Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan profesi yang sangat fleksibel, karena ilmu di


bidang kesehatan khususnya keperawatan terus berkembang. Maka dari itu,
seyogyanya sebagai profesi keperawatan dapat mengikuti perkembangan
model konsep teori tersebut, tanpa melupakan teori lama yang dikemukakan
oleh tokoh-tokoh perawat dunia.
Menurut Kerlinger (1973) teori dinyatakan sebagai sebuah set dari
proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena. Jadi
teori merupakan hubungan dari beberapa konsep yang memberikan gambaran
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena dengan menentukan konsep
hubungan yang spesifik dengan maksud untuk menguraikan, menjelaskan,
meramalkan atau mengendalikan sebuah fenomena, sedangkan teori
keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984) sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori
keperawatan menjelaskan tentang fenomena dibidang disiplin ilmu
keperawatan, sehingga sangat berbeda dengan disiplin ilmu lainnya.
Memelajari model dan konsep teori keperawatan para anggota
perawat profesi diharapkan dapat memahami berbagai ilmu pengetahuan
dalam memberikan pelayanan, maupun asuhan keperawatan dan dapat
menyelesaikan masalah dibidang keperawatan, sehingga perawat profesi lebih
terampil karena telah mengikuti berbagai teori keperawatan yang terus
berkembang.
Bukan hanya perawat modern saja yang menjadi sorotan, banyak
sekali tokoh perawat terdahulu yang banyak berjasa dalam memberikan
model konsep teori keperawatan dan masih diaplikasikan pada era yang
modern ini. Salah satunya adalah model konsep teori keperawatan yang
diungkapkan oleh Dorothy E. Johnson jika asuhan keperawatan merupakan
kegiatan untuk memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk
mencegah timbulnya penyakit. Koping atau pemecahan masalah juga dapat

1
diatasi dengan pemberian dan pemantauan asuhan keperawatan pada orang
yang sakit. Dorothy E. Johnson juga berpendapat jika lingkungan suatu
sistem eksternal yang dapat berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespon adaptif baik fisik maupun
psikis terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan harapan bisa
memelihara kesehatannya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan model konsep teori keperawatan Dorothy E. Johnson


dengsn model konsep keperawatan sekarang?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui model konsep keparawatan oleh tokoh


dunia keperawatan yang masih diaplikasikan pada era modern ini.

1.3.2 Mahasiswa dapat mengapresiasi jasa tokoh keperawatan terdahulu.

1.3.2 Mahasiswa dapat menerapkan ilmu keperawatan yang dilakukan oleh


Dorothy E. Johnson

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Teori Dorothy E. Johnson

Dorothy E. Johnson dilahirkan pada tanggal 21 agustus 1919 di


Savanah,Georgia. Kemudian Ia memperoleh gelar A.A dari Amstrong Junior
College di Savanah tahun 1938, gelar B.S.N dari Universitas Vanderbilt di
Nashville Tennese tahun 1942 dan gelar M.P.H dari Universitas Harvard di
Boston pada tahun 1948

Teori sistem perilaku Dorothy tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni


tujuan perawatan adalah membantu induvidu-individu untuk mencegah atau
mengobati dari penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus
pada pasien sebagai individu dan bukan pada entitas yang spesifik. Dorothy
memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi dan
etnologi untuk membangun teorinya. Ia menyadarkan sepenuhnya pada teori
sistem-sistem dan menggunakan konsep dan definisi dari A. Rapoport,R.
Chin dan W.Buckley. struktur teori sistem perilaku dipolakan sesudah model
sistem: sistem dinyatakan terdiri dari bagian yang berkaitan
mengkonseptualkan manusia sebagai sistem perilaku dimana fungsi adalah
observasi perilaku adalah teori sistem biologi, yang menyatakan bahwa
manusia merupakan sistem biologi yang terdiri dari bagian biologi dan
penyait adalah hasil gangguan sistem biologi.
Pengembang teori dari sebuah perspektif filosofis. Dorothy menulis bahwa
perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilau efektif pada
pasien sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari
disiplin ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi
dan modifikasi perilaku untuk mengembangkan teorinya. Dorothy mencatat
bahwa meski literature menunjukkan ide dukungan lain yaitu bahwa manusia
merupakan sistem perilaku, sejauh yang ia tahu ide tersebut adalah asli dari
dirinya. Pengetahuan bagian-bagian sistem perilaku disinggung dalam ilmu
perilaku, tetapi literature empiris mendukung dugaan bahwa sistem perilaku

3
merupakan keseluruhan yang belum dikembangkan dalam sistem biologis,
pengetahuan atas bagian-bagiannya lebih dahulu dari pengetahuan
keseluruhan sistem.

Teori keperawtan Dorothy E. Johnson diukur dengan behavioral sistem


teori. Dorothy menerima definisi perilaku seperti dinyatakan oleh para ahli
perilaku dan biologi: output dari struktur dan proses-proses intra organisme
yang keduanya dikoordinasi dan diartikulasi dan bersifat responsive terhadap
perubahan-perubahan dalam sensori stimulation. Dorothy menfokusan pada
perilaku yang dipengaruhi oleh kehadiran actual dan tak langsung makluk
sosial lain yang telah ditunjukkan mempunyai signifikasi adaptif utama.
Dengan memakai definisi sistem oleh Rapoport pada tahun 1968. Dorothy
menyatakan “A system is a whole that fungtions as a whole by virtue of the
interpedence of its part.” (sistem merupakan keseluruhan yang berfungsi
berdasarkan atas ketergantungan antar bagian-bagiannya). Dorothy menerima
pernyataan chin yakni terdapat “organisai, interaksi, interpedensi dan
integrasi bagian dan elemen-elemen.” Disamping itu, manusia berusaha
menjaga keseimbangan dalam bagian-bagian ini.

Sistem perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara bersiap dengan


maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk unit fungsi terorganiasi
dan terintegrasi yang hubungan seseorang dengan obyek, peristiwa dan situasi
dengan lingkungannya. Biasanya sikap dapat digambarkan dan dijelaskan.
Manusia sebagai sistem perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan
keseimbangan dengan pengaturan dan adaptasi yang berhasil pada beberapa
tingkatan untuk efensi dan efetivitas suatu fungsi. Sistem biasanya cukup
fleksibel untuk mengakomodasi pengaruh yang diakibatkan. Karena
behavioral sistem memiliki banyak tugas untuk dikerjakan, bagian-bagian
sistem berubah menjadi subsistem-subsistem dengan tugas tertentu. Suatu
subsistem merupakan “sistem kecil dengan tujuan khusus sendiri dan
berfungsi dapat dijaga sepanjang hubungannya dengan subsistem lain atau
limgkungan tidak terganggu. Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh

4
Dorothy bersifat terbuka, terhubung dan saling berkaitan (interealated).
Motivasi mengendalikan langsung aktifitas subsistem-subsistem ini yang
berubah secara bersambung dikarenakan kedewasaan, pengalaman dan
pembelajaran. Sistem yang dijelaskan tampak ada cross-culturally dan di
control oleh faktor biologis, psikologi dan sosiologi, tujuh elemen yang di
identifikasi adalah attachment-affiliative, dependency, ingstive, eliminative,
sexual, achievement, aggresive.

a. Subsistem Attachement-Affiliative
Subsistem attachement-affiliative merupakan yang paling
kritis, karena subsistem ini membentuk landasan untuk semua
organisasi sosial, pada tingkatan umum, hal itu memberikan
kelangsungan (survival) dan keamanan (security). Sebagai
konsekuensinya adalah inklusi sosial, kedekatan (intimacy) dan
susunan serta pemeliharaan ikatan sosial yang kuat.

b. Subsistem Dependency
Dalam hal paling luas, subsistem dependency membantu
mengembangkan perilaku yang memerlukan respon pengasuhan.
Konsekuensinya adalah bantuan persetujuan, perhatian atau
pengenalan dan bantuan fisik. Pengembangnya, perilaku dependency
bergantung total pada orang lain kearah bergantung pada diri sendiri
dengan derajat yang lebih besar. Jumlah interpedency tertentu adalah
penting untuk kelangsungan kelompok sosial.

c. Subsistem Ingestif
Subsistem ini berhubungan dengan sosial, psikososial, dan sistem
biologis yaitu pencernaan. Sub system ini memberikan fungsi yang
luas dari kepuasan terhadap intake makanan/ selera makan.

5
d. Subsistem Biologis
Subsistem biologis ingestion dan eliminasi “berkaitan dengan kapan,
bagaimana apa, berapa banyak dan dengan kondisi apa itu dimana dan
kapan, bagaimana dan dengan kondisi apa kita makan dan dengan
kondisi apa kita buang.” Respon-respon ini dikaitkan dengan sosial
dan psikologis seperti halnya pertimbangan biologis.

d. Subsistem Sexual
Subsistem sexual memiliki fungsi ganda yakni hasil (procreation)
dan kepuasan (gratification). Termasuk tapi tidak dibatasi. Courting
dan mating, sistem respon ini dimulai dengan perkembangan identitas
jenis kelamin dan termasuk (dalam cakupan yang luas) perilaku-
perilaku berdasarkan prinsip jenis kelamin.

e. Subsistem Agresif
Subsistem agresif adalah perlindungan (protection) dan
pemeliharaan (preservation). Hal ini mengikuti garis pemikiran ahli
etnilogi seperti Lorenz bukannya dengan bantuan pemikiran perilaku
sekolah. Dianggap perilaku agresif tidak hanya di pelajari tapi
memiliki maksud utama membahayakan yang lain. Bagaimanapun,
masyarakat meminta batasan-batasan tersebut diletakkan pada mode
perlindungan diri dan orang-orang serta milik mereka dihormati dan
dilindungi.

f. Subsistem Achievement
Subsistem achievement berusaha memanipulasi lingkungan.
Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau lingkungan
pada beberapa standar kesempurnaan, cakupan perilaku prestasi
termasuk kemampuan intelektual, psikis, kreatif, mekanis dan sosial.

6
Dorothy kemudian mengidentifikasi konsep-konsep lain yang
menggambarkan lebih jauh teori manusia sebagai sistem perilaku(behavioral
sistem). Hal yang membedakan antara apa yang ada di dalam dan apa yang ada di
luar sitem adalah ikatan (boundry). Ini merupakan titik atau point dimana sistem
memiliki control kecil atau pengaruh pada hasil-hasil. Equilibrium didefinisikan
“sebagai kondisi akhir yang stabil tetapi lebih atau kurang kekal, dimana
didalamnya individu berada dalam keselarasan dengan dirinya dan dengan
lingkungannya. Homeostatis adalah proses menjaga stabilitas dalam sistem
perilaku. Stabilitas adalah pemeliharaan suatu level atau daerah perilaku tertentu
yang dapat diterima. Ketidakstabilan (instability) terjadi saat sistem mengalami
overeompensate berkaitan dengan stres (tekanan). Ketika output energi tambahan
digunakan untuk menjaga stabilitas dikosongkan. Stesor adalah stimulan eksternal
dan interval yang menghasilkan tegangan (tension) dan menyebabkan
ketidakstabilan. Tensi adalah kondisi dalam keadaan tegang, ini disebabkan
karena disequilibrium dan merupakan sumber perubahan.

Ketergantungan, merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku


dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan.
Berdasarkan subsistem diatas, maka akan membentuk sebuah sistem perilaku
individu, sehingga Dorothy memiliki pandangan bahwa keperawatan dalam
mengatasi permasalahan tersebut harus dapat berfungsi sebagai pengatur agar
dapat menyeimbangkan sistem perilaku tersebut. Pasien dalam hal ini adalah
manusia yang mendapat bantuan perawatan dengan keadaan terancam atau
potensial oleh kesakitan atau ketidakseimbangan penyesuaian dengan lingkungan.
Status kesehatan yang ingin diacapai adalah mereka yang mampu berperilaku
untuk memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.

7
2.2 Sumber-Sumber Teoritis dalam Pengembangan Ilmu Keperawatan

Teori ini bersumber untuk bertujuan mengubah perilaku pasien yang


kurang dalam memperhatikan kondisi dalam diri. Misal dalam
memperhatikan penyakit diabetes. Karena diharapkan Pemberian motivasi
edukasi dapat memperbaiki perilaku pasien dalam tata laksana diabetes
mellitus melalui peningkatan pengetahuan sikap dan praktik. Selanjutnya
apabila perilaku pasien sudah baik maka gula darah akan stabil. Pengetahuan
pasien sudah baik (pengetahuan baik ini mungkin disebabkan karena pasien
sudah sering mendapatkan penyuluhan darirumah sakit), namun praktik
pasien yang baik hanya 54% sehingga pasien perlu dimotivasi lagi supaya
lebih patuh dalam pengobatan diabetes. Tujuan utama pengobatan segala
bentuk diabetes adalah untuk mencapai serta mempertahankan glukosa darah
dalam keadaan normal (normoglikemi) dengan harapan dapat mencegah
komplikasinya. Menurut consensus Perkeni (2006), Sehingga penyakit
diabetes bias lebih diperhatikan agar tidak semakin parah penyebarannya.

Perawat merupakan faktor yang mempunyai peran penting dalam merubah


perilaku pasien sehingga terjadi kondisi keseimbangan (equilibrium) dalam
diri pasien.Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan model
asuhan keperawatan Behavioral System Model dari Dorothy E. Johnson.Teori
Behavioral System Model memandang individu sebagai system perilaku yang
selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan
internal atau eksternal, juga memiliki keinginan dalam mengatur dan
menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkannya (Tommey and M.R.
Alligood, 2006).

8
2.3 Asumsi-Asumsi Utama Pengaruh Terhadap Keperawatan

2.3.1 Asumsi Dasar


Dalam model konseptual untuk praktik keperawatan ini, johnson
menggambarkan tujuh subsistem yang membentuk sistem perilaku.

2.3.2 Asumsi Utama

1. Perawatan (Nursing)

Dorothy E. Johnso berpandangan jika memberikan


organisasi perilaku pada pasien yang mengalami stress menggunakan
mekanisme yang berkesan atau dengan penyediaan sumberdaya.
Tindakan eksternal ini dilakukan sebalum dan selama gangguan
keseimbangan sistem oleh karena itu, dibutuhkan sebuah order,
disorder, dan kontrol. Biasanya kegiatan seperti ini tidak tergantung
kepada medis melaintan tindakan pelengkap bagi medis atau
penyembuhan.

2. Orang (Person)

Menurut johnson manusia memiliki system perilaku yang


berpola. Pengulangan dan cara bersikap dengan maksud tertentu
bermaksud untuk menghubungkan dirinya dengan lingkungannya.
Person merupakan sistem dai interdependent yang membutuhan
beberapa aturan dan pengaturan untuk menjaga keseimbangan.

Johnson juga berpendapat jika behavioral system juga


memiliki dampak yang vital bagi seseorang. Misalnya, apabila ada
tekanan yang sangat kuat tetapi ketahanan perilaku sangat rendah,
hal ini akan membuat integritas seseorang terancam. Usaha yang
dilakukan unuk mengembalikan keadaannya
dibutuhkanpengeluaran energi yang sangat besar, yng menyisakan
sedikit energi untuk penyembuhan dan proses biologis.

9
3. Kesehatan (Health)

Johnson berpendapat jika kesehatan sulit dipahami dan


bersifat dinamis, karena kesehatan tidak dinilai dari fisiknya,
melian dari beberapa aspek seperti psikis, faktor biologis dan
sosial. Sebagian besar tenaga kesehatan memfokuskan pada orang
bukan penyakit.

Kesehatan bergantung kepada subsistem subsistem


perilaku, manusiacenderung mencapai keseimbangan sehingga
akan mengarah kepada perilaku fungsional. Tidak tercapainya
keseimbangan dalam persyaratan struktural atau fungsional akan
mengarah pada memburuknya kesehatan seseorang.

4. Lingkungan

Menurut Johnson lingkungan bukan bagian dari sistem


perilaku seseorang, tetapi lingkungan memiliki dampak yang
sangat vital pada sistem perilaku seseorang. Jenis lingkungan yang
kuat dapat mengganngu keseimbangan perilaku dan stabilitas
seseorang, jumlah energi yang tidak tentu dibutuhkan seseorang
untuk menghadapi tekanan yang berikutnya. Ketika lingkungan
stabil maka, seseorang akan melanjutkan perilaku perilaku yang
baik.

2.4 Kerangka Teori


Teori sistem perilaku yang dikemukakan oleh Johnson memiliki
komponen utama yaitu keperawatan dan pasien. Pasien merupakan sistem
dengan 7 subsistem yang saling berhubungan dan sangat erat kaitannya.

Subsistem dapat diartikan sebagai kebutuhan fungsional atau


struktur, yang memiliki kebutuhan fungsional sama yaitu perlindungan,
pengasuhan, dan stimulasi. Semua respon subsistem dapat dikembangkam
melalui belaja, motivasi, pengalaman yang semuanya semuanya

10
dipengaruhi oleh faktor biologi, sosial, dan psikologi. Terdapat empat
elemen mengenai struktur dan fungsi dari tiap subsistem, yaitu :

2.4.1 Dorongan dan Tujuan


Tingkah laku dan konsekuensi dapat disimpulkan tentang tujuan
yang akan dicapai. Metode-metode mencari atau mencapai tujuan
sangat beragam tergantung pada kebudayaan dan individu sendiri.

2.4.2 Kumpulan predisposisi suatu tindakan


Banyak faktor predisposisi yang mempengaruhi tindakan individu
dalam mengacu pada tujuan.

2.4.3 Pilihan atau Alternatif Tindakan


Tiap subsistem memiliki cakupan daftar pilihan yang alternatif,
individu yang mudah beradaptasi memiliki perpendaharaan tingkah
laku yang cukup banyak.

2.4.4 Perilaku
Subsistem mengasilkan tingkah laku yang dapat diamati, Perilaku
pada individu dapat diamati untuk perawat mengumpulkan dan
mencatat tindakan individu untuk mencapai suatu tujuan yang
diharapkan.

11
2.5 Aplikasi Teori dalam Keperawatan
Kasus :
Bapak Samo 45 tahun adalah seorang pegawai pabrik di desa
Mojosari, setiap hari pak samo selalu bersemangat dalam menjalankan
aktivitasnya sebagai buruh pabrik, Hingga suatu ketika musibah menimpa
pak Samo, pak Samo terrimpa peralatan berat pada area kaki kananya.
Kemudian pak Samo dilarikan di Klinik terdekat, tetapi di klinik tersebut
tidak bisa mengatasinya, akhirnya pak Samo dirujuk ke RSU Mojosari.
Setelah mendapatkan pemeriksan dari tim medis ternyata ada fraktur pada
bagian kaki kananya. Hal ini mengakibatkan pak Samo harus dipasang
spaleg dan mengakibatkan intoleransi aktifitas sehingga pak Samo tidak
dapat bekerja kembali seperti semula sampai kaki pak Samo sembuh.
Setiap hari bertemu dengan rekan kerja di pabrik kini sudah berubah, pak
Samo hanya diam di rumah dengan ditemani seorang istri, hal ini membuat
pak samo tertekan karena pembiasaan di pabrik tempat ia bekerja. Setiap
hari istri pak Samo meluangkan waktunya untuk mengompres kaki pak
Samo dan membuatkan makanan kesukaan pak Samo yaitu rendang dan
kue bolu, hal ini dapat menekan kecemasan pak Samo. Setelah 1 bulan pak
samo mengalami kemajuan, pak Samo sudah bisa sedikit menggerakkan
kakinya. Pada kunjungan periksaan istri pak Samo perawatan di rumah
pak Samo sudah bisa menggerakkan kakinya tetapi pak Samo sering tidur,
sering makan dan banyak minum. Istri pak Samo mengeluh pada tenaga
medis karena pak Samo sering sekali tertidur dan lemas padahal makan
teratur bahkan berlebih.
Penyelesaian masalah menggunakan teori Tingkah laku.
Menggunakan teori system tingkah laku, kita membantu menyelesaikan
masalah.Menilai pola tingkah laku yang berlangsung saat itu pada
keluarga pak Samo melalui 7 subsistem tingkah laku, berdasarkan data di
atas kita mendapatkan bahwa ada perubahan pada 3 subsistem :
1. Agresi subsistem (koping terhadap ancaman dari lingkungan),
perubahan perubahan pola interaksi social dan depresi.

12
2. Ingestive Subsistem, perubahan pola makan dikarenakan banyak
makan makanan yang manis dan minum air yang juga banyak.
Dengan menggunakan teori Tingkah laku, yang harus dilakukan untuk
membantu pak Samo berdasarkan asumsi yang kita bisa tarik dari cerita di
atas, kita dapat menyimpulkan bahwa bapak tersebut mungkin menderita
penyakit Diabetes Mellitus. Dengan ditentukannya diagnosis, perawat
membantu bapak tersebut memperbaiki system keseimbangan dengan
memodifikasi pola tingkah laku untuk mencapai homeostasis. Pada
akhirnya fraktur pak Samo mulai mengalami kemajuan setelah penyakit
diabetesnya diidentifikasi dan dikendalikan. Dia sudah bisa kembali
bekerja dan bertemu dengan teman- temannya lagi. Istrinya senang karena
mendapat resep makanan sesuai dengan penyakit diabetes suaminya dan
pengalaman memasak bagi dirinya. Masalah teratasi dengan menggunakan
model dan teori keperawatan tingkah laku menurut Dorothy E. Johnson.

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Johnson berpendapat jika manusia sebagai sistem peilaku
dengan tuju sistem yang saling berkesinambungan. Lingkungan
yang baik akan berdampak kepada individu yang bisa
mempertahankan integritas sistem perilakunya.

3.2 Saran

3.2.1 Perawat sebaiknya mempelajari lebih dalam tentang teori


sistem perilaku ini sehingga dapat diaplikasikan secara
holistik dan komprehensif.

3.2.2 Perawat harus banyak memahami tentang kajian yang dapat


menambah wawasan yang berhubungan dengan tindakan
atau upaya dari sistem perilaku.

14
DAFTAR PUSTAKA

Efendi,Arif.(2010).”Model Konsep dan Teori Keperawatan”. Pustaka Kedokteran


: Jakarta

Hidayat, A. Aziz Alimul 2007. Penghantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

NurAini, Widati Fatmaningrum, Ah.Yusuf, 2011.Upaya melakukan perilaku


pasien dalam tatalaksana diabetes milletus dengan pendekatan teori model
Behavioral system Dorothy E. Johnson.STIKES Insan Unggul Surabaya, Fakultas
KedokteranUnair Surabaya dan Fakultas Keperawatan Unair Surabaya. Jurnal
Ners Vol. 6 No. 1hlm: 1-10.

15

Anda mungkin juga menyukai