Anda di halaman 1dari 41

1

UNIVERSITAS INDONESIA
Analisa Teori Model Konseptual Dorothy E. Johnson Dan Middle Range
Theory Kolcaba Berfokus Pada Asumsi Theorist Terhadap Konsep-Konsep
Sentral Disiplin Ilmu Keperawatan Dan Statement
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sains Keperawatan

Universitas Indonesia

Oleh :
KELOMPOK VII

ENGGAR PURNANINGSIH
1406522891
KASRON
1406597116
RANTI
1406523263
RIA DESNITA
1406597280
RICA FITRIA
1406523332
SAHRAN
1406523401

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas terstruktur kelompok
pada mata ajar sains keperawatan. Makalah ini membahas tentang analisis teori
model konseptual keperawatan Dorothy E. Johnson dan Teori Kathrine Kalcaba
yang berfokus pada asumsi theorist terhadap konsep-konsep sentral disiplin ilmu
keperawatan dan statement (hubungan antara konsep sesuai masa dan orientasi
theorist).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Enni Novietasari,
S.Kp, M.SN selaku koordinator dan pengajar mata ajar sains keperawatan yang
telah memfasilitasi kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang
sifatnya membangun akan sangat kami hargai dalam upaya penyempurnaan
makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini akan memberikan wawasan
baru serta dapat bermanfaat bagi kita semua.

Universitas Indonesia

Depok, 27 Oktober 2014


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................
1.2 Tujuan...............................................................................................
BAB II . LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dorothy E. Johnson : Model Sistem Perilaku..........................
2.2 Teori Kathrine Kalcaba : Teori Kenyamanan....................................
.................................................................................................................
BAB III. PEMBAHASAN................................................................................
3.1 Analisa Teori Dorothy E. Johnson : Model Sistem Perilaku..............
3.2 Analisa Teori Kathrine Kalcaba : Teori Kenyamanan........................
BAB IV. PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

Universitas Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Peningkatan mutu pelayanan

keperawatan didukung oleh pengembangan teori-teori keperawatan. Aplikasi


teori dan model keperawatan memerlukan pemahaman yang mendalam
terhadap teori-teori dan model keperawatan yang ada (Hidayat, 2004).
Teori keperawatan merupakan produk kreatif dari para perawat yang mencari
dengan penuh pertimbangan untuk menggambarkan banyak aspek dari keperawatan
dalam cara yang bisa dipelajari, dievaluasi dan digunakan oleh perawat-perawat lainnya.
Teori akan memberikan struktur dan panduan dalam meningkatkan praktik profesional
keperawatan, aktivitas pendidikan dan pengajaran serta riset keperawatan yang

Universitas Indonesia

menuntun kearah perkembangan ilmu keperawatan itu sendiri (Kearney-Nunnery,


2008).

Para ahli telah mengembangkan teori dari tingkatan Philosophical


theory, grand theory, dan middle range theory. Setiap teori ini menjelaskan
suatu fenomena mulai dari bersifat abstrak sampai konkrit. Pemahaman
perawat tentang teori keperawatan menjadi pedoman dalam pemberian
pelayanan yang profesional dan terarah. Sehingga ilmu keperawatan
berkembang dengan adanya keterkaitan antara riset, praktik dan teori dalam
keperawatan. Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik membahas teori
Dorothy E. Johnson tentang model sistem perilaku dan teori comfort oleh
Kalcaba.

1.2 Tujuan
1.2.1 Menganalisis teori model konseptual keperawatan Dorothy E. Johnson
berfokus pada asumsi theorist terhadap konsep-konsep sentral disiplin
ilmu keperawatan dan statement (hubungan antara konsep sesuai masa
dan orientasi theorist)
1.2.2 Menganalisis middle range theory Kolcaba berfokus pada asumsi
theorist terhadap konsep-konsep sentral disiplin ilmu keperawatan dan
statement (hubungan antara konsep sesuai masa dan orientasi theorist)

Universitas Indonesia

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Teori Dorothy E. Johnson : Model Sistem Perilaku
2.1.1 Sejarah dan Latar Belakang Teori
Dorothy E. Johnson dilahirkan pada tanggal 21 agustus 1919 di
Savannah, Georgia. Pada tahun 1938 Johnson memperoleh gelar A.A. dari
Armstrong junior College di Savannah, Georgia. Pada tahun 1949-1978
Johnson menjadi instruktur dan asisten profesor dalam perawat kesehatan
anak-anak (pediatric nursing) di Vanderbilt University School of Nursing.
Tahun 1955-1956 Johnson menjadi penasehat pediatric nursing yang
ditugaskan di Sekolah Kesehatan Kristen bidang Keperawatan di Vellore,
India Selatan. Penghargaan yang paling dibanggakan adalah Faculty Award
pada tahun 1975, Lulu Hassenplug Distinguished Achievement Award dari
Asisi Perawat California pada tahun 1977 dan Vanderbilt University School
of Nursing Award for Excellence in Nursing pada tahun 1981 (Alligood,
2014).

Universitas Indonesia

Teori sistem perilaku Johnson tumbuh dari keyakinan Nightingale


yakni tujuan tujuan perawatan adalah membantu individu-individu untuk
mencegah atau mengobati dari penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat
harus berfokus pada pasien sebagi individu dan bukan pada entitas yang
spesifik (Alligood, 2014)
Selain itu, Johnson juga memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku
dalam psikologi, sosiologi dan etnologi untuk membangun teorinya. Ia
menyandarkan sepenuhnya pada toeri sistem-sistem dan menggunakan
konsep dan definisi dari A. Rapoport, R. Chin dan W.Buckley. Struktur teori
sistem perilaku dipolakan sesudah model sistem. Sistem dinyatakan terdiri
dari bagian yang berkaitan untuk melakukan fungsi bersama-sama untuk
membentuk keseluruhan (Alligood, 2014).
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis yaitu bahwa
perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada
pasien sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari
disiplin ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi
dan modifikasi perilaku, untuk mengembangkan teorinya (Alligood, 2014).
Johnson mencatat bahwa meski literatur menunjukkan ide dukungan
lain yaitu bahwa manusia merupakan sistem perilaku, sejauh yang ia tahu, ide
tersebut adalah asli dari dirinya. Pengetahuan bagian-bagian sistem perilaku
dicikung dalam ilmu-ilmu perilaku, tetapi literatur empiris mendukung
dugaan bahwa sistem perilaku merupakan keseluruhan yang belum
dikembangkan. Dalam sistem biologis , pengetahuan atas bagian-bagianya
lebih dahulu dari pengetahuan keseluruhan sistem (Alligood, 2014).
2.1.2 Filosofi
Johnson membahas filosofi behavioral system ke dalam 4 bagian
yaitu kepercayaan, asumsi, premis premis dan sistem nilai. Berikut akan
dijelaskan berbagai filosofi tersebut.
2.1.2.1 Nilai nilai dasar tentang perilaku
Johnson mengungkapkan bahwa ada area luas dari perilaku yang dapat
diterima dan ditoleransi oleh suatu masyarakat. Selama perilaku tersebut
tidak bertentangan dengan masyarakat baik secara langsung maupun

Universitas Indonesia

tidak langsung, perilaku tersebut akan terus diterima oleh masyarakat


(Fawcett, 2006).
2.1.2.2 Kepercayaan mengenai sifat dasar dan pengerjaan dari sistem perilaku
Menurut Johnson sistem adalah keseluruhan dan berfungsi
secara keseluruhan. Bagian bagian dari sistem tersebut terorganisir,
interaktif, interdependent dan terintegrasi. Sistem akan cenderung untuk
mendapatkan keseimbangan dari serangan serangan baik dari dalam
sistem itu sendiri maupun dari luar sistem tersebut. Keseimbangan
sistem perilaku memperlihatkan adanya penyesuaian dan adaptasi yang
berhasil pada derajat tertentu, meskipun ada beberapa perilaku yang
tidak sesuai pada bentuk normal sebuah kultur atau biologis atau tidak
sesuai dengan perilaku sehat (Fawcett, 2006).
Konsistensi dan keteraturan yang dapat diamati pada manusia
yang merupakan hasil dari keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku
terbukti berfungsi dan berpengaruh secara signifikan bagi manusia
sebagai individu atau dalam kehidupan sosial. Ketika keteraturan
tersebut terganggu, integritas seorang manusia juga akan terancam dan
kebutuhannya tidak terpenuhi secara adekuat. Selama masa hidupnya,
sebagian besar manusia akan mengalami krisis psikologis, sosial atau
krisis fisik yang akan mengganggu keseimbangan sistem dan
memerlukan bantuan dari luar, termasuk oleh petugas kesehatan
khususnya perawat (Fawcett, 2006)
2.1.2.3 Kepercayaan mengenai keperawatan
Johnson percaya bahwa keperawatan merupakan sebuah profesi yang
unik dan mempunyai kontribusi yang signifikan bagi pasien dan
melengkapi fungsi dari profesi kesehatan lain. Keperawatan merupakan
kekuatan yang menyediakan bantuan ketika ada gangguan pada
keseimbangan sistem serta berperan untuk mencegah terjadinya
gangguan pada sistem (Fawcett, 2006).
2.1.3. Konsep Utama dan Definisi
Fokus teori Johnson ini ada pada konsep bahwa manusia itu
merupakan sebuah sistem perilaku. Lebih spesifiknya lagi bahwa model
sistem perilaku adalah perilaku sosial manusia yang merupakan tindakan
yang dapat diamati pada seseorang sebagai akibat dari kehadiran makhluk

Universitas Indonesia

lain dalam suatu kehidupan sosial. Perhatian khusus pada konsep ini adalah
pada masalah masalah actual dan potensial baik dari struktur maupun fungsi
pada sistem perilaku (Fawcett, 2006). Berikut ini akan dijelaskan mengenai
konsep utama dari teori sistem perilaku yang dikembangkan oleh Johnson.
1) Perilaku (Behavior)
Johnson menerima definisi perilaku seperti dinyatakan oleh para ahli
perilaku

dan

biologi.

Output

dari

struktur

dan

proses-proses

intraorganismik yang keduanya dikoordinasi dan diartikulasi dan bersifat


responsive terhadap perubahan sensori stimulasi. Fokus perilaku
dipengaruhi oleh kehadiran makhluk sosial lain baik secara actual maupun
tak langsung yang telah ditunjukkan mempunyai signifikansi adaptif
utama (Alligood, 2014).
2) Sistem
Dengan menggunakan definisi sistem oleh Rapoport tahun 1968, Johnson
menyatakan sistem merupakan keseluruhan yang berfungsi berdasarkan
atas

ketergantungan

antar

bagian-bagiannya.

Johnson

menerima

pernyataan Chin yakni terdapat organisasi, interaksi, interdependensi dan


integrasi bagian dan elemen-elemen. Disamping itu, manusia berusaha
menjaga keseimbangan dalam bagian-bagian ini melalui pengaturan dan
adaptasi terhadap kekuatan mengenai mereka (Alligood, 2014)
3) Sistem Perilaku
Sistem perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara bersikap
dengan maksud tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk unit fungsi
teroraganisasi dan terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi
antara seseorang dengan lingkunganya dan menciptakan hubungan
seseorang dengan obyek, peristiwa dan situasi dengan lingkunganya .
biasanya sikap daqpat digambarkan dan dijelaskan. Manusia sebagai
system perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan keseimbangan
dengan pengaturan dan adaptasi yang berhasil pada beberapa tingkatan
untuk efisiensi dan efektifitas suatu fungsi. Sistem biasanya cukup
fleksibel untuk mengakomodasi pengaruh yang diakibatkan. Sistem
perilaku memiliki sub sistem sub sistem yang saling berhubungan dan

Universitas Indonesia

10

memiliki tugas tugas tertentu (Alligood, 2014). Berikut akan dibahas


mengenai sub sistem dalam sistem perilaku.
4) Sub Sistem dalam Sistem Perilaku
Suatu subsistem merupakan sistem kecil dengan tujuan khusus sendiri
dan fungsinya dapat dijaga sepanjang hubunganya dengan subsitem lain
atau lingkungan tidak diganggu. Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh
Johnson bersifat terbuka, terhubung dan saling berkaitan (interealated).
Motivasi mengendalikan langsung aktifitas subsistem-subsistem ini yang
berubah secara kontinyu dikarenakan kedewasaan, pengalaman dan
pembelajaran . system yang dijelaskan tampak ada persilangan budaya/
kebiasaan dan di kontrol oleh faktor biologis, psikologi dan sosiologi,
tujuh elemen yang diidentifikasi adalah affiliative, dependency, ingestive,
eliminative, sexual, achievement dan aggressive. Berikut akan dijelaskan
satu persatu mengenai subsistem tersebut menurut Alligood & Tomey
(2014) serta Fawcett (2006) :
(a) Subsistem Pencapaian (Achievement) : sub sistem pencapaian ini
mencoba untuk memanipulasi lingkungan dan berkembang melalui
perilaku menjelajah. Fungsinya adalah untuk mengontrol atau menguasai
aspek - aspek diri atau lingkungan terhadap standar standar yang tinggi.
Area subsistem ini meliputi ketrampilan intelektual, fisik, kreatifitas,
mekanik, sosial dan peran perawatan terhadap orang lain.
(b) Subsistem Hubungan afiliatif (Attachment-Affiliative) : sub sistem
ini merupakan sub sistem yang paling penting karena sub sistem ini
membentuk dasar dari semua organisasi sosial. Dalam tingkatan yang
paling umum, sub sistem ini menyediakan keamanan dan kelangsungan
hidup. Fungsinya adalah untuk pencapaian keamanan yang dibutuhkan
untuk bertahan hidup termasuk keterlibatan sosial, kedekatan dan
mempertahankan kekuatan ikatan sosial.
(c) Subsistem Penyerangan - perlindungan (aggressive - protective) :
Sub sistem ini berfungsi untuk melindungi dan menjaga diri dan
lingkungan sosial. Perilaku agresif tidak hanya dipelajari, namun
merupakan niat utama untuk menyakiti orang lain.

Universitas Indonesia

11

(d) Subsistem Ketergantungan (Dependency) : Dalam pengertian luas,


sub sistem ini meningkatkan perilaku menolong yang dibutuhkan untuk
tindakan merawat orang lain. Konsekuensi dari sub sistem ini adalah
adanya bantuan fisik, perhatian dan kesediaan untuk merawat orang lain.
(e) Subsistem Eliminasi (Eliminative) : Fungsinya adalah untuk
eliminasi, yang meliputi kapan, bagaimana dan pada kondisi seperti apa
manusia dapat bereliminasi. Sub sistem ini dipengaruhi oleh factor
psikologis dan factor sosial dan dapat mengganggu sub sistem ini.
(f) Subsistem Ingesti (Ingestion) : Fungsinya adalah pemuasan nafsu
makan yang meliputi kapan, bagaimana, apa, berapa banyak dan pada
kondisi seperti apa kita makan. Perilaku ini juga dipengaruhi oleh kondisi
kondisi sosial dan psikologis.
(g) Subsistem Seksualitas (Sexuality) : Sub sistem ini memiliki 2 fungsi
yaitu menghasilkan dan kepuasan. Sub sistem ini meliputi perilaku seks
biologis individu, peran identitas gender, termasuk berpasangan dan
berpacaran. Respon sistem ini dimulai dari perkembangan peran identitas
gender dan termasuk peran seksual yang luas.
(h) Subsistem Perbaikan (Restorative) : Sub sistem ini diperkenalkan
oleh Grubbs (1974) sebagai tambahan bagi 7 sub sistem yang telah
diungkapkan oleh Johnson sebelumnya. Subsistem ini berfokus pada
aktifitas pemenuhan kebutuhan hidup sehari hari.
5) Kesetimbangan
Johnson (1961a) menyatakan bahwa keseimbangan adalah konsep kunci
dalam tujuan keperawatan. Keseimbangan didefinisikan sebagai "stabil tetapi
lebih atau kurang sementara, keadaan istirahat di mana individu tersebut
selaras dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungan (hlm. 65). "Itu berarti
bahwa biologis dan psikologis yang seimbang satu sama lain dengan
menimpa kekuatan sosial" (Johnson, 1961, hal. 11). Itu adalah "tidak identik
dengan keadaan kesehatan, karena dapat ditemukan baik dalam keadaan
sehat atau sakit" (Johnson, 1961, dalam Alligood, 2014).
6) Persyaratan Fungsional Atau Sustenal
- Imperatif

Universitas Indonesia

12

Untuk subsistem pada pengembangkan dan pemelihara stabilitas, masingmasing harus memiliki persediaan kebutuhan fungsi yang

konstan.

Lingkungan menyediakan susternal imperative seperti proteksi, pengasuhan,


dan stimulasi. Jhonson mencatat bahwa sistem biologis dan semua sistem
hidup lainnya memiliki persyaratan yang sama (Alligood, 2014)
- Peraturan atau kontrol
Hubungan antara subsistem prilaku harus diatur dalam model sehingga
tujuannya dapat dicapai. pengaturan ini menyiratkan bahwa penyimpangan
akan terdeteksi dan terkoreksi. Oleh karena itu, umpan balik merupakan alat
control yang efectif dan merupakan self-regulation klien. perawat juga dapat
bertindak sebagai kekuatan eksternal untuk menjaga keutuhan dan integrasi
perilaku klien secara optimal dalam situasi sakit atau dalam kondisi di mana
perilaku merupakan ancaman bagi kesehatan (Alligood, 2014)
- Tekanan
Konsep tekanan didefinisikan sebaga kondisi ketegangan dan dapat dilihat
sebagai produk akhir dari gangguan keseimbangan. Ketegangan merupakan
adaptasi konstructif dan dapat berupa menjadi destruktif dimana penggunaan
energy tidak efektif, menghambat adaptasi dan berpotensi menyebabkan
kerusakan struktur. Ketegangan merupakan tanda gangguan keseimbangan
(Jhonson, 1961 dalamAlligood, 2014).
7) Stressor
Stimulasi internal dan ekternal menghasilkan ketegangan dan mengakibatkan
ketidakstabilan yang disebut dengan stressor. Stimulus mungkin positif
dalam diri seseorang atau negative bila sesuatu yang diinginkan tidak
terpenuhi. Stimulus baik endogen maupun exogen memainkan satu atau lebih
peranan dalam system terbuka yang saling terkait. Sisstem terbuka yang
saling terkait merupakan pertukaran yang konstan. Sistem terbuka yang
saling terdiri dari psikologi, personilaty, dan kelompok kecil (keluarga) dan
system social yang luas. (Jhonson, 1961 dalam Alligood, 2014)
Masing masing sub sistem tersebut dapat dijabarkan kembali dalam
2 elemen yaitu elemen struktur dan kebutuhan fungsional. Elemen struktur
meliputi 4 bagian yaitu tujuan, tindakan, pilihan dan perilaku. Tujuan mengacu

Universitas Indonesia

13

pada motivasi untuk melakukan suatu tindakan atau merupakan stimulasi untuk
bertindak. Tujuan individu pada tiap sub sistemnya dapat berbeda tergantung
pada nilai dan kekuatan individu tersebut. Komponen stuktur ini tidak dapat
diobservasi langsung, namun dapat diamati dari tindakan atau perilaku individu
(Alligood & Tomey, 2010 ; Fawcett, 2006).
Elemen struktur yang kedua adalah pengaturan yaitu kecenderungan
untuk bertindak dalam tindakan tertentu pada situasi situasi tertentu. Pengaturan
ini hanya berkembang sekali dalam masa hidup seorang manusia, dan relative
stabil di sepanjang rentang kehidupan. Formasi pengaturan ini dipengaruhi oleh
norma sosial, kultur, keluarga, nilai nilai, dan persepsi (Alligood & Tomey,
2010 ; Fawcett, 2006).
Elemen struktur ketiga adalah pilihan yang merupakan perilaku
alternative yang dapat dipilih oleh individu pada situasi situasi tertentu.
Menurut Johnson, individu jarang menggunakan seluruh alternative tindakan
tersebut, individu cenderung untuk menggunakan satu pilihan tindakan yang lebih
disukai. Apabila tindakan tersebut tidak berhasil menyelesaikan masalah, barulah
individu mempertimbangkan alternative lain (Alligood & Tomey, 2010 ; Fawcett,
2006).
Elemen struktur yang keempat adalah tindakan yaitu perilaku yang
dapat diamati dari seseorang atau perilaku yang terorganisasi dan terpola dari
seseorang pada situasi tertentu. Perilaku tersebut berkembang dan dimodifikasi
seiring dengan pendewasaan, pengalaman dan pembelajaran (Alligood & Tomey,
2010 ; Fawcett, 2006). Selain elemen struktur, dalam subsistem tersebut juga
terkandung kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi yaitu proteksi atau
perlindungan, perawatan dan stimulasi. Proteksi dibutuhkan untuk melindungi
pengaruh dari lingkungan sekitar. Perawatan didapatkan dari suplai adekuat dari
lingkungan sekitarnya dan stimulasi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
mencegah stagnansi (Alligood & Tomey, 2010 ; Fawcett, 2006).
Berdasarkan sub system tersebut diatas, maka akan terbentuk sebuah
sistem perilaku individu. Johnson memiliki pandangan bahwa keperawatan dalam
mengatasi permasalahan tersebut harus dapat berfungsi sebagai pengatur agar
dapat menyeimbangkan sistem perilaku tersebut. Klien dalam hal ini adalaha

Universitas Indonesia

14

manusia yang mendapat bantuan perawatan dengan keadaan terancam atau


potensial oleh kesakitan atau ketidak seimbangan penyesuaian dengan
lingkungan. Status kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu
berperilaku untuk memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan
(Alligood & Tomey, 2010 ; Fawcett, 2006).
2.1.4 Penggunaan Bukti Empiris
Sebagian konsep-konsep Johnson yang telah diidentifikasi dan didefinisi
dalam teorinya didukung didalam literatur. Letich dan Escolona menyimpulkan
bahwa tekanan menyebabkan perubahan perilaku. Dan bahwa manifestasi
tekanan oleh individu bergantung pada kedua faktor eksternal dan internal.
Johnson memakai teori Selye, Grinker, Simmons dan Wolf untuk mendukung ide
bahwa pola-pola spesifik perilaku merupakan reaksi atas stresor masing-masing
dari sumber-sumber biologis, psikologis dan sosiologis.
Dalam conceptual models for nursing practise, Johnson menjelaskan 7 sub
sistem yang memuat sistem perilaku karya Johnson. Untuk mendukung sub
sistem attachment-affiliative, ia menggunakan teori Ainsworth dan Robson.
Heathers, Gerwitz, dan Rosenthal telah menguraikan dan menjelaskan
ketergantungan prilaku, subsistem lain yang didefinisikan Johnson.
Respon sistem ingestion dan elimination seperti yang dijelaskan Walike,
Mead dan Sears juga merupakan bagian sistem perilaku Johnson. Hasil karya
Kagan dan Resnik digunakan untuk mendukung subsistem seksual. Sub sistem
agresif yang fungsinya melindungi dan memelihara didukung oleh Lorenz dan
Feshbach. Menurut Atkinson, Feather dan Crandell, keterampilan-keterampilan
fisik, kreatif, mekanis dan sosial ditunjukkan oleh prestasi prilaku, sub sistem lain
yang diidentifikasi oleh Johnson.
2.1.5 Asumsi Utama
2.1.5.1 Keperawatan
Tujuan keperawatan adalah untuk menjaga dan mempertahankan
keseimbangan system behavioral dan stabilitas atau untuk membantu seseorang
mencapai level keseimbangan dan fungsi yang lebih optimal. Perawatan, seperti

Universitas Indonesia

15

yang dipandang Johnson, adalah tindakan eksternal untuk memberikan organisasi


perilaku pasien ketika pasien dalam kondisi stres dengan memakai mekanisasi
pengaturan yang berkesan atau dengan penyediaan sumberdaya. Seni dan ilmu,
memberikan eksternal baik sebelum dan selama gangguan keseimbangan system
dan karenanya membutuhkan pengetahuan tentang order, disorder dan kontrol.
Aktivitas perawatan tidak bergantung pada wewenang medis tetapi bersifat
pelengkap (komplementer) bagi medis atau pengobatan (Alligood, 2014).

2.1.5.2 Manusia
Johnson memandang manusia sebagai system perilaku dengan pola, pengulangan
dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang menghubungkan manusia dengan
lingkungannya. Pola-pola respon spesifik manusia membentuk keseluruhan yang
terorganisasi dan terintegrasi. Manusia merupakan system dari bagian-bagian
interpedent yang membutuhkan beberapa aturan dan pengaturan untuk menjaga
keseimbangan.
Johnson lebih jauh menganggap bahwa behavioral system adalah penting untuk
manusia dan apabila ada tekanan yang kuat atau ketahanan yang rendah
mengganggu keseimbangan sistem perilaku, integritas manusia terancam. Usahausaha manusia untuk membangun kembali keseimbangan membutuhkan
pengeluaran energi yang luar biasa, yang menyisakan sedikit energi untuk
membantu proses-proses biologis dan penyembuhan (Alligood, 2014).
2.1.5.3 Kesehatan
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit dipahami
(elusive) dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor-faktor biologis, psikologis
dan

social.

Kesehatan

direfleksikan

oleh

organisasi,

interaksi,

saling

ketergantungan subsistem - subsistem dari system perilaku. Manusia berusaha


mencapai keseimbangan dalam system ini yang akan mengarah ke perilaku
fungsional. Keseimbangan yang kurang baik dalam persyaratan structural atau
fungsional cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan. Ketika system
membutuhkan sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan , suplai energi yang
lebih besar yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan. Hasil

Universitas Indonesia

16

keseimbangan system perilaku adalah 1) pengeluaran energy minimal, adanya


keberlangsungan pertahanan biologi dan social, serta bertambahnya derajat
kepuasan (Alligood, 2014).
2.1.5.4 Lingkungan
Dalam teori Johnson, lingkungan terdiri dari seluruh factor yang bukan bagian
sistem perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi system, dan dapat
dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien.
Individu menghubungkan dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungan-nya.
System perilaku berusaha menjaga equilibrium dalam respon terhadap faktor
lingkungan dengan mengatur dan beradaptasi terhadap kekuatan yang
menyertainya. Gaya lingkungan yang kuat secara berlebihan mengganggu
keseimbangan system perilaku dan mengancam stabilitas seseorang, sejumlah
energi dibutuhkan supaya system membangun kembali equilibrium dalam
menghadapi tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat
melanjutkan dengan perilaku-perilaku yang baik.
Ketika terjadi sistem perilaku tidak seimbang, maka perawat menjadi regulator
lingkungan sementara dengan cara menyediakan kebutuhan fungsional. Sehingga
seseorang bisa beradaptasi terhadap stressor. Tipe fungsional dan jumlah
kebutuhan akan sangat bervariasi tergantung dari variabel umur, jenis kelamin,
kemampuan koping, budaya, type dan keparahan penyakit (Alligood, 2014).
2.1.6 Pernyataan Tegas dan Bentuk Logis Teori
Teori sistem perilaku Johnson mengupas 2 komponen utama yaitu pasien
dan perawatan. Pasien merupakan sistem perilaku dengan tujuh subsistem yang
saling berkaitan. Bagan model sistem perilaku Johnson dapat digambarkan pada
bagan berikut :

Universitas Indonesia

17

Setiap subsistem dapat digambarkan dan dianalisa dalam hal persyaratanpesyaratan struktur dan fungsi. 4 elemn struktural yang telah diidentifikasi yaitu
kendali (drive) atau tujuan (goal), kecendrungan bertindak (predisposition),
pilihan (choice), atau alternatif untuk bertindak, perilaku (Alligood, 2014)
Setiap subsistem memiliki

persyaratan

fungsi

yang

sama yaitu

perlindungan, pengasuhan dan stimulasi. Sistem dan sub sistem cendrung bersifat
self maintaining dan self perpetuating selama kondisi eksternal dan internal
sesuai dan dapat diprediksi. Jika kondisi-kondisi dan sumbe daya penting
terhadap kebutuhan fungsi tidak cocok atau hubungan antara subsistem tidak
harmonis maka akan menghasilkan perilaku disfungsional (Alligood, 2014)
Respon-respon oleh subsistem dibangun melalui motivasi, pengalaman dan
pembelajaran serta dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial/
sistem perilaku berusaha untuk mencapai keseimbangan dengan cara beradaptasi
terhadap stimulan lingkungan dan lingkungan. Perilaku yang dihasilkan

Universitas Indonesia

18

merefleksi pengaturan sistem yang berguna terhadap stresor bahkan saat perilaku
tidak berfungsi. Karena informasi yang tersedia sedikit tentang peran pasien sulit
untuk menilai apakah hubungan antara sistem perilaku dan perawatan bersifat
interaktif atau reaktif (Alligood, 2014)
Kondisi ketidakstabilan dalam sistem perilaku menghasilkan kebutuhan
terhadap intervensi keperawatan. Identifikasi sumber masalah dalam sistem
mengarahkan

tindakan

keperawatan

yang

cocok

yang

menghasilkan

pemeliharaan atau pemulihan keseimbangan sistem perilaku. Perawatan dilihat


sebagai kekuatan regulator eksternal yang bertindak memulihkan keseimbangan
sistem perilaku (Alligood, 2014)
Dengan mengamati hal spesifik dalam prakteknya, literatur keperawatan
dan penelitian, Johnson telah menggunakan bentuk logika penalaran induktif
untuk mengembangkan teorinya. Ia menyatakan bahwa inti yang umum terdapat
dalam perawatan, dimana para praktisi menggunakan banyak setting dalam
beragam populasi. Johnson memanfaatkan observasi perilakunya selam bertahuntahun untuk menformulasikan teori umum tentang manusia sebagai sistem
perilaku (Alligood, 2014)

2.1.7 Penerimaan oleh Komunitas Perawat


2.1.7.1 Praktik
Menurut Johnson, teori sistem perilaku memberikan arah untuk praktisi,
pendidikan dan pelayanan. Karena tujuan dari suatu teori adalah memelihara dan
memulihkan keseian pada pasien dengan menolong mereka mencapailevel
fungsional lebih optimal, tujuan juga dinilai oleh perawatan, teori tersebut dapat
diterima bagi perawatan. Pengetahuan teori sistem perilaku membuat perawat
sadar pentingnya memberikan perlindungan, pengasuhan dan stimulasi yang
konstan. Pada tahun 1974, Judy Grubbs mengadaptasi teori proses pean dengan
mengembangkan suatu perangkat penilaian dan lembar proses perawatan berdasar
pada tujuh subsistem. Pertanyaan-pertanyaan dan observasi terkait dengan tiap
subsistem memberikan alat yang handal untuk mengumpulkan data penting.

Universitas Indonesia

19

Dengan menggunakan alat bantu ini perawat dapat menemukan pilihan-pilihan


perilaku lain yang akan memudahkan pasien menyempurnakan tujuan kesehatan.
Pada tahun yang sama Bonnie Holaday memakai teori tersebut sebagai
model untuk mengembangkan alat bantu penilaian ketika merawat anak-anak.
Alat bantu ini digunakan perawat untuk menggambarkan perilaku anak-anak
secara obyektif dan membimbing tindakan perawatan. Holaday menyimpulkan
bahwa pemakai teori Johnson diberikan petunjuk untuk merencanakan dan
mengevaluasikan perawatan berdasar pengetahuan ilmiah.
Tahun 1980 Antiotte Rawls mengenalkan usahanya untuk menggunakan
dan mengevaluasi teori sistem perilaku Johnson dalam praktek klinik. Antiotte
memakai teori tersebut untuk menilai secara sistematis pasien yang menghadapi
kehilangan fungsi pada salah satu lengan dangan. Antiotte menyimpulkan bahwa
teori Johnson memerikan alat bantu yang memprediksi akibat-akibat intervensi
perawatan, merumuskan standar untuk perawatan dan administrasi pan
menyeluruh.
2.1.7.2 Pendidikan
Carol Loveland-Cherry dan Sharon Wikerson menganalisis teori Johnson
menyimpulkan bahwa ia memiliki utilitas (kegunaan) dalam pendidikan.
kurikulum yang didasarkan manusia sebagai sistem perilaku akan memiliki
tujuan yang pasti dan perencanaan pelatihan yang jelas. Studi akan berfokus pada
pasien sebagai sistem perilaku dan ketidak berfungsiannya (disfungsi), dimana
membutuhkan pemanfaatan proses perawatan. Sebagai tambahan untuk
memahami teori sistem-sistem siswa juga memerlukan pengetahuan bidang
biologi dan perhatian pada bidang psikologi dan sosiologi.
2.1.7.3 Riset
Teori sistem perilaku membawa peneliti pada satu dari dua petunjuk.
Seorang peneliti dapat menginvestigasi fungsi sistem dan subsitem dengan
berfokus pada ilmu-ilmu dasar, sementara peneliti lain dapat berkonsentrasi pada
investigasi aktifitas problem solving dimana mereka mempengaruhi sistem
perilaku. Para peneliti perawat telah menunjukan daya guna teori Johnson sebagai

Universitas Indonesia

20

kerangka konseptual yang digunakan ketika merawat anak-anak yang terganggu


secara visual. Dengan mengevaluasi dan membandingkan citra tubuh yang dirasa
dan kesadaran yang luas pada anak-anak yang terlihat normal dengan anak-anak
yang terganggu secara visual. Sebagian kecil menemukan bahwa kehilangan
panca indra dari gangguan visual akibat perkembangan normal citra tubuh anak
dan kesadaran akan tubuhnya diruang. Dia menyimpulkan ketika sistem manusia
dibebani stress yang berlen, tujuan-tujuan sistem tidak dapat dipelihara.
Karla Damus menguji validitas teori Johnson dengan membandingkan nilai
SGPT pada pasien yang terlindungi hepatitis B dengan angka hasil diagnosis
perawat. Damus mengaitkan gangguan psikologis dari nilai nilai SGPT yang
tinggi dengandisequilim perilaku dan menemukan bahwa gangguan pada area
direfleksikane area yang lain.
Kepercayaan model memiliki potensi dalam perawatan preventif, Majesky
menggunakannya untuk membangun alat bantu untuk mengukur indikatorindikator penanganan perawatan pasien. Holaday, Rawl, dan Stamler telah
melakukan penelitian menggunakan satu subsistem.

2.2 Teori Katharine Kolcaba : Theory of Comfort


2.1.1 Kredensial, Latar Belakang dan Sumber Teori
Comfort theory merupakan teori yang pertama kali dikembangkan tahun
1990 oleh Katharine Kolcaba. Katharine Kolcaba lahir dan dididik di Cleveland, Ohio.
Pada tahun 1965, ia menerima diploma di bidang keperawatan dan praktek paruh waktu
selama bertahun-tahun dalam keperawatan medikal bedah, perawatan jangka panjang, dan
home care sebelum kembali melanjutkan pendidikan. Pada tahun 1987, ia lulus RN pada
kelas MSN di Case Western Reserve University (CWRU) Frances Payne Bolton School of
nursing, dengan spesialisasi di gerontologi. Sementara sekolah Kolcaba bekerja juga

sebagai Kepala ruangan di Unit Dimensia. Dalam konteks praktek inilah dia mulai
memikirkan teori tentang kenyamanan pasien.
Kolcaba bergabung dengan University of akron College of Nursing setelah lulus
dengan gelar master dalam keperawatan. Dia memperoleh dan mempertahankan

Universitas Indonesia

21

gerontologinya di American Nurses Association (ANA) Certification. Dia kembali ke CWRU


untuk mengejar gelar doktor di bidang keperawatan secara paruh waktu sambil terus
mengajar. Selama 10 tahun ke depan, dia menggunakan program kerja dalam program doktor
untuk mengembangkan dan mengutarakan teorinya. Kolcaba mempublikasikan konsep
analisis kenyamanan dengan suaminya yang ahli filsafat (Kolcaba, 1991 dalam Alligood
2014), dalam diagram aspek pada kenyamanan, kenyamanan dioperasionalkan sebagai hasil
dari perawatan (Kolcaba, 1992 dalam Alligood 2014). Setelah itu kontekstual kenyamanan
dipublikasikan dalam Middle-range Theory oleh Kolcaba pada tahun1994, dan menguji teori
dalam studi intervensi bersama Fox pada tahun1999.
Saat ini, Dr kolcaba adalah profesor emeritus asosiasi keperawatan di University of
Akron College of Nursing, dimana dia mengajar teori ke Siswa MSN. Dia juga mengajarkan
teori kepada siswa DNP di Perguruan Tinggi Ursuline di ketinggian Mayfield, Ohio. Tujuan
dia termasuk intervensi dalam perubahan dan dokumentasi kenyamanan untuk praktek
keperawatan berdasarkan evidence base.
Kolcaba memulai diagram teoritis praktik keperawatannya di awal studi doktoral.
Ketika Kolcaba menyajikan kerangkanya untuk perawatan demensia muncul pertanyaan,
apakah sebelumnya Kolcaba telah melakukan analisis konsep kenyamanan. Kolcaba
menjawab bahwa dia tidak melakukannya tapi itu akan menjadi langkah berikutnya.
Pertanyaan ini memulai investigasi panjangnya ke dalam konsep kenyamanan.
Langkah pertama, analisis konsep yang dijanjikan, dimulai dengan tinjauan ekstensif dari
literatur tentang kenyamanan dari disiplin ilmu keperawatan, kedokteran, psikologi, psikiatri,
ergonomi, dan Inggris (khusus penggunaan shakespeare tentang kenyamanan dan kamus
Oxford English [OED]) . Dari OED, Kolcaba belajar bahwa definisi asli dari kenyamanan
adalah "untuk mempererat." Definisi ini memberikan alasan yang bagus bagi perawat untuk
memberikan kenyamanan kepada pasien sehingga pasien akan lebih baik dan perawat akan
merasa lebih puas. Catatan sejarah tentang kenyamanan dalam keperawatan sangatlah
banyak. Kolcaba mengembangkan teori kenyamanan diinspirasi dari pernyataan Nightingale
yang menyatakan apa yang kita lihat atau diamati akan hilang, tetapi apa yang dilihat itu
harus dapat menyelematkan kehidupan dan meningkatkan kesehatan serta kenyamanan hidup
(Alligood, 2014).
Dari tahun 1900-1929, kenyamanan adalah tujuan utama keperawatan dan medis
karena melalui kenyamanan, pemulihan dapat dicapai (Mcllveen & Morse, 1995 dalam
Alligood 2014). Perawat berkewajiban untuk mempengaruhi kenyamanan pasien. Aikens
(1908) mengusulkan bahwa cukup kecil atau tidak ada untuk mengabaikan tentang
kenyamanan pasien . Kenyamanan pasien adalah pertimbangan pertama dan terakhir perawat.
Seorang perawat yang bagus dapat membuat pasien nyaman, dan menyediaankan
kenyamanan adalah faktor penentu utama kemampuan dan karakter perawat (Aiken, 1908).

Universitas Indonesia

22

Harmer (1926) menyatakan bahwa asuhan keperawatan memberikan suasana kenyamanan


dan perawatan pribadi pasien termasuk kebahagiaan, kenyamanan, dan kemudahan, fisik dan
mental, disamping istirahat dan tidur, gizi, kebersihan, dan eliminasi. Goodnow (1935)
mengabadikan sebuah bab dalam bukunya teknik keperawatan, kenyamanan pasien.
Goodnov menulis, "Seorang perawat adalah seorang hakim yang selalu dengan
kemampuannya dapat membuat pasiennya merasa nyaman. Kenyaman itu baik fisik dan
mental, dan tanggung jawab seorang perawat tidaklah berakhir pada perawatan fisik". Dalam
buku teks tahun 1904, 1914, dan 1919, kenyamanan emosional disebut juga kenyamanan
mental dan kebanyakkan dicapai dengan menyediakan kenyamanan fisik dan modifikasi
lingkungan pasien (Mcllveen & Morse, 1995). Dalam contoh ini, kenyamanan adalah positif
dan dicapai dengan bantuan dari perawat dan, dalam beberapa kasus, menunjukkan
peningkatan dari keadaan atau kondisi sebelumnya. Intuisi, kenyamanan dikaitkan dengan
memelihara aktivitas.
Dari asal kata, Kolcaba mengutarakan fitur penguatannya, dari ergonomi,
hubungan langsung terhadap prestasi kerja. Namun sering maknanya implisit, tersembunyi
dalam konteks, dan ambigu. Konsep bervariasi yaitu sebagai kata kerja, kata benda, kata
sifat, kata keterangan, proses, dan hasil. Kolcaba awalnya menggunakan idea dari tiga teori
keperawatan untuk mensintesis atau mendapatkan jenis kenyamanan dalam analisis konsep
(Kolcaba & Kolcaba 1991 dalam Alligood 2014) yaitu :
1. Relief (Bantuan/Dorongan) adalah sintesis dari karyanya Orlando (1961), yang
mengemukakan bahwa perawat lega akan kebutuhan yang diungkapkan oleh pasien
2. Ease (Kemudahan) adalah sintesis dari karya Henderson (1966), yang menggambarkan 13
fungsi dasar manusia yang harus dijaga selama perawatan.
3. Transcendence (Kelebihan) adalah berasal dari Paterson dan Zderad (1975), yang
mengusulkan bahwa bertambahnya kesulitan pasien butuh bantuan perawat.
Empat konteks kenyamanan, dialami oleh mereka yang menerima perawatan,
berasal dari literatur keperawatan (Kolkaca, 2003). Konteksnya adalah fisik, psychospiritual,
sosial budaya, dan lingkungan. Keempat konteks yang disandingkan dengan tiga jenis
kenyamanan,

menciptakan

struktur

taksonomi

(matrix)

yang

mempertimbangkan

kompleksitas kenyamanan sebagai hasil. Berikut adalah struktur taxonomi dari teori
kenyamanan (Kolcaba, 2007 dalam Alligood, 2014) :

Universitas Indonesia

23

Keterangan Bagan:
Jenis Kenyamanan:
1.

Relief (bantuan): Keadaan pasien yang memiliki kebutuhan khusus

2.

Ease (Kemudahan) : keadaan tenang atau kepuasan

3.

Transcendence (kelebihan) : keadaan dimana permasalahan seseorang bertambah atau


sakit

Konteks di mana kenyamanan terjadi:


1.

Fisik : berkaitan dengan sensasi tubuh

2.

Psikospiritual : berkaitan dengan kesadaran internal diri, termasuk harga diri, konsep,
seksualitas, dan makna dalam kehidupan seseorang; hubungan seseorang dengan tatanan
yang lebih tinggi

3.

Lingkungan : berkaitan dengan lingkungan eksternal , kondisi, dan pengaruh

4.

Sosial : berkaitan dengan interpersonal, keluarga, dan hubungan sosial


Struktur taksonomi menyediakan peta domain pada konten kenyamanan. Ini
mengantisipasi bahwa peneliti akan merancang instrumen di masa depan seperti
kuesioner yang dikembangkan dari taksonomi untuk akhir dari kehidupan instrumen

Universitas Indonesia

24

(Kolcaba, Dowd, Steiner, & Mitzel, 2004). Kolcaba memasukkan langkah-langkah di


website-nya untuk adaptasi dari kuesioner kenyamanan oleh peneliti di masa depan.

2.1.2 Konsep Utama dan Definisi


Di dalam Teori Kolcaba, mereka yang menerima tindakan kenyamanan dapat disebut
sebagai penerima (recipients), pasien, mahasiswa, tahanan, pekerja, orang dewasa yang lebih
tua, komunitas, dan institusi. Beberapa konsep utama dalam teori ini adalah :
a. Pentingnya perawatan Kesehatan
Kebutuhan perawatan kesehatan merupakan kebutuhan kenyamanan yang timbul
dari situasi stres pada kesehatan yang tidak bisa dipenuhi oleh sistem pendukung
tradisional penerima. Kebutuhan ini mungkin fisik, psikospiritual, sosial budaya,
atau lingkungan. Mereka menjadi jelas melalui pemantauan, laporan verbal atau
nonverbal, parameter patofisiologi, pendidikan dan dukungan, dan konseling
keuangan dan intervensi (Kolcaba,2003)
b. Intervensi Kenyamanan
Intervensi kenyamanan adalah tindakan keperawatan dandirancang untuk
memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik pada penerima, termasuk
fisiologis, sosial, budaya, keuangan, psikologis, agama, lingkungan dan
intervensi fisik (Kolcaba, 2001).
c. Intervensi Variabel
Intervensi variabel adalah interaksi yang mana dapat mempengaruhi persepsi
penerima untuk kenyamanan. Mereka terdiri dari pengalaman masa lalu, usia,
sikap, keadaan emosional, sistem pendukung, prognosis, keungan, pendidikan, latar
belakang budaya, dan totalitas unsur dalam pengalaman penerima (Kolcaba, 1994).
Variabel intervesi berdampak pada perencanaan dan keberhasilan intervensi
perawatan pasien.
d. Kenyamanan
Kenyamanan adalah keadaan yang dialami oleh penerima intervensi kenyamanan.
Hal itu adalah langsung, pengalaman holistik diperkuat ketika kebutuhan seseorang
yang ditujukan untuk tiga jenis kenyamanan (lega, kemudahan, dan transendensi)
dalam empat konteks (fisik, psikospiritual, sosial budaya, dan lingkungan)
(Kolcaba,1994)
e. Perilaku mencari - Kesehatan
Perilaku mencari - Kesehatan menyusun kategori yang luas dari hasil terkait
untuk mencari kesehatan seperti yang didefinisikan oleh penerima yang
berkonsultasi dengan perawat. Kategori ini disintesis oleh Schlotfeldt (1975)
dan diusulkan menjadi internal, eksternal, atau kematian yang damai.

Universitas Indonesia

25

f. Integritas kelembagaan
Perusahaan, Masyarakat, sekolah, rumah sakit, regional, negara, dan kota yang
memiliki kualitas yang lengkap, utuh, suara, jujur, menarik, etika, dan tulus
memiliki integritas kelembagaan. Ketika institusi menampilkan jenis integritas,
menghasilkan bukti praktik terbaik dan kebijakan terbaik (Kolcaba, 2001).
g. Praktik Terbaik
Penggunaan intervensi kesehatan berdasarkan bukti-bukti untuk menghasilkan
kemungkinan hasil yang terbaik pada pasien dan keluarga (kelembagaan) dikenal
sebagai praktik terbaik
h. Kebijakan Terbaik
Institusi atau kebijakan daerah mulai dari protokol untuk prosedur dan kondisi
medis untuk mengakses dan pemberian perawatan kesehatan yang dikenal sebagai
kebijakan terbaik.
2.1.3 Kerangka Konseptual Teori
Berdasarkan konsep utama , dapat dikembangkan kerangka konseptual dari teori
kenyamanan sebagai berikut :

Kerangka konseptual diatas, menurut Kolcaba (2001) dapat dijelaskan


sebagai berikut:

Universitas Indonesia

26

1. Perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan pasien dan anggota


keluarga.
2. Perawat menyusun intervensi untuk memenuhi kebutuhan
3. Variabel intervensi (intervening variable) perlu dipertimbangkan
ketika menyusun intervensi
4. Ketika intervensi dimunculkan dalam cara merawat dan efektif, dan
ketika peningkatan kenyamanan telah dicapai, intervensi itu disebut
alat ukur/pengukuran kenyamanan (comfort measure).
5. Pasien dan perawat menyetujui perilaku mempertahankan kesehatan
yang dapat dipertimbangkan dan realistis.
6. Jika peningkatan kenyamanan tercapai, pasien dan anggota keluarga
lebih

menyukai

perilaku

mempertahankan

kesehatan

untuk

peningkatan kenyamanan yang lebih jauh.


7. Ketika pasien dan anggota keluarga diberikan perawatan kenyamanan
dan menggunakan perilaku mempertahankan kesehatan, mereka akan
lebih puas dengan pelayanan kesehatan dan mempunyai hasil
kesehatan yang lebih baik.
8. Ketika pasien, keluarga, dan perawat puas dengan pelayanan
kesehatan dalam sebuah institusi, publik mengakui kontribusi institusi
terhadap pelayanan kesehatan yang akan membantu mempertahankan
kelangsungan dan perkembangan institusi.
2.1.4 Penggunaan Bukti Empiris
Asal penyelidikan modern tentang hasil dari kenyamanan telah ditujukkan
di akhir tahun 1980, menandai periode kolektif, tapi secara terpisah menyadari
pentingnya konsep holistik dari kenyamanan. Hamilton (1989) menggali arti
kenyamanan dari pesrpektif pasien. Dia menggunakan wawancara untuk
mengetahui bagaimana setiap pasien dengan perawatan lama mendefinisikan
kenyamanan. Hamilton menyimpulkan kenyamanan merupakan multi dimensi,
memiliki makna yang berbeda pada setiap orang (Alligood, 2014)
Setelah Kolcaba mengembangkan teorinya, dia mendemonstrasikan
perubahan dalam kenyamanan dinilai menggunakan design eksperimental dalam
disertasinya (Kolcaba dan Fox, 1999). Dalam penelitian ini, kenyamanan
dibutuhkan pada diagnosis kanker payudara awal. Intervensi holistik yang
diberikan adalah teknik guide imagery, intervensi diberikan pada populasi pasien

Universitas Indonesia

27

untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan hasil yang ingin dicapai yaitu rasa
nyaman pada pasien. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan rasa nyaman yang
signifikan antara wanita yang mendapat terapi guide imagery dengan kelompok
perawatan biasa yang tidak mendapat terapi guide imagery. Beberapa studi lain
yang juga menggunakan intervensi untuk membuktikan rasa nyaman :
a. Guide imagery untuk pasien psykiatrik (Apostolo dan Kolcaba, 2009)
b. Pengobatan dengan sentuhan dan latihan untuk mengurangi stres pada
siswa (Dowd, Kolcaba, Steiner dan Fashinpaur, 2007)
c. Pijatan tangan untuk pasien rawat inap dan waktu rawat lama (Kolcaba,
Dowd, Steiner dan Mitzel, 2004)
d. Pengontrolan panas gown pada pasien untuk menurunkan ansietas dan
meningkatkan rasa nyaman pada pasien preoperative (Wagner, Byrne dan
Kolcaba, 2006).
Pada setiap penelitian, intervensi ditargetkan untuk menilai rasa nyaman
pada pasien, instrumen untuk menilai kenyamanan diadopsi dari Kuisioner
General Comfort (Kolcaba, 1997, 2003) yang menggunakan struktur taksonomi.
Dukungan untuk teori comfort ini ditemukan dari 4 teoritikal dalil tentang dasar
holistik comfort (Kolcaba dan Steiner, 2000) :
a. Kenyamanan adalah pernyatan umum-spesifik
b. Hasil dari keyamanan mudah berubah dari waktu ke waktu
c. Intervensi keperawatan holistik diterapkan secara konsisten untuk
meningkatkan kenyamanan dari waktu ke waktu.
d. Kenyamanan total lebih besar jumlahnya dari bagian-bagiannya.

2.1.5 Asumsi Utama


Asumsi utama dari teori ini adalah :
1. Keperawatan
Keperawatan adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengkaji kebutuhan
rasa nyaman, merencanakan intervensi untuk memenuhi rasa nyaman, dan

Universitas Indonesia

28

mengkaji ulang tingkat kenyamanan setelah dilakukan implementasi dan


membandingkan dengan sebelumnya.
2. Pasien
Pasien adalah penerima perawatan bisa individu, keluarga, institusi,
komunitas yang membutuhkan pelayanan keperawatan. Perawat mungkin
juga bisa sebagai resipien yang membutuhkan rasa nyaman, yaitu terkait
peningkatan kenyamanan kerja ketika ada inisiatif untuk memperbaiki
kondisi kerja.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah berbagai aspek dari pasien, keluarga atau aturan institusi
yang bisa dimanipulasi oleh perawat, institusi untuk meningkatkan
kenyamanan
4. Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimal dari pasien, keluarga, penyedia layanan
kesehatan atau komunitas yang diartikan oleh pasien atau kelompok.
ASUMSI :
1. Manusia mempunyai respon yang holistik terhadap stimulus komplek
(Kolcaba, 1994)
2. Comfort adalah hasil holistik yang diinginkan yang mengacu pada disiplin
keperawatan (Kolcaba, 1994)
3. Comfort adalah kebutuhan dasar manusia dimana setiap orang berusaha untuk
memenuhinya. Hal ini merupakan usaha aktif (Kolcaba,1994)
4. Peningkatan rasa nyaman memperkuat pasien untuk terlibat dalam mencari
perilaku sehat sesuai pilihan mereka (Kolcaba, 1994)
5. Pasien yang diberi wewenang aktif untuk terlibat dalam mencari perilaku sehat
puas dengan perawatan kesehatannya (Kolcaba, 2001)
6. Kesatuan institusional didasarkan pada nilai sistem yang berorientasi pada
penerima perawatan (Kolcaba, 2001). Orientasi terhadap promosi kesehatan,
pengaturan holistik pada keluarga dan penyedia perawatan memiliki
kepentingan yang sama.

Universitas Indonesia

29

2.1.6 Pernyataan Tegas dan Bentuk Logis Teori


Teori tentang comfort berisi 3 bagian pernyataan tegas yang bisa diuji
secara terpisah atau secara keseluruhan yaitu :
1. Intervensi terkait kenyamanan bila diberikan secara efektif akan meningkatkan
kenyamanan pasien dan keluarga. Intervensi terkait kenyamanan diberikan
berdasarkan kebutuhan dasar manusia seperti istirahat, homeostatis, komunikasi
terapeutik, pengobatan holistik lainnya.
2. Peningkatan rasa nyaman pada pasien dan keluarga menghasilkan peningkatan
keterlibatan pencarian perilaku sehat pada pasien dan keluarga
3. Peningkatan perilaku mencari sehat meningkatkan kualitas perawatan,
menguntungkan institusi dan mampu dalam mengumpulkan bukti untuk
pemberian praktek secara baik dan kebijakan terbaik.
Kolcaba (2003) menggunakan 3 tipe alasan logis dalam mengembangkan
teorinya yaitu induksi, deduksi, dan retroduksi (Hardin dan Bishop, 2010).
1. Induksi
Pemikiran Kolcaba untuk mengembangkan teori tentang kenyamanan muncul
pada akhir tahun 1980an. Kolcaba pada saat itu adalah kepala perawat di unit
Alzhaimer, dia mengetahui berarapa hal yang menggambarkan perawatan pada
demensia seperti lingkungan yang fasilitatif, excess ketidakmampuan, dan fungsi
yang optimal. Ketiga dia melihat hubungan 3 hal tersebut, dia berpikir 3 hal
tersebut tidak menggambarkan praktek keperawatan. Ada eberapa hal yang
menjadi inti perawatan tertinggal dan dia memikirkan apa yang seharusnya
dilakukan perawat untuk mengurangi ketidakmampuan dan membuat pasien
berfungsi optimal. Solusi dari pertanyaan Kolcaba ini dirumuskannya untuk
menemukan konsep yang komplek yaitu :
- merumuskan keterbatasan kemampuan dalam bentuk fisik dan mental
- mengenalkan konsep kenyamanan
- mencatat hubungan antara kenyamanan dan fungsi yang optimal
2. Deduksi
Secara deduktif perkembangan teori dihasilkan dari hubungan kenyamanan
dengan konsep lain yang menghasilkan teori. Kenyamanan sebelumnya telah
didefinisikan oleh Paterson dan Zderad (1975), Handerson (1966) dan Orlando

Universitas Indonesia

30

(1961). Kolcaba melihat pernyataan umum tersebut dan menyatakan 3 konsep


utama dalam kenyamanan yaitu relief (kondisi klien setelah mendapatkan
kebutuhan khususnya), ease (suatu kondisi tenang atau puas) dan transendensi
(kondisi dimana individu melepaskan diri dari masalah yang dialaminya atau
terlepas dari ketidaknyamanan).
Psikologis Henry Muray (1938) menemukan kriteria untuk kerangka kerja
yang menempatkan konsep teori keperawatan Kalcaba. Teorinya yaitu tentang
kebutuhan manusia, teori ini sangat aplikatif untuk pasien dengan multistimulus.
Ide dari Henry Muray ini menjadi ide juga bagi Kolcaba untuk mengembangkan
teori, meskipun kenyamanan diartikan dalam pernyataan spesifik, jika intervensi
terkait kenyamanan diimplementasikan, hasilnya pasien akan merasakan
kenyamanan. Dalam pengembangan teori secara deduktif Kolcaba memulai
dengan konsep abstrak, membangun teori secara umum dan menggunakan proses
sosio-logical untuk mengidentifikasi lebih spesifik konsep dalam praktek
keperawatan.
3. Retroduksi
Menggunakan pendekatan retroduksi, Kolcaba menambahkan konsep
institutional integrity pada teorinya. Penambahan ini memperluas teori dengan
mempertimbangkan hubungan antara perilaku mencari sehat dengan kesatuan
institutional. Pada tahun 2007, konsep best practices dan best policies
dihubungkan dengan kesatuan institutional. Teori didasarkan pada bukti
pengetahuan tentang praktik dan kebijakan.
2.1.7 Penerimaan dalam Komunitas Perawat
1. Praktek
Mahasiswa dan perawat peneliti memilih teori ini sebagai pedoman dan
kerangka kerja untuk studi mereka di berbagai bidang seperti perawat kebidanan
(Schuiling, Sampselle, & Kolcaba, 2011), perawatan rumah sakit (Kolcaba,
Dowd, Steiner, et al., 2004), keperawatan perioperatite (\ Vilson & Kolcaba,
2004), perawatan jangka panjang (Kolcaba, Schirm, & Steiner, 2006), pasien
demensia (Hodgson & Andersen, 2008) , dan perawatan paliatif (Lavoie,
Blondeau, & Picard-N {Orin, 201 l).

Universitas Indonesia

31

Ketika perawat bertanya kepada pasien atau anggota keluarga untuk


menilai Comport mereka dari pada rentang 0 sampai 10 sebelum dan setelah
intervensi atau secara berkala, dengan menggunakan sebuah skala tingkat verbal
sangat sensitive terhadap perubahan Comport dari waktu ke waktu, mereka
menemukan bukti bahwa Comport yang signifikan telah dirasakan. Perubahan
Comport dari waktu ke waktu (I) oud, Kolcaba, Steiner, et al., 2007). Sebuah
daftar intervensi untuk setiap anggota pasien/ keluarga sudah tersedia dan
dikomunikasikan.
Perawat Perianesthesia telah memasukkan Teori Comfort dalam Pedoman
Praktek Klinis mereka untuk pengelolaan kenyamanan pasien. Hal ini,
menentukan manajemen Comport (l) menilai Comport pasien terkait dengan rasa
nyeri kronis operasi saat ini; (2) melakukan kontrak pada pasien sebelum operasi
untuk menentukan intervensi yang efektif untuk mencapai Comport, penggunaan
analgesic pasaca bedah (3) memfasilitasi posisi yang nyaman, suhu tubuh, dan
faktor lain yang berhubungan dengan Comport selama operasi; dan (4) terus
menerus melakukan manajemen Comport dan pengukuran pada periode
pascaoperasi (trilsorr & Kolcaba, 2004).
2. Pendidikan
Goodu, di, Sener, & Steiner (2007) menyusun pedoman untuk menerapkan Teori
Comfort pada pendidikan sarjana muda keperawatan. Teori terbukti memudahkan
fakultas untuk memahami dan menerapkan dan memberikan metode yang efektif
untuk peran-model kemitraan belajar yang mendukung siswa. Teori Comfort
termasuk dalam Konsep inti pada Advidanced Praktik Perawatan (Robinson &
Kish, 2001). Teori ini cocok digunakan oleh siswa untuk pengaturan klinis, dan
aplikasinya dapat difasilitasi dengan menggunakan Rencana Perawatan Comfort
yang tersedia di situs Kolcaba.
Baru-baru ini, Goodrvin, Sener, dan Steiner (2007) menggunakan Teori Comfort
sebagai filosofi mengajar pada program sarjana mudah pendidikan keperawatan.
Struktur taksonomi dan kerangka konseptual dipandu oleh anggota fakultas. Teori
menyediakan cara-cara bagi siswa untuk meringankan pekerjaan berat mereka
dengan memfasilitasi pertanyaan untuk masalah klinis mereka, mempertahankan
dan memudahkan kurikulum fakultas mereka, dan meminimalisir stres. Para

Universitas Indonesia

32

penulis mengantisipasi "bahwa adaptasi ini dapat membantu siswa untuk


menjadai perawat profesional yang nyaman dan memotivasi merekea untukterus
belajar sepanjang masa
3. Penelitian
Termasuk dalam Ensiklopedi Penelitian Keperawatan adalah berbicara tentang
pentingnya mengukur sensitif itas Comport sebagai hasil keperawatan (Kolcaba,
2006). Perawat dapat memberikan bukti untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan di kelembagaan, community, dan tingkat legislatif melalui studi yang
menunjukkan efektivitas Comport.
Kolcaba 1992 mengembangkan General Comfort Kuesioner untuk
mengukur Comport secara holistic dengan sampel rumah sakit dan partisipasi
masyarakat. Empat puluh empat item positif dan dua puluh empat item negatif
disusun dengan skala Likert dengan format mulai dari sangat setuju sampai
sangat tidak setuju, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan Comport yang
lebih tinggi. Pada akhir studi instrumentasi dengan 206 responden, masingmasing satu kali dari semua jenis unit di dua rumah sakit dengan 50 peserta dari
masyarakat, secara Umum Angket menunjukkan hasil Cronbach alpha bernilai
0.88 (Kolcaba,1992).
Para peneliti dipersilahkan untuk menyusun kuesioner Comport khusus
sesuai area penelitian mereka. Skala verbal untuk penilaian dan kuesioner dengan
format lainnya bisa di-download dari situs web Kolcaba ini, di mana dia juga
menanggapi pertanyaan dalam upaya untuk meningkatkan penggunaan teorinya.
Instruksi untuk penggunaan kuesioner yang tersedia di website-nya. Popularitas
teori tampaknya dikaitkan dengan pengakuan secara universal . Comport adalah
hasil yang diinginkan dari asuhan keperawatan untuk pasien dan keluarga mereka
2.1.8 Pengembangan lanjut dari Teori
Kolcaba telah bertahan dalam pengembangan konsep teorinya yang asli
sebagai hasil berlatih dan menganalisis konsep yang disediakan taksonomi.
Struktur Comport, untuk pengembangan cara mengukur konsep, dan saat ini
penggunaannya untuk praktik, pendidikan, dan penelitian. Dia menggunakan

Universitas Indonesia

33

rangkaian pendekatan yang lengkap untuk membangun teorinya. Perkembangan


metodis konsep yang dihasilkan dalam teori yang kuat, jelas, dan logis yang
mudah diterapkan di banyak tempat pendidikan, praktek, dan penelitian. Kolcaba
mengembangkan template untuk pengukuran dalam memfasilitasi aplikasi teori
Comport. Manajemen template telah membantu siswa dan anggota fakultas dalam
pengaturan praktek. Hasil penelitian telah menunjukkan kesesuaian teorinya .
(Dowd, Kolcaba, & Steiner, 2000).
Penegasan teoritis asli (Bagian 1) . Teori Comfort telah berdiri untuk
pengujian empiris.
Ketika intervensi ditargetkan untuk memenuhi Comport holistik pasien dalam
kesehatan tertentu dalam situasi tertentu, Comport ditingkatkan melampaui dasar
pengukuran. Selain itu, peningkatan Comport yang dimiliki berkorelasi dengan
keterlibatan pencapaian perilaku kesehatan (Schlotfeldt, 1975). Tes empiris dari
pernyataan teoritis untuk bagian-bagian kedua dan ketiga dari teori ini, harus
dilakukan. Hasil yang diinginkan adalah perilaku yag dapat berupa peningkatan
status fungsional, kemajuan lebih cepat selama rehabilitasi, penyembuhan lebih
cepat, atau kematian yang damai. Secara kelembagaan hasil akan mencakup
penurunan hari rawat, biaya dan mendapatkan penghargaan nasional Beacon
Award.
Kolcaba berkonsultasi dengan administrator rumah sakit yang ingin
meningkatkan kualitas pelayanan. Dia memandang perawatan berkualitas sebagai
tindakan yang secara sengaja diloakukan dalam rangka menciptakan lingkungan
yang mengarah pada keterlibatan dalam membentuk perilaku mencari kesehatan.
Kolcaba mendalilkan bahwa dukungan untuk manajemen comport dengan
institusi atau masyarakat berguna untuk meningkatkan kepuasan pasien /
keluarga, karena orang disembuhkan, diperkuat, dan termotivasi untuk menjadi
lebih sehat. Memperluas Teori Comport kepada masyarakat adalah kepentingan
saat ini. Area yang menarik untuk pengembangan lebih lanjut adalah sifat
universal Comport.
Saat ini, General Comfort kuesioner telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Taiwan, Spanyol, Iran, Portugis, dan Italia (lihat website Kolcaba), dan

Universitas Indonesia

34

terjemahan ke dalam bahasa Turki adalah masih dalam proses. Comport anak
telah secara akurat diamati dan didokumentasikan dalam pengaturan perioperatif
(pribadi komunikasi, Nancy Laurelberry Februari 16, 2008), dan penggunaan
Comfort Daisies oleh anak-anak yang laporan diri (lihat website) telah diuji di
rumah sakit (komunikasi pribadi, Carrie Majka, 28 Februari 2008). Teori Comfort
telah dimasukkan dalam elektronik sistem klasifikasi keperawatan seperti
NANDA (2011), NIC (2003), dan NOC (2008).
Kolcaba berkonsultasi dengan rumah sakit untuk menyertakan manajemen
Comport dalam sistem dokumentasi mereka. Penggunaan teori memiliki
kontribusi signifikan yang dibuat untuk praktik dan disiplin keperawatan.
Kolcaba

terus

menghabiskan

waktu

dan

energi

mengembangkan

dan

menyebarluaskan teori melalui presentasi, publikasi, dan diskusi sejak pensiun


dari mengajar. Perawat sering memilih teori ini karena menggambarkan apa yang
ingin mereka lakukan untuk pasien dan keluarga, dan apa yang pasien inginkan
dari perawat selama rawat inap mereka.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Teori Dorothy E. Johnson : Model Sistem Perilaku

Universitas Indonesia

35

3.1.1 Clarity (Kejelasan)


3.1.1.1 Johnson mengembangkan
metaparadigma

keperawatan

modelnya
yaitu

dari

manusia,

konsep

lingkungan,

kesehatan dan keperawatan. Model Johnson memiliki definisi dan


pernyataan dari setiap konsep.
a. Johnson mendefinisikan
b.

manusia

secara

jelas

dan

digambarkan sebagai suatu sistem perilaku.


Terkait dengan lingkungan, Johnson tidak mendefinisikan
secara eksplisit atau spesifik. Johnson tidak membuat

c.

rincian parameter terkait lingkungan internal dan eksternal.


Johnson juga tidak mendefinisikan arti kesehatan secara
spesifik, sehingga arti dari sehat dan sakit dapat diartikan
secara subjektif. Hubungan konsep kesehatan dengan
keseimbangan sistem perilaku yang seimbang dan stabil
telah dijelaskan secara jelas dalam model ini. Sedangkan
hubungan konsep kesehatan dengan sistem perilaku yang
tidak seimbang dan tidak stabil belum dijelaskan secara

d.

jelas dari model ini.


Johnson menjelaskan
keperawatan

secara

dan
jelas

mendefinisikan
yang

mencakup

tentang
tujuan

keperawatan dan metodologi prakteknya.


3.1.1.2 Hubungan konsep yang membentuk model teorinya telah
dijelaskan Johnson untuk melihat fenomena dengan cara yang
berbeda, tetapi Johnson tidak menjelaskan secara jelas dan
komprehensif hubungan antara 4 konsep metaparadigma dalam
model teorinya.
3.1.1.3 Johnson tidak menjelaskan secara terperinci hubungan antar sub
sistem dalam modelnya.
3.1.1.4 Johnson tidak menetapkan kriteria hasil ketika salah satu sistem
dipengaruhi oleh implementasi keperawatan, kriteria hasil yang
dicapai setiap individu dinilai sama meskipun individu berasal
dari latar belakang budaya yang berbeda.
3.1.2 Simplicity (Kesederhanaan)

Universitas Indonesia

36

3.1.2.1 Hubungan konsep-konsep dalam model teorinya dijelaskan


secara sederhana bahwa manusia digambarkan sebagai
suatu sistem perilaku yang tersusun atas 7 subsistem.
3.1.2.2 Model sistem perilaku pada teori Johnson menjadikan
pasien sebagai fokus, namun karena keterbatasan informasi
tentang peranan pasien, sehingga sulit untuk menilai
apakah hubungan antara sistem perilaku dan perwatan
bersifat interaktif atau reaktif.
3.1.3 Generality (Keumuman)
3.1.3.1 Model ini dapat digunakan pada individu yang sakit namun
belum banyak diaplikasikan pada individu dengan kondisi
baik sehingga peran perawat belum didefinisikan dengan
jelas.
3.1.3.2 Model prilaku Johnson bersifat tidak fleksibel karena model
Johnson lebih berfokus pada perilaku individu sehingga
sulit diterapkan pada individu yang mengalami gangguan
fisik.
3.1.3.3 Model Johnson berorientasi pada individu sehingga keluarga
klien hanya dianggap sebagai lingkungan.
3.1.3.4 Definisi dari konsep masih bersifat abstrak, sehinngga sulit
untuk diaplikasikan.

3.1.4 Accessibility (Aksessibilitas)

3.1.4.1 Model Johnson masih bersifat abstrak, sehingga sulit untuk


dilakukan pengujian hipotesis untuk pengembangan teori
ini.
3.1.5 Derivable Consequence
3.1.5.1 Model Johnson berkontribusi dalam mengembangkan body of
knowledge melalui penelitian unruk menvalidasi teori tersebut.
3.1.5.2 Model Johnson dapat dimanfaatkan oleh praktisi untuk membimbing
dan meningkatkan praktek keperawatan.
3.1.5.3 Model Johnson konsisten dengan divalidasi menggunakan model/teori
lain, namun akan meninggalkan pertanyaan-pertanyaan yang belum
terjawab pada model Johnson dengan pembuktian lebih lanjut
melalui penelitian.

Universitas Indonesia

37

3.1.5.4 Teori ini memberikan ide baru pada praktek keperawatan dan
membedakan antara konsep medicine dan nursing, meskipun
konsep-konsepnya

tumpang

tindih

dengan

profesi-profesi

psikososial.

3.2 Teori Kathrine Kolcaba : Teori Kenyamanan


3.2.1 Clarity (Kejelasan)
3.2.1.1 Teori ini memandang pasien sebagai makhluk holistik yang
memiliki respon kompleks terhadap stimulus untuk
meningkatkan kenyamanan dalam konteks pengalaman
fisik, psikospiritual, sosial kultural dan lingkungan.
3.2.1.2 Kolcaba menjelaskan semua konsep teorinya secara teoritis,
operasional dan jelas sehingga mudah untuk dipahami.
3.2.2 Simplicity (Kesederhanaan)

3.2.2.1 Teori ini sederhana karena rasa nyaman merupakan


kebutuhan dasar manusia dan variabel-variabel rasa nyaman
ini dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan pemberian
intervensi keperawatan. Dimana dasar utama dari teori ini
adalah pemberian asuhan keperawatan difokuskan pada
kebutuhan holistik pasien
3.2.2.2 Teori ini menggunakan tehnologi yang rendah, namun pada
perkembangannya dapat juga diaplikasikan menggunakan
tekhnologi tinggi.
3.2.3 Generality (Keumuman)

3.2.3.1 Teori ini mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan rasa


nyaman

pasien

menurut

tingkat

relief,

ease,

dan

transendence yang terintegrasi ke dalam empat konteks


pengalaman holistik yang terdiri dari fisik, psikospiritual,
sosiokultural dan lingkungan.
3.2.3.2 Teori Comfort mudah dipahami dan dapat diaplikasikan pada
semua kelompok usia dan diterapkan di berbagai jenis
praktek keperawatan.
3.2.3.3 Teori comfort dapat digunakan sebagai pedoman untuk
meningkatkan kenyamanan perawat di dalam lingkungan
praktek.

Universitas Indonesia

38

3.2.3.4 Pada institusi perawatan yang fasilitasnya tidak lengkap dan


rasio jumlah perawat yang rendah dari jumlah pasien
menyebabkan penerapan teori kenyamanan tidak dapat
dilaksanakan secara optimal.
3.2.4 Accessibility (Aksessibilitas)

3.2.4.1 Kolcaba telah melakukan banyak penelitian di berbagai


kalangan umur dan berbagai jenis pratek keperawatan dan
telah mengembangkan berbagai tools tentang comfort
seperti general comfort questionnare, Visual Analog Scale,
radiation

therapy

comfort

questionare,

urinary

incontinence and frequency comfort questionare, hospice


comfort questionare dan comfort behaviors checklist yang
dapat dikembangkan melalui penelitian lanjutan.
3.2.4.2 Kuesioner yang dimunculkan Kolcaba telah tersedia dalam
berbagai bahasa seperti bahasa spanyol, Portugis, Italia,
Turki dan Persia sehingga mudah diakses.
3.2.4.3 Kuesioner dapat dengan mudah digunakan perawat untuk
melakukan pengkajian serta intervesnsi terkait kenyamanan.
3.2.4.3 Teori kenyamanan juga dapat diterapkan pada kasus
onkologi, pasien yang mendapat terapi radiasi, pasien
dengan penyakit terminal.
3.2.5 Derivable Consequence

3.2.5.1 Teori comfort dapat digunakan sebagai kerangka untuk


penilaian pasien, baik menggunakan Verbal Rating Scales
(dalam

klinis)

dan

Comfort

Questionnaires

(dalam

penelitian). Aplikatifnya perawat dapat menilai tingkat


nyeri dan kenyamanan pasien menggunakan VRS dan
GCQ.
3.2.5.2 Teori comfort telah dimasukan dalam sistem klasifikasi
keperawatan seperti NANDA, NIC, NOC sehingga dapat
berpengaruh

dalam

mempelajari

lebih

pendidikan
lanjut

keperawatan

tentang

aplikasi

dengan
rencana

keperawatan comfort.

Universitas Indonesia

39

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Konsep model Jhonson masih bersifat abstak, sehingga dalam
penerpannya masih dibutuhkan penelitian dan pembuktian lanjut. Pada
prinsipnya model Jhonson relative jelas, sederhana, umum, Accessibilitas
dan Derivable Consequence. Namun demikian masih terdapat beberapa keterbatasan
dan kekurangan model kosnep Jhonson diantarantnya: S ulit menilai apakah

hubungan antara sistem perilaku dan perwatan bersifat interaktif atau


reaktif, tidak fleksibel, berorientasi pada individu sehingga keluarga klien
hanya dianggap sebagai lingkungan. Definisi dari konsep masih bersifat
abstrak, sehingga sulit untuk diaplikasikan.
Teori Kolcaba memandang pasien sebagai makhluk holistik yang
memiliki respon kompleks terhadap stimulus untuk meningkatkan
kenyamanan dalam konteks pengalaman fisik, psikospiritual, sosial
kultural dan lingkungan. Konsep teorinya, operasional dan jelas sehingga
mudah untuk dipahami. Terdapat beberapa keterbatasan teori yang
disampaikan Colcaba yaitu diataranya Pada institusi perawatan yang
fasilitasnya tidak lengkap dan rasio jumlah perawat yang rendah dari
jumlah pasien menyebabkan penerapan teori kenyamanan tidak dapat
dilaksanakan secara optimal.

Universitas Indonesia

40

4.2 Saran
4.2.1 Untuk Praktisi Keperawatan
Menganalisa secara luas dan mendalam tentang konsep model Jhonson dan untuk
lebih memahami konsep model yang ada guna di aplikasikan dalam pelaksanaan
praktik keperawatan

4.2.2 Untuk Peneliti


Mengembangkan Konsep model dan theory melalui uji empiris dan penelitian
lanjutan untuk menyempurnakan keterbatasan yang ditemukan sehingga dapat
diterapkan secara komprehensip pada pasien dengan semua tingkatan.

Universitas Indonesia

41

DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. (2014). Nursing theorist and their works (8th ed.). St Louis:
Mosby Elsevier Inc.
Alligood, M.R. & Tomey, A.M. (2010). Nursing theorist and their works (7th
ed.). St Louis: Mosby Elsevier Inc.
Fawcett, J. (2005). Contemporary nursing knowledge: Analysis andevaluation of
nursing models and theories (2nd ed). Phiadelphia: F.A. Davis Company.
Hidayat, A. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Salemba
Kearney-Nunnery, R. (2008). Advancing your career: Concepts of professional
nursing. 4th Ed. Philadelphia : FA Davis Company.
Kolcaba, K. (1995). Comfort as process and product, merged in holistic nursing
art. Journal of Holistic Nursing, 13(2), 117-131.
Kolcaba, K. (2001). Evolution of the mid range theory of comfort for outcomes research.
Nursing Outlook, 49(2), 86-92.
Kolcaba, K. Y. (1995). The art of comfort care. Image: Journal of Nursing Scholarship, 27(4),
McEwen, M., & Wills, E.M. (2011). Theoretical basis for nursing. 3rd Ed. Philadelphia :
Lippincott.

Peterson, S.J., & Bredow, T.S. (2004). Middle range theories: Application to
nursing research. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai