat dijaga sepanjang hubunganya
dengan subsitem lain atau lingkungan tidak diganggu. Tujuh subsistem
yang di identifikasi oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung dan saling
berkaitan (interealated). Motivasi mengendalikan langsungaktifitas
subsistem-subsistem ini yang berubah secara kontinyu dikarenakan
kedewasaan, pengalaman dan pembelajaran . system yang dijelaskan
tampak ada cross-culturally dan di control oleh factor biologis, psikologi
dan sosiologi, tujuh elemen yang diidentifikasi adalah attachment-
affiliative, dependency, ingestive, eliminative, sexual, achievement dan
aggressive.
a. Subsitem attachement-affiliative.
Subsistem attacement-afiliative mungkin merupakan yang
paling kritis, karena subsistem ini membentuk landasan untuk semua
7
organisasi social. Pada tingktan umum, hal itu memberikan
kelangsungan (survival) dan keamanan (security). Sebagai
konsekuensinya adalah inklusi social, kedekatan (intimacy) dan
susunan serta pemeliharaan ikatan social yang kuat.
b. Subsistem dependency
Dalam hal paling luas, subsistem dependency membantu
mengembangkan perilaku yang memerlukan respon pengasuhan .
konsukuensinya adalah bantuan persetujuan, perhatian atau pengenalan
dan bantuan fisik. Pengembanganya, perilaku dependency berybah dari
hamper, bergantung total kepada orang lain kea rah bergantung total
kepada orang lain kearah bergantungkepada diri sendiri dengan derajat
yang lebih besar . jumlah interpedency tertentu adalah penting untuk
kelangsungan kelompok social
c. Subsistem biologis
Subsistem biologis ingestion dan eliminasi “ berkaitan dengan
kapan, bagaimana apa, berapa banyak dan dengan kondisi apa kita
makan dan kapan, bagaimana dan dengan komdisi apa kita makan dan
dengan kondisi apa kita buang.” Respon-respon ini dikaitkan dengan
social dan psikologis seperti halnya pertimbangan biologis.
d. Subsistem seksual
Subsistem seksual memiliki fungsi ganda yakni hasil
(procreation) dan kepuasan (gratification). Termasuk tapi tidak
dibatasi. Courting dan mating, system respon ini dimulai dengan
perkembangan identitas jenis kelamin dan termasuk (dalam cakupan
yang luas)perilaku-perilaku berdasar prinsip jenis kelamin.
e. Subsistem Eliminasi
8
Hal-hal yang berhubungan dengan pembuangan zat-zat yang
tidakdibutuhkan oleh tubuh secara biologis.
f. Subsistem agresif
adalah perlindungan (protection) dan pemeliharaan
(preservation). Hal ini mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti
Lorenz dan feshback bukanya dengan bantuan pemikiran perilaku
sekolah. Dianggap perilaku agresif tidak hanya di pelajari tapi
memiliki maksud utama membahayakan yang lain. Bagaimanapun,
masyarakat meminta batasan-batasan tersebut diletakkan pada mode
perlindungan diri dan orang-orang serta harta milik mereka dihormati
dan dilindungi.
g. Subsistem achievement
Subsistem achievement berusaha memanipulasi lingkungan.
Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau lingkungan
pada beberapa standar kesempurnaan . cakupan perilaku prestasi
termasuk kemampuan intelektual , fisikis, kreatif, mekanis dan social.
Johnson kemudian mengidentifikasi konsep-konsep lain yang
menggambarkan lebih jauh teori manusia sebagai system
perilaku(behavioral system). Halo yang membedakan antara apa yang
ada di dalam dan apa yang di luar system adalah ikatan (boundary). Ini
merupakan titik (point) dimana system memiliki control kecil atau
pengaruh pada hasil-hasil. Equilibrium didefinisikan “ sebagai kondisi
akhir yang stabil tetapi lebih atau kurang kekal, dimana didalamnya
individu berada dalam keselarasan dengan dirinya dan dengan
lingkunganya. Homeostasis adalah proses menjaga stabilitas dalam
system perilaku. Stabilitas adalah pemeliharaan suatu level atau daerah
perilaku tertentu yang dapat diiterima. Ketidakstabilan (instability)
terjadi saat system mengalami overcompensate berkaitan dengan strees
9
(tekanan). Ketika output energi tambahan digunakan untuk menjaga
stabilitas dikosongkan . stressor adalah stimulan eksternal dan internal
yang menghasilkan tegangan(tension) dan menyebabkan
ketidakstabilan tensi adalah kondisi dalam keadaan tegang atau kendor
ia disebabkan karena disequilibrium dan merupakan sumber potensi
perubahan.
10
6. Afiliasi, merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan tambahan dalam
mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian
dalam kehidupan social, keamanan, dan kelangsungan hidup.
7. Ketergantungan, merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku
dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta
kepercayaan. Berdasarkan sub sistem tersebut diatas, maka akan
terbentuk sebuah system perilaku individu, sehingga Johnson memiliki
pandangan bahwa keperawatan dalam mengatasi permasalahan
tersebut harus dapat berfungsi sebagai pengatur agar dapat
menyeimbangkan system perilaku tersebut. Klien dalam hal ini
adalaha manusia yang mendapat bantuan perawatan dengan keadaan
terancam atau potensial oleh kesakitan atau ketidak seimbangan
penyesuaian dengan lingkungan. Status kesehatan yang ingin dicapai
adalah mereka yang mampu berperilaku untuk memelihara
keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.
Ketergantungan, merupakna bagian yang membentuk system
perilaku dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta
kepercayaan. Berdasarkan sub system tersebut diatas, maka akan
terbentuk sebuah system perilaku individu, sehingga Johnson memiliki
pandangan bahwa keperawatan dalam mengatasi permasalahan
tersebut harus dapat berfungsi sebagai pengatur agar dapat
menyeimbangkan system perilaku tersebut. Klien dalamhal ini adalaha
manusia yang mendapat bantuan perawatan dengan keadaan terancam
atau potensial oleh kesakitan atau ketidak seimbangan penyesuaian
dengan lingkungan. Status kesehatan yang ingin dicapai adalah
mereka yang mampu berperilaku untuk memelihara keseimbangan
atau stabilitas dengan lingkungan.
11
2.4 Asumsi-Asumsi
1. Perawatan (nursing)
Perawatan, seperti yang dipandang Johnson, adalah tinmdakan
eksternala untuk memberikan organisasi perilakupasien ketika pasien
dalam kondisi strres dengan memakai mekanisasi pengaturan yang
berkesan atau dengan penyediaan sumberdaya. Seni dan ilmu,
memberikan eksternal baik sebelum dan selama gangguan keseimbangan
system dan karenanya membutuhkan pengetahuan tentang order, disorder
dan control. Aktivitas perawatan tadak bergantung pada wewenang medis
tetapi bersifat pelengkap(komplementer) bagi medis/ pengobatan.
2. Orang (person)
Johnson memandang manusia sebagai system perilaku dengan
pola, pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang
menghubungkan dirinya dengan lingkungannya. Pola-pola respon spesifik
manusia membentuk keseluruhan yang terorganisasi dan terintegrasi.
Person adalah system dari bagian-bagian interpedent yang membutuhkan
beberapa aturan dan pengaturan untuk menjaga keseimbangan.
Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah
penting untuk manusia dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan
yang rendah mengganggu keseimbangan sistemt perilaku , integritas
manusia terancam. Usaha-usaha mausia untuk menbangun kembali
keseimbangan membutuhkan pengeluaran energi yang luar biasa, yang
menyisa kan sedikit energi untuk membantu proses-proses biologis dan
penyembuhan.
3. Kesehatan(health)
12
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit
dipahami(elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor-faktor
biologis, psikologis dan social. Kesehatan menjadi suatu nilai yang
diinginkan oleh para pekerja kesehatan dan memfokuskan pada person
bukanya penyakit.
Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling
ketergantungan subsistem –subsistem dari system perilaku. Manusia
berusaha mencapai keseimbangan dalam system ini yang akan mengarah
ke perilaku fungsional. Keseimbangan yang kurang baik dalam
persyaratan structural atau fungsional cenderung mengarah ke
memburuknya kesehatan. Ketika system membutuhkan sejumlah energi
minimum untuk pemeliharaan , suplai energi yang lebih besar yang
tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.
4. Lingkungan
Dalam teori Johnson , lingkungan terdiri dari seluruh factor yang
bukan bagian system perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi
system, dan dapat dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan
yang menjadi tujuan pasien. Individu menghubungkan dirinya untuk
berinteraksi dengan lingkungan-nya. System perilaku berusaha menjaga
equilibrium dalam respon terhadap factor lilngkungan dengan mengatur
dan adaptasi terhadap kekuatan yang menyertainya. Gaya lingkungan
yang kuat secara berlebihan mengganggu keseimbangan system perilaku
dan mengancam stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak tentu
dibutuhkan supaya system membangun kembalieqilibrium dalam
menghadapi tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil,
individu dapat melanjutkan dengan perilaku-perilaku yang baik.
13
2.5 Proses Keperawatan Menurut Johnson
Grubbs mengembangkan satu alat penilaian berlandaskan tujuh
subsistem Johnson. Satu subsistem dia tambahkan "penyembuhan", yang
difokuskan pada aktivitas sehari-hari. Aktivitas sehari-hari meliputi area
seperti pola dari sisa, kebersihan, dan rekreasi. Satu diagnosa dapat dibuat
berhubungan dengan ketidakcukupan atau pertentangan pada satu subsistem
atau di antara subsistem. Perencanaan untuk implementasi dari kekhawatiran
keperawatan harus mulai pada taraf subsistem dengan hasil terakhir dari
fungsi secara cenderung tingkah laku dari keseluruhan sistem. Implementasi
oleh perawat kepada klien merupakan satu kekuatan eksternal untuk
memanipulasi dari subsistem kembali status dari equalibrium. Evaluasi hasil
dari implementasi ini kemungkinan siap jika posisi seimbang yang telah
didefinisikan selama tahap perencanaan yang terjadi sebelum implementasi.
1. Penilaian
Pada tahap penilaian dari proses keperawatan, terkait ke area subsistem
spesifik yang dikembangkan. Holaday, Little, dan Damus mengajukan bahwa
fokus penilaian pada subsistem berhubungan dengan penulisan masalah
kesehatan. Satu penilaian berlandaskan subsistem tingkah laku tidak mudah
bagi perawat untuk mengumpulkan keterangan terperinci tentang sistem
biologi. Penilaian terkait ke subsistem affiliative yang difokuskan pada satu
pebuatan nyata yang berpengaruh pada pada sistem sosial lain dimana
perorangan merupakan satu anggota.
Pada penilaian dari subsistem ketergantungan, perhatian adalah
bagaimana memahami perbuatan seseorang perlu mengenal secara signifikan
terhadap hal lain, sehingga nyata berpengaruh pada lingkungan sekitarnya
14
sehingga dapat membantu individu dalam menemui kebutuhan itu. Penilaian
dari subsistem ingestive akan membahas masalah masukan makanan dan
cairan, yang meliputi lingkungan sosial dimana makanan dan cairan
dicernakan. Subsistem eliminasi menghasilkan pertanyaan yang berhubungan
ke pola pembuangan air besar dan urinaria serta dimana proses tersebut
terjadi.
Ada banyak celah tentang keterangan seluruh individu jika model sistem
tingkah laku Johnson hanya memandukan penilaian. Pola hubungan keluarga
hanya disinggung pada affiliative dan subsistem ketergantungan. Keterangan
dasar yang berhubungan dengan status pendidikan, status ekonomi, dan jenis
tempat tingal juga berhubungan cukup besar dengan komponen-komponen
subsistem. Faktor ini dengan jelas diidentifikasi sebagai satu aspek penting
dari semua subsistem.
2. Diagnosa
Berdasarkan teori sistem perilaku menurut Johnson yang
mengambarkan diagnosa cukup rumit. Diagnosa cenderung umum ke satu
subsistem sedikit spesifik terhadap satu masalah. Grubbs telah mengajukan
empat katagori dari sistem tingkah laku Johnson, yaitu:
1. Ketidakcukupan satu status yang mana berada ketika satu subsistem
tertentu bukan berfungsi atau mengembangkan ke kapasitas paling penuh
ini sehubungan dengan kekurangan dengan kebutuhan fungsional.
2. Pertentangan satu perilaku itu tidak menjumpai gol
dimaksud. incongruency biasanya membohongi di antara aksi dan gol dari
subsistem, walau cocok dan pilihan betul-betul mempengaruhi aksi tidak
efektif.
3. Ketidakcocokan gol atau perilaku dari dua subsistem pada keadaan yang
sama menilai dengan satu sama lain ke kerusakan dari perorangan.
15
4. Kekuasaan perilaku di subsistem sesuatu dipergunakan lebih dari lain
subsistem dengan tanpa melihat keadaan kerusakan dari subsistem yang
lain.
3. Perencanaan
Perencanaan intervensi keperawatan juga dikaitkan langsung dengan
model konseptual keperawatan. Intervensi dengan menyesuaikan pada pola
intervensi dari model konseptualyang digunakan.
4. Implementasi
Melaksanakan rencana intervensi berdasarkan pengetahuan ilmiah
yang bukan merupakan bagian dari model keperawatan. Model keperawatan
menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh perawat yang langsung
mempengaruhi intervensi keperawatan yang direncanakan, tetapi tidak
menunjukkan pada perawat bagaimana menerapkan rencana itu.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan fungsi perawatan yang berlanjut. Evaluasi
berhubungan dengan bagaimana cara klien beradaptasi dan bereaksi,
kebutuhan klien serta tujuan klien. Jika perawat sudah dapat
menjawabnya, akan membantu perawat menilai keefektifan dari proses
perawat secara keseluruhan dan model keperawatan.
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis
bahwa perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif
pada pasien sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari
disiplin ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi
dan modifikasi perilaku untuk mengembangkan teorinya.
16
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Teori Johnson
2.7.1 Kelebihan
1. Memberikan kerangka acuan bagi perawat yang bersangkutan dengan
perilaku klien tertentu.
2. Model perilaku Johnson dapat digeneralisasikan di seluruh jangka
hidup dan lintas budaya
2.7.2 Kelemahan :
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dorothy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan
dilakukan untuk membantu individu menfasilitasi tingkah laku yang
efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah
makhluk yang utuh dan terdiri dari dua system yaitu sitem biologi dan
tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah system
eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons adaptif baik
fisik, mental, emosi dan sosialo terhadap lingkungan internal dan eksternal
dengan harapan dapat memelihara kesehantanya. Asuhan keperawatan
dilakukan untuk membantu keseimbangan individu terutama koping atau
cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit.
Menurut Johnson ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada
individu yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan
masyarakat, mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya,
bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif serta mampu
mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
3.2 SARAN
Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa/I mampu
menerapkan konsep teori keperawatan menurut Dorothy E. Jhonson dalam
memberikan asuhan keperawatan
18
DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz alimul Hidayat,.2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:
Salemba Medika
Gaffar,Ade jumadi. 1999 Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta:EGC
Thomas Ari. 2013. Teori Keperawatan Dorothy E. Johnson.
http://thomaz1945.blogspot.co.id/2013/11/teori-keperawatan-dorothy-
e-johnson_28.html. diakses 11 Desember 2019
19