Anda di halaman 1dari 17

TEORI DAN KONSEP KEPERAWATAN

MENURUT BETTY NEUMAN

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan. Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu
yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis,  psikologis ,
social dan spiritual. Pemenuhan dasar tersebut diterapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan dalam praktik keperawatan professional . Untuk tercapainya suatu
keperawatan professional diperlukan suatu pendekatan yang disebut proses keperawatan
dan dokumentasi keperawatan sebagai data tertulis yang menjelaskan tentang
penyampaian informasi, penerapan sesuai standart praktik, dan pelaksanaan proses
keperawatan. Untuk menjalankan tugas keperawatan , banyak teori keperawatan yang
digunakan, salah satunya adalah Betty Neuman. Model konsep dan teori keperawatan
yang dijelaskan oleh Neuman adalah tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri
dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4
komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit dan
proses interpersonal. Ilmu keperawatan terus berkembang, karena ilmu keperawatan
merupakan ilmu terapan yang selalu berubah. oleh karena itu penting bagi profesi
keperawatan dalam mengembangkan sebuah teori dan model keperawatan yang dapat
digunakan untuk memberikan pengetahuan untuk meningkatkan praktik, penuntun
penelitian dan kurikulum, serta mengidentifikasikan bidang dan tujuan dari praktik
keperawatan.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Biografi Betty Neuman


2. Untuk mengetahui pengertian konsep teori
3. Untuk mengetahui pengertian model keperawatan
4. Untuk mengetahui konsep Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik
Keperawatan

1.3. Manfaat Penulisan

1. Bagi mahasiswa keperawatan, agar lebih mengetahui model aplikasi keperawatan


menurut Betty Neuman dalam bidang ilmu keperawatan.
2. Bagi penulis, agar dapat mendalami konsep teori dan model betty neuman dalam
praktik keperawatan
BAB II

ISI

2.1 Biografi Betty Neuman

Betty Neuman lahir di Lowell di Ohio pada tahun 1924. Ayahnya seorang  petani
dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dia anak kedua dari tiga bersaudara dan
merupakan anak perempuan satu-satunya. Ayahnya meninggal karena  penyakit Chronic
Renal Failure ketika beliau berumur 11 tahun. Rasa cinta pada tanah kelahiran membuat
beliau bertekad untuk membangun desanya, Ohio. Latar  belakang kehidupan di
pedesaan membantu dirinya mengembangkan rasa kasih sayang terhadap orang-orang
yang membutuhkan, seperti yang dilakukan sepanjang kariernya. Setelah lulus SMA
Neuman bekerja sebagai teknisi pada  perusahaan pesawat terbang dan sebagai juru
masak di Ohio dalam rangka menabung untuk pendidikannya dan membantu ibu serta
adiknya. Adanya  program militer di keperawatan mempercepat masuknya Neuman ke
sekolah keperawatan.
Beliau pertama kali memperoleh pendidikan di  People Hospital School of
Nursing   yang sekarang berubah nama menjadi General  Hospital Akron di Akron, Ohio
pada tahun 1947 dan beliau pindah ke Los Angeles untuk tinggal dengan keluarganya di
California. Di California Neuman bekerja dibanyak bagian diantaranya perawat di
sekolah, perawat industri, beliau juga memegang jabatan
penting yaitu sebgai staf keperawatan rumah sakit di California, dan sebagai instruktur
klinik di University of California Medical Center.
 Pada tahun 1957 beliau menyelesaikan pendidikan sarjananya di
University of California dengan jurusan psikologi dan kesehatan masyarakat. Pada tahun
1966 beliau mendapat gelar Master dibidang kesehatan mental, konsultan kesehatan
masyarakat di University of California, dan menyelesaikan program doktoralnya di
jurusan Psikologi Klinik di Pacific Western University (Tomey and Alligood, 2006).
Pada tahun yang sama Neuman  juga bekerja sebagai konsultan kesehatan mental di
sebuah rumah sakit dan aktif dalam terapi keluarga. Banyak sekali pengalaman yang
telah beliau dapat diantaranya menjadi dosen keperawatan  jiwa, konsultan dan
organisasi, pemimpin konseling model Whole Person Approach serta beliau telah
membuat sebuah sistem model keperawatan di UCLA dan memfokuskan sistem tersebut
dalam masalah keperawatan.
Gelar sarjana muda didapat pada tahun 1957 di public health dan psykologi
dengan peringkat sangat baik. Gelar master diperoleh pada tahun 1966 pada kesehatan
mental, konsultasi kesehatan masyarakat dari Universitas California Los
Angelea(UCLA). Dia mendapatkan gelar doktornya dalam klinikal psykologi dari
Pacivic western University pada tahun 1985.  
Neuman merupakan penggagas perkembangan keperawatan khususnya dalam
kesehatan mental. Neuman mengajarkan program kesehatan mental komunitas pada
perawat di level post-master di UCLA. Neuman mengembangkan suatu metode
pembelajaran yang terbuka dan model praktik untuk konsultasi kesehatan mental pada
akhir 1960 an, sebelum dia membuat “model system”.  Neuman mengajarkan dan
mempraktekkan model yang kemudian dibuat dalam  bentuk buku yang berjudul
Consultation and Community Organization in Community Mental Health Nursing.
(Neuman, Deloughery & Gebbie, 1971).  
Neuman menjabarkan modelnya secara komperehensif (menyeluruh) dan
dinamis. Model tersebut merupakan sebuah tinjauan multidimensional terhadap individu,
kelompok (keluarga), dan masyarakat yang selalu berinteraksi dengan ketegangan-
ketegangan lingkungan. Pada prinsipnya, model tersebut
memfokuskan pada reaksi klien terhadap ketegangan dan faktor-faktor yang mendukung
rekonstitusi (mengembalikan keadaan jasmani) dan adaptasi. Model yang sesuai adalah
model yang berlaku untuk semua profesi yang ada hubungannya dengan perawatan
kesehatan. Betty Neuman mulai mengembangkan model saat mengajar di komunitas
kesehatan mental di UCLA. Pada tahun 1972 Model keperawatannya pertama kali
diterbitkan sebagai 'Model untuk mengajar dengan pendekatan total ke masalah  pasien'.
Tahun 1985 Menerima gelar doktor di bidang Psikologi Klinis dari Pacific Western
University. Tahun 1998 Menerima gelar doktor kehormatan kedua, ini salah satu dari Grand Valley
State University, Allendale, Michigan. Model sistem Neuman memberikan warisan baru
tentang cara pandang terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia
secara keseluruhan) meliputi aspek (variabel) fisiologis, psikologis sosiokultural,
perkembangan dan spiritual yang berhubungan dengan adanya respon-respon sistem
terhadap stressor baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Komponen utama dari
model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress. Klien dipandang sebagai suatu
sistem terbuka yang memiliki siklus input,  proses output dan feedback sebagai suatu
pola organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan perspektif sistem ini, maka kliennya
bisa meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya
dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin keilmuan. Tujuan dari model ini adalah untuk
mencapai stabilitas sistem secara optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi
revitalisasi dan sebagai sistem terbuka maka klien akan selalu berupaya untuk
memperoleh, meningkatkan, dan mempertahankan keseimbangan diantara berbagai
faktor, baik didalam maupun diluar sistem yang berupaya untuk mengusahakannya.
Neuman menyebutkan gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki
dampak negatif atau positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui
respon dan gejala yang dapat diidentifikasi.

Evaluasi terbaru dari modelnya adalah komponen yang perlu untuk lebih dikembangkan
adalah variabel spiritual dan lingkungan yang diciptakan, selanjutnya adalah pandangan
Neuman tentang konsep kesehatan dan hubungan antara klien dan lingkungan merupakan
dua area yang perlu diidentifikasi dan diklarifikasi untuk perkembangan selanjutnya.
Fawcett menyarankan bahwa klarifikasi dari konsep kesehatan melalui identifikasi sehat
dan sakit sebagai batas akhir dari satu rangkaian daripada melihatnya sebagai sesuatu
yang terpisah. Ia  juga menambahkan bahwa interaksi antara klien dan lingkungan
dipandang sebagai sesuatu keseimbangan yang dinamis, tetap dan homeostatis sebagai
bentuk logik yang tidak tepat.
2.2 Konsep Teori

2.2.1 Pengertian Konsep merupakan suatu ide di mana terdapat suatu kesan yang abstrak
yang dapat diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model
keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk
sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu  proses,
peristiwa atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah diobservasi tetapi
kurang absolute atau bukti secara langsung.

Teori keperawatan menurut Barnum dalam Aziz (2007) merupakan usaha-


usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan.
Melalui teori keperawatan dapat dibedakan apakah keperawatan termasuk disiplin
ilmu atau aktivitas lainnya.

Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam


keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur
keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka
bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep
keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan,
mengingat dalam model praktek keperawatan mengandungkomponen dasar seperti
adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek
yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien
serta adanya pengetahuan dan keterampilan dalam hal ini dibutuhkan oleh perawat
dalam mengembangkan tujuannya.

2.2.2 Karakteristik Teori Keperawatan

Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu model yang


berhubungan dengan konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik di antaranya
pertama, teori keperawatan menidentifikasi dan menjabarkan konsep khusus yang
berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keperawatan sehingga teori keperawatan
didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di alam; kedua, teori keperawatan juga
digunakan berdasarkan alasan-alasan yang sesuai dengan kenyataan yang ada; ketiga,
teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan model konsep
keperawatan; keempat, dalam menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya
umum sehingga dapat digunakan pada kondisi apapun dalam praktek keperawatan;
kelima, teori dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan sehingga
dapat digunakan dalam pedoman praktek keperawatan.

2.2.3 Tujuan Teori Keperawatan

Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu


keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin
dicapai diantaranya:
1. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang
kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan,  baik bentuk
tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehingga  berbagai permasalahan
dapat teratasi.
2. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami
berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat
memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah keperawatan.
3. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan
sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi
keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan
dapat terus bertambah dan berkembang

2.3 Konsep Model

2.3.1 Pengertian

Model keperawatan adalah jenis model konseptual yang menerapkan kerangka


kerja konseptual terhadap pemahaman keperawatan dan bimbingan praktik
keperawatan. Model konseptual keperawatan menguraikan situasi yang terjadi dalam
suatu lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa
menciptakan perubahan yang adaptif dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia. Model konseptual keperawatan mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui pengembangan mekanisme koping yang
positif untuk mengatasi stressor ini. Model konseptual keperawatan telah memperjelas
kespesifikan area fenomena ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu
manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang
bukan hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga perupakan sumber
pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga dimana konsep ini
menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika seseorang
meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen penting dalam
perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan
seseorang (klien). Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai
mahluk biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok
lain termasuk lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada
skema konseptual dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penekanan
pada sistem adaptif manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer.

2.3.2 Teori keperawatan dan model konseptual

1.Orientasi system.

a. Sistem periaku dari Johnson

b. Model konseptual sistem dari Neuman

2. Orientasi perkembangan. Model konseptual perawatan diri dari Orem

3. Orientasi interaksi dan system.

a. Model adaptasi dari Roy

b. Model sistem terbuka dari King

4. Orientasi sistem dan perkembangan. Model proses kehidupan dari Roger.

2.4 Konsep Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan

2.4.1 Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan

Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah model konsep
Health Care System yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan
yang ditunjukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis
pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan
adalah komunitas.

Garis pertahanan diri pada komunitas tersebut meliputi garis pertahanan


fleksibel, yaitu ketersediaan dana pelayanan kesehatan, iklim dan pekerjaan dan lain-
lain, garis pertahanan normal yang meliputi ketersediaan pelayanan, adanya
perlindungan status nutrisi secara umum, tingkat pendapatan, rumah yang memenuhi
syarat kesehatan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan garis pertahanan
resistan yang meliputi adanya ketersediaan pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan
masyarakat, transportasi, tempat rekreasi dan cakupan dari imunisasi di daerah yang
ada. Intervensi keperawatan diarahkan pada garis pertahanan dengan penggunaan
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Model ini bertujuan agar terjadi stabilitas
klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis. Sehingga Betty Neuman
menggambarkan peran perawat dapat bersifat menyeluruh dan saling ketergantungan
(interdependensi).

Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini memiliki dasar


pemikiran yang terkait dengan komponen paradigma yaitu memandang manusia
sebagai suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dan merupakan satu
kesatuan dari variable yang utuh diantaranya fisiologis, psikologis, sosiokultural dan
spiritual, juga memandang pelayanan keperawatan akan dipengaruhi lingkungan sekitar
klien serta memandang sehat sebagai kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dan merupakan keseimbangan yang dinamis dari menghindari stressor.

Secara umum fokus dari model konsep keperawatan menurut Neuman ini
berfokus pada respon terhadap stressor serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses
adaptasi pada pasien. Untuk itu tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan
menurut Neuman adalah mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh akibat
stressor. Upaya tersebut dapat juga dinamakan pencegahan primer, sekunder dan
tersier.

Pencegahan primer berfokus pada penguatan pertahanan tubuh dapat meliputi


berbagai tindakan keperawatan melalui identifikasi faktor-faktor resiko yang potensial
dan aktual yang terjadi akibat stresor tertentu seperti mengidentifikasi adanya stressor,
mencegah reaksi tubuh karena adanya stressor serta mendukung koping pada pasien
secara konstruktif. Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahan dan
sumber internal melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-gejala
yang tampak, menurut Neuman meliputi berbagai tindakan perawatan yang dapat
mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit serta reaksi tubuh lainnya karena
adanya stressor dan pencegahan tersier untuk memberikan penguatan pertahan tubuh
terhadap stresor melalui pendidikan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan untuk
membantu dalam mencegah terjadinya masalah yang sama dapat meliputi pengobatan
secara rutin dan teratur serta pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut dari
komplikasi suatu penyakit.

Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh.


Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan kelompok dalam
mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal. Perawat mengkaji
mengatur dan mengevaluasi sistem klien. Perawatan berfokus pada variabel-variabel
yang mempengaruhi respon klien terhadap stresor.

Betty neuman (1972) mendefinisikan manusia secara utuh merupakan


gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Bagi Neuman, manusia
merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dari fisiologi,
sosiokultural dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka.
Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh
lingkungan, yang digambarkan sebagai stesor. Lingkungan internal terdiri dari segala
sesuatu yang mempengaruhi (interpersonal) yang berasal dari dalam diri klien.
Lingkungan eksternal segala sesuatu pengaruh yang berasal dari luar diri klien
(interpersonal). Pembetukan lingkungan yang aman, yang mungkin terbentuk oleh
mekanisme yang di sadari maupun yang tidak disadari. Tiap lingkungan memiliki
kemungkinan terganggu oleh stresor yang dapat merusak sistem. Model Neuman
mencakup stresor interpersonal, intrapersonal, daan ekspersonal.

Konsep utama yang teridentifikasi adalah pendekatan holistik, sistem terbuka


(meliputi fungsi, input dan out put, feed back, negentropy, egentropy dan stabilitas),
lingkungan, lingkungan yang dibuat, sehat, sakit, sistem klien (meluputi lima variable
klien, struktur dasar, garis pertahanan, garis pertahanan normal, garis pertahanan
fleksibel), stressor, tingkat reaksi, pencegahan dan intervensi dan rekontruksi. Adapun
maksud dari konsep-konsep utama tersebut adalah :
Pendekatan Holistik

Klien sebagai suatu system dapat didefinisikan sebagai orang, keluarga, kelompok,
masyarakat atau sosial. Klien digambarkan sebagai sesuatu yang utuh,Pembahasan : Teori
Betty Neuman sangat memungkinkan digunakan dalam pengkajian praktik keperawatan di
komunitas dengan agregat lansia dengan DM. Pengkajian lansia hendaknya dilakukan secara
holistik meliputi bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual. Dalam penerapan teori Betty
Newman aspek pengkajiannya sudah secara holistik yang meliputi : aspek perkembangan,
aspek fisiologis, aspek psikologis, aspek social-kulturas, serta aspek spiritual. Dalam
pengelolaannya pun Teori Betty Newman sudah membuat tingkatan intervensi dengan
melihat garis pertahanan klien (komunitas) yang terganggu, fleksibel (intervensi primer),
normal (intervensi sekunder), dan resisten (intervensi tertier). Aspek perkembangan lansia. Di
Indonesia batasan usia Lansia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1) Usia 45-55 tahun disebut
sebagai pralansia, 2) Usia 56-66 tahun disebut sebagai lansia madya, dan Usia > 60 tahun
disebut sebagai lansia akhir. Secara teoritis setelah seseorang berusia 30 tahun maka fungsi
tubuh akan mengalami kemunduran sebanyak 1% tiap tahunnya. Berdasarkan usianya lansia
akan mengalami proses degeneratif yang menyebabkan perubahan dan penurunan fungsi
tubuhnya, sehingga berdampak pada kesehatan fisik, mental, sosial, ekonomi dan
kemampuan produktivitasnya. Dalam menghadapi proses penuaan dan perawatan terhadap
masalah kesehatannya, lansia memerlukan bantuan dan dukungan dari keluarga ( family care
giver ). Dari hasil penelitian lansia yang dirawat oleh keluarganya sebanyak 94%, sebanyak
2% lansia di rawat oleh tetangganya dan sebanyak 2% lansia tidak ada yang merawat.
Kemunduran fungsi tubuh yang lainnya yaitu dalam hal penurunan fungsi kognitif.
Kemunduran fungsi ini nantinya akan berdampak pada pengetahuan, sikap dan perilaku
tentang penyakit DM. Hasil penelitian menunjukkan lansia yang pernah mendapatkan
informasi kesehatan tentang DM sebanyak 23%, sedangkan sebanyak 77% lansia belum
pernah mendapatkan informasi kesehatan tentang DM. Kurangnya informasi yang didapat
menyebabkan sebanyak 91% lansia memiliki pengetahuan tentang DM yang rendah,
sebanyak 72% lansia memiliki sikap yang negatif terhadap perawatan DM, dan sebanyak
100% lansia memiliki perilaku yang negatif terhadap penyakit DM. Aspek Fisiologis, proses
degeneratif pada lansia tidak bisa dihindari dan pasti akan terjadi, namun yang bisa
dilakukan adalah mencegah supaya proses degeneratif tersebut berjalan lambat. Demikian
juga dengan kejadian DM, secara teoritis kejadian DM akan meningkat sejalan dengan usia,
hal ini dikarenakan banyak faktor beberapa diantaranya adalah karena penurunan fungsi
pankreas dalam memproduksi hormon insulin, faktor kegemukan, diit yang tinggi glukosa
dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk menurunkan faktor resiko DM pada lansia adalah
dengan beraktivitas, bisa dengan tetap bekerja maupun dengan berolah raga. Hasil penelitian
menunjukkan aktivitas lansia yang masih bekerja sebanyak 39%, sedangkan yang tidak
bekerja sebanyak 61%, dalam hal olah raga sebanyak 42% lansia melakukan oleh raga secara
rutin dan sebanyak 58% lansia tidak melakukan olah raga secara rutin. Setelah dilakukan
pengkajian tentang resiko DM pada lansia dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 76%
lansia kondisinya sehat, sebanyak 20% lansia memiliki resiko terkena DM dan sebanyak 4%
lansia menderita DM. Aspek psikologis, persepsi lansia tentang kebutuhan dan kepuasan
terhadap fasilitas pelayanan kesehatan berbeda-beda pada lansia. Persepsi ini mendasari
apakah dengan kondisi DM lansia akan pergi ke Pelayanan kesehatan atau tidak, dan
membaiknya kondisi fisiknya setelah pergi ke pelayanan kesehatan mendasari tingkat
kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan persepsi lansia
tentang DM sebanyak 7% lansia mengatakan DM merupakan penyakit ringan tidak harus
segera ditangani, dan sebanyak 93% lansia mengatakan DM merupakan penyakit berat yang
harus segera ditangani. Dalam hal kondisi psikologis, sebanyak 41% kondisi psikologis lansia
negatif dan sebanyak 59% kondisi psikologis lansia positif. Dalam hal kepuasan terhadap
pelayanan kesehatan sebanyak 98% lansia puas dengan pelayanan kesehatan yang ada dan
sebanyak 2% lansia merasa kurang puas dengan pelayanan kesehatan.

Aspek sosial-kultural. budaya merupakan kekayaan disuatu daerah yang diwariskan


secara turun temurun, lahir dari adanya hubungan sosialisasi dengan masyarakat. Budaya
mempengaruhi derajat kesehatan lansia dalam hal keyakinan terhadap praktik kesehatan dan
pemilihan pelayanan kesehatan. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 11% lansia
memiliki budaya atau keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan, dan sebanyak 89%
lansia memiliki budaya sesuai dengan kesehatan. dalam hal pemilihan pelayanan kesehatan
sebanyak 83% lansia mempercayai pengobatan tradisional, dan sebanyak 17% lansia tidak
mempercayai. Aspek spiritual. Dalam menghadapi masalah kesehatan dan kematian, tiap
orang akan menunjukkan respon yang berbeda-beda. Agama merupakan aspek penting yang
dimiliki seseorang, karena agama mampu memberikan ketenangan batin dalam menghadapi
permasalahan yang ada. Aspek spiritual yang ada pada lansia harusnya mengalami
peningkatan sebanding dengan peningkatan usia, karena sejalan dengan teori perkembangan
manusia usia lansia merupakan tahap akhir dari kehidupan manusia, dimana manusia
mengalami pertumbuhan, perkembangan dan akhirnya mati. Semakin tua seseorang maka
masalah kesehatan akan semakin kompleks dan lebih dekat dengan kematian. Hal ini sejalan
dengan temuan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak 100% lansia
beragama islam, sebanyak 96% lansia melaksanakan ibadah secara rutin, dan sebanyak 87%
lansia masih aktif dalam kegiatan keagamaan yang ada dilingkungannya
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah model konsep
Health Care System yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan
yang ditunjukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis
pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan
adalah komunitas. Empat komponen sentral dalam paradigma keperawatan menurut teori
Betty Neuman yaitu Manusia, kesehatan, keperawatan dan lingkungan.

3.2 Saran

Setelah mempelajari konsep keperawatan model Betty Neuman yang


menekankan pada penurunan stress diharapkan perawat mengetahui tindakan yang akan
diberikan jika menghadapi pasien yang memberikan respon karena adanya stressor
terhadap pasien dan akibat yang kemungkinan apa saja yang bisa terjadi terhadap pasien
tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Zakieh. 2017.
 Penerapan model sistem Betty Neuman dalam asuhan keperawatan  pasien/ klien dengan
multiple sclerosis. Diakses pada tanggal 29 September 2017.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5565031/#!po=58.6538 Aziz Alimul
Hidayat, A. 2007.  Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika
Luthfa, Iskim. 2015.
 Penerapan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan diabetes mellitus di desa
margalaksana kecamatan cilawu kabupaten garut . Diakses pada tanggal 25 September 2017.
https://ppnijateng.org/wp-content/uploads/2017/01/Keperawatan-Komunitas_-Vol-3-No-
1.27-32.pdf  Potter, Patricia A. 2005.
 Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan  Praktik 
. Jakarta: EGC http://www.fik.unipdu.ac.id/download/konseptual-model-konseptual-
keperawatan-komunitas-betty-neumanartikel-4-2015-03-16.doc diakses pada tanggal 25
September 2017

Anda mungkin juga menyukai