Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Model Konsep Keperawatan Menurut


Dorothy Johnson

Kata Pengantar

Pertama-tama, Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Model Konsep Keperawatan Menurut Dorothy Johnson”
Makalah ini adalah salah satu syarat dalam memenuhi tugas kami dalam mata
kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan. Harapan kami semoga makalah ini dapat
memberikan informasi dan pengetahuan.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami dengan tangan
terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………….………………..4
B. Rumusan Masalah……………………………………………….……………….5
C. Tujuan …………………………………………………………….……………..5

BAB II PEMBAHASAN
A. PANDANGAN DOROTHY E. JOHNSON MENGENAI KONSEP DAN
TEORI KEPERAWATAN………………………………………………………6
B. KONSEP-KONSEP UTAMA DAN DEFINISI-DEFINISI……………………..7
C. MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN JOHNSON…………….10
D. ASUMSI-ASUMSI……………………………………………………………..11
E. HUBUNGAN ANTARA MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN DAN
PROSES KEPERAWATAN…………..……………………………………….12
F. CONTOH KASUS DAN PENYELESAIAN KASUS……...………………….13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………..……………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep adalah suatu ide dimana terdapat kesan abstrak yang dapat diorganisir
menjadi simbol-simbol yang nyata. Kosep keperawatan adalah suatu ide untuk
menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi
kerja melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan
petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi untuk menjadikan
perawat peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang harus
dikerjakan pada saat itu.
           Model konseptual keperawatan digunakan dalam praktek, penelitian dan
pengajaran. Oleh karena itu, model harus diperkenalkan untuk memperkuat profesi
perawat khususnya dalam mengoreksi pemikiran yang salah tentang profesi perawat,
bahwa perawat merupakan pembantu dokter dan tidak sedikit yang berfikiran bahwa
perawat hanya mengikuti perintah dokter. Pengembangan dan perluasan pengetahuan
perawat untuk meningkatkan keterampilan perawat akan menjadi hal yang cukup
penting dalam proses- proses keperawatan yang akan dilakukan terutama teori- teori dan
konseptual keperawatan yang akan memberikan panduan terhadap hal praktek,
pendidikan dan penelitian keperawatan.
Teori merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata
atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa, atau kejadian yang
didasari oleh fakta- fakta yang telah diobservasi tetapi kurang bukti secara langsung.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan
sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu
sendiri yang memungkinkan perawat mengingat dalam model praktek keperawatan
mengandung komponen dasar seperti adanya keyakian dan nilai yang mendasari sebuah
model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan kepada

3
kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan keterampilan. Hal ini
dibutuhkan oleh perawat dalam mengembangkan tujuannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat di rumuskan ma
salah sebagai berikut “ Bagaiamana Konsep dan Teori Keperawatan menurut Doroth
y E.Johnson ?

C. Tujuan
Diketahuinya gambaran tentang “Konsep dan Teori Dasar Keperawatan Menurut Dorot
hy E.Jhonson” dan Untuk mengetahui tentang “Konsep dan Teori Dasar Keperawatan
Menurut      Dorothy E.Jhonson”.

4
BAB II PEMBAHASAN

A. PANDANGAN DOROTHY E. JOHNSON MENGENAI KONSEP DAN TEORI


KEPERAWATAN
Dorothy E. Jhonson dilahirrkan pada tanggal 21 agustus 1919 di savannah,
Georgia. Teori system perilaku Johnson tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni
tujuan perawatan adalah membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati
dari penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagai
individu dan bukan pada entitas yang spesifik.
Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi dan
etnologi untuk membangun teorinya. Ia menyandarkan sepenuhnya pada teori system
dan menggunakan konsep dan definisi dari A. Rapoport, R. Chin dan W. Buckley.
Struktur teori system perilaku dipolakan sesudah model system; system dinyatakan
terdiri dari bagian yang berkaitan untuk melakukan fungsi bersama-sama untuk
membentuk keseluruhan. Dalam tulisannya, Johnson mengkonseptualkan manusia
sebagai system perilaku dimana fungsi adalah observasi perilaku adalah teori system
biologi, yang menyatakan bahwa manusia merupakan system biologi yang terdiri dari
bagian biologi dan penyakit adalah hasil gangguan system biologi.
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis bahwa
perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien
sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin ilmu lain
seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku, untuk
mengembangkan teorinya.
Johnson mencatat bahwa meski literature menunjukkan ide dukungan lain yaitu
bahwa manusia merupakan system perilaku, sejauh yang ia tahu ide tersebut adalah asli
dari dirinya. Pengetahuan bagian-bagian system perilaku dicikung dalam ilmu-ilmu
perilaku, tetapi literature empiris mendukung dugaan bahwa system perilaku merupakan

5
keseluruhan yang belum dikembangkan. Dalam system biologis, pengetahuan atas
bagian-bagianya lebih dahulu dari pengetahuan keseluruahan system.
B. KONSEP-KONSEP UTAMA DAN DEFINISI-DEFINISI
Teori keperawatan Dorothy E Johnson diukur dengan behavioral system theory.
Johnson menerima definisi perilaku seperti diyatakan oleh para ahli perilaku dan
biologi. Output dari struktur dan proses-proses intra-organismik yang keduanya
dikoordinasi dan di artikulasi dan bersifat responsive terhadap perubahan-perubahan
dalam sensori stimulation. Johnson memfokuskan pada perilaku yang dipengaruhi oleh
kehadiran actual dan tak langsung makhluk social lain yang telah ditunjukkan
mempunyai signifikansi adaptif utama.
Dengan memakai definisi sitem oleh rapoport tahun 1968, Johnson menyatakan,
“A system is a whole that fungtions as a whole by virtue of the interpedence of its part.”
(system merupakan keseluruhan yang berfungsi berdasarkan atas ketergantungan antar
bagian-bagiannya). Johnson menerima pernyataan chin yakni tedapat “organisasi,
interaksi, interpedensi dan integrasi bagian dan elemen-elemen”. Disamping itu ,
manusia berusaha menjaga keseimbangan dalam bagian-bagian ini melalui pengaturan
dan adapatasi terhadap kekuatan yang mengenai mereka.
A. System perilaku (behavioral system).
System perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara bersikap dengan
maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk unit fungsi teroraganisasi dan
terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi antara seseorang dengan
lingkunganya dan menciptakan hubungan seseorang dengan obyek, peristiwa dan
situasi dengan lingkunganya. Biasanya sikap dapat digambarkan dan dijelaskan.
Manusia sebagai system perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan
keseimbangan dengan pengaturan dan adaptasi yang berhasil pada beberapa
tingkatan untuk efisiensi dan efektifitas suatu fungsi. System biasanya cukup
fleksibel untuk mengakomodasi pengaruh yang diakibatkan.
B. Subsistem.
Karena behavioral system memiliki banyak tugas untuk dikerjakan, bagian-
bagian system berubah menjadi subsistem-subsistem dengan tugas tertentu. Suatu
subsistem merupakan “system kecil dengan tujuan khusus sendiri dan berfungsi

6
dapat dijaga sepanjang hubunganya dengan subsitem lain atau lingkungan tidak
diganggu. Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh Johnson bersifat terbuka,
terhubung dan saling berkaitan (interealated). Motivasi mengendalikan langsung
aktifitas subsistem-subsistem ini yang berubah secara kontinyu dikarenakan
kedewasaan, pengalaman dan pembelajaran. System yang dijelaskan tampak ada
cross-culturally dan di control oleh factor biologis, psikologi dan sosiologi, tujuh
elemen yang diidentifikasi adalah attachment-affiliative, dependency, ingestive,
eliminative, sexual, achievement dan aggressive.
1. Subsitem attachement-affiliative
Subsistem attacement-afiliative mungkin merupakan yang paling kritis, karena
subsistem ini membentuk landasan untuk semua organisasi social. Pada
tingkatan umum, hal itu memberikan kelangsungan (survival) dan keamanan
(security). Sebagai konsekuensinya adalah inklusi social, kedekatan (intimacy)
dan susunan serta pemeliharaan ikatan social yang kuat.
2. Subsistem dependency
Dalam hal paling luas, subsistem dependency membantu mengembangkan
perilaku yang memerlukan respon pengasuhan. Konsukuensinya adalah
bantuan persetujuan, perhatian atau pengenalan dan bantuan fisik. Dalam
pengembanganya, perilaku dependency berubah hampir bergantung total
kepada orang lain ke arah bergantung total kepada orang lain kearah
bergantung kepada diri sendiri dengan derajat yang lebih besar. Jumlah
interpendency tertentu adalah penting untuk kelangsungan kelompok social
3. Subsistem biologis
Subsistem biologis ingestion dan eliminasi “berkaitan dengan kapan,
bagaimana apa, berapa banyak dan dengan kondisi apa kita makan dan kapan,
bagaimana dan dengan kondisi apa kita makan dan dengan kondisi apa kita
buang.” Respon-respon ini dikaitkan dengan social dan psikologis seperti
halnya pertimbangan biologis.
4. Subsistem seksual
Subsistem seksual memiliki fungsi ganda yakni hasil (procreation) dan
kepuasan (gratification). Termasuk tapi tidak dibatasi. Courting dan mating,

7
system respon ini dimulai dengan perkembangan identitas jenis kelamin dan
termasuk (dalam cakupan yang luas) perilaku-perilaku berdasar prinsip jenis
kelamin.
5. Subsistem agresif
adalah perlindungan (protection) dan pemeliharaan (preservation). Hal ini
mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti Lorenz dan feshback bukannya
dengan bantuan pemikiran perilaku sekolah. Dianggap perilaku agresif tidak
hanya di pelajari tapi memiliki maksud utama membahayakan yang lain.
Bagaimanapun, masyarakat meminta batasan-batasan tersebut diletakkan pada
mode perlindungan diri dan orang-orang serta harta milik mereka dihormati
dan dilindungi.
6. Subsistem achievement
Subsistem achievement berusaha memanipulasi lingkungan. Fungsinya
mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau lingkungan pada beberapa
standar kesempurnaan. Cakupan perilaku prestasi termasuk kemampuan
intelektual , fisikis, kreatif, mekanis dan social.
Johnson kemudian mengidentifikasi konsep-konsep lain yang menggambarkan
lebih jauh teori manusia sebagai system perilaku (behavioral system). Yang
membedakan antara apa yang ada di dalam dan apa yang di luar system adalah
ikatan (boundary). Ini merupakan titik (point) dimana system memiliki control kecil
atau pengaruh pada hasil-hasil. Equilibrium didefinisikan sebagai kondisi akhir
yang stabil tetapi lebih atau kurang kekal, dimana didalamnya individu berada
dalam keselarasan dengan dirinya dan dengan lingkunganya. Homeostasis adalah
proses menjaga stabilitas dalam system perilaku. Stabilitas adalah pemeliharaan
suatu level atau daerah perilaku tertentu yang dapat diiterima. Ketidakstabilan
(instability) terjadi saat system mengalami overcompensate berkaitan dengan strees
(tekanan). Ketika output energi tambahan digunakan untuk menjaga stabilitas
dikosongkan. Stressor adalah stimulan eksternal dan internal yang menghasilkan
tegangan (tension) dan menyebabkan ketidakstabilan. Tensi adalah kondisi dalam
keadaan tegang atau kendor. Ia disebabkan karena disequilibrium dan merupakan
sumber potensi perubahan.

8
C. MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN JOHNSON
Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson adalah dengan
pendekatan system perilaku, dimana individu dipandang sebagai sitem perilaku yang
selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal maupun
eksternal, juga memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh
yang ditimbulkannya. Sebagai suatu system, didalamnya terdapat komponen subsystem
yang membentuk system tersebut, diantaranya komponen subsystem yang membentuk
system perilaku menurut Johnson adalah
1. Ingestif, yaitu sumber dalam memelihara integritas serta mencapai kesenangan
dalam pencapaian pengakuan dari lingkungan.
2. Achievement, merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui keterampilan yang
kreatif.
3. Agresif, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dan
berbagai ancaman yang ada di lingkungan.
4. Eliminasi, merupakan bentuk pengelauran segala sesuatu dari sampah atau barang
yang tidak berguna secara biologis
5. Seksual, digunakan dalam pemenuhan kebutuhan saling mencintai dan dicintai.
6. Gabungan/tambahan, merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan tambahan dalam
mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam kehidupan
social, keamanan, dan kelangsungan hidup.
Ketergantungan, merupakan bagian yang membentuk system perilaku dalam
mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan. Berdasarkan subsystem
tersebut diatas, maka akan terbentuk sebuah system perilaku individu, sehingga Johnson
memiliki pandangan bahwa keperawatan dalam mengatasi permasalahan tersebut harus
dapat berfungsi sebagai pengatur agar dapat menyeimbangkan system perilaku tersebut.
Klien dalam hal ini adalah manusia yang mendapat bantuan perawatan dengan keadaan
terancam atau potensial oleh kesakitan atau ketidakseimbangan penyesuaian dengan
lingkungan. Status kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu
berperilaku untuk memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.

9
D. ASUMSI-ASUMSI
A. Perawatan (nursing)
Perawatan, seperti yang dipandang Johnson, adalah tindakan eksternal untuk
memberikan organisasi perilaku pasien ketika pasien dalam kondisi strres dengan
memakai mekanisasi pengaturan yang berkesan atau dengan penyediaan
sumberdaya. Seni dan ilmu, memberikan eksternal baik sebelum dan selama
gangguan keseimbangan system dan karenanya membutuhkan pengetahuan tentang
order, disorder dan control. Aktivitas perawatan tidak bergantung pada wewenang
medis tetapi bersifat pelengkap (komplementer) bagi medis/ pengobatan.
B. Orang (person)
Johnson memandang manusia sebagai system perilaku dengan pola,
pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang menghubungkan
dirinya dengan lingkungannya. Pola-pola respon spesifik manusia membentuk
keseluruhan yang terorganisasi dan terintegrasi. Person adalah system dari bagian-
bagian interpendent yang membutuhkan beberapa aturan dan pengaturan untuk
menjaga keseimbangan.
Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah penting
untuk manusia dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan yang rendah
mengganggu keseimbangan sistem perilaku, integritas manusia terancam. Usaha-
usaha mausia untuk membangun kembali keseimbangan membutuhkan pengeluaran
energi yang luar biasa, yang menyisakan sedikit energi untuk membantu proses-
proses biologis dan penyembuhan.
C. Kesehatan (health)
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit dipahami
(elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, psikologis dan
sosial. Kesehatan menjadi suatu nilai yang diinginkan oleh para pekerja kesehatan
dan memfokuskan pada person bukanya penyakit.
Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling ketergantungan
subsistem–subsistem dari system perilaku. Manusia berusaha mencapai
keseimbangan dalam system ini yang akan mengarah ke perilaku fungsional.

10
Keseimbangan yang kurang baik dalam persyaratan structural atau fungsional
cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan. Ketika system membutuhkan
sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan , suplai energi yang lebih besar yang
tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.
D. Lingkungan
Dalam teori Johnson, lingkungan terdiri dari seluruh faktor yang bukan
bagian system perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi system, dan dapat
dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien.
Individu menghubungkan dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungan-nya.
System perilaku berusaha menjaga equilibrium dalam respon terhadap faktor
lilngkungan dengan mengatur dan adaptasi terhadap kekuatan yang menyertainya.
Gaya lingkungan yang kuat secara berlebihan mengganggu keseimbangan system
perilaku dan mengancam stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak tentu
dibutuhkan supaya system membangun kembalieqilibrium dalam menghadapi
tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat melanjutkan
dengan perilaku-perilaku yang baik.

E. HUBUNGAN ANTARA MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN DAN PROS


ES KEPERAWATAN
Model Konseptual Keperawatan adalah sesuatu abstraksi yang dioprasikan deng
an menggunakan proses keperawatan yang mencangkup:
1. Pengkajian
Pengkajian data spesifik mengenai kebutuhan kesehatan klien yang lansung berhu
bungan berhubungan dengan unit kedua model keperawatan yaitu klien. Misalnya
teori Hendrson, klien dipandang memiliki 14 kebutuhan dasar, maka data yang di
kumpulkan juga tentag 14 kebutuhan dasar tersebut.
2. Diangnosa
Dalam tahap ini, masalah klien baik yang actual maupun potensial ditulis sebagai
suatu diagnosa keperawatan yang disesuaikan dengan model keperawatan yang di
gunakan.
3. Perencanaan

11
Perencanaan intervensi keperawatan juga dikaitkan lanjutkan dengan model konse
ptual keperawatan. Intervensi dengan menyesuaikan pada pola intervensi dari mo
del konseptual yang digunakan.
4. Implementasi
Melaksanakan rencana intervensi berdasarkan pengetahuan ilmiah yang bukan me
rupakan bagian dari model keperawatan. Model keperawatan menunjukan apa yan
g harus dilakukan oleh perawat yang langsung mempengaruhi intervensi keperaw
atan yang direncanakan, tetapi tidak menunjukan pada perawat bagaimana menera
pkan rencana itu.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan fungsi perawatan yang berlanjut.
a) Bagaimana klien beradaptasi dan bereaksi
b) Apa yang dipandang klien sebagai kebutuhan
c) Bagaimana klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan jawaban dari perta
nyaan-pertanyaan tadi akan membantu perawat menilai keefektifan dari pr
oses perawat secara keseluruhan dan model keperawatan.

F. CONTOH KASUS DAN PENYELESAIAN KASUS


1. KASUS
Tn. “A” bekerja di sebuah kebun binatang. Suatu hari Tn. “A” di serang
oleh harimau hingga mendapat luka di bagian kakinya dan di rujuk ke balai
pengobatan untuk penanganan lukanya. Dalam penanganan luka, diketahui
ternyata luas luka yang di alami Tn. “A” sangat luas dan dalam hal ini
membuatnya harus berhenti sementara dari pekerjaan. Karena bila sering bertemu
dengan teman-teman sekerjanya, itu agak membuatnya dia tertekan. Akibat luka
yang dideritanya dan dari cara jalan yang tidak normal lagi (pincang). Istri Tn.
“A” setiap hari meluangkan waktu membuatkannya makanan kecil karena
memang istrinya suka memasak dan ternyata dengan kegiatan memasak itu istri
Tn. “A” dapat menekan kecemasannya sehubungan dengan keadaan suaminya itu.
Istri Tn. “A” jika memasak makanan untuk Tn. “A” selalu mencampurkan gula
hampir di setiap masakannya.

12
Setelah 3 minggu berlalu penyembuhan luka tidak mengalami kemajuan
walaupun tidak terjadi infeksi luka. Pada kunjungan pemeriksaan, istrinya dengan
yakin mengatakan bahwa selama perawatan di rumah, suaminya sering minum air
banyak sehingga berakibat sering kencing walaupun tengah malam dan itu
membuat dia agak cemas hal tersebut akan berakibat fatal terhadap Tn. “A”. Istri
Tn. “A” bertanya, Apakah yang harus istri Tn. “A” lakukan dengan keadaan Tn.
“A” ini?
2. PENYELESAIAAN KASUS
Menggunakan teori system tingkah laku, kita membantu menyelesaikan
masalah. Menilai pola tingkah laku yang berlangsung saat itu pada keluarga Tn.
“A” melalui 7 subsistem tingkah laku, berdasarkan data di atas kita mendapatkan
bahwa ada perubahan pada 3 subsistem :
1. Achievement subsistem, perubahan perubahan pola interaksi social dan
depresi.
2. Eliminasi Subsistem perubahan pola eliminasi dikarenakan banyak minum
(Polidipsi) berakibat seringnya kencing ( Poliuri ).
3. Ingestive Subsistem, perubahan pola makan dikarenakan banyak makan
makanan yang manis dan minum air yang juga banyak.
Dengan menggunakan teori Tingkah laku, apa yang harus dilakukan
untuk membantu Tn. “A”. Berdasarkan asumsi yang kita bisa tarik dari cerita di
atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Tn. “A” tersebut mungkin menderita
penyakit Diabetes Mellitus. Dengan ditentukannya diagnosis, perawat membantu
Tn. “A” tersebut memperbaiki system keseimbangan dengan memodifikasi pola
tingkah laku serta pola hidup keluarga Tn. “A” terutama dalam hal pengaturan
makanan yang di konsumsi Tn. “A” dalam mencapai homeostasis serta menuju
keluarga yang sehat.
Pada akhirnya luka Tn. “A” mulai mengalami kemajuan setelah penyakit
diabetesnya diidentifikasi dan dikendalikan. Dia sudah bisa kembali bekerja dan
bertemu dengan teman temannya lagi. Istrinya senang karena mendapat resep
makanan sesuai dengan penyakit diabetes suaminya dan pengalaman memasak

13
bagi dirinya. Masalah teratasi dengan menggunakan model dan teori keperawatan
tingkah laku menurut Dorothy E. Johnson.
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Dorothy Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk
membantu individu menfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah
timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari dua sistem
yaitu sistem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah
sistem eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang dikatakan
sehat jika mampu berespon adaptif baik fisik, mental, emosi dan sosial terhadap
lingkungan internal dan eksternal dengan harapan dapat memelihara kesehantanya.
Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu keseimbangan individu terutama
koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit.
Menurut Johnson ada empat tujuan asuhan keperawatan kepada individu yaitu
agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu
beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain
atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.

14
15

Anda mungkin juga menyukai