Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan


suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu keperawatan.
Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan
ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu
berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian juga dengan
pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang
senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian
besar rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah
melalui proses keperawatan.
Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks.Dalam
melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan
teori keperawatan yang sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana
terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan simbol-
simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk
menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang
nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau
kejadian yang didasari fakta-fakta yang telah diobservasi tetapi kurang absolut
atau bukti secara langsung.Yang dimaksud teori keperawatan adalah usaha-
usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan.
Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model
konsep dalam keperawatan, dan model konsep keperawatan digunakan dalam
menentukan model praktek keperawatan. Berikut ini adalah ringkasan

1
beberapa teori keperawatan yang perlu diketahui oleh para perawat
profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek keperawatan yang
didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah dasar pemikiran dari konsep dasar teori Behavioral System


Model menurut Dorothy Johnson dan Maternal Role Attainment
menurut Ramona T. Mercer?
2. Apakah kelebihan dan kekurangan teori menurut Dorothy Johnson dan
Ramona T. Mercer?
3. Bagaimanakah aplikasi teori tersebut dalam kasus keperawatan?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu menggali tentang teori keperawatan.


2. Mengklasifikasikan teori keperawatan.
3. Mengaplikasikan teori keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Keperawatan Menurut Dorothy E. Johnson (Behavioral System


Model)

Dorothy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk


membantu individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk
mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari
2 sistem yaitu sistem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk
masyarakat adalah sistem eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku
seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu merespon adaptif baik fisik,
mental, emosi dan sosial terhadap lingkunagn internal dan eksternal dengan
harapan dapat memelihara kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk
membantu kesimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah
yang dilakukan ketika ia sakit. Menurut Johnson ada 4 tujuan asuhan keperawatan
kepada individu, yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan
masyarakat, mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat
bagi dirinya dan orang lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah
kesehatan yang lainnya.

2.1.1 Gambaran Model Konseptual Keperawatan

a. Konsep Perawatan Disiplin profesional dengan komponen ilmu dan seni


yang berfungsi sebagai pengatur kekuatan luar dari sistem tingakah laku.

b. Alasan Tindakan Perawatan Kegiatan perawatan berasal dari kebutuhan


karena adanya ketidak stabilan atau diseguilibrium dalam keseimbangan sistem
tingkah laku.

3
c. Konsep Sehat Penolakan yang ditentukan oleh faktor psikologi yang
memegang peran dari semua profesi kesehatan, keseimbangan status pergerakan
yang mendorong terjadinya perubahan proses kesehatan yang menyeluruh.

d. Konsep Lingkungan. Tidak dijelaskan dalam model, merupakan bagian


eksternal dari sistem tingkah laku.

2.1.2 Berhubungan Antara Model Konseptual Keperawatan

Model Konseptual Keperawatan adalah suatu abstraksi yang dioperasikan


dengan menggunakan proses keperawatan yang mencakup:

a. Pengkajian

Pengkajian data spesifik mengenai kebutuhan kesehatan klien yang langsung


berhubungan dengan unit kedua model keperawatan yaitu klien. Misalnya teori
Henderson, klien dipandang memiliki 14 kebutuhan dasar, maka data yang
dikumpulkan juga tentang 14 kebutuhan dasar tersebut.

b. Diagnosa

Dalam tahap ini, masalah klien baik yang aktual maupun potensial ditulis
sebagai suatu diagnosa keperawatan yang disesuaikan dengan model keperawatan
yang digunakan.

c. Perencanaan 

Perencanaan intervensi keperawatan juga dikaitkan langsung dengan model


konseptual keperawatan. Intervensi dengan menyesuaikan pada pola intervensi
dari model konseptualyang digunakan.

d. Implementasi 

Melaksanakan rencana intervensi berdasarkan pengetahuan ilmiah yang bukan


merupakan bagian dari model keperawatan. Model keperawatan menunjukkan apa
yang harus dilakukan oleh perawat yang langsung mempengaruhi intervensi

4
keperawatan yang direncanakan, tetapi tidak menunjukkan pada perawat
bagaimana menerapkan rencana itu.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan fungsi perawatan yang berlanjut. Bagaimana klien


beradaptasi dan bereaksi. Apa yang dipandang klien sebagai kebutuhan.
Bagaimana klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jawaban dari pertanyaan 
pertanyaan tadi akan membantu perawat menilai keefektifan dari proses perawat
secara keseluruhan dan model keperawatan.

2.1.3   Kerangka Kerja Model Konseptual Keperawatan


       Sebagai organisasi profesi, agar dapat dikomunikasikan dengan disiplin ilmu
yang lain maka perlu adanya kerangka kerja konseptual. Yang dimaksud kerangka
kerja konseptual adalah cara melihat (konseptualisasi) terhadap mutu disiplin.
Model konseptualisasi tersebut akan memberikan arah yang jelas terinci dalam
area keperawatan yaitu praktek, pendidikan dan penelitian. Dibawah ini akan
dijelaskan kerangka kerja model konseptual keperawatan menurut Dorothy E.
Johnson mengenai teorinya yaitu Behavioral System Model, sebagai berikut.

1. Tujuan perawatan tercapainya keseimbangan perilaku dan stabilitas


dinamis.
2. Klien makhluk yang mempunyai perilaku yang terdiri dari 8 subsistem:
berkelompok, menghasilkan, ketergantungan, agresif, eliminasi, ingesti,
restorasi, seksual.

Adapun tujuh komponen subsistem menurut Dorothy E. Jhonson, Masing-masing


dari ketujuh dari ketujuh subsistem mempunyai tujuan yang unik, yaitu sebagai
berikut:

a.      Ketergantungan

            Ketergantungan, merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku


dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan.

5
Subsistem detik diidentifikasi oleh Johnson adalah subsistem
ketergantungan. Johnson mencirikan subsistem ketergantungan dari lampiran atau
subsistem affiliative. Perilaku ketergantungan adalah “membantu” perilaku itu
memelihara perilaku dari individu lain pada lingkungan. Hasil dari perilaku
ketergantungan adalah “persetujuan, perhatian atau bantuan pengenalan
dan fisik”. Sulit untuk memisahkan subsistem ketergantungan dari affiliative atau
subsistem lampiran karena tanpa seseorang diinvestasikan di atau terlampir ke
perorangan untuk menjawab ke individu itu merupakan perilaku ketergantungan.
Subsistem ketergantungan harus menghidupkan lingkungan yang
berfungsi/berguna.

Ketergantungan-mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan guna


mendapat bantuan, perhatian, kepastian, dan keamanan; bantuan dalam mencapai
dukungan, perhatian, kepercayaan, dan sokongan.

b. Ingestif

Ingestif, yaitu sumber dalam memelihara integritas serta mencapai


kesenangan dalam pencapaian pengakuan dari lingkungan.

Subsistem ingestive berhubungan ke perilaku mengepung masukan dari


makanan. Ini berhubungan ke sistem biologi. Bagaimanapun, penekanan
untuk keperawatan, dari perspektifnya Johnson, adalah berarti dan struktur dari
peristiwa sosial untuk memperoses makanan ketika makanan dimakan. Perilaku
berhubungan ke proses pencernaan dari makanan mungkin berhubungan lebih
untuk menginginkan secara sosial bisa diterima pada satu budaya tertentu
dibandingkan ke kebutuhan biologi dari perorangan. 

Ingestif-mengambil dari lingkungan sumber-sumber yang diperlukan


untuk mempertahankan integritas, mencapai kepuasan, dan menginternalisasi
lingkungan eksternal (Gruubs, 1980)

6
c. Eliminasi

Eliminasi, merupakan bentuk pengeluaran segala sesuatu dari sampah atau


barang yang tidak berguna secara biologis atau dapat dikatakan bahwa Eliminasi-
mengeluarkan produk-produk sisa biologis dari system.

Subsistem eliminative berhubungan ke perilaku mengepung eksresi dari


sisa buangan dari tubuh. Johnson mengakui ini mungkin sulit terpisah dari satu
perspektif sistem biologi. Bagaimanapun, seperti dengan proses pencernaan
sekitar perilaku dari makanan, ada secara sosial perilaku bisa diterima untuk
waktu dan tempat untuk manusia ke eksresi dari limbah, telah mendefinisikan
berbeda secara sosial perilakuyang dapat diterima untuk eksresi dari limbah, tapi
keberadaan dari hal itu pola yang tersisa dari budaya ke budaya. 

d. Seksual  

Seksual, digunakan dalam pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai.


Maka hilang dan terpenuhinya kebutuhan ini juga akan memberikan pengaruh
yang cukup besar dalam proses keperawatan. Seksual-menciptakan
dan memuaskan perasaan tertarik dan mengasihi orang lain

Subsistem seksual mencerminkan tingkah laku berhubungan ke prokreasi.


Biologi berdua dan pengaruh faktor kemasyarakatan perilaku pada subsistem
seksual. Lagi, perilaku berhubungan ke budaya dan akan membedakan dari
budaya ke budaya. Perilaku juga akan bervariasi sesuai dengan genus dari
perorangan. Kunci adalah itu merupakan suatu masukan pada semua masyarakat
yang mempunyai hasil yang sama perilaku bisa diterima oleh masyarakat luas. 

e. Agresif

Agresif, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan


dari berbagai ancaman yang ada di lingkungan sekitar.

Agresif-melindungi diri dan orang lain dari benda-benda, orang, ide-ide


yang memiliki potensi mengancam; berfungsi sebagai mekanisme perlingdungan
diri.

7
Agresif, subsistem berhubungan ke perilaku mengaitkan dengan
perlindungan dan penyelamatan. Johnson melihat subsistem agresif seperti
sesuatu bahwa menghasilkan tanggapan bertahan dari perorangan ketika hidup
atau wilayah diancam. Subsistem agresif tidak meliputi perilaku itu dengan satu
penggunaan primer untuk melukai individu lain. 

f. Gabungan/tambahan

Gabungan/tambahan, merupakan pemenuhan kebutuhan tambahan dalam


mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam kehidupan
sosial, keamanan, dan kelangsungan hidup.

Afiliatif atau kelekatan-berhubungan atau menjadi bagian dari sesuatu atau


seseorang. Tujaunnya adalah mencapai inklusi sosial, keakraban, dan ikatan sosial
yang kuat untuk amanah dan akhirnya un tuk bertahan.

Akhirnya, subsistem perampungan menimbulkan perilaku coba itu untuk


mengontrol lingkungan. Intelektual, fisik, kreatif, mekanik, dan perampungan
keterampilan sosial adalah beberapa area yang Johnson kenali. Area lain dari
pemenuhan pribadi atau sukses juga boleh diliputi di subsistem ini.

g. Achievement

Achievement, merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui keterampilan


yang kreatif dalam perilaku kehidupan seseorang. Pencapaian-menguasai atau
mengendalikan diri atau lingkungan melalui pencarian beberapa standar
kesempurnaan, seperti keterampilan fisik, sosial, atau kreatif.

3. Peran perawat adalah mengatur dan mengawasi stabilitas perilaku dan


keseimbangan.
4. Penyebab kesulitan klien stres psikis atau fisik.
5. Fokus intervensi, yang terdiri atas: mekanisme pengawasan dan
pengaturan; kewajiban hidup.

8
6. Pola intervensi memberi kemudahan, mencegah, mempertahankan, klien
dalam menghadapi stres fungsi dan fisik.
7. Konsekuensi tindakan perawatan.

2.1.4 Aplikasi Model Konseptual Keperawatan

              Perawat masa kini dituntut untuk menggunakan metode pendekatan


pemecahan masalah (problem solving approach) didalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Metode ini dilaksanakan dengan cara menggunakan
proses keperawatan dalam semua aspek keperawatan. Untuk dapat menerapkan
proses keperawatan maka perawat harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan, tindakan diagnosa keperawatan, memformulasi rencana, dan
melaksanakan tindakan keperawatan secara membuat evaluasi. Pengkajian
merupakan langkah awal dalam proses keperawatan pengkajian fisik dalam
keperawatan pada dasarnya dapat diperoleh dengan jalan: inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi. Pengkajian fisik pada prinsipnya dikembangkan
berdasarkan model keperawatan yang berfokus pada prinsipnya dikembangkan
berdasarkan model keperawatan yang berfokus pada respon yang ditimbulkan
pasien akibat adanya masalah kesehatan atau pengkajian fisik keperawatan harus
mencerminkan diagnosa klien yang meliputi fisik: bio-psiko-sosio dan spiritual
tindakan untuk mengafosinya.

Untuk mendeterminasi tujuan pengkajian fisik dari keperawatan kita harus


yakin bahwa data yang akan kita kumpulkan benar-benar kita butuhkan dan kita
mempunyai alternatif tindakan terhadap masalah yang muncul pada data tersebut.
Tetapi bila pegkajian fisik tersebut bertujuan hanya untuk bahan laporan kepada
tim medis yang lain (dokter) sebaiknya perawat menyerahkan bagian tersebut
pada tim medis tersebut.

9
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Dorothy Jhonson

a. Kelebihan
Dia memberikan kerangka acuan bagi perawat yang bersangkutan dengan perilaku
klien tertentu. Model perilaku Johnson dapat digeneralisasikan di seluruh jangka
hidup dan lintas budaya.

b. Kelemahan

Johnsons tidak jelas saling berhubungan konsep nya subsistem. Kurangnya


definisi yang jelas untuk hubungan timbal balik antara dan antara subsistem
membuat sulit untuk melihat seluruh sistem perilaku sebagai suatu entitas.

Kurangnya keterkaitan yang jelas antara konsep menciptakan kesulitan dalam


mengikuti logika kerja Johnson.

2.2 Teori Keperawatan Menurut Ramona T. Mercer (Maternal Role


Attainment)

Salah satu model konseptual keperawatan yang mendasari keperawatan


meternitas adalah Maternal Role Attainment-Becoming a Mother yang
dikembangkan oleh Ramona T. Mercer. Fokus utama dari teori ini adalah
gambaran proses pencapaian peran ibu dan proses menjadi seorang ibu dengan
berbagai asumsi yang mendasarinya. Model ini juga menjadi pedoman bagi
perawat dalam melakukan pengkajian pada bayi dan lingkungannya, digunakan
untuk mengidentifikasi tujuan bayi, memberikan bantuan terhadap bayi dengan
pendidikan dan dukungan, memberikan pelayanan pada bayi yang tidak mampu
untuk melakukan perawatan secara mandiri dan mampu berinteraksi dengan bayi
dan lingkungannya.
Konsep teori Mercer ini dapat diaplikasikan dalam perawatan bayi baru
lahir terutama pada kondisi psikososial dan emosional bayi baru lahir masih
sering terabaikan. Model konseptual Mercer memandang bahwa sifat bayi

10
berdampak pada identitas peran ibu. Respon perkembangan bayi baru lahir yang
berinteraksi dengan perkembangan identitas peran ibu dapat diamati dari pola
perilaku bayi.

2.2.1 Sumber-Sumber Teori Mercer


Teori Mercer Maternal Role Attainment berdasarkan pada penelitiannya
pada awal tahun 1960 an. Profesor dan mentor Mercer yaitu Reva Rubin dari
University of Pittsburg merupakan stimulus utama bagi kedua penelitian dan teori
perkembangan. Rubin terkenal dengan kerjanya dalam mendefinisikan dan
mendeskripsikan pencapaian peran ibu sebagai suatu proses ikatan yang
mendalam, atau yang melekat pada anak dan mencapai identitas peran ibu atau
melihat diriny sendiri dalam peran dan mempunyai perasaan nyaman tentang hal
tersebut. Kerangka kerja Mercer lebih jelas banyak menggunakan konsep Rubin.
Selain menggunakan kerja Rubin, penelitian Mercer juga berdasarkan pada
kedua teori yaitu teori peran dan perkembangan. Mercer lebih banyak
mengandalkan pada pendekatan interaksionis dari teori peran, penggunaan teori
Mead (1934) yaitu teori role enactment (teori pengundangan peran) dan teori
Turner (1978) Teori Core Self (teori Inti diri). Selain itu, teori penerimaan peran
Thorton dan Nardi (1975) yang juga membantu bentuk teori Mercer. Teori
perkembangan Werner (1957) juga berkontribusi terhadap teori Mercer ini.
Disamping itu, kerja Teori Mercer dipengaruhi oleh Teori Sistem general
Bertalanffy (1968). Model teori pencapai peran ibu menggunakakan lingkaran
sarang burung Bertalanffy yang berarti sebagai gambaran interaksi lingkungan
mempengaruhi peran ibu.
Penggunaan bukti empiris dari penelitian yang dilakukan oleh Mercer
adalah banyak faktor yang mempengaruhi peran seorang ibu. Pada penelitian
Mercer, peran ibu termasuk pada usia pertama melahirkan, pengalaman
melahirkan, awal pemisahan dari bayi, stress sosial, social support, ciri-ciri
kepribadian, konsep diri, sikap membesarkan anak, dan kesehatan. Mercer juga
mengidentifikasi bahwa terdapat kompenen bayi yang mempengaruhi peran

11
seorang ibu yaitu temperamen bayi, kemampuan memberikan isyarat, penampilan,
karakteristik umum, iresponsiveness (ketanggapan), dan status kesehatan.

2.2.2 Asumsi Yang Mendasari Model Konseptual


Untuk pencapaian peran ibu, Mercer (1981, 1986a, 1995) menetapkan
beberapa asumsi:
 inti diri yang relative stabil, diperoleh melalui sosialisasi seumur hidup,
menentukan bagaimana ibu mendefiniskan dan merasakan event-event sebagai
seorang ibu, persepsinya terhadap bayinya dan tanggapan lain terhadap
ibunya, dengan situasi hidupnya yang mana dia berespon (Mercer, 1986a).
 Disamping pada sosialisasi ibu, tingkat perkembangannya dan karakteristik
kepribadian bawaan juga mempengaruhi responperilakunya (Mercer, 1986a).
 Partner peran ibu, bayinya, akan mencerminkan kemampuan ibu dalam
berperan sebagai ibu melalui proses pertumbuhan dan perkembangan (Mercer,
1986a).
 Bayi (infant) dianggap sebagai partner aktif dalam proses pengambilan peran
sebagai ibu, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perannya (Mercer, 1981).
 Ayah atau partner ibu lainnya yang dekat dapat menyumbangkan pencapaian
peran dalam cara yang tidak dapat diduplikasikan dengan pendukung lainnya
(Mercer 1995).
 Identitas maternal berkembang bersamaan dengan ikatan keibuan dan saling
ketergantungan satu sama lainnya (Mercer, 1995; Rubin 1977).
Adapun metaparadigma keperawatan menurut Mercer antara lain:
a. Keperawatan
Keperawatan adalah profesi yang dinamis dengan tiga fokus utama yaitu
promosi kesehatan, mencegah kesakitan dan menyediakan layanan keperawatan
bagi yang memerlukan untuk mendapatkan kesehatan yang optimal serta
penelitian untuk memperkaya dasar pengetahuan bagi pelayanan keperawatan.
Pengkajian selanjutnya pada klien dan lingkungan, perawat mengidentifikasi
tujuan klien, menyediakan layanan pada klien yang meliputi dukungan,

12
pendidikan dan pelayanan keperawatan pada klien yang tidak mampu merawat
dirinya sendiri (Mercer, (2004).
b. Person
Mercer tidak mendefinisikan secara spesifik mengenai konsep manusia
namun mengarah pada diri dan inti diri. Mercer memandang diri sebagai bagian
dari peran yang dimainkan. Wanita sebagai individu dapat berperan menjadi orang
tua jika telah melalui mother-infant dyad. Inti dari manusia tersusun dari konteks
budaya dan dapat mendefinisikan dan membentuk situasi. Konsep kepercayaan
diri dan harga diri sebagai manusia terpisah dari interaksi dengan bayinya dan
ayah dari bayinya atau orangg lain yang berarti yang saling mempengaruhi.
c. Kesehatan
Mercer mendefinisikan status kesehatan dari orang tua sebagai persepsi
kesehatan yang mereka lalu, kesehatan saat ini, harapan tentang kesehatan, resiko
terhadap penyakit, kekhawatirkan dan perhatian tentang kesehatan, orientasi pada
penyakit dan penyembuhannya, status kesehatan bayi baru lahir dengan tingkat
kehadiran penyakit dan status kesehatan bayi oleh orang tua pada kesehatan secara
menyeluruh. Kesehatan dipandang sebagai keinginan yang ditunjukkan untuk
bayi. Mercer mengemukakan bahwa stress suatu proses yang memerlukan
perhatian penting selama perawat persalinan dan proses kelahiran.
d. Lingkungan
Definisi lingkungan yang dikemukakan oleh Mercer diadaptasi dari
definisi Bronfenbrenner’s tentang ekologi lingkungan dan berdasarkan teori
awalnya. Mercer menjelaskan tentang perkembangan tidak dapat menjadi bagian
dari lingkungan, terdapat akomodasi mutual antara perkembangan individu dan
perubahan sifat dengan segera. Stress dan dukungan sosial dalam lingkungan
dipengaruhi untuk mencapai peran maternal dan paternal serta perkembangan
anak.

13
2.2.3 Maternal Role Attainment: Mercer’s Original Model

Maternal Role Attainment yang dikemukakan oleh Mercer mengikuti kerja


Bronfenbrenner (1979) yang dikenal dengan lingkaran sarang burung yang
meliputi sekumpulan siklus mikrosistem, mesosistem dan makrosistem. Model ini
dikembangkan oleh Mercer sejalan pengertian yang dikemukakan
Bronfenbrenner’s, yaitu:
1) Mikrosistem adalah lingkungan segera dimana peran pencapaian ibu terjadi.
Komponen mikrosistem ini antara lain fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah,
dukungan sosial, status ekonomi, kepercayaan keluarga dan stressor bayi baru
lahir ang dipandang sebagai individu yang melekat dalam sistem keluarga.
Mercer (1990) mengungkapkan bahwa keluarga dipandang sebagai sistem
semi tertutup yang memelihara batasan dan pengawasan yang lebih antar
perubahan dengan sistem keluarga dan sistem lainnya. Menurut Mercer,
mikrosistem yang paling mempengaruhi pada pencapaian peran ibu. Selain
itu, ia juga memperluas konsep dan modelnya pada pentingnya ayah pada
pencapaian peran ibu, yang mana ayah dapat membantu mengurangi tekanan
yang berkembang selama proses hubungan ibu dan anak. Peran ibu dicapai
melalui interaksi ayah, ibu, dan anak.
2) Mesosistem meliputi, mempengaruhi dan berinteraksi dengan individu di
mikrosistem. Interaksi mesosistem mempengaruhi apa yang terjadi terhadan
berkembangnya peran ibu dan anak. Mesosistem mencakup perawatan sehari-
hari, sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dan lingkungan yang umum berada
dalam masyarakat.
3) Makrosistem adalah budaya pada lingkungan individu. Makrosistem terdiri
atas sosial, politik. Lingkungan pelayanan kesehatan dan kebijakan sistem
kesehatan yang berdampak pada pencapaian peran ibu.

14
Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti 4 (empat) tahap
penguasaan peran, yang mana tahapan-tahapan tersebut telah diadaptasi dari
penelitian Thorthon dan Nardi yaitu:
a. Antisipatori: tahapan antisipatori dimulai selama kehamilan mencakup data
sosial, psikologi, penyesuaian selama hamil, harapan ibu terhadap peran,
belajar untuk berperan, hubungan dengan janin dalam uterus dan mulai
memainkan peran.
b. Formal: tahapan ini dimuai dari kelahiran bayi yang mencakup proses
pembelajaran dan pengambilan peran menjadi ibu. Peran perilaku menjadi
petunjuk formal, harapan konsesual yang lain dalam sistem sosial ibu.
c. Informal: tahap dimulainya perkembangan ibu dengan jalan atau cara khusus
yang berhubungan dengan peran yang tidak terbawa dari sistem sosial. Wanita

15
membuat peran barunya dalam keberadaan kehidupannya yang berdasarkan
pengalaman masa lalu dan tujuan ke depan.
d. Personal atau identitas peran yang terjadi adalah internalisasi wanita terhadap
perannya. Perngalaman wanita yang dirasakan harmonis, percaya diri,
kemampuan dalam menampilkan perannya dan peran ibu tercapai.
Tahapan pencapaian peran ibu ini berkaitan dan sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangan bayi baru lahir. Respon perkembangan bayi
sebagai respon terhadap perkembagan peran ibu adalah:
a. Kontak mata dengan ibu saat ibu bicara, refleks menggenggam.
b. Refleks tersenyum dan tenang dalam perawatan ibu.
c. Perilaku interaksi yang konsisten dengan ibu
d. Menimbulkan respon dari ibu; meningkatkan aktifitas.
Identitas peran ibu dapat tercapai dalam satu bulan atau beberapa bulan.
Tahapan ini dipengaruhi oleh support sosial, stress, fungsi family, dan hubungan
antara ibu dan ayah. Keperibadian dan perilaku dari keduanya baik ibu dan bayi
dapat mempengaruhi identitas peran ibu dan hasil akhir (outcome) bayi.
Berdasarkan model Mercer, kepribadian dan perilaku termasuk empati, senstivitas
terhadap syarat bayi, harga diri, konsep diri, dan orangtua menerima sebagai
anaknya, maturitas dan fleksibilitas, sikap, pengalaman selama hamil dan
melahirkan, kesehatan, depresi, dan konflik peran. Kepribadian bayi akan
berdampak pada identitas peran ibu termasuk tempermen, kemampuan
memberikan isyarat, penampilan, karakteristik umum, responsiveness
(ketanggapan), dan kesehatan.
Menurut Mercer (1995) Identitas peran seseorang dapat dicapai ketika ibu
telah terintegrasi peran kedalam harga dirinya, Ia nyaman dengan identitasnya
sebagai seorang ibu, secara emosional dapat merasakan harmoni, kepuasan dan
kemampuan dalam berperan. Penggunan teori Burke dan Tully (1977), Mercer
mentapkan bahwa identitas peran mempunyai komponen internal dan eksternal,
identitas adalah pandangan diri yang terinternalisasikan, dan peran adalah
komponen eksternal, komponen perilaku.

16
2.2.4 Becoming A Mother: A Revised Model
Mercer mengubah Theory of Maternal Role Attainment menjadi teori
Becoming A Mother karena menurutnya kata becoming a mother lebih tepat
mencerminkan proses berdasarkan pada penelitiannya. Sedangkan teori
pencapaian peran ibu lebih bersifat menganjurkan namun tidak dapat mengatasi
kelanjutan perluasan diri sebagai seorang ibu. Mercer (2004) mengakui bahwa
tantangan baru dalam sifat keibuan menerlukan membuat hubungan baru untuk
mengembalikan kepercayaan didalam dirinya sendiri dan oleh karena itu
diusulkan mengganti maternal role attainment menjadi becoming a mother.
Mercer telah meneruskan utnuk menggunakan konsep Bronfenbrenner
yang mana merupakan sarang interaksai lingkungan ekologi. Hal ini untuk
mencerminkan lingkungan tempat tinggal yang terdiri dari keluarga dan teman,
komunitas dan sosial dalam jumlah besar. Model baru menempatkan interaksi
antara ibu, infant, dan ayah pada pusat interaksi, lingkunga tempat tinggal.
Variable di dalam lingkungan teman keluarga dan teman meliuti support sosial,
nilai keluarga, petunjuk budaya bagi orang tua, fungsi keluarga dan stressor.
Lingkunga komunitas meliputi perawatan sehari-hari, sekolah, tempat kerja,
rumah sakit, fasilitas rekreasi, dan pusat kebudayaan. Di dalam sosial, pengaruh
dapat berasal dari aturan hukum yang berdampak pada wanita dan anak,
perpindahan kebudayaan, dan program kelayanan kesehatan nasional.

17
2.2.5 Implikasi Teori
Mercer menggunakan baik deduktif logis dan induktif logis dalam
mengembangkan kerangka teoritikal untuk mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian peranan ibu dalam tahun pertama menjadi seorang ibu.
Logis deduktif adalah didemonstrasikan dalam penggunaannya pada penelitian
dari para peneliti yang lain dan disiplin ilmu lain. Baik peranan dan teori
perkembangan dan penelitian R. Rubin on Maternal Role Attainment memberikan
sebuah dasar untuk kerangka penelitian ini.
Mercer juga menggunakan logis indikatif dalam perkembangan pada
pencapaian peranan ibu. Melalui praktek dan penelitian, ia mengamati adaptasi
pada ibu dari sebuah variasi keadaan tertentu. Ia mencatat bahwa perbedaan yang

18
ada dalam adaptasi pada ibu ketika ibu sakit komplikasi setelah melahirkan, ketika
anak terlahir cacat, dan ketika seorang remaja menjadi seorang ibu. Observasi ini
mengarahkan pada penelitian mengenal semua situasi dan selanjutnya
perkembangan pada kerangka teoritikalnya. Konsep teori Mercer ini dapat
diaplikasikan dalam perawatan bayi baru lahir, terutama pada kondisi psikososial
dan emosional bayi baru lahir masih sering terabaikan. Model konseptual Mercer
memandang bahwa sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu. Respon
perkembangan bayi baru lahir yang berinteraksi dengan perkembangan identitas
peran ibu dapat diamati dari pola perilaku bayi. Beda dengan Rubin yang
melakukan penulisan pencapaian peranan dari poin pada penerimaan pada
kehamilan pada postpartum bulan 1 (pertama); Mercer melihat diluar itu yang
mana periode ke 12 post partum. Mercer menghadirkan sebuah model empat
tahapan yang terjadi dalam proses pencapaian peranan ibu selama tahun pertama
menjadi seorang ibu. Empat tahapan adalah diberikan label sebagai berikut:
1. Tahap penyembuhan fisik, terjadi dari kelahiran pada bulan pertama.
2. Tahap pencapaian dari bulan ke 2 sampai 4 atau 5.
3. Tahap gangguan terjadi dari bulan ke 6 samapai 8.
4. Tahap pengenalan dari setelah delapan bulan dan sampai satu tahun
kedepannya.

2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Teori Ramona T. Mercer


A. Kelebihan Teori

Mercer menggunakan baik deduktif logis dan induktif logis dalam


mengembangkan kerangka teoritikal untuk mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian peranan ibu dalam tahun pertama menjadi seorang ibu.
Logis deduktif adalah didemonstrasikan dalam penggunaannya pada penelitian
dari para peneliti yang lain dan disiplin ilmu lain. Baik peranan dan teori
perkembangan dan penelitian R.Rubin on Maternal Role Attainment memberikan
sebuah dasar untuk kerangka penelitian ini.

19
B. Kekurangan Teori

Teori Mercer sangat aplikatif jika ditujukan untuk mengkaji kondisi yang
berkaitan dengan pencapaian peran namun teori ini belum aplikatif dalam
menggali data yang berhubungan dengan kebutuhan dasar terutama pemenuhan
kebutuhan fisik. Oleh karena itu penerapan konsep Mercer perlu dimodifikasi
dengan teori lain untuk melengkapi kekurangannya.

2.2.7 Contoh Aplikasi Teori dalam Kasus Keperawatan

Ny. Z, usia 25 tahun, post op sectio secaria hari ke-3, anak pertama. Bayi
di rawat satu ruangan dengan ibu, tapi ibu belum mau menyusui karena masih
merasakan nyeri bekas operasi. Payudara ibu mulai mengeras, dan puting susu
datar.

Hasil Pengkajian pada ibu menyusui dengan Mengggunakan Model


Mercer:

1. Pengkajian Ibu

a. Identitas Ibu
Nama Ibu: Ny. Z
Usia: 25 tahun
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Agama: Islam
Pendidikan: SLTA
Alamat: Jl. Tuasan

Tanggal pengkajian: 23 November 2011

20
b. Antisipatori

1) Riwayat kehamilan ibu : ibu mengatakan bahwa kehamilannya sekarang tidak


ada masalah yang berarti, mual dan muntah di awal kehamilan, namun selera
makan sudah membaik di trimester dua dan tiga. HPHT tanggal 10 Pebruari 2010,
Taksiran Partus tanggal 28 Nopember 2011. Pemeriksaan kehamilan dilakukan
sejak kehamilan 18 minggu di RS. Haji Medan. Ibu mengatakan tidak ada
masalah pada masa kehamilan hanya klien merasakan pusing yang hebat pada
awal kehamilan yang lambat laun berkurang sampai hilang. Ibu menyatakan tidak
pernah melakukan perawatan payudara selama kehamilan.

2) Riwayat psikologis selama hamil: ibu mengatakan bahwa kehamilannya ini


sangatlah diharapkan. Ibu mengungkapkan bahwa suami dan keluarganya sangat
senang dengan kehamilannya. Klien mengatakan dirinya menjadi percaya diri saat
mengetahui hamil lagi karena dirinya merasa sempurna menjadi wanita.

3) Interaksi selama hamil: ibu mengatakan bahwa suami dan keluarganya sangat
menjaga dan memperhatikan sehingga ibu merasa kedekatan dirinya dengan
keluarga semakin erat.
4) Harapan selama kehamilan: Ibu mengatakan bahwa dirinya ingin kehamilannya
tidak bermasalah, bayinya sehat dan nomal, tidak mempermasalahkan jenis
kelamin bayinya nanti, dan bisa menyusui bayinya.

5) Peran yang dilakukan ibu selama hamil berhubungan dengan bayinya: ibu
mengatakan bahwa selama hamil klien selalu bersikap hati-hati, berusaha
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan senang mempersiapkan perlengkapan
yang dibutuhkan bayinya nanti.

c. Formal

1) Riwayat kelahiran: Ibu sudah mengalami kontraksi sejak pukul 10 malam


tanggal 20 Nopember 2011, di bawa kerumah sakit, namun pada pukul 10 pagi
masih bukaan 1. Selama USG ibu sudah tau bila posisi anak melintang, dan tahu

21
kemungkinan SC. Riwayat kelahiran saat ini: pada tanggal 21 Nopember 2011,
pukul 12.00 WIB. Bayi lahir sehat dengan BB 2500 gr dan PB 49 cm. Nilai
APGAR pada menit ke-1: 7 dan pada menit ke-5: 9. lingkar kepala 34 cm, lingkar
dada 32 cm. Denyut jantung bayi 120 x/mnt, frekuensi respirasi 42 x/mnt, Suhu
axilla 37,40C. Placenta lahir lengkap pada pukul 12.15 WIB. Tidak tampak
adanya kecacatan pada tubuh bayi.

2) Fase penerimaan bayi: ibu kelihatan senang dengan kelahiran bayinya, namun
karena kelelahan ibu belum mau terlalu lama bersama bayinya.

3) Bonding attachment: tidak dilakukan inisiasi menyusui dini.

4) Breast feeding/ kolostrum: Bayi sudah mau menghisap puting ibu. Ibu
mengatakan bahwa ingin menyusui bayinya namun ibu mengeluh masih lelah dan
ASI belum ada dan khawatir produksi ASI seperti pada pengalaman keluarganya
dulu sehingga perlu dibantu dengan susu formula.

5) Interaksi sosial selama kelahiran: ibu dapat kooperatif selama kelahiran.


6) Peran ayah selama kelahiran: suami Ny. Z tampak setia mendampingi saat
proses persalinan dan memberikan dukungan.

7) Adaptasi psikologis ibu: adaptasi psikologis ibu dalam fase taking in, yang
terjadi karena ibu baru saja mengalami ketidaknyamanan fisik akibat persalinan
dan nyeri luka operasi. Ibu masih fokus pada diri dan kenyamanannya sendiri, ibu
belum terlalu mempunyai keinginan untuk merawat bayinya

d. Informal

1) Orang yang terlibat dalam perawatan bayi: ibu mengatakan bahwa dia akan
merawat bayinya sendiri dibantu oleh suami dan orang tuanya.
2) Peran dalam perawatan bayi: ibu mengatakan akan berusaha menjaga dan
merawat bayinya sebaik-baiknya dan untuk sementara akan berhenti bekerja.
3) Pengalaman dalam perawatan bayi: ibu mengatakan sudah mempunyai cukup

22
gambaran dalam hal perawatan bayi mengingat ibu sudah memiliki pengalaman
dalam merawat anak pertamanya.

4) Harapan untuk perawatan bayi yang akan datang: ibu mengatakan berencana
untuk memiliki anak lagi, ibu mengatakan akan lebih mampu merawat bayinya
sejak kehamilan dengan pengalamannya merawat anak-anaknya terdahulu.

e. Personal

1) Pandangan ibu terhadap perannya: ibu mengatakan dirinya merasa sangat


bahagia dengan dikaruniai bayi perempuan dan mengatakan akan merawat
bayinya dengan baik dan berperan penuh sebagai ibu bagi anaknya, hanya saja
untuk saat ini nyeri luka operasi masih menghalangi pergerakan ibu dan keinginan
menyusui
2) Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu: ibu mengatakan
mendapatkan pengetahuan dan mendapat contoh peran ibu yang baik dari ibunya
yang merawatnya dengan baik meskipun dengan jumlah anak yang banyak.

3) Percaya diri dalam menjalankan peran: ibu mengungkapkan bahwa dirinya


merasa mampu mejadi ibu, karena dukungan dari suami dan orang tua yang cukup
baik.
4) Pencapaian peran: selama pengamatan ibu masih tampak merawat bayinya
karena masih dalam keadaan kelelahan tetapi ibu sudah memeluk dan menyentuh
bayinya.

2. Pengkajian pada Bayi

a. Temperamen bayi: segera setelah lahir bayi menangis kuat.

b. Kemampuan berespon terhadap stimulus: segera setelah lahir bayi diberi


rangsangan dengan menyentuh telapak tangan bayi dengan tangan perawat bayi
langsung menggenggam.

23
c. Penampilan umum: Berat badan 2500 gr, panjang badan 49 cm, lingkar kepala
34 cm, lingkar dada 32 cm. Denyut jantung bayi 120 x/mnt, frekuensi respirasi 42
x/mnt, Suhu axilla 37,40C.

d. Karakteristik umum:

a) Usia bayi: 2 hari

b) Postur: lengan, tungkai bawah dalam keadaan fleksi

c) Integumen: warna umumnya merah muda, tampak sedikit ikterik, tidak tampak
adanya hiperpigmentasi, tidak ada edema, vernik kaseosa sedikit seperti keju dan
tidak berbau, lanugo menipis, deskuamasi terdapat pada buku jari-jari.

d) Kepala: bentuk kepala simetris atau tidak ada kelainan bentuk fontanel anterior
teraba datar, bentuk seperti berlian, fontanel posterior berbentuk segitiga dan lebih
kecil dari anterior, sutura teraba dan tidak menyatu.

e) Mata: kelopak mata terbuka, kedua mata dan jarak masing-masing 1/3 jarak
dari bagian luar kantus ke bagian kantus yang lain, bentuk simetris, terdapat
refleks mengedip ada, kelopak mata terdapat edema ringan, tidak ada rabas, bola
mata dapat bergerak bebas, ukuran pupil sama dan bereaksi terhadap cahaya.

f) Hidung: bentuk simetris berada di garis tengah, tampak tidak ada tulang hidung,
terdapat sedikit mukus tetapi tidak ada lendir yang keluar.
g) Telinga: letak telinga sesuai dengan garis sepanjang kantus luar dan kantus
dalam mata, pinna fleksibel, berespon terhadap suara dengan memberikan
rangsang suara yang keras bayi tampak terkejut (refleks startle), lubang telinga
terbuka, tidak terdapat sekret.
h) Mulut: bentuk bibir simetris, warna merah mudak, palatum lunak dan keras
utuh, terdapat refleks rooting, sucking dan ekstruksi, gusi berwarna merah muda,
lidah tidak menonjol.
i) Wajah: Bentuk simetris

24
j) Leher: Pergerakan bebas, tidak terjadi webneck.

k) Dada: bentuk bulat, puting susu menonjol, letak simetris, bunyi jantung tidak
terdapat murmur dan kecepatan jantung reguler, bunyi nafas bronkial jelas,
rektraksi dada tampak teratur.
l) Abdomen: bentuk bulat, terdapat tali pusat tampak satu vena dua arteri, warna
putih kebiruan, sedikit tampak perdarahan dari ujung puntung tali pusat, terdengar
bising usus, mekonium keluar sudah keluar. Tampak pernafasan perut reguker.
m) Genetalia: klitoris edema, labia mayora metutupi labia minora, terdapat rabas
mukoid, meatus urinarius terdapat di bawah klitoris. Tampak keluar urine
berwarna jernih.

n) Ektremitas

• Lengan: Sikap fleksi, ukuran lengan simetris, pergerakan bebas, jumlah jari
utuh, saat diberi rangsangan bayi dapat menggenggam (refleks menggenggam).
Bayi diletakkan pada daerah datar kemudian diberi rangsangan dengan hentakan
di sekitar bayi. Bayi menunjukkan respon mengembangkan jari-jarinya dengan
sedikit tremor dan gerakan tangan memeluk kemudian kembali ke posisi fleksi.
Tungkai dan kaki: panjang simetris, sikap fleksi, gerakan bebas, terdapat refleks
babinski,refleks menggenggam (refleks plantar) , saat kaki bayi disentuhkan pada
daerah datar kaki bayi tampak seperti akan melangkah (refleks melangkah), dan
saat ditengkurapkan bayi tampak bergrak maju.

o) Punggung utuh

p) Anus: lubang anus terbuka, mekonium sudah keluar.

q) Usia kematangan bayi berdasarkan New Ballard’s Score


Kematangan fisik

• Kulit tampak mengelupas dan terdapat ruam, vena jarang (nilai 2)


• Lanugo tampak menipis (nilai 2)

25
• Garis telapak tangan beberapa garis di 2/3 anterior (nilai 3)
• Payudara tampak areola muncul lebih jelas dengan tonjolan 3-4 mm (nilai 3)
• Telinga tampak bentuk lebih baik, mudah membalik (nilai 2)
• Genetalia perempuan tampak labia mayora sudah menutupi labia minora (nilai
4)Kematangan Neuromuskuler

• Sikap: kedua bahu dan kedua kaki bengkok dan menutup ke arah badan (nilai 4)

• Sudut siku: 0’ (nilai 4)

• Kelenturan lengan: < 90’ (nilai 4)

• Sudut popliteal: < 90’ (nilai 5)

• Tanda “scarf”: siku tidak melewati midline (nilai 4)

• Tumit ke telinga: lutut bengkok,tumit sampai 45’ dari bidang datar (nilai 4)
Jumlah Skor = 41, usia gestasi bayi adalah 40 minggu

e. Responsiverness

b) Kontak mata: belum tampak jelas adanya kontak mata antara ibu dengan
bayinya.
c) Refleks genggam sudah tampak saat bayi diberi rangsangan sentuhan pada
telapak tangan dan di bawah jari kaki.

d) Tersenyum: bayi belum tampak tersenyum

e) Perubahan interaksi konsistensi bayi: belum tampak adanya perubahan interaksi


yang konsisten dari ibu dan bayinya, tetapi ibu sudah berupaya untuk memeluk
dan menyentuh bayinya dan ibu belum mencoba secara aktif untuk menyusui.
f) Rangsangan yang dapat meningkatkan pergerakkan: bayi sudah dapat bekah
dan respon terhadap rangsangan terhadap refleks startle, refleks moro, refleks
babinski, refleks melangkah, refleks mengisap dan refleks merangkak.

26
2. Diagnosa Keperawatan

Inefektif menyusui b/d ASI yang tidak adekuat, belum adanya pengetahuan dan
pengalaman sebelumnya d/d:

Data:

 Post op section secaria hari ke-3, anak pertama

 Ibu belum mau menyusui karena masih merasakan nyeri bekas operasi

 Payudara ibu mulai menngeras, dan puting susu datar

 Bonding attachment: tidak dilakukan inisiasi menyusui dini

 Breast feeding/kolostrum: bayi sudah mau menghisap putting ibu. Ibu


mengatakan ingin menyusui bayinya namun ibu mengeluh masih lelah dan
ASI belum ada dan khawatir produksi ASI sedikit seperti pengalaman
keluarga shingga merasa perlu dibantu dengan susu formula

 Selama pengamatan ibu masih tampak belum merawat bayinya karena masih
dalam keadaan lelah

3. Intervensi Keperawatan

1) Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelum membantu


dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini

2) Tentukan sistem pendukung yang tersedia pada klien dan sikap pasangan atau
keluarga. Dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman
menyusui yang berhasil

3) Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan keuntungan


menyusui, perawatan putting dan payudara. Membantu menjamin suplai susu
adekuat dan mencegah putting pecah

27
4) Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui. Posisi yang tepat
mencgah luka putting

5) Anjurkan klien untuk mengonsumsi makanan yang bergizi sehingga


membantu pengeluaran ASI secara efektif

6) Kaji putting klien. Identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah terjadinya
luka

7) Anjurkan klien mengeringkan putting dengan udara selama 20-30 menit


setelah menyusui. Pemanajan pada udara membantu mengencangkan putting

8) Berikan pelindung putting payudara. Pelindung payudara, latihan, dan


kompres es membantu membuat putting lebih relaksasi.

9) Rujuk klien pada kelompok pendukung. Memberikan bantuan terus menerus


untuk meningkatkan kesuksesan hasil

10) Identifikasi sumber-sumber yang tersedia di masyarakat sesuai indikasi.


Pelayanan ini mendukung pemberian ASI melalui pendidikan.

4. Implementasi Keperawatan

Tanggal/ Waktu Implementasi

23 November 2011

08.00 1. Mengkaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui,


dan melibatkan keluarga
08.30
2. Melakukan dan mengajarkan klien dan suami perawatan putting
09.00
dan payudara

3. Memberikan kesempatan klien menyusui dan mengajarkan posisi


09.30
menyusui yang sesuai dengan kondisi klien, menganjurkan
suami tetap mendampingi

4. Menganjurkan klien mengeringkan payudara dengan udara

28
09.35 selama 20-30 menit setelah menyusui.

11.00 5. Memberikan informasi mengenai fisiologi dan keuntungan


menyusui, dan pemberian ASI ekslusif

12.00 6. Memberikan kesempatan klien menyusui dan mengajarkan posisi


menyusui yang sesuai dengan kondisi klien, menganjurkan
13.00
suami tetap mendampingi.

7. Menganjurkan klien mengonsumsi makanan bergizi

8. Memberikan kesempatan klien menyusui dan mengajarkan posisi


menyusui yang sesuai dengan kondisi klien, menganjurkan
suami tetap mendampingi

5. Evaluasi

Tanggal/Waktu Evaluasi

23 November
2011
S: Ibu mengatakan ingin terus belajar menyusui bayinya,
14.00 hanya masih merasakan nyeri dan khawatir bila ASI
tidak mencukupi kebutuhan bayi

O: ASI mulai keluar namun masih sedikit, putting susu ibu


mulai menonjol, bayi mau menghisap putting ibu
hanya sedikit gelisah

A: Masalah sebagian teratasi

P: Intervensi lanjutkan

29
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Ditinjau dari kebutuhan keperawatan maka ruang lingkup pengkajian fisik


keperawatan dapat dikembangkan berdasarkan keperawatan. Untuk menentukan
model yang dapat diterapkan di Indonesia, maka perlu diadakan suatu pengkajian
tentang masalah kesehatan di Indonesia, sistem pelayanan kesehatan, sosial
budaya peran perawat yang diharapkan.

Diharapkan dengan mempelajari dan memahami pengkajian keperawatan


yang optimal perawat dapat memberikan pelayanan secara profesional baik dalam
bentuk pemberian pelayanan keperawatan maupun asuhan keperawatan.

3.2 SARAN

Diharapkan dengan adanya makalah ini, para pembaca bisa mendapatkan


wawasan yang sangat bermanfaat dan bisa mengetahui lebih jauh tentang teori-
teori keperawatan serta konsep dasar pemikirannya dengan baik. Terutama teori
keperawatan oleh Dorothy E. Johnson dan Ramona T. Mercer

30
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes M.E. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC

Marinner-Tomey Alligood. (2006). Nursing Theory And Their Works. St. Louis:
Mosby Elsevier Inc.

Persalinan Spontan Premature. Diperoleh dari


http://ebdosama.com/2009/12/persalinan-spontan-premature.html pada tanggal 12
Desember 2011
Reed, P.G, Shearer, N.C., & Nicoll, L. H. (2004). Perspectives on nursing theory.
4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Hidayat,A.Aziz alimul.2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.

Gaffar,Ade jumadi. Pengantar Keperawatan Profesional

Morriner,Ann. Teori Ilmu Keperawatan

Depkes RI. 1990. Perawatan Kebidanan Yang Berorientasi Pada Keluarga, Jakarta
Estiwidani Dwiana, dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Fitramaya.
Harnawatiaj.2008.Masa Nifas.wordpress.com. 21 Oktober 2010

Baskoro. “ TEORI KEPERAWATAN DOROTHY E. JOHNSON”. 29 November


2015

https://tarzz.wordpress.com/2012/05/23/teori-dorothy -johnson/

31

Anda mungkin juga menyukai