Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

Dorothy johnson

Disususun oleh :

Mardika Wulandari

Frisca yanuarisma putri

Nurista Diah Maharani

STIKES MITRA HUSADA KARANGANYAR


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puju syukur kami ucapkan kehadirat allah swt yang melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “TEORI DOROTHY JOHNSON”. Makalah ini disusun dalam rangka untuk
memenuhi meteri kuliah pada mata kuliah Falsafah Keperawatan . Makalah ini
disusun berdasarkan referensi dari berbagai media. Dalam makalah ini kami
telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunannya, namun kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini .
Oleh karena itu kami mengharapkan adanya masukan dan saran guna
penyempurnaan makalah ini . Akhirnya kepada segenap pihak yang tidak dapat
kami sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan , dukungan dan
doa serta partisipasinya
terhadap makalah ini. Saya menyampaikan ucapan terimakasih

Wassalamualaikum Wr.Wb

Karanganyar , September 202

Kelompok Dorothy johnson


DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR .......................................................................................................
DAFTAR
ISI ......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ......................................................................................................
1.2 Tujuan
Penulisan ...................................................................................................
1.3 Rumusan
Masalah .................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sumber dan konsep teori Dorothy E
Johnson ............................................................
2.2 Model dalam
teori .......................................................................................................
2.3 Nursing Metaparadigm..........................................................
2.4 Penerimaan teori Dorothy E Johnson dalam komunitas praktik,
pendidikan.......................

BAB III PENUTUP


3.1
Kesimpulan ..........................................................................................................
.
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dorothy E. Johnson’s dilahirkan pada tanggal 21 Agustus 1919 di Savannah,


Georgia. Dia menerima A.A dari Amstrong Junior College di Savannah, Georgia
(1938), S1 dari Vanderblit University di Nashvillw, Tennesse (1942), dan M.P.H
dari Harvard University di Boston (1948).Pengalaman professional Johnson’s
hampir sebagian besar bergera dalam bidang pendidikan dan pengajaran
meskipun dia adalah seorang staff perawat di Chatham-Savannah Healt Council
dari tahun 1943 samapai dengan 1944. Dia merupakan seorang instruktur dan
asisten professor dalam bidang keperawatan anak di Vanderbilt University
School of Nursing. Johnson memulai pekerjaan di institusi tersebut mulai tahun
1948 sampai menjelang pension pada tahun 1978 serta kepindahannya ke Key
Largo, Florida. Pada waktu itu, Johnson adalah seorang asisten professor
keperawatan anak, asosiat professor keperawatan dan professor keperawatan
di University Of California di Los Angeles (UCLA). Pada tahun 1955 dan 1956,
Johnson adalah seorang penasihat perawatan anak yang bekerja di sekolah
keperawatan Crishtian Medical College di Velore, India selatan. Dari tahun 1965
sampai dengan 1967, dia bertugas sebagai ketua komite California Nurses
Association yang mengembangkan pernyataan sikap terkait dengan spesifikasi
dari perawat spesialis. Johnson telah menelurrkan banyak publikasi berupa 4
buku dan lebih dari 30 artikel jurnal, papper lain, laporan, prosiding dan
monograf (Johnson 1980) Dari sejumlah penghargaan yang dia peroleh, Johnson
(komunikasi pribadi. 1984) merasa bangga karena telah terpilih sebagai dosen
yang berprestasi oleh mahasiswa paska sarjana pada tahun 1975, kemudian
pada tahun 1977 dia berhasil meraih penghargaan “Haseenplug Distiguished
Achievement Award” dari the Persatuan Perawat California (California Nurses
Assocition), berlanjut pada tahun 1981 dia mendapat penghargaan.dari
Vanderbilt University School of Nursing. Dia meninggal pada bulan February
pada tahun 1999 ketika usianya menginjak 80 tahun.Sebagai pencetus
model,Johnson merasa senang karena model ini bisa di terima dan bermanfaat
untuk mengembangkan dasar dasar teori keperawatan serta berkontribusi
terhadap pengembangan karir mahasiswanya.model ini juga digunakan sebagai
model untuk praktik keperawatan di berbagai institusi yang berskala besar
(D.Johnson ,komunikasi pribadi,1996).

1.2 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui sejarah Dorothy Johnson


b. Untuk memahami isi teori Dorothy Johnson
c. Untuk mengaplikasikan teori Dorothy Johnson dalam dunia
keperawatan

1.3 Rumusan Masalah

a. Seperti apakah sumber teori Dorothy E. Johnson?


b. Bagaimanakah konsep utama teori Dorothy E. Johnson?

C. Apa saja asumsi utama teori Dorothy E. Johnson?

D. Bagaimanakah penerimaan teori Dorothy E. Johnson oleh komunitas


keperawatan?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sumber Teori Dorothy E. Johnson

Model sistem perilaku Jhonson atau Johnson’s Behavioral Sistym Model (JBSM)
ini dikembangkan berdasarkan teori Florence Nightingale. Yang dituliskan dalam
Notes on Nursing (Jhonson, 1992). Jhonson memulai pekerjaannya dalam model
ini dengan premis bahwa keperawatan adalah suatu profesi yang bisa
memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian, keperawatan mempunyai tujuan yang jelas dalam konteks
memberi asuhan bagi seorang klien. Dia sepakat dengan pemikiran Nighting
yang menyatakan bahwa hal yang paling penting dalam keperawatan itu adalah
“hubungan antara individu yang sedang sakit dan lingkungannya, bukan hanya
berfokus dengan penyakitnya itu sendiri” (Jhonson, 1977). Jhonson (1977)
mencatat bahwa
“transisi dari pendekatan sistem ini terhadap pengembangan teori yang valid
dan akurat serta berorientasi pada sistem perilaku berlangsung selama
beberapa tahun, dukungan pribadi dan para kolega sangat membantu dalam
proses tersebut sehingga model ini bisa berkembang dengan cepat serta
memberikan kontribusi terhadap pengetahuan tentang sistem behavioral.
Jhonson (1977) kemudian menyatakan tentang kontribusi khusus dari
keperawatan terhadap kesejahteraan seorang pasien yang dapat memunculkan
“sistem behavioural yang efisien dan efektif yang berfungsi dalam diri pasien,
hal tersebut dapat membantunya untuk mencegah penyakit, pada saat kondisi
sakit dan setelah penyakitnya sembuh”.Jhonson menggunakan berbagai teori
perilaku yang berasal dari disiplin ilmu psikologi, sosiologi, dan etnologi untuk
mengembangkan teorinya. Literatur interdisiplin yang dikutip oleh Jhonson
berfokus terhadap perilaku yang bisa diamati kemudian diadaptasi dalam
modelnya. Literatur ini melandasi proses untuk mengidentifikasi dan
menentukan konten dari ketujuh subsistem yang dikembangkannya. Talcott
Parsons dikenal dengan karyanya yang menghasilkan teori tentang tumbuh
kembang dini (earlydevelopmental), teori ini menampilkan konsep model
sistem Behavioral yang dikembangkan oleh Jhonson (Jhonson 1961). Teori
tindakan sosial yang dicetuskan oleh Parsons (1951;1964) menekankan pada
pendekatan struktur fungsional salah satu dari kontribusinya adalah untuk
merekonsiliasi Fungsionalisme ( pemikiran tentang setiap perilaku sosial yang
diamati mempunyai fungsi untuk melakukan sesuatu ) dengan strukturalisme
( pemikiran tentang perilaku sosial yang tidak hanya bisa berfungsi langsung
namun mengungkapkan struktur paling dalam yang mendasari suatu sistem
sosial). Jadi dengan demikian, struktur (sistem sosial) dan semua perilaku
berfungsi untuk memelihara keseimbangan sistem tersebut.Jhonson juga
menggunakan teori sistem dan konsep serta definisi dari Rapoport, Chin, von
Bertalanffy, and Buckley (Jhonson, 1980). Dalam teori sistem yang tercantum
dalam teori dan dikembangkan oleh Jhonson, salah satu asumsi dasarnya
adalah menghasilkan konsep yang menyusun teori tersebut. Asumsi lainnya
adalah suatu rangkaian unit interakti yang membentuk suatu keseluruhan
sistem untuk menunjukkan fungsi-fungsi yang dimilikinya. Jhonson
mengkonseptualisasikan manusia sebagai sistem perilaku dan perilaku individu
itu adalah focus utamanya. Salah satu kekuatan dari teori JBS ini adalah
integrasi konsep yang konsisten untuk menjelaskan sistem perilaku yang
diambil dari teori sistem umum. Beberapa konsep yang termasuk didalamnya
adalah holism, pencarian tujuan (goal seeking), hubungan/saling
ketergantungan (interrelatinsip/interdependency), stabilitas, instabilitas,
subsistem, regularitas, struktur, fungsi, energy, umpan balik (feed back) dan
adaptasi.Jhonson mencatat bahwa manusia itu adalah suatu sistem perilaku
serta manusia akan menunjukan respons yang spesifik membentuk suatu
kesatuan yang utuh dan terintegrasi. Pemikiran ini diklaim sebagai pemikiran
asli dari Jhonson sepanjang yang diketahuinya. Sebagai mana perkembangan
pengetahuan tentang sistem biologis yang mendasari pengetahuan tentang
sistem tersebut yang berfokus pada respons perilaku. Hasil penemuan secara
empiris telah menunjukkan bahwa ide tentangsistem perilaku itu sendiri dan
kegunaannya sebagai kerangka untuk pemecahan masalah keperawatan dalam
konteks penelitian, pendidikan, dan praktik keperawatan (Benson, 1997;
Derdiarian, 1991; Grice, 1997; Holaday, 1981, 1982 ; Lachicotte & Alexander,
1990 ; Martha, Badhuri, & Jain, 2004 ; Poster, Dee,&Randell,1997 ; Turneer-
Henson, 1992; Wilkie, 1990; Wilmoth & Ross, 2007 ; Wang &
Palmer,2010).Pengembangan model sistem perilaku ini berdasarkan pada
pandangan Filosofis, Jhonson (1980) menuliskan bahwa keperawatan
berkontribusi dengan memfasilitasi fungsi perilaku yang efektif yang ada dalam
diri pasien jpada saat, selama dan sesudah sakit. Dia menggunakan konsep dari
dispiplin ilmu yang lain serta pembelajaran sosial (social learning), motivasi,
stimulasi sensori, adaptasi, modifikasi perilaku, proses berubah, tekanan
(tension), dan stress dalam mengembangkan teorinya untuk diaplikasikan
dalam praktik keperawatan.

KONSEP TEORI DOROTHY JOHNSON

1. Perilaku
Johnson mendefinisikan peristiwa seperti yang disepakati oleh para ahli biologi
dan perilaku ,yaitu suatu keluaran dari struktur introorganisme dan proses
terkoordinasi di dalamnya serta di munculkan dan di respons untuk mengubah
stimulasi sensori. Johnson (1980) menitikberatkan pada perilaku yang di
pengaruhi secara aktual atau potensial terhadap segala sesuatu yang
membutuhkan adaptasi atau penyesuaian keadaan yang bermakna.

2. Sistem
Johnson (1980) menggunakan definisi sistem yang dicetuskan oleh rapoport
(1968) yaitu “suatu sistem adalah suatu keseluruhan fungsi sebagai semua
bagian yang dimiliki ketergantungan antar bagian yang menyusun di dalamnya”.
(Hal 208). Dia sepakat dengan chin yang menyatakan bahwa adanya “suatu
organisasi, interaksi, interdependensi, dan integrasi dari seluruh unsur
pendukungnya”. Di samping itu pula,seorang manusia berusaha untuk
mempertahankan suatu keseimbanganmelalui perubahan dan penyesuaian
terhadap kekuatan yang mempengaruhinnya.

3. Sisem perilaku
Suatu sistem perilaku mencakup cara-cara berperilaku yang terpola, berulang
dan mempunyai tujuan. Cara berperilaku ini membentuk suatu fungsi unit yang
tertata dan terintegrasi yang membedakan dan membatasi interaksi antara
seseorang dan dengan lingkungannya serta membentuk suatu retasi antara
seseorang dengan benda, peristiwa, dan situasi yang ada pada lingkungan
tempat dia berada biasanya suatu perilaku dapat dideskripsikan dan dijelaskan.
Manusia sebagai suatu sistem perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan
keseimbangan dengan melakukan peribahan dan adaptasi, kondisi ini akan
berhasil jika memggunakan fungsi yang efektif dan efisien yang ada dalam
dirinya.

4. Subsistem
Subsistem adalah suatu sistem kecil (mini sistem) yang mempunyai tujuan dan
fungsi terdiri yang dapat terpelihara sepanjang hububgan dengan sistem atau
lingkungan yang lain tidak keganggu (Johnson ,1980. hal 208). Ketujuh
subsistem yang teridentifikasi oleh johnson bersifat terbuka, terkait satu
dengan lainnya. Input dan hasil (output) merupaka komponen subsistem
tersebut. (Grubbs,1980). Adanya motivasi dapat mengarahkan aktivitas
subsistem yang senantiasa berubah melalui proses maturasi, pengalaman dan
pembelajaran. Sistem ini menggambarkan seluruh proses yang terjadi di
berbagai situasi dengan latar belakang budaya yang berbeda serta dikendalikan
oleh faktor biologis, psikologis, dan sosial.Ketujuh subsistem ini antara lain:
a. Subsistem keterikatan-afiliasi
Merupakan suatu kondisi yang paling kritis karena hal tersebut membentuk
suatu dasar bagi organisasi sosial. Pada kondisi umum, hal inj bisa menjadi
bagian pertahanan dan keamanan.

b. Sistem ketergantungan (dependency)

Dalam konteks yang luas, subsistem ketergantungan ini meningkatkan


perilaku pemberian pertolongan (helping behavior) yang memunculkan
adanya suatu respons terhadap kebutuhan pemberian asuhan keperawatan
yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut. Dalam perjalanannya perilaku
ketergantungan seseorang bermula dari kondisi ketergantungan kepada
orang lain secara total menjadi kondisi yang menjadikan pasien tersebut
menjadi lebih mandiri.
c. Subsistem ingestif
Adalah “segala sesuatu yang harus dikerjakan kapan, bagaimana, apa,
berapa banyak makanan yang kita makan (Johnson, 1989. Hal 213) hal ini
menunjukan fungsi yang luas demi kepuasan apertitif (appetitive) (Johnson,
1980. Hal 213). Perilaku ini berhubungan dengan pertimbangan sosial,
psikologis, dan biologis.
d. Subsistem eliminatif
Membahas tentang “kapan, bagaimana, dan kondidi tertentu yang
memerlukan tindakan

eliminasi”. (Johnson, 1980. Hal 213). Dalam hal inj , faktor sosial dan
psikologis yang memengaruhi aspek biologis dari subsistem inj dan
memungkinkan pada suatu waktu tertentu bisa mengalami konflik dan
subsistem eliminasi (Loveland-Cherry dan Wilkerson, 1983).
e. Subsistem seksual
Mempunyai fungsi ganda yaitu berkaitan dengan reproduksi (pokreasi) dan
hal yang menciptakan kesenangan (grafitikasi) yang didalamnya bukan
hanya mencakup aktivitas sesuai dengan pasangan saja, sistem respons ini
melalui dengan perkembangan peran dari identitas gender dan perilaku
peran seksual (Johnson,1980).
f. Subsistem pencapaian (Achiefment)

Ini di maksudkan untuk memanipulasi lingkungan. Hal ini berfungsi sebagai


pengendalian atau penguasaan aspek dari diri atau lingkungan untuk
mencapai suatu prestasi atau keberhasilan yang diharapkan.
g. Subsistem Agresif-Proteksi
Adalah perlindungan dan pemeliharaan. Hal tersebut lebih di kembangkan
berdasarkan alur berpikir dari etilogis seperti Lorenz (1966) dan Fesbach
(1970) dari pada ide tentang penguatan perilaku yang menjelaskan bahwa
perilaku agresif tidak hanya dipelajari, tetapi mempunyai intensitas primer
untuk menyakiti orang lain, masyarakat membutuhkan perlindungan diri
sendiri (self-protection) serta segala sesuatu kepemilikan perlu di hargai dan
dilindungi (Johnson, 1989).

5. Keseimbangan (Equiliribirium)
Johnson (1961a) menyatakan bahwa keseimbangan adalah konsep inti yang
terdapat dalam tujuan keperawatan yang spesifik. Konsep inj didefinisikan
sebagai “sesuaru yang menstabilkan tetapi bersifat transisi, keadaan selebihnya
apakah individu berada dalam harmoni dengan dirinya sendiri atau dengan
lingkungannya (hal.65). Hai inj menunjukkan bahwa kekuatan biologi dan
psikologis yang seimbang antara satu dengan lainnya serta dengan kekuatan
sosial yang mempengaruhinya”.

6. Pengaturan kontrol

Subsistem perilaku yang berhubungan harus di atur sedemikian rupa sehingga


tujuan yang diinginkan bisa tercapai. Peraturan berimplikasi bahwa
penyimpanan pangan bisa di deteksi dan diperbaiki. Umpan balik suatu
persyaratan yang penting untuk memperoleh kendali yang aktif. Klien juga
mempunyai kemampuan untuk melakukan pengaturan diri (self-regulation).
Perawat juga bisa bertindak sebagai suatu kekuatan yang mengatur yang
berasal dari luar dan bersifat sementara untuk memelihara organisasi dan
integrasi dari perilaku klienpada satu tingkatan yang optimal dari kondisi sakit
afau pada kondisi dimana perilaku tertentu menunjukkan adanya ancaman
kesehatan.
7. Tekanan

Didefinisikan sebagai suatu keadaan yang bisa bersifat tarik-ulur dan


meeupakan suatu produk akhir dari keseimbangan yang terganggu (Johnson,
1961a. Hal 10). Tekanan (tension) bersifat konstributif ketikak menghadapi
perubahan atau bersifat destruktif akibat inefisiensi penggunaan energi,
menutupi adaptasi dan mengakibatkan potensi kerusakan struktural. (Johnson,
1961a).
8. Stressor

Stimulus internal atau eksternal yang menghasilkan tension dan menghasilkan


tingkatan yang ketidak stabilan (stability) yang di sebut sebagai stressor.
“Stimulus bisa positif dalam konteks apa yang di tujukkan, atau negatif ketika
sesuatu diinginkan atau diminta tidak ada. Stimulus bisa berasal dari dalam atau
luar (Johnson, 1961b. hal 13). Sistem terbuka dan saling terkait mengalami
perubahan yang konstan sistem ini antara lain kondisi psikologis, kepribadian
dan kelompok kecil yang sangat bermakna (keluarga) dan sistem sosial yang
lebih luas (Johnson, 1961).

2.1 Model Teori DOROTHY JOHNSON


2.3 NURSING METAPARADIGM

Metaparadigm:
2.4 Penerimaan teori Dorothy E Johnson
dalam komunitas praktik, pendidikan.
1.Praktik Keperawatan
Teori system perilaku Johnson telah digunakan oleh para
praktisi di berbagai tantanan klinis dan kelompok usia misalnya
di unit rawat inap, rawat jalan, dan komunitas serta
administrasi Keperawatan. Teori ini juga sudah digunakan di
berbagai kondisi yang melibatkan populasi yang berbeda, dan
telah menghasilkan beberapa panduan praktik (Fawcett,
2005).Johnson tidak menggunakan istilah proses keperawatan
(nursing process), tetapi dia menggunakan pengkajian,
gangguan (disorder),tindakan (treatment), dan evaluasi. Bagi
para praktisi, model konseptual memberikan petunjuk praktis
tentang bagaimana suatu diagnosis dapat ditegakkan serta
tindakan yang diambil berdasarkan diagnosis tersebut
(Johnson, 1968). Proses keperawatan dari model system
perilaku ini bias digunakan secara aplikatif ketika terjadi suatu
fungsi perilaku tidak bekerja (malfunction), “hal ini terjadi bila
bagian system tidak tersusun, berubah-ubah dan gagal fungsi
(dysfunction). Penyakit atau perubahan lingkungan internal dan
eksternal merupakan penyebab yang paling
umum dari kegagalan fungsi system tersebut” (Johnson, 1980).
“Bantuan diperlukan oleh individu ketika dia mengalami stress
berhubungan dengan kondisi kesehatan atau penyakit yang
dideritanya, di mana hal tersebut dapat mengganggu
keseimbangan akibat tekanan yang dihasilkannnya (Johnson,
1961). Seseorang memantau output dari subsistem untuk
memantau bagaimana system tersebut bekerja. Tanda dari
ketidak seimbangan sistem membutuhkan seseorang untuk
mengidentifikasi masalah, mendefinisikan masalah melalui
pengumpulan data, dan merancang suatu tindakan untuk
mencapai keseimbangan
(Miller, 1965).\
Johnson (1959) mengungkapkan bahwa pengkajian
keperawatan awal dimulai pada saat ditemukannya tanda
tekanan dan sinyal adanya ketidakseimbangan. Sumber dari
pengkajian data dapat diambil dari riwayat kesehatan, hasil
pengujian, dan pengamatan struktural (Johnson 1980). “Sistem
perilaku dikembangkan untuk menentukan dan membatasi
interaksi antara individu dengan lingkungannya” (Johnson,
1968). Hal ini menunjukkan akurasi dan kuantitas data yang
diperoleh dari pengkajian diluar kendali perawat melainkan
hanya oleh pasien tersebut (sistem). Hanya satu bagian dari
struktur subsistem yang diamati yaitu perilaku. Enam regulator
internal dan eksternal yang telah didentifikasi bahwa “ segala
pengaruh simultan dan yang dipengaruhi oleh perilaku”
termasuk di dalamnya biopsikologis, psikologis, tumbuh-
kembang, social budaya, keluarga, dan regulator lingkungan
fisik (Randell, 1991). Perawat harus mampu mencari informasi
dari pasien sebagai dasar untuk membuat tujuan, rencana
asuhan, dan pilihan lain untuk memperbaiki bagian structural
dan subsistem. “Satu atau lebih dari subsistem ini cenderung
untuk dilibatkan dalam berbagai episode penyakit, baik yang
terkait dengan penyebab atau konsekuensi atau yang berkaitan
secara langsung maupun tidak langsung dengan gangguan atau
tindakan tersebut (Johnson, 1968). Johnson tidak
mendefinisikan gangguan secara spesifik, tetapi dia
menyatakan dua kategori umum dari gangguan tersebut
berdasarkan hubungannya dengan sistem biologis (Jhonson,
1968).Gangguan merupakan segala sesuatu yang n dengan
secara jelas atau samar teradap gangguan system biologis;
yaitu mereka secara singkat ditimbulkan oleh fakta atau
penyakit atau tindakan berdasarkan konteks keadaan; serta
gangguan tersebut merupakan bagian integral dari gangguan
system biologis baik berhubungan secara langsung atau tidak
langsung dari bagian tertentu dari gangguan sistem biologis
atau tindakan itu sendiri. (Johnson, 1968)Alat pengelolaan atau
intervensi merupakan bagian dari pengembangan (nurturance),
perlindungan (protection), dan stimulasi (stimulation) (Johnson,
1968, 1980). Perawat bisa memberikan “gangguan sementara
dari pengaturan dan mekanisme kendali eksternal, misalnya
penghambatan efektifitas respons perilaku dan membantu
pasien untuk memperoleh respons yang baru” (Johnson, 1968).
Johnson (1980) menyarankan untuk menggunakan teknik-
teknik seperti: “pengajaran, contoh peran, dan konseling”. Jika
suatu masalah atau gangguan bisa diantisipasi, maaka tindakan
keperawatan preventif atau promosi kesehatan dalam
pengelolaan penyakit (Brown, 2006).Jika masalahnya adalah
stressor yang bersifat struktural, maka perawat akan berfokus
pada tujuan, rancangan, pilihan atau tindakan yang akan
diberikan. Perawat memanipulasi unit struktural atau
melakukan pengendalian sementara. Kedua jenis tindakan
keperawatan mengatur interaksi dari subsistem
tersebut.Luaran (outcome) dari tindakan keperawatan adalah
keseimbangansistem perilaku. “Keseimbangan secara lebik
spesifik dapat dikatakan telah dicapai pada satu titik ketika
individu tersebut menunjukkan konsistensi pola fungsionalnya
baik secara internal maupun intrapersonal (Johnson, 1961).
Evaluasi dari tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan
perbedaan yang bermakna dari kehidupan yang ditunjukkan
oleh individu tersebut” (Johnson, 1980).Model sistem perilaku
telah dijalankan melalui pengembangan beberapa instrument
pengkajian. Pada tahun 1974, Grubbs (1980) menggunakan
teori untuk mengembangkan suatu alat pengkajian dan format
proses keperawatan berdasarkan ketujuh subsistem yang
dikembangkan oleh Johnson. Pertanyaan dan observasi
berkaitan dengan masing-masing subsistem yang memberikan
panduan lengkap untuk mencari data penting, mengetahui
perilaku tertentu yang membuat pasien tersebut dapat
mencapai tujuan kesehatannya.Dalam tahun yang sama,
Holaday (1980) menggunakan suatu teori Johnson sebagai
model untuk mengembangkan alat pengkajian untukperawatan
anak di rumah sakit. Perawat menggunakan alat ini untuk
menggambarkan secara objektif tentang perilaku anak selama
dirawat dan sebagai panduan untuk pemberian asuhan
keperawatan dalam mengembangkan konsep “tatanan (set)”,
Holaday juga mengidentifikasi pola perilaku maternal yang
mengindikasikan suatu tatanan fungsional yang tidak adekuat
atau buruk di mana hal tersebut dibatas oleh beberapa pilihan
tindakan sebagai respons terhadap kebutuhan bayi yang
mengalami sakit kronis (Holaday, 1981;1982). Derderian (1990)
melakukan investigasi dari pengaruh penggunaan dua
instrument pengkajian terhadap tingkat kepuasan pasien dan
perawat. Model sistem perilaku perilaku Johnson ini bisa
digunakan untuk membuat instrument evaluasi (self report)
dan observasi yang dipakai bersama dengan proses
keperawatan. Sistem model perilaku Derdiarian ini mencakup
pengkajian dari subsistem restoratif dan tujuh subsistem yang
dibuat oleh Johnson. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
instrument yang digunakan memberikan pendekatan yang
komprehensif dansistematis dalam proses pengkajian dan
intervensi yang dimaksudkan untuk meningkatkan kepuasan
pasien yang menerima asuhan keperawatan dan kepuasan
perawat yang telah memberikan asuhan tersebut.Lanoutee dan
St-Jacques (1994) menggunakan model Johnson untuk
membandingkan kemampuan koping dan persepsi keluarga
yang mempunyai bayi cukup umur (non-premature). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan koping positif itu
berhubungan dengan keterikatan dengan bayi, menggunakan
sumber, pemecahan masalah, dan membuat keputusan.
Lanouenett dan St-Jacques menyarankan bahwa peningkatan
kualitas dari praktik asuhan keperawatan di tempat penitipan
anak (nursery), rumah sakit, dan Puskesmas dapat
berkontribusi terhadap outcome tersebut. Teori ini mendukung
pernyataan Johnson bahwa “efektivitas penggunaan
pengembangan, perlindungan dan stimulasi selama periode
kontak antara ibu dan bayi akan signifikan mengurangimasalah
dari sistem perilaku yang kita temukan saat ini” (komunikasi
pribadi, 1996).Studi kasus tentang evaluasi dari model sistem
perilaku dilingkungan praktik klinis sudah banyak
dipublikasikan. Pada tahun 1980, Rawis menggunakan teori ini
untuk mengkaji pasien yang mengalami kehilangan fungsi
motoric tangan dan kakinya. Herbert (1989) melaporkan luaran
dari rencana asuhan keperawatan dibuat untuk pasien lanjut
usia yang mengalami stroke. Mereka menyimpulkan bahwa
teori Johnson ini memberikan landasan teoritis yang
memprediksi hasil dari tindakan keperawatan yang akan
diberikan, memformulasikan standar asuhan keperawatan serta
administrasi keperawatan yang bersifat holistik. Fruehwirth
(1989) menemukan bahwa model ini efektif dalam pemberian
tindakan dukungan kelompok pada pelaku rawat untuk pasien
yang menderita Alzheimer.Beberapa penelitian tentang aplikasi
model ini dalam ditatanan praktik lebih berfokus pada proses
pengambilan keputusan dan evaluasi hasil. Grice (1997)
menemukan bahwa perawat, pasien dan karakteristik
memengaruhi pengkajian dan pengambilan keputusan untuk
pemberian obat anti ansietas dan anti psikotik untuk pasien
psikiatrik yang dirawat di rumah sakit. Benson (1967)
melakukan kajian literature tentang ketakutan terhadap
kriminalitas pada kelompok lanjut usia. Model sistem perilaku
ini digunakan untuk menggambarkan “bahaya dari ketakutan
terhadap kejahatan” yang dapat menyebabkan gangguan pada
subsistem ingestive, ketergantungan (dependency), pencapaian
(achievement), afliasi, dan agresif-protektif (Benson,
1997).Tindakan yang berpusat pada pasien dan komunitas telah
berhasil meningkatkan kualitas asuhan dan kualitas hidup para
lanjut usia. Studi yang dilakukan oleh Brinkley, Ricker, &
Toumey (2007) telah menunjukkan penggunaan teori model ini
pada pasien obesitas yang mempunyai kebutuhan yang
kompleks, serta Tamilarasi dan Kanimozhi (2009) memberikan
intervensi untuk meningkatkan kualitas hidup dari survivor
kanker payudara.Lachicotte dan Alexander (1990) mengkaji
penggunaan model sistem perilaku Jhonson sebagai suatu
kerangka yang bisa digunakan oleh administrator perawat
untuk membuat keputusan untuk mengatasi kekurangan staf
perawat. Mereka menyarankan bahwa dengan melihat semua
tingkatan dari lingkungan, perawat disarankan untuk mengkji
ketidak seimbangan dalam sistem keperawatan tatkala terjadi
kekurangan staf dan mengevaluasi “keadaan keseimbangan
system terkait dengan metoda yang akan dipilih untuk
mengatasi kekurangan staf perawat tersebut” (Lachicotte &
Alexander, 1990). Hasil studi menunjukkan bahwa perawat
administrator lebih menyukai pendekatan yang lebih praktis
untuk mengatasi kekurangan staf tersebut. Hal yang diyakini
sebelumnya bahwa “ketika kekurangan perawat itu dapat
dikonfrontasi dengan penyediaan bantuan tertentu maka
keseimbangan bisa diperoleh kembali di mana keseimbangan
tersebut akan memengaruhi system secara menyeluruh”
(Lachicotte & Alexander, 1990).Di University of California, Los
Angeles, Neuropsychiatric Institute and Hospital mempunyai
model sistem perilaku Johnson sebagai dasar dari praktik
keperawatan psikiatrik (Auger & Dee, 1983; Dee, Tyson,
Capparell, et al, 1999; Poster, Dee, & Randell, 1997). “Pasien
dikaji dan data perilakunya diklasifikasikan berdasarkan
subsistem. Diagnosis keperawatan dibuat yang
menggambarkan sifat perilaku tidak efektif dan hubungannya
dengan regulator dalam lingkungannya tersebut” (Randell,
1991). Teori Johnson juga dimasukkan ke dalam program
orientasi mahasiswa yang baru lulus (Puntil, 2005). Suatu
penelitian yang membandingkan label diagnostik yang berasal
dari model sistem perilaku Johnsondengan label yang
menggunakan panduan dariNorth American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) menunjukkan bahwa model sistem
Johnson lebih baik pada saat membedakan masalah dan
etiologic (Randell, 1991). Hal ini menjadi sangat penting untuk
mendokumentasikan asuhan keperawatan dan
mendemonstrasikan efektifitas asuhan ditinjau dari hasil yang
dicapai oleh pasien tersebut. Pster dan kawan-kawan
(1997)menggunakan model Johnson, mereka melaporkan
adanya hubungan yang positif antara tindakan keperawatan
dan pencapaian hasilnya pada pasien (patient outcomes) ketika
mereka dipulangkan dari rumah sakit.Dee, van Servellen, and
Brecht (1998) menguji pengaruh dari pengelolaan pelayanan
kesehatan terpadu (managed health care) terhadap hasil yang
dicapai oleh pasien dengan menggunakan model Johnson ini.
Pada saat registrasi awal, perawat membuat profil sistem
perilaku dengan mengkaji delapan subsistem, mengidentifikasi
keseimbangan dan ketidakseimbangan dari subsistem, dan
ranking pengaruh enam regulator. Hal ini dimaksudkan untuk
menentukan diagnosis keperawatan, rencanaan tindakan, dan
evaluasi asuhan keperawatan untuk setiap pasien yang sedang
ditangani oleh perawat tersebut. Hasil studi ini menunjukkan
adanya peningkatan yang signifikan pada level fungsional pada
saat pemulangan pasien (discharge) serta masa rawat inap yang
lebih singkat.

2. Pendidikan
Loveland Cherry dan Wilerson (1983) menganalisis teori
Johnson dan menyimpulkan bahwa teori tersebut bisa
digunakan dalam pendidikan keperawatan. Suatu kurikulum
berdasarkan manusia sebagai suatu sistem perilaku mempunyai
tujuan yang lebih jelas dan lebih tepat sasaran dalam konteks
perencanaan mata kuliah. Penelitian ini memusatkan pasien
sebagai suatu sistem perilaku serta kegagalannya yang
memerlukan proses keperawatan. Sebagai tambahan tentang
pemahaman sistem teori ini, mahasiswa membutuhkan
pengetahuan dari disiplin ilmu social dan perilaku serta fisika
dan biologi. Model ini telah digunakan di berbagai institusi
praktik dan pendidikan di Amerika Serikat, Canada, dan
Australia (Derdiarian, 1981; Fleming, 1990; Grice, 1997; Hadley,
1970; Harris, 1986; Orb & Reilly, 1991; Puntil, 2005).

3. Penelitian
Johnson (1968) menyatakan bahwa penelitian keperawatan
perlu “untuk mengidentifikasi dan menjelaskan gangguan
sistem perilaku yang muncul terkiat dengan penyakitnya, dan
mengembangkan rasionalisasiuntuk penatalaksanaannya
(means of management). Johnson meyakini bahwa tugas
perawat ilmuwan adalah untuk mengikuti salah satu dari dua
hal ini yaitu: (1) kontribusi terhadap pemahaman dasar tentang
sistem perilaku manusia, dan (2) kontribusi terhadap
pemahaman sistem perilaku dan rasionalisasi tindakan serta
metodologi. Dia mengidentifikasi lingkup penelitian penting
misalnya: (1) penelitian tentang sistem perilaku sebgai suatu
kesatuan yang meliputi issue tentang stabilitas dan perubahan,
organisasi dan interaksi, dan mekanisme regulasi dan control
yang efektif; dan (2) penelitian tentang subsistem meliputi
identifikasi subsistem tambahan (Class Notes, 1971).Small
(1980) mwnggunakan teori Johnson sebagai kerangka konsep
pada saat merawat pasien anak yang mengalami penurunan
fungsi penglihatan. Dengan mengevaluasi dan membandingkan
persepsi citra tubuh (body image) dan kesadaran spsial (spatial
awareness) antara anak yang berpenglihatan normal dengan
mereka yang mengalami gangguan penglihatan. Small
menemukan bahwa penyimpangan sensori dari penurunan
visual mempengaruhi sensori dari penurunan visual
memengaruhi perkembangan normal dari citra tubuh anak dan
kesadarannya terhadap tubuhnya dalam konteks ruang. Dia
menyimpulkan bahwa ketika sistem manusia mengalami stress
yang berlebihan, tujuan dari sistem tersebut tidak
terjaga.Wilkie, Lovejoy, Dodd, and Tesler (1998) menguji
perilaku pengelolaan nyeri kanker dengan menggunakan model
sistem perilaku Johnson ini. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa seseorang menggunakan perilaku yang
diketahui untuk melindungi dirinya sendiri dari nyeri yang
berintensitas tinggi. Hal ini mendukung asumsi bahwa “perilaku
subsistem agresif/protektif dikembangkan dan dimodifikasi
sepanjang waktu untuk melindungi individu tersebut dari nyeri
dan perilaku lainnya yang mewakili pengendalian nyeri dan
pilihan yang dimiliki oleh pasien tersebut” (Wilkie, Lovejoy,
Dodd, et al, 1998).Penemuan ini didukung oleh suatu studi yang
melihat “makna tentang laporan diri (self-report) dan
pengelolaan diri (self-management)untuk penatalaksanaannya
(means of management). Johnson meyakini bahwa tugas
perawat ilmuwan adalah untuk mengikuti salah satu dari dua
hal ini yaitu: (1) kontribusi terhadap pemahaman dasar tentang
sistem perilaku manusia, dan (2) kontribusi terhadap
pemahaman sistem perilaku dan rasionalisasi tindakan serta
metodologi. Dia mengidentifikasi lingkup penelitian penting
misalnya: (1) penelitian tentang sistem perilaku sebgai suatu
kesatuan yang meliputi issue tentang stabilitas dan perubahan,
organisasi dan interaksi, dan mekanisme regulasi dan control
yang efektif; dan (2) penelitian tentang subsistem meliputi
identifikasi subsistem tambahan (Class Notes, 1971).Small
(1980) mwnggunakan teori Johnson sebagai kerangka konsep
pada saat merawat pasien anak yang mengalami penurunan
fungsi penglihatan. Dengan mengevaluasi dan membandingkan
persepsi citra tubuh (body image) dan kesadaran spsial (spatial
awareness) antara anak yang berpenglihatan normal dengan
mereka yang mengalami gangguan penglihatan. Small
menemukan bahwa penyimpangan sensori dari penurunan
visual mempengaruhi sensori dari penurunan visual
memengaruhi perkembangan normal dari citra tubuh anak dan
kesadarannya terhadap tubuhnya dalam konteks ruang. Dia
menyimpulkan bahwa ketika sistem manusia mengalami stress
yang berlebihan, tujuan dari sistem tersebut tidak
terjaga.Wilkie, Lovejoy, Dodd, and Tesler (1998) menguji
perilaku pengelolaan nyeri kanker dengan menggunakan model
sistem perilaku Johnson ini. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa seseorang menggunakan perilaku yang
diketahui untuk melindungi dirinya sendiri dari nyeri yang
berintensitas tinggi. Hal ini mendukung asumsi bahwa “perilaku
subsistem agresif/protektif dikembangkan dan dimodifikasi
sepanjang waktu untuk melindungi individu tersebut dari nyeri
dan perilaku lainnya yang mewakili pengendalian nyeri dan
pilihan yang dimiliki oleh pasien tersebut” (Wilkie, Lovejoy,
Dodd, et al, 1998).Penemuan ini didukung oleh suatu studi yang
melihat “makna tentang laporan diri (self-report) dan
pengelolaan diri (self-management)dalam pengambilan
keputusan”. Nyeri dapat menimbulkan usaha untuk mencari
bantuan kesehatan dari tenaga kesehatan sehingga hal ini
termasuk kedalam mekanisme perlindungan. Namun, hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien kanker
tidak mengkonsumsi obat nyeri yang telah diresepkan dan lebih
menyukai pengobatan atau distraksi sebgai pilihan untuk
mengendalikan rasa nyeri yang dideritanya. Meyakini bahwa
model ini bisa digunakan untuk perawatan pencegahan,
Majesky, Brester, and Nishio (1978) menggunakan model ini
untuk membuat suatu alat untuk mengukur indicator asuhan
keperawatan yang diberikan pada seorang pasien. Holaday
(1980), Rawls (1980), and Stamler (1971) menggunakan salah
satu subsistem dari model ini dalam risetnya. Derdiarian (1991)
melihat hubungan antara subsistem agresif dan protektif dan
subsistem lainnya. Penemuannya mendukung proposisi bahwa
subsistem bersifat interaktif, interdependen, dan terintegrasi.
Dengan demikian, Derdiarian mendukung pernyataan Johnson
bahwa “perubahan yang terjadi didalam suatu subsistem yang
dihasilkan dari penyakit tidak dapat dipahami dengan baik
tanpa adanya pemahaman tentang hubungan antara keduanya
terhadap perubahan yang terjadi pada subsistem lainnya”
(Johnson, 1980). Dumus (1980) melakukan uji validitas dari
teori Johnson dengan membandingkan nilai serum alanine
aminotransferase (ALT) pada pasien yang mempunyai beberapa
diagnose keperawatan dan telah terpapar dengan hepatitis B.
Durmus menghubungkan gangguan fisiologis dari peningkatan
nilai ALT dengan ketidakseimbangan perilaku dan menemukan
bahwa gangguan pada satu area merefleksikan gangguan di
area lainnya. Beberapa perawat peneliti telah menunjukkan
penggunaan teori Johnson dalam praktik klinis. Sebagian besar
studi tersebut mengambil partisipan dengan penyakit kronis
seperti inkotinensia urine, nyeri kronis, kanker, AIDS,
compassion fatigue, dan penyakit mental (Alexander, 2006;
Colling, Owen, McCreedy, et al., 2003; Coward & wilkie, 2000;
Derdiarian, 1998; Derdiarian & Schobel, 1990; Grice, 1997;
Holaday,Turner-Henson, & Swan, 1996; Holaday & Turner-
Henson, 1987; Martha, Badhuri, & Jain, 2004). Penelitian ini
juga telah membuktikan tentang efektivitas penggunaan model
ini pada populasi anak, remaja, dan lanjut usia. Berdasarkan
praktik yang ekstensif, pengembangan instrument dan
penelitian, Holaday (1980) menyimpulkan bahwa pengguna
teori Johnson dilengkapi dengan suatu panduan untuk
perencanaan dan pemberian asuhan berdasarkan ilmu
pengetahuan yang bersifat ilmiah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model sistem perilaku Johnson ini menggambarkan manusia
sebagai suatu sistem perilaku dengan tujuh subsistem yaitu:
pencapaian, keterikatan-afiliasi, agresi-protektif, ingestif,
eliminative, dan subsistem seksual. Masing-masing subsistem
mempunyai keterkaitan antara satu dengan lainnya serta
dengan lingkungan dan elemen struktur yang spesifik serta
fungsi yang membantu mempertahankan integritas dari sistem
perilaku tersebut. Perawat ilmuwan lainnya menambahkan
subsistem restoratif.Komponen struktural dari sistem perilaku
ini menggambarkan bagaimana individu tersebut dimotivasi
(berniat) untuk memperoleh tujuan spesifik berdasarkan
kecenderungan individu untuk melakukan suatu tindakan
dengan cara tertentu menggunakan beberapa pilihan yang ada
sehingga menghasilkan suatu perilaku atau tindakan yang
berpola. Persyaratan fungsional melindungi,
mengembangkan/menumbuhkan, dan mestimuasi sistem
perilaku. Ketika sistem perilaku mempunyai keseimbangan dan
staabilitas, perilaku individu akan menjadi lebih bermanfaat,
tertib, dan bisa diprediksi. Sistem perilaku yang tidak seimbang
dan tidak stabil bisa menimbulkan tekanan dan stressor yang
memengaruhi hubungan antar subsistem atau hubungan antara
lingkungan internal dan eksternal.Keperawatan adalah
kekuatan pengendalian eksternal yang bertindak untuk
mengendalikan keseimbangan dan stabilitas sistem dengan
cara menghambat, menstimulasi atau memaksa perilaku
tertentu (mekanisme kontrol), merubah komponen structural
(pasien, tujuan, pilihan, dan tindakan), atau memenuhi
persyarafan fungsi. Kesehatan adalah hasil dari sistem perilaku
yang mempunyai stabilitas dan keseimbangan (Johnson,
1980).Tujuan utama yang ingin dicapai oleh Johnson adalah
pengembangan praktik keperawatan, kurikulum untuk
pendidikan perawat danmengembangkan keilmuan
keperawatan. Dia menginginkan model sistem ini bisa berguna
untuk menyebarluaskan ilmu keperawatan; intervensi
keperawatan yang sistematis yang bisa direfleksikan secara etis;
melibatkan multi perspektif, dan sensitive terhadap nilai-nilai
yang berlaku di kalangan masyarakat. Johnson juga berharap
bahwa modelnya bisa dijadikan sebagai suatu kerangka acuan
untuk pengembangan generasi perawat masa depan (D.
Johnson, komunikasi pribadi, 1991).

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha railey. 2014. Pakar Teori Keperawatan dan


Karya Mereka Edisi Indonesia Ke-8 Volume 1. Jakarta : Hooi
Ping Chee

Anda mungkin juga menyukai