Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit
Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses
keperawatan. Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks.
Dalam melaksanakan praktiknya, perawat harus mengacu pada model
konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan.
Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak
yang dapat di organisir dengan simbol-simbol yang nyata, sedangkan
konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka
konseptual atau model keperawatan. Teori keperawatan adalah usaha-
usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai
keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar untuk menyusun
suatu model konsep dalam keperawatan. Model konsep keperawatan
digunakan dalam menentukan model praktik keperawatan.
Konsep atau teori keperawatan sendiri tidak sembarang teori.
Beberapa tokoh dalam Ilmu Keperawatan telah menyampaikan teori
keperawatan menurut mereka. Mulai dari teori sederhana hingga teori
yang bersifat kompleks.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan memaparkan
mengenai Teori Keperawatan serta Aplikasi Keperawatan milik Betty
Neuman dan Sister Callista Roy.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apa dasar pemikiran atau teori keperawatan menurut Betty


Neuman dan Sister Callista Roy?

1
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori keperawatan menurut
Betty Neuman dan Sister Callista Roy?
3. Bagaimana contoh aplikasi teori keperawatan menurut Betty
Neuman dan Sister Callista Roy dalam kasus keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan Penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui dasar pemikiran atau teori keperawatan menurut Betty
Neuman dan Sister Callista Roy
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori keperawatan menurut
Betty Neuman dan Sister Callista Roy
3. Memahami aplikasi teori keperawatan menurut Betty Neuman dan
Sister Callista Roy dalam kasus keperawatan

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi Penulis
Makalah ini sebagai acuan dan referensi pembelajaran Mata Kuliah
Konsep Dasar Keperawatan (KDK). Mengenai materi teori
keperawatan yang disampaikan oleh Betty Neuman dan Sister
Callista Roy. Sehingga kami bisa memahami materi ini dengan
baik.
2. Bagi Pembaca
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca bisa mengetahui
konsep dasar atau teori keperawatan secara lebih luas. Salah
satunya adalah teori keperawatan yang disampaikan oleh Betty
Neuman atau Sister Callista Roy.
Selain itu, pembaca juga bisa mengetahui apa saja kelbihan dan
kekurangan serta pengaplikasian dari teori yang telah disampaikan
oleh kedua tokoh tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Pemikiran Teori

2.1.1 Dasar Pemikiran Teori Betty Neuman

Gambar 2.1.

Betty Neuman lahir di Ohio tahun 1924, dia anak kedua dari 3
bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya. Ketika berumur
11 tahun bapaknya meninggal setelah 6 tahun dirawat karena CRF. Pujian
bapaknya terhadap perawat mempengaruhi pandangan Neuman tentang
perawat dan komitmennya menjadi perawat terbaik yang selalu dekat
dengan pasien. Pekerjaan ibunya sebagai bidan di desa juga sangat
mempengaruhi secara signifikan. Setelah lulus SMA Neuman tidak dapat
melanjutkan pendidikan keperawatan. Dia bekerja sebagai teknisi pada
perusahaan pesawat terbang dan sebagai juru masak di Ohio dalam rangka
menabung untuk pendidikannya dan membantu ibu serta adiknya. Adanya
program wajib militer di keperawatan mempercepat masuknya Neuman ke
sekolah keperawatan.Neuman lulus program diploma RS Rakyat (sekarang
RSUP Akron Ohio) tahun 1947. Neuman menerima gelar BS pada
keperawatan Kesehatan Masyarakat tahun 1957 dan MS Kesehatan

3
Masyarakat serta Konsultan Keperawatan Jiwa tahun 1966 dari
Universitas California LA.

Tahun 1985 Neuman menyelesaikan pendidikannya dalam bidang


Clinical Psychology dari Universitas Pasific Western. Dia mempraktikkan
bed side nursing sebagai staf kepala dan Private Duty Nurse di berbagai
RS. Pekerjaannya di komunitas termasuk di sekolah-sekolah, perawatan di
perusahaan dan sebagai kepala perawatan di klinik obstetric milik
suaminya dan konseling intervensi krisis di keperawatan jiwa di
komunitas. Tahun 1967, enam bulan setelah mendapat gelar MS dia
menjadi kepala fakultas dari program dimana ia lulus dan memulai
kontribusinya sebagai guru, dosen, penulis dan konsultan dalam berbagai
disiplin ilmu kesehatan. Tahun 1973, Neuman dan keluarga kembali ke
Ohio, sejak itu dia sebagai konsultan kesehatan jiwa, menyediakan
program pendidikan berkelanjutan dan melanjutkan perkembangan dari
modelnya, dia yang pertama kali mendapatkan California Licensed
Clinical Fellows of the American Association of Marriage & Family
Therapy dan tetap melakukan praktik konseling. Model Neuman aslinya
berkembang tahun 1970 ketika itu ada permintaan lulusan Universitas of
California LA untuk pembukaan kursus yang memberikan wawasan
tentang aspek fisiologi,psikologi,sosiokultural dan aspek pengembangan
dari kehidupan manusia (Neuman 1995). Model ini dikembangkan untuk
menyediakan struktur yang terintegrasi dari aspek-aspek diatas.Setelah dua
tahun dievaluasi model tersebut dipublikasikan dalam 3 edisi (1982, 1989,
1995).

Betty Neuman mengemukakan teori berdasarkan penelitian yang ia


lakukan untuk mengetahui kondisi mental atau psikologi. Evaluasi yang ia
lakukan juga turut membantu dalam membangun suatu konsep tentang
kombinasi antara tindakan dan respon mental. Tetapi tidak selamanya hal
diatas dapat dijadikan evaluasi dan bukti statistik yang mendukung.

Secara garis besar teori model Neuman mengemukakan bahwa


dalam memberikan tindakan keperawatan terhadap klien atau pasien yang

4
mengalami stress (gangguan mental) perawatan harus dilaksanakan
melalui beberapa pendekatan-pendekatan perorangan secara total dengan
memperhatikan faktor-faktor antara lain :

1. Tekanan rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar.


Pandangan Neuman tentang tekanan yaitu :
· Intra Personal : Secara individu atau perorangan.
· Inter Personal : Antara individu yang satu dengan individu yang lain
lebih dari satu.
· Ekstra Personal : Di luar individu
2. Struktur pokok sumber energi merupakan penggerak untuk melakukan
aktivitas.
3. Tingkat ketahanan merupakan faktor internal untuk menghadapi
tekanan.
4. Garis normal pertahanan tingkatan kemampuan adaptasi individu
untuk menghadapi tekanan di batas normal.
5. Gangguan pertahanan kerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan
akibat dari tekanan.
6. Tingkat reaksi tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan.
7. Intervensi identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul.
8. Tingkat-tingkat pencegahan dibagi menjadi :
a. Pencegahan primer : sebelum terjadi tindakan
b. Pencegahan sekunder : ketika terjadi tindakan
c. Pencegahan tersier : adaptasi atau pengaruh kerusakan
9. Penyesuain kembali adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik
interpersonal,intra personal dan ekstra personal.

Teori model Neuman menggambarkan partisipasi aktif perawat


terhadap klien dengan tingkatan yang menyangkut bermacam-macam
pengaruh terhadap respon klien,akibat tekanan atau stress.Klien dalam
hubungannya timbal balik dengan lingkungan sekitarnya selalu membuat
keputusan yang menyangkut hal atau sesuatu yang akan berakibat
kepadanya. Ada 4 faktor yang merupakan konsep mental klien:

5
1. Individu atau pasien itu sendiri

2. Lingkungan sekitarnya

3. Kesehatan

4. Pelayanan

Bentuk teori Neuman menggunakan logika deduktif dan induktif


dalam mengembangkan teori modelnya yang telah dipertimbangkan
terlebih dahulu. Betty Neuman menemukan teori modelnya dari berbagai
teori dan disiplin ilmu. Teori ini juga merupakan hasil dari pengamatan
dan pengalaman selama ia bekerja dipusat kesehatan mental keperawatan.

Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada


penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri
keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut
dengan terfokus pada empat intervensi yaitu:

1. Intervensi yang bersifat promosi.

Dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis


pertahanan yang bersifat fleksibel yang berupa:

a. Pendidikan kesehatan.

b. Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar


yang dapat dilakukan klien dirumah atau komonitas yang
bertujuan meningkatkan kesehatan.

2. Intervensi yang bersifat prevensi

Dilakukan apabila garis pertahanan normal terganggu:

a. Deteksi dini gangguan kesehatan Misalnya deteksi


tumbuh kembang balita, keluarga dll

b. Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat


individu misalnya: konseling pra nikah

6
3. Intervensi yang bersifat kuratif

Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu.

2. Intervensi yang bersifat rehabilitatif


Dilakukan pada upaya kuratif yaitu apabila garis
pertahanan resisten yang terganggu. Komonitas dilihat sebagai
klien yang dipengaruhi oleh dua aktor utama: komonitas yang
merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai
pendekatan yang terdiri dari 5 tahapan:
a. Pengkajian
Merupakan tahap proses keperawatan dimana
perawatterfokus pada klien untuk mendapatkan data
base yang komprehensif untuk mengetahui keadaan dan
kesehatan yang ada dan aktualisasi atau potensial reaksi
terhadap stres lingkungan.
b. Diagnosis keperawatan komonitas
Merupakan data dengan teori juga menyediakan
perawatan dasar untuk diagnosis.Pernyataan diagnostik
perawat harus mencerminkan seluruh kondisi klien.
c. Perencanaan
Melibatkan negosiasi antara pemberiperawatan dan
klien. Tujuan menyeluruh dari pemberi perawatan
adalah membimbing klien untuk menghemat energi dan
menggunakan energi sebagai kekuatan untuk bergerak
melampaui masa sakit.
d. Pelaksanaan
tindakan keperawatan didasarkan pada sintesis data
base yang komprehensif tentang klien dan teori yang
sesuai dengan klien dan pengasuh persepsi dan
kemungkinan untuk fungsional kompetensi di
lingkungan. Menurut evaluasi langkah ini menegaskan
bahwa yang diantisipasi atau yang ditentukan
perubahan yang telah terjadi. Immediate and long range

7
goals are structured in relation to the short term goals.
Segera dan tujuan jangka panjang yang terstruktur
dalam kaitannya dengan tujuan jangka pendek.
e. Evaluasi
a. Menilai respons verbal dan nonverbal komunitas
setelah dilakukan intervensi
b. Mencatat adanya kasus baru yang di rujuk ke rumah
sakit

2.1.2 Dasar Pemikiran Teori Sister Callista Roy

Gambar 2.1.2

Sister Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of


Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles
California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari
Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada
tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan suatu analisa
proses dantindakan sehubungan dengan perawatan sakit atau potensial
seseorang untuk sakit.
Teori adaptasi Sister Calista Roy memandang klien sebagai
suatu sistem adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuandari keperawatan
adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadapperubahan

8
kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
hubuganinterdependensi selama sehat dan sakit (mariner-Tomery,1994).
Roy mengemukakan pandangan tentang manusia sebagai penerima
asuhan keperawatan dalam kaitannya dengan teori adaptasi, bahwa
manusia mahluk bio-psikososial secara utuh (holistik). Adaptasi dijelaskan
oleh Roy melalui sistem efektor/model adaptasi yang terdiri dari empat
faktor, yaitu:
a. Fisiologis; terdiri dari: Oksigenasi,eliminasi, nutrisi, aktivitas dan
istirahat,sensori, cairan dan elektrolit, fungsi syaraf, fungsi endokrin dan
reproduksi.
b. Konsep diri; menunjukan pada nilai, kepercayaan, emosi, cita-cita serta
perhatianyangdiberikan untuk menyatakan keadaan fisik.
c. Fungsi peran; menggambarkan hubungan interaksi seseorang dengan
orang lain yang tercermin pada peran primer, skunder, dan tersier.
d. Saling ketergantungan (interdependen); mengidentifikasi nilai manusia,
cinta dan keseriusan. Proses ini terjadi dalam hubungan manusia dengan
individu dan kelompok.
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster
Callista Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan
proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model
adaptasi Roy adalah :

1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-


menerus berinteraksi dengan lingkungan.

2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi


perubahan-perubahan biopsikososial.

3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas


kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan
respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.

4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang


lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka

9
ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif
maupun negatif.

5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat
dihindari dari kehidupan manusia.

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima


asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat
yang dipandang sebagai “Holistic adaptif system”dalam segala aspek yang
merupakan satu kesatuan.

System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena


fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling
ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses
input, autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan
sebagai berikut:

1. Input

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan


kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat
menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus
fokal, kontekstual dan stimulus residual.

a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan


seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi .

b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami


seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan
dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini
muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada
stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.

c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan


dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi
kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang

10
lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman
nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.

2. Kontrol

Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme


koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kognator yang merupakan subsistem.

a) Subsistem regulator

Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan


output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator
sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon
neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku
output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
sebagai perilaku regulator subsistem.

b) Subsistem kognator

Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun


internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus
umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses
berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian
dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses
internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar
berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight
(pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau
analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan,
mempergunakan penilaian dan kasih sayang.

3. Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur
atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun

11
dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy
mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon
yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan
integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang
tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.
Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan
ini.

Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk


menjelaskan proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa
mekanisme koping diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel
darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap bakteri yang menyerang
tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan
antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu
Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut Regulator
dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem
adaptasi.

Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan


konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa
pandangan atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:

a. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang


selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi,


seseorang harus beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.

c. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang


dikemukakan oleh roy, diantaranya:

o Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan


seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang
individu.

12
o Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang,
dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi,
kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subjektif.

o Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri


tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian
dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.

d. Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:

o Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi


fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi
endokrin.

o Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang


mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.

o Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan


bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social
dalam berhubungan dengan orang lain.

o Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola


tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.

e. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi


agar mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan,
perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki
tujuan meningkatkan respon adaptasi.

Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu


system adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan
adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan
kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan
interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994).
Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat

13
beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh
individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut :

o Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar

o Pengembangan konsep diri positif

o Penampilan peran sosial

o Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan

Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah


bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal
tersebut. Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk
membantu klien beradaptasi. Menurut Roy terdapat empat objek utama
dalam ilmu keperawatan, yaitu :

1. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)

Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu,


keluarga, kelompok, komunitas atau social. Masing-masing dilakukan oleh
perawat sebagai system adaptasi yang holistic dan terbuka. System terbuka
tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi,
kejadian, energi antara system dan lingkungan. Interaksi yang konstan
antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan
eksternal. Dengan perubahan tersebut individu harus mempertahankan
intergritas dirinya, dimana setiap individu secara kontunyu beradaptasi.

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.


Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai
satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan
balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan
dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai
sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk
mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Dalam model
adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang

14
hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan
perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan
dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-
kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara
keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input
pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu
sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan
yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah
stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari
rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang
biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi
adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah
diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator.

2. Keperawatan

Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan


kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit
yang mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar dapat mencapai
derajat kesehatan yang optimal.

Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan


respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi.
Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari
kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping
seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi
seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap
ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya tergantung
tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus
kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun
eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan
secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah

15
karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul releva dengan
situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.

3. Konsep sehat

Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai


tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu
keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara
terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi
individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi
tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.

Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi


terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi
sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan
seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang
individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit,
misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.

4. Konsep lingkungan

Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari


internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap
perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal
dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal
adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman,
kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel
maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang
tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons.
Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu
perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi
resiko akibat dari lingkungan sekitar.

Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam


mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan

16
menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa,
tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan
proses keperawatan secara umum.

a) Pengkajian

Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu


pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi
pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai suatu system adaptif
berhubungan dengan masing-masing mode adaptasi: fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian pertama
diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian klien terhadap
masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan holistic.

Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku


klien tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang
memerlukan dukungan perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon
(mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap
ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual dan
residual yang berdampak terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang
mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic; jenis kelamin, tahap
perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran,
ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea
fisik dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik

b) Perumusan diagnosa keperawatan

Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :

· Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan


berhubungan dengan 4 mode adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa
ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.

· Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari


perilaku yang tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan
menggunakan metode diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada

17
disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan
dengan cuaca lingkungan yang panas”.

· Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode


berhubungan dengan stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya
jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada
cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan
peran berhubungan dengan keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja
di cuaca yang panas”

c) Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah


ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping
secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien,
sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.

Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal,


dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang
harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan
ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek
mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal,
kontekstual dan residual.

d) Implementasi

Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau


memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas
kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli
berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.

e) Evaluasi

Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan


keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan

18
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Teori

2.2.1 Kelebihan dan Kekurangan Teori Betty Neuman

Kelebihan dari teori Neuman ini sendiri adalah model teori yang
fleksibel dan mudah dipahami. Fleksibel digunakan pada area
keperawatan, pendidikan dan pelatihan keperawatan.

Namun, adapun kekurangan dari teori ini adalah bahwa model


Neuman ini dapat digunakan untuk semua profesi sehingga, tidak begitu
spesifik untuk profesi keperawatan. Model Neuman ini juga tidak
membahas begitu detailtentang hubungan perawat dengan klien. Padahal
hubungan keduanya sangatlah penting.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Teori Sister Callista Roy

Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori


sehingga dapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini
masih menjadi pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu
memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya
dibanding dengan konsep lainnya.

Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada


teori praktik dan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy. Perawat
bisa mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu, mode fungsi
fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi.
Selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien
yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang
dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat. Dengan penerapan
dari teori adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat
mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang

19
menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor
sebagai upaya individu untuk mengatasi stress.

Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak


pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses
adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan
menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap
dan perilaku cara merawat (caring) pada pasien. Sehingga seorang perawat
yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para
pasiennya.

2.3 Contoh Aplikasi Teori dalam Kasus Keperawatan

2.3.1 Contoh Aplikasi Teori Betty Neuman dalam Kasus


Keperawatan

Sebuah keluarga yang bahagia sedang menantikan kehadiran anak


pertama mereka. Sang ibu telah mengandung 2 bulan. Namun, suatu saat ibu
mengalami pendarahan dan menurut dokter kehamilan tersebut tidak bisa
dipertahankan. Oleh karena itu dilakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa
ibunya Pada kasus di atas, perasaan duka cita dari pasangan tersebut memiliki
karakteristik yang kompleks. Misalnya, sang ibu berduka karena calon bayinya
tidak bisa dipertahankan (kehilangan interpersonal), atau hilangnya harapan
terhadap kehamilan yang telah ditunggu-tunggu (kehilangan intrapersonal), atau
barangkali merasa bersalah kepada anggota keluarga lainnya karena tidak sesuai
harapan mereka (kehilangan ekstrapersonal). Ketika kita akan menentukan tingkat
pengaruh kehilangan pada diri seseorang, kita juga harus mengkaji dampak dari
perasaan kehilangan tersebut pada kehidupan mereka sehari-hari, cara mereka
mengatasi mengatasi kesedihannya, atau nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut
mengenai kehilangan. Secara umum kita akan mengkaji fungsi dari masing-
masing garis pertahanan fleksibel, garis pertahanan normal, garis perlawanan, dan
struktur dasar. Pengkajian harus meliputi banyak aspek, meliputi : aspek
fisiologis, spiritual, psikologis, perkembangan, dan sosial budaya. Untuk

20
membantu pasangan tersebut mencapai rekonstitusi, dukungan intrapersonal dan
ekstrapersonal merupakan 3 hal penting yang perlu dikaji. Siapakah anggota
keluarga yang dapat memberikan dukungan positif?. Apakah sistem pendukung
secara kultural dapat diterima oleh pasangan tersebut?. Setiap orangtua akan
memberikan reaksi yang berbeda, tergantung pada struktur dasar yang
dimilikinya. Sebuah penelitian telah membuktikan adanya perbedaan respon
berdasarkan jender terhadap perasaan kehilangan pada masa perinatal, maka
respon terhadap pengalaman duka cita bagi masing-masing orang tidak akan sama
termasuk rentang waktu pemulihannya pun berbeda. Perbedaan dalam proses duka
cita tentu akan memberikan stres tambahan diantara para orangtua. Selanjutnya,
faktor-taktor ekstrapersonal berpotensi memberikan dampak bagi mereka. Setelah
dilakukan pengkajian secara menyeluruh, selanjutnya tahapan perencanaan,
intervensi, dan evaluasi akan menggunakan proses yang sama. Perangkat
penilaian akan mengukur hal-hal yang akan berdampak secara khusus pada aspek-
aspek fisiologis, psikologis rohani, sosial budaya, dan perkembangan. Misalnya
aspek sosial budaya akan mempengaruhi jenis intervensi yang bisa diterima oleh
keluarga. Kehilangan pada masa perinatal merupakan suatu pengalaman yang
sangat pribadi bagi banyak orang. Pemahaman mengenai arti dari pengalaman
pribadi akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menentukan intervensi
yang spesifik dan terbaik. Intervensi terhadap gangguan fisiologis yang dapat
menghalangi proses rekonstitusi bisa juga diberikan tergantug kondisi klien,
misalnya perubahan pola tidur, nutrisi, dan sebagainya. Selanjutnya, perawat perlu
mempertimbangkan aspek perkembangan seseorang dari perasaan berduka.
Intervensi yang sesuai untuk ibu muda primigravida tentunya akan sangat berbeda
dengan ibu yang telah memiliki anak sebelumnya.

2.3.2 Contoh Aplikasi Teori Sister Callista Roy dalam Kasus


Keperawatan

Klien Ny. Z, usia 21 tahun bertempat tinggal Jl. HosCokroaminoto No. 31


Simpang Kawat, klien masuk rumahsakit tanggal 13 April 2008 dirawat baru
pertama kalinya dengan keluhan sering mendengar suara mantan suaminya,klien

21
merasa pusing, stress karena ditinggalkan oleh suaminya, klien mengurung diri
dalam kamar dalam waktu yang lama dan sering duduk sendirian. Keluarga
merasa tidak mampu untuk merawatnya dan akhirnya dibawa ke RSJ dengan
alasan mau diajak jalan-jalan. Dari hasil observasi didapat data tentang klien yaitu
rambut kurang rapi, baju diganti 1x sehari, klien mengatakan sering mendengar
suara ejekan jika mendengar suara ejekan-ejekan itu, klien merasa tidak tenang
dan resah dan klien tidak tenang dan kadang gelisah.

A. Pengkajian Identitas Klien

Inisaial : Ny Z
Agama : Islam
Umur : 21 tahun
Status : Menikah
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang : Teta
Tanggal Masuk RS : 13 Maret 2007 Dx
Medis : Kehilangan
Alamat : Jl. Hos Cokroaminoto No. 31 Simpang Kawat

B. Pengkajian Kebiasaan (Assessment of Behaviour)


Menurut Roy, pengkajian tahap pertama berdasarkan 4 modeadaptasi:
Model Fisiologis
Tekanan Darah, Heart Rate, Respiratory Rate, Suhu

Model Konsep Diri


Citra Tubuh, Identitas Diri, Ideal Diri, Harga Diri
Model Fungsi Peran
Klien mengalami perubahan fungsi peran

Model Interdependen (Kemandirian)


Segala kebutuhan klien dipenuhi oleh ayah dan kakaknya.

22
C. Pengkajian Faktor-Faktor yang Berpengaruh(Assessment Of Influencing
Factors)

Menurut Roy, pengkajian tahap kedua adalah mengkaji 3 stimulus


yang ada pada klien, diantaraya adalah:

1 . Stimulus Fokal

Perubahan konsep diri karena berduka

2. Stimulus Kontekstual

- Internal : Alam perasaan klien

- Eksternal : Lingkungan keluarga pasien

3. Stimulus Residualklien

Dapat berbagi cerita tentang pengalaman masa lalunya

D. Diagnosis Keperawatan (Nursing Diagnosis)

1. Berduka berhubungan dengan defresi kehilangan : kematian suami

2. Defresi kehilangan : kematian suami berhubungan koping individu tidak


efektif 

3. Tidak efektifnya penatalaksanaan terapeutik berhubungan dengan


koping keluarga tidak efektif 

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi

E. Penentuan Tujuan (Goal Setting)Penentuan Tujuan (Goal Setting)

1. Bina dan tingkatkan hubungan saling percaya.


2. Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
3. Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
4. Beri dukungan terhadap respon kehilangan klien
5. Tingkatkanya rasa kebersamaan antara anggota keluarga

23
F. Intervensi (Intervention)
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal, maupun non verbal, perkenalkan diri
dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.

2. Bersama klien mendiskusikan hubungan klien dengan orang atau objek yang
pergi atau hilang - Menggali pola hubungan klien dengan orang yang berarti.

3. Bersama klien mengidentifikasi cara mengatasi perasaan berduka dimasa lalu,


menilai cara yang efektif dan tidak efektif

4. Menjelaskan kepada klien atau keluarga bahwa sikap menghargai,


marah,defresi dan menerima adalah wajar dalam menghadapi kehilangan

5. Menguatkan dukungan keluarga atau orang yang berarti, mendorong klien agar
mau menggali perasaannya bersama anggota keluarga klien

6. Terapi medik : CPZ 100 mg 3 x 1 THP 2 mg 3 x 1 Ledomer 2 mg 3 x 1 14.

G. Evaluasi (Evaluation)
1. Perawatan diri dan personal hygine klien sudah teratasi

2. Masalah klien mengenai berduka tentang kehilangan suami telah teratasi

3. Klien sudah mampu mengatasi emosi diri

4. Perbaikan koping individu masih dilanjutkan

5. Perbaikan koping keluarga direvisi

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara garis besar teori model Neuman mengemukakan bahwa dalam


memberikan tindakan keperawatan terhadap klien atau pasien yang mengalami
stress (gangguan mental) perawatan harus dilaksanakan melalui beberapa
pendekatan-pendekatan perorangan secara total dengan memperhatikan faktor-
faktor antara lain tekanan, struktur pokok sumber energi, struktur ketahanan, garis
normal pertahanan, gangguan ketahanan, intervensi, tingkat-tingkat pencegahan
dan penyesuaian kembali.

Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan


suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan dan energi.
Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan menyebabkan
perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini
individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi ) dan proses
kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat

3.2 Saran

Dalam praktik pelayanan keperawatan, penggunaan model keperawatan


akan membantu perawat dalam mendefinisikan area penilaian dan memberikan
pedoman untuk menentukan standar outcome yang sesuai. Sebab banyak dari
konsep-konsep keperawatan yang justru menggunakan atau dijelaskan dengan
pendekatan disiplin ilmu lain. Seharusnya,  kita dapat mendeskripsikan suatu
terminologi dengan perspektif ilmu keperawatan. Reformulasi informasi hasil
penelitian kedalam model keperawatan dapat memperkuat tubuh ilmu
pengetahuan (body of knowledge) keperawatan sehingga akan lebih mudah
mempelajari dan memahami manusia beserta aplikasinya

25
DAFTAR PUSTAKA

Dwidiyanti M. Aplikasi model konseptual Keperawatan, Semarang: Akper


Dep.Kes. 1987.

Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive


Statement, California: Appleton & Large. 1991.

Ann Marriner Tomey & Martha Raile Alligood, nursing theorist and their
work. 1998: Mosby

Ali, H. Zaidin. 2000. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta:


Widya Mediks

Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC

Gaffar, La Ode Jumadi. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.


Jakarta: Salemba Mediks

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume I. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC

Wardhono, Adhitya, S. E..,M.Sc..,Ph.D., dkk. 2009. Pedoman Penulisan


Karya Ilmiah. Jember: Universitas Jember

http://dokumen.tips/documents/aplikasi-teori-dan-neuman.html

26

Anda mungkin juga menyukai