Disusun oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tugas Konsep Dasar Keperawatan
Makalah Model Konsep Keperawatan Menurut Betty Neumen” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah konsep dasar keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang model konsep keperawatan menurut Betty Neumen bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hartono,Skep.Ns selaku dosen konsep dasar
keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan. Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu
yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis,
social dan spiritual. Pemenuhan dasar tersebut diterapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan dalam praktik keperawatan professional. Untuk tercapainya suatu
keperawatan professional diperlukan suatu pendekatan yang disebut proses keperawatan
dan dokumentasi keperawatan sebagai data tertulis yang menjelaskan tentang
penyampaian informasi, penerapan sesuai standart praktik, dan pelaksanaan proses
keperawatan. Untuk menjalankan tugas keperawatan, banyak teori keperawatan yang
digunakan, salah satunya adalah Betty Neuman. Model konsep dan teori keperawatan
yang dijelaskan oleh Neuman adalah tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri
dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4
komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit dan
proses interpersonal.
Betty Neuman mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari
konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Bagi Neuman manusia merupakan
makhluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dan fisiologis sosiokultural dan
variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka
manusia berinteraksi beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh lingkungan yang
digambarkan sebagai stressor. Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang
mempengaruhi (intrapersonal) yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal
terdiri dari segala sesuatu yang berasal dari luar diri klien (interpersonal). Pembentukan
lingkungan merupakan usaha klien untuk menciptakan lingkungan yang aman, yang
mungkin terbentuk oleh mekanisme yang didasari maupun yang tidak didasari. Tiap
lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh stressor yang dapat merusak sistem.
Model Neuman mencakup stressor intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal.
Ilmu keperawatan terus berkembang, karena ilmu keperawatan merupakan ilmu
terapan yang selalu berubah. oleh karena itu penting bagi profesi keperawatan dalam
mengembangkan sebuah teori dan model keperawatan yang dapat digunakan untuk
memberikan pengetahuan untuk meningkatkan praktik, penuntun penelitian dan
kurikulum, serta mengidentifikasikan bidang dan tujuan dari praktik keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Biografi Betty Neuman
2. Untuk mengetahui pengertian konsep teori
3. Untuk mengetahui konsep Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik
Keperawatan
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi mahasiswa keperawatan, agar lebih mengetahui model aplikasi keperawatan
menurut Betty Neuman dalam bidang ilmu keperawatan.
2. Bagi penulis, agar dapat mendalami konsep teori dan model betty neuman dalam
praktik keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Betty Neuman lahir di Lowell di Ohio pada tahun 1924. Ayahnya seorang
petani dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dia anak kedua dari tiga bersaudara
dan merupakan anak perempuan satu-satunya. Ayahnya meninggal karena penyakit
Chronic Renal Failure ketika beliau berumur 11 tahun. Rasa cinta pada tanah
kelahiran membuat beliau bertekad untuk membangun desanya, Ohio. Latar
belakang kehidupan di pedesaan membantu dirinya mengembangkan rasa kasih
sayang terhadap orang-orang yang membutuhkan, seperti yang dilakukan sepanjang
kariernya. Setelah lulus SMA Neuman bekerja sebagai teknisi pada perusahaan
pesawat terbang dan sebagai juru masak di Ohio dalam rangka menabung untuk
pendidikannya dan membantu ibu serta adiknya. Adanya program militer di
keperawatan mempercepat masuknya Neuman ke sekolah keperawatan.
Beliau pertama kali memperoleh pendidikan di People Hospital School of
Nursing yang sekarang berubah nama menjadi General Hospital Akron di Akron,
Ohio pada tahun 1947 dan beliau pindah ke Los Angeles untuk tinggal dengan
keluarganya di California. Di California Neuman bekerja dibanyak bagian
diantaranya perawat di sekolah, perawat industri, beliau juga memegang jabatan
penting yaitu sebgai staf keperawatan rumah sakit di California, dan sebagai
instruktur klinik di University of California Medical Center.
Pada tahun 1957 beliau menyelesaikan pendidikan sarjananya di University of
California dengan jurusan psikologi dan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1966
beliau mendapat gelar Master dibidang kesehatan mental, konsultan kesehatan
masyarakat di University of California, dan menyelesaikan program doktoralnya di
jurusan Psikologi Klinik di Pacific Western University (Tomey and Alligood, 2006).
Pada tahun yang sama Neuman juga bekerja sebagai konsultan kesehatan mental di
sebuah rumah sakit dan aktif dalam terapi keluarga. Banyak sekali pengalaman yang
telah beliau dapat diantaranya menjadi dosen keperawatan jiwa, konsultan dan
organisasi, pemimpin konseling model Whole Person Approach serta beliau telah
membuat sebuah sistem model keperawatan di UCLA dan memfokuskan sistem
tersebut dalam masalah keperawatan.
Gelar sarjana muda didapat pada tahun 1957 di public health dan psykologi
dengan peringkat sangat baik. Gelar master diperoleh pada tahun 1966 pada
kesehatan mental, konsultasi kesehatan masyarakat dari Universitas California Los
Angelea(UCLA). Dia mendapatkan gelar doktornya dalam klinikal psykologi dari
Pacivic western University pada tahun 1985.
Neuman merupakan penggagas perkembangan keperawatan khususnya dalam
kesehatan mental. Neuman mengajarkan program kesehatan mental komunitas pada
perawat di level post-master di UCLA. Neuman mengembangkan suatu metode
pembelajaran yang terbuka dan model praktik untuk konsultasi kesehatan mental
pada akhir 1960 an, sebelum dia membuat “model system”. Neuman mengajarkan
dan mempraktekkan model yang kemudian dibuat dalam bentuk buku yang berjudul
Consultation and Community Organization in Community Mental Health Nursing.
(Neuman, Deloughery & Gebbie, 1971).
Neuman menjabarkan modelnya secara komperehensif (menyeluruh) dan
dinamis. Model tersebut merupakan sebuah tinjauan multidimensional terhadap
individu, kelompok (keluarga), dan masyarakat yang selalu berinteraksi dengan
ketegangan-ketegangan lingkungan. Pada prinsipnya, model tersebut memfokuskan
pada reaksi klien terhadap ketegangan dan faktor-faktor yang mendukung
rekonstitusi (mengembalikan keadaan jasmani) dan adaptasi. Model yang sesuai
adalah model yang berlaku untuk semua profesi yang ada hubungannya dengan
perawatan kesehatan.
Betty Neuman mulai mengembangkan model saat mengajar di komunitas
kesehatan mental di UCLA. Pada tahun 1972 Model keperawatannya pertama kali
diterbitkan sebagai 'Model untuk mengajar dengan pendekatan total ke masalah
pasien'. Tahun 1985 Menerima gelar doktor di bidang Psikologi Klinis dari Pacific
Western University. Tahun 1998 Menerima gelar doktor kehormatan kedua, ini salah
satu dari Grand Valley State University, Allendale, Michigan.
Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang
terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara
keseluruhan) meliputi aspek (variabel) fisiologis, psikologis sosiokultural,
perkembangan dan spiritual yang berhubungan dengan adanya respon-respon sistem
terhadap stressor baik dari lingkungan internal maupun eksternal.
Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap
stress. Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input,
proses output dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan
menggunakan perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu,
kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan
oleh berbagai disiplin keilmuan.
Tujuan dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara optimal.
Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem terbuka
maka klien akan selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan
mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam maupun
diluar sistem yang berupaya untuk mengusahakannya. Neuman menyebutkan
gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak negatif atau
positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala
yang dapat diidentifikasi.
Evaluasi terbaru dari modelnya adalah komponen yang perlu untuk lebih
dikembangkan adalah variabel spiritual dan lingkungan yang diciptakan, selanjutnya
adalah pandangan Neuman tentang konsep kesehatan dan hubungan antara klien dan
lingkungan merupakan dua area yang perlu diidentifikasi dan diklarifikasi untuk
perkembangan selanjutnya. Fawcett menyarankan bahwa klarifikasi dari konsep
kesehatan melalui identifikasi sehat dan sakit sebagai batas akhir dari satu rangkaian
daripada melihatnya sebagai sesuatu yang terpisah. Ia juga menambahkan bahwa
interaksi antara klien dan lingkungan dipandang sebagai sesuatu keseimbangan yang
dinamis, tetap dan homeostatis sebagai bentuk logik yang tidak tepat.
a) Diagnosa Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identifikasi, klasifikasi dan evaluasi 5 variabel klien menurut Betty
Neuman
b. Identifikasi stresor dan faktor interpersonal, intrapersonal,
ekstrapersonal pada pasien
c. Identifikasi dan bedakan persepsi antara klien dan caregiver
d. Mencoba untuk menyelesaikan perbedaan perceptual
2. Buatlah diagnosa keperawatan yang mencakup diagnosa actual atau
potensial
b) Tujuan Keperawatan
1. Hasil yang diharapkan, prilaku yang diharapkan untuk menangani masalah
actual atau potensial pada klien (diputuskan bersama oleh klien dan
caregiver).
2. Rencana keperawatan, tindakan yang dilakukan oleh klie, caregiver atau
orang lain dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan.
c) Evaluasi
1. Intervensi actual
2. Evaluasi
a. Analisis respon pasien
b. Penentuan pencapaian hasil yang diharapkan
c. Jika tujuan tidak tercapaikan, tentukan penyebabnya
d. Rumuskan lagi tujuan keperawatan sesuai kebutuhan pasien
D. Aplikasi Teori dan Model Betty Neuman
Penerapan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan diabetes
mellitus di desa margalaksana Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut. Dengan
menerapkan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan DM, meliputi lima
aspek yaitu aspek perkembangan, fisiologis, psikologis, social-kultural dan spiritual.
Pembahasan:
Teori Betty Neuman sangat memungkinkan digunakan dalam pengkajian
praktik keperawatan di komunitas dengan agregat lansia dengan DM. Pengkajian
lansia hendaknya dilakukan secara holistic meliputi bio-psiko-sosial-kultural dan
spiritual. Dalam penerapan teori Betty Newman aspek pengkajiannya sudah secara
holistik yang meliputi: aspek perkembangan, aspek fisiologis, aspek psikologis,
aspek social-kulturas, serta aspek spiritual. Dalam pengelolaannya pun Teori Betty
Newman sudah membuat tingkatan intervensi dengan melihat garis pertahanan klien
(komunitas) yang terganggu, fleksibel (intervensi primer), normal (intervensi
sekunder), dan resisten (intervensi tertier).
Aspek perkembangan lansia. Di Indonesia batasan usia Lansia dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu: 1) Usia 45-55 tahun disebut sebagai pralansia, 2) Usia
56-66 tahun disebut sebagai lansia madya, dan Usia > 60 tahun disebut sebagai
lansia akhir. Secara teoritis setelah seseorang berusia 30 tahun maka fungsi tubuh
akan mengalami kemunduran sebanyak 1% tiap tahunnya. Berdasarkan usianya
lansia akan mengalami proses degeneratif yang menyebabkan perubahan dan
penurunan fungsi tubuhnya, sehingga berdampak pada kesehatan fisik, mental,
sosial, ekonomi dan kemampuan produktivitasnya. Dalam menghadapi proses
penuaan dan perawatan terhadap masalah kesehatannya, lansia memerlukan bantuan
dan dukungan dari keluarga (family care giver). Dari hasil penelitian lansia yang
dirawat oleh keluarganya sebanyak 94%, sebanyak 2% lansia di rawat oleh
tetangganya dan sebanyak 2% lansia tidak ada yang merawat.
Kemunduran fungsi tubuh yang lainnya yaitu dalam hal penurunan fungsi
kognitif. Kemunduran fungsi ini nantinya akan berdampak pada pengetahuan, sikap
dan perilaku tentang penyakit DM. Hasil penelitian menunjukkan lansia yang pernah
mendapatkan informasi kesehatan tentang DM sebanyak 23%, sedangkan sebanyak
77% lansia belum pernah mendapatkan informasi kesehatan tentang DM. Kurangnya
informasi yang didapat menyebabkan sebanyak 91% lansia memiliki pengetahuan
tentang DM yang rendah, sebanyak 72% lansia memiliki sikap yang negatif terhadap
perawatan DM, dan sebanyak 100% lansia memiliki perilaku yang negatif terhadap
penyakit DM.
Aspek Fisiologis, proses degeneratif pada lansia tidak bisa dihindari dan
pasti akan terjadi, namun yang bisa dilakukan adalah mencegah supaya proses
degeneratif tersebut berjalan lambat. Demikian juga dengan kejadian DM, secara
teoritis kejadian DM akan meningkat sejalan dengan usia, hal ini dikarenakan
banyak faktor beberapa diantaranya adalah karena penurunan fungsi pankreas dalam
memproduksi hormon insulin, faktor kegemukan, diit yang tinggi glukosa dan lain
sebagainya. Salah satu cara untuk menurunkan faktor resiko DM pada lansia adalah
dengan beraktivitas, bisa dengan tetap bekerja maupun dengan berolah raga. Hasil
penelitian menunjukkan aktivitas lansia yang masih bekerja sebanyak 39%,
sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 61%, dalam hal olah raga sebanyak 42%
lansia melakukan oleh raga secara rutin dan sebanyak 58% lansia tidak melakukan
olah raga secara rutin. Setelah dilakukan pengkajian tentang resiko DM pada lansia
dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 76% lansia kondisinya sehat, sebanyak
20% lansia memiliki resiko terkena DM dan sebanyak 4% lansia menderita DM.
Aspek psikologis, persepsi lansia tentang kebutuhan dan kepuasan terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan berbeda-beda pada lansia. Persepsi ini mendasari
apakah dengan kondisi DM lansia akan pergi ke Pelayanan kesehatan atau tidak, dan
membaiknya kondisi fisiknya setelah pergi ke pelayanan kesehatan mendasari
tingkat kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan
persepsi lansia tentang DM sebanyak 7% lansia mengatakan DM merupakan
penyakit ringan tidak harus segera ditangani, dan sebanyak 93% lansia mengatakan
DM merupakan penyakit berat yang harus segera ditangani. Dalam hal kondisi
psikologis, sebanyak 41% kondisi psikologis lansia negatif dan sebanyak 59%
kondisi psikologis lansia positif. Dalam hal kepuasan terhadap pelayanan kesehatan
sebanyak 98% lansia puas dengan pelayanan kesehatan yang ada dan sebanyak 2%
lansia merasa kurang puas dengan pelayanan kesehatan.
Aspek sosial-kultural. budaya merupakan kekayaan disuatu daerah yang
diwariskan secara turun temurun, lahir dari adanya hubungan sosialisasi dengan
masyarakat. Budaya mempengaruhi derajat kesehatan lansia dalam hal keyakinan
terhadap praktik kesehatan dan pemilihan pelayanan kesehatan. Dari hasil penelitian
didapatkan sebanyak 11% lansia memiliki budaya atau keyakinan yang bertentangan
dengan kesehatan, dan sebanyak 89% lansia memiliki budaya sesuai dengan
kesehatan. dalam hal pemilihan pelayanan kesehatan sebanyak 83% lansia
mempercayai pengobatan tradisional, dan sebanyak 17% lansia tidak mempercayai.
Aspek spiritual. Dalam menghadapi masalah kesehatan dan kematian, tiap
orang akan menunjukkan respon yang berbeda-beda. Agama merupakan aspek
penting yang dimiliki seseorang, karena agama mampu memberikan ketenangan
batin dalam menghadapi permasalahan yang ada. Aspek spiritual yang ada pada
lansia harusnya mengalami peningkatan sebanding dengan peningkatan usia, karena
sejalan dengan teori perkembangan manusia usia lansia merupakan tahap akhir dari
kehidupan manusia, dimana manusia mengalami pertumbuhan, perkembangan dan
akhirnya mati. Semakin tua seseorang maka masalah kesehatan akan semakin
kompleks dan lebih dekat dengan kematian. Hal ini sejalan dengan temuan pada
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak 100% lansia beragama islam,
sebanyak 96% lansia melaksanakan ibadah secara rutin, dan sebanyak 87% lansia
masih aktif dalam kegiatan keagamaan yang ada dilingkungannya.
Sehat adalah keaadaan baik. Sehat adalah suatu titk yang bergerak pada
rentang negentrophy paling besar ke entrophy maksimum. Saat semua bagian pada
klien berada dalam keadaan harmonis atau seimbang ketika semua dibutuhkan untuk
bertemu, kesehatan optimal tercapai, kesehatan juga merupakan energi.
Pencegahan primer
Sebelum terjadi tindakan
Pencegahan sekunder
Ketika terjadi tindakan
Pencegahan tersier
Adaptasi atau pengaruh kerusakan
Model ini mempunyai beberapa kesamaan dalam teori Gestalt. Teori Gestalt
mempertahankan bahwa cara hemoestatic adalah suatu cara yang mana tubuh
mempertahankan keseimbangandan sebagai akibat dari kesehatan mengubah kondisi
sehat atau sakit. Teori model Betty Neuman juga menerapkan ide dari teori sistem
umum tentang sifat dasar kehidupan sistem terbuka yang merupakan gabungan semua
elemen yang berinteraksi dalam struktur organisasi tubuh kita yang kompleks.
Neuman juga memilah konsep G. Kaplan tentang tingkatan tindakan pemecahan
Awalnya model ini dikembangkan untuk digunakan oleh semua pekerja
keperawatan kesehatan, namun kemudian Neuman menyatakan bahwa perawat secara
unik menggunakannya untuk membantu individu dan kelompok lainnya untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal melalui intervensi-intervensi yang
bermanfaat. Yang dimaksud dengan intervensi adalah bantuan dalam mengurangi
faktor-faktor stres dan kondisi merugikan baik potensial maupun aktual yang terjadi
dalam segala situasi klinis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah model konsep
Health Care System yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan
yang ditunjukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis
pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran
pelayanan adalah komunitas. Empat komponen sentral dalam paradigma keperawatan
menurut teori Betty Neuman yaitu Manusia, kesehatan, keperawatan dan lingkungan.
perawatan harus melaksanakan pendekatan-pendekatan perorangan secara total
dengan memperhatikan faktor-faktor :
1. Tekanan
2. Struktur pokok sumber energi
3. Struktur ketahanan
4. Garis normal pertahanan
5. Gangguan ketahanan
6. Intervensi
7. Tingkat-tingkat pencegahan
8. Penyusunan kembali
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Informasiku. Teori keperawatan menurut Betty Neuman. Diakses pada tanggan 12 september
2020. http://rahmaniarjasan.blogspot.com/2017/02/teori-keperawatan-menurut-betty-
neuman.html
Ahmadi, Zakieh. 2017. Penerapan model sistem Betty Neuman dalam asuhan keperawatan
pasien/ klien dengan multiple sclerosis. Diakses pada tanggal 12 september 2020.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5565031/#!po=58.6538
Luthfa, Iskim. 2015. Penerapan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan
diabetes mellitus di desa margalaksana kecamatan cilawu kabupaten garut. Diakses
pada tanggal 12 september 2020. https://ppnijateng.org/wp-
content/uploads/2017/01/Keperawatan-Komunitas_-Vol-3-No-1.27-32.pdf
Antok.2016. aplikasi Teori Betty Neuman. Diakses pada 12 september 2020. http://rumah-
perawat.blogspot.com/2016/11/aplikasi-teory-betty-neuman.html
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC
http://www.fik.unipdu.ac.id/download/konseptual-model-konseptual-keperawatan-
komunitas-betty-neumanartikel-4-2015-03-16.doc diakses pada tanggal 12 september 2020