Anda di halaman 1dari 24

TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN

BETTY NEUMAN

Disusun oleh

FATRIN A PAKUDEK
NUR ANNISA
MUSDALIFAH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU


PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
2019/2020
MODEL KEPERAWATAN BETTTY NEUMAN

A. Biografi Betty Neuman

Betty Neuman lahir di Lowell di Ohio pada tahun


1924. Ayahnya seorang petani dan ibunya seorang ibu
rumah tangga. Dia anak kedua dari tiga bersaudara
dan merupakan anak perempuan satu-satunya. Rasa
cinta pada tanah kelahiran membuat beliau bertekad
untuk membangun desanya, Ohio. Latar belakang
kehidupan di pedesaan membantu dirinya
mengembangkan rasa kasih sayang terhadap orang-
orang yang membutuhkan, seperti yang dilakukan
sepanjang kariernya. Setelah lulus SMA Neuman bekerja sebagai teknisi pada
perusahaan pesawat terbang dan sebagai juru masak di Ohio dalam rangka menabung
untuk pendidikannya dan membantu ibu serta adiknya. Adanya program militer di
keperawatan mempercepat masuknya Neuman ke sekolah keperawatan.
Beliau pertama kali memperoleh pendidikan di People Hospital School of
Nursing yang sekarang berubah nama menjadi General Hospital Akron di Akron,
Ohio pada tahun 1947 dan beliau pindah ke Los Angeles untuk tinggal dengan
keluarganya di California. Di California Neuman bekerja dibanyak bagian
diantaranya perawat di sekolah, perawat industri, beliau juga memegang jabatan
penting yaitu sebagai staf keperawatan rumah sakit di California, dan sebagai
instruktur klinik di University of California Medical Center.
Pada tahun 1957 beliau menyelesaikan pendidikan sarjananya di University of
California dengan jurusan psikologi dan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1966
beliau mendapat gelar Master dibidang kesehatan mental, konsultan kesehatan
masyarakat di University of California, dan menyelesaikan program doktoralnya di
jurusan Psikologi Klinik di Pacific Western University (Tomey and Alligood,
2006). Pada tahun yang sama Neuman juga bekerja sebagai konsultan kesehatan
mental di sebuah rumah sakit dan aktif dalam terapi keluarga. Banyak sekali
pengalaman yang telah beliau dapat diantaranya menjadi dosen keperawatan jiwa,
konsultan dan organisasi, pemimpin konseling model Whole Person Approach serta
beliau telah membuat sebuah sistem model keperawatan di UCLA dan
memfokuskan sistem tersebut dalam masalah keperawatan.
Gelar sarjana muda didapat pada tahun 1957 di public health dan psykologi
dengan peringkat sangat baik. Gelar master diperoleh pada tahun 1966 pada
kesehatan mental, konsultasi kesehatan masyarakat dari Universitas California Los
Angelea (UCLA). Dia mendapatkan gelar doktornya dalam klinikal psykologi dari
Pacivic western University pada tahun 1985.
Neuman merupakan penggagas perkembangan keperawatan khususnya dalam
kesehatan mental. Neuman mengajarkan program kesehatan mental komunitas pada
perawat di level post-master di UCLA. Neuman mengembangkan suatu metode
pembelajaran yang terbuka dan model praktik untuk konsultasi kesehatan mental
pada akhir 1960 an, sebelum dia membuat “model system”. Neuman mengajarkan
dan mempraktekkan model yang kemudian dibuat dalam bentuk buku yang berjudul
Consultation and Community Organization in Community Mental Health Nursing.
(Neuman, Deloughery & Gebbie, 1971).
Neuman menjabarkan modelnya secara komperehensif (menyeluruh) dan
dinamis. Model tersebut merupakan sebuah tinjauan multidimensional terhadap
individu, kelompok (keluarga), dan masyarakat yang selalu berinteraksi dengan
ketegangan-ketegangan lingkungan.
Pada prinsipnya, model tersebut memfokuskan pada reaksi klien terhadap
ketegangan dan faktor-faktor yang mendukung rekonstitusi (mengembalikan
keadaan jasmani) dan adaptasi. Model yang sesuai adalah model yang berlaku untuk
semua profesi yang ada hubungannya dengan perawatan kesehatan.
Betty Neuman mulai mengembangkan model saat mengajar di komunitas
kesehatan mental di UCLA. Pada tahun 1972 Model keperawatannya pertama kali
diterbitkan sebagai 'Model untuk mengajar dengan pendekatan total ke masalah
pasien'. Tahun 1985 Menerima gelar doktor di bidang Psikologi Klinis dari Pacific
Western University. Tahun 1998 Menerima gelar doktor kehormatan kedua, ini salah
satu dari Grand Valley State University, Allendale, Michigan.
Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang terhadap
manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara keseluruhan)
meliputi aspek (variabel) fisiologis, psikologis sosiokultural, perkembangan dan
spiritual yang berhubungan dengan adanya respon-respon sistem terhadap stressor
baik dari lingkungan internal maupun eksternal.
Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress.
Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses
output dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan
menggunakan perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu,
kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan
oleh berbagai disiplin keilmuan.
Tujuan dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara optimal.
Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem terbuka
maka klien akan selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan
mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam maupun
diluar sistem yang berupaya untuk mengusahakannya. Neuman menyebutkan
gangguan-gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak negatif atau
positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala
yang dapat diidentifikasi.
Evaluasi terbaru dari modelnya adalah komponen yang perlu untuk lebih
dikembangkan adalah variabel spiritual dan lingkungan yang diciptakan, selanjutnya
adalah pandangan Neuman tentang konsep kesehatan dan hubungan antara klien dan
lingkungan merupakan dua area yang perlu diidentifikasi dan diklarifikasi untuk
perkembangan selanjutnya. Fawcett menyarankan bahwa klarifikasi dari konsep
kesehatan melalui identifikasi sehat dan sakit sebagai batas akhir dari satu rangkaian
daripada melihatnya sebagai sesuatu yang terpisah. Ia juga menambahkan bahwa
interaksi antara klien dan lingkungan dipandang sebagai sesuatu keseimbangan yang
dinamis, tetap dan homeostatis sebagai bentuk logik yang tidak tepat.

B. Konsep Teori
1. Pengertian
Konsep merupakan suatu ide di mana terdapat suatu kesan yang
abstrak yang dapat diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan
konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka
konseptual atau model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok
konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang
menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari oleh fakta-
fakta yang telah diobservasi tetapi kurang absolute atau bukti secara langsung.
Teori keperawatan menurut Barnum dalam Aziz (2007) merupakan
usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai
keperawatan. Melalui teori keperawatan dapat dibedakan apakah keperawatan
termasuk disiplin ilmu atau aktivitas lainnya.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep
dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi
dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
menerapkan cara mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang
perawat.
Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model
praktek keperawatan, mengingat dalam model praktek keperawatan
mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang
mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam
memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya
pengetahuan dan keterampilan dalam hal ini dibutuhkan oleh perawat dalam
mengembangkan tujuannya.
2. Karakteristik Teori Keperawatan
Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu model yang
berhubungan dengan konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik di
antaranya pertama, teori keperawatan menidentifikasi dan menjabarkan
konsep khusus yang berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keperawatan
sehingga teori keperawatan didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di
alam; kedua, teori keperawatan juga digunakan berdasarkan alasan-alasan
yang sesuai dengan kenyataan yang ada; ketiga, teori harus konsisten sebagai
dasar-dasar dalam mengembangkan model konsep keperawatan; keempat,
dalam menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya umum sehingga
dapat digunakan pada kondisi apapun dalam praktek keperawatan; kelima,
teori dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan sehingga
dapat digunakan dalam pedoman praktek keperawatan.
3. Tujuan Teori Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu
keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang
ingin dicapai diantaranya:
a) Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan
tentang kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan
keperawatan, baik bentuk tindakan atau bentuk model praktek
keperawatan sehingga berbagai permasalahan dapat teratasi.
b) Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk
memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan
kemudian dapat memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah
keperawatan.
c) Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan
keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
d) Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan
filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam
tindakan keperawatan dapat terus bertambah dan berkembang.

C. Konsep Model
1. Pengertian
Model keperawatan adalah jenis model konseptual yang menerapkan
kerangka kerja konseptual terhadap pemahaman keperawatan dan bimbingan
praktik keperawatan. Model konseptual keperawatan menguraikan situasi
yang terjadi dalam suatu lingkungan atau stresor yang mengakibatkan
seseorang individu berupa menciptakan perubahan yang adaptif dengan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model konseptual keperawatan
mencerminkan upaya menolong orang tersebut mempertahankan
keseimbangan melalui pengembangan mekanisme koping yang positif untuk
mengatasi stressor ini.
Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area
fenomena ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia
sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang
bukan hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga perupakan sumber
pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga dimana konsep
ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika
seseorang meninggal.
Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen penting
dalam perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau meningkatnya
keseimbangan kehidupan seseorang (klien). Konseptualisasi keperawatan
umumnya memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial yang
berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk
lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema
konseptual dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti
penekanan pada sistem adaptif manusia, subsistem perilaku atau aspek
komplementer.
2. Teori keperawatan dan model konseptual
1) Orientasi system.
a. Sistem periaku dari Johnson
b. Model konseptual sistem dari Neuman
2) Orientasi perkembangan.
Model konseptual perawatan diri dari Orem
3) Orientasi interaksi dan system.
a. Model adaptasi dari Roy
b. Model sistem terbuka dari King
4) Orientasi sistem dan perkembangan.
Model proses kehidupan dari Roger
3. Konsep Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan
a. Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan
Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah model
konsep Health Care System yaitu model konsep yang menggambarkan
aktivitas keperawatan yang ditunjukan kepada penekanan penurunan stress
dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel atau normal
maupun resistan dengan sasaran pelayanan adalah komunitas.
Garis pertahanan diri pada komunitas tersebut meliputi garis
pertahanan fleksibel, yaitu ketersediaan dana pelayanan kesehatan, iklim
dan pekerjaan dan lain-lain, garis pertahanan normal yang meliputi
ketersediaan pelayanan, adanya perlindungan status nutrisi secara umum,
tingkat pendapatan, rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan dan garis pertahanan resistan yang
meliputi adanya ketersediaan pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan
masyarakat, transportasi, tempat rekreasi dan cakupan dari imunisasi di
daerah yang ada. Intervensi keperawatan diarahkan pada garis pertahanan
dengan penggunaan pencegahan primer, sekunder dan tersier. Model ini
bertujuan agar terjadi stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang
dinamis. Sehingga Betty Neuman menggambarkan peran perawat dapat
bersifat menyeluruh dan saling ketergantungan (interdependensi).
Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini memiliki
dasar pemikiran yang terkait dengan komponen paradigma yaitu
memandang manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dan merupakan satu kesatuan dari variable yang utuh
diantaranya fisiologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual, juga
memandang pelayanan keperawatan akan dipengaruhi lingkungan sekitar
klien serta memandang sehat sebagai kondisi terbebasnya dari gangguan
pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbangan yang dinamis dari
menghindari stressor.
Secara umum fokus dari model konsep keperawatan menurut Neuman
ini berfokus pada respon terhadap stressor serta faktor-faktor yang
mempengaruhi proses adaptasi pada pasien. Untuk itu tindakan
keperawatan yang seharusnya dilakukan menurut Neuman adalah
mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh akibat stressor. Upaya
tersebut dapat juga dinamakan pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan primer berfokus pada penguatan pertahanan tubuh dapat
meliputi berbagai tindakan keperawatan melalui identifikasi faktor-faktor
resiko yang potensial dan aktual yang terjadi akibat stresor tertentu seperti
mengidentifikasi adanya stressor, mencegah reaksi tubuh karena adanya
stressor serta mendukung koping pada pasien secara konstruktif.
Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahan dan sumber
internal melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-
gejala yang tampak, menurut Neuman meliputi berbagai tindakan
perawatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit
serta reaksi tubuh lainnya karena adanya stressor dan pencegahan tersier
untuk memberikan penguatan pertahan tubuh terhadap stresor melalui
pendidikan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan untuk membantu dalam
mencegah terjadinya masalah yang sama dapat meliputi pengobatan secara
rutin dan teratur serta pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut
dari komplikasi suatu penyakit.
Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara
utuh. Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan
kelompok dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang
optimal. Perawat mengkaji mengatur dan mengevaluasi sistem klien.
Perawatan berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi respon
klien terhadap stresor.
Betty neuman (1972) mendefinisikan manusia secara utuh merupakan
gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Bagi
Neuman, manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks yang
dinamis dari fisiologi, sosiokultural dan variabel perkembangan yang
berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia
berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh lingkungan, yang
digambarkan sebagai stesor.
Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi
(interpersonal) yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal
segala sesuatu pengaruh yang berasal dari luar diri klien (interpersonal).
Pembetukan lingkungan yang aman, yang mungkin terbentuk oleh
mekanisme yang di sadari maupun yang tidak disadari. Tiap lingkungan
memiliki kemungkinan terganggu oleh stresor yang dapat merusak sistem.
Model Neuman mencakup stresor interpersonal, intrapersonal, daan
ekspersonal.
Konsep utama yang teridentifikasi adalah pendekatan holistik, sistem
terbuka (meliputi fungsi, input dan out put, feed back, negentropy,
egentropy dan stabilitas), lingkungan, lingkungan yang dibuat, sehat, sakit,
sistem klien (meluputi lima variable klien, struktur dasar, garis pertahanan,
garis pertahanan normal, garis pertahanan fleksibel), stressor, tingkat
reaksi, pencegahan dan intervensi dan rekontruksi.
Adapun maksud dari konsep-konsep utama tersebut adalah :
Pendekatan Holistik : Klien sebagai suatu system dapat didefinisikan
sebagai orang, keluarga, kelompok, masyarakat atau sosial. Klien
digambarkan sebagai sesuatu yang utuh bagian dari interaksi dinamis.
Model ini mempertimbangkan semua variabel yang secara simultan
mempengaruhi klien: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan
dan spiritual.
Sistem Terbuka : Elemen-elemen system secara continue bertukar
informasi dan energi dalam suatu organisasi yang kompleks. Stress dan
reaksi terhadap stress adalah komponen dasar pada suatu system terbuka.
Fungsi atau Proses : Klien sebagai system bertukar energi,
informasi, berbagai hal dengan lingkungannya dan menggunakan sumber
energi yang didapat untuk bergerak kearah stabilitas yang utuh.
Input dan Out put : Klien sebagai suatu system, input dan output
adalah zat-zat, energy, informasi yang saling bertukar antara klien dan
lingkungan.
Feed Back : Sistem output dalam bentuk zat, energi, dan informasi
memberikan sebagai feed back untuk input selanjutnya untuk
memperbaiki tindakan untuk merubah, meningkatkan, atau menstabilkan
system
Negentropy : Suatu proses pemanfaatan energy konservasi yang
membantu kemajuan system kearah stabilitas atau baik.
Entropy : Suatu proses kehabisan energi atau disorganisasi yang
menggerakkan sistem kearah sakit atau kemungkinan kematian.
Stability : Suatu keinginan keadaan seimbang antara penanggulangan
system dan stressor untuk memelihara tingkat kesehatan yang optimal dan
integritas.
Enviroment : Kekuatan internal atau eksternal disekitarnya dan
mempengaruhi klien setiap saat sebagai bagian dari lingkungan.
Created Enviroment : Suatu pengembangan yang tidak disadari oleh
klien untuk mengekspresikan system secara simbolik dari keseluruhan
system. Tujuannya adalah menyediakan suatu arena aman untuk system
fungsi klien. Dan untuk membatasi klien dari stressor.
Client sistem : Lima Variabel (fisiologi, psokologi, sosiokultural,
perkembangan, dan spiritual) klien dalam berinteraksi dengan lingkungan
bagian dari klien sebagai system.
Basic Clien Structure : Klien sebagai system terdiri dari pusat inti
yang dikelilingi oleh lingkaran terpusat. Pusat diagram dari lingkaran
menghadirkan faktor kehidupan dasar atau sumber energi klien. Inti
struktur ini terdiri dari faktor kehidupan dasar yang umum untuk seluruh
anggota organisme. Seperti sebagai faktor bawaan atau genetik.
Lines of Resistance : Serangkaian yang merusak lingkaran disekitar
struktur inti dasar disebut garis pertahanan, lingkaran ini menyediakan
sumber-sumber yang membantu klien mempertahankan melawan suatu
stressor. Sebagai contoh adalah respon system imun tubuh. Ketika garis
pertahanan efektif, klien dapat menyusun system kembali. Jika tidak
efektif maka kematian dapat terjadi. Jumlah pertahanan stressor ditentukan
oleh interrelationship kelima variable sistem klien.
Normal line defence : Garis pertahanan normal adalah suatu model
diluar lingkaran padat. Hal itu menghadirkan suatu keadaan stabil untuk
individu atau system. Itu dipelihara dari waktu ke waktu dan melayani
sebagai suatu standar untuk mengkaji penyimpangan dari kebiasaan baik
klien. Itu semua meliputi variabel system dan perilaku seperti kebiasaan
pola koping seseorang, gaya hidup, dan tahap perkembangan. Pelebaran
dari garis normal merefleksikan suatu peningkatan keadaan sehat,
pengecilan, suatu penyusutan keadaan kesehatan.
Garis Pertahanan Fleksibel : Garis lingkaran patah-patah terluar
dinamakan garis pertahanan fleksibel. Hal ini dinamis dan dapat berubah
dengan cepat dalam waktu yang singkat. Hal ini dipersepsikan sebagai
penahan yang melindungi terhadap stressor dari pecahnya/berubahnya
kondisi kesehatan yang stabil yang di presentasikan sebagai garis
pertahanan normal. Hubungan antara variabel (fisiologi, psikologi,
sosoikultural, perkembangan, dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat
kemampuan individu untuk menggunakan pertahanan garis fleksibel
untuk melawan kemungkinan dari reaksi stressor seperti gangguan tidur.
Neuman menggambarkan pertahanan garis fleksibel meluas, hal ini akan
memberikan pertahanan yang lebih besar dalam waktu yang singkat
terhadap invasi stressor. Demikian sebaliknya, akan memberikan lebih
sedikit pertahanan.
Kesejahteraan (Wellness) : Keadaan sejahtera merupakan kondisi
ketika tiap bagian dari sistem klien berinteraksi secara harmoni dengan
seluruh sistem. Kebutuhan sistem terpenuhi.
Sakit (Illness) : Sakit terjadi ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang
mengakibatkan keadaan tidak seimbang dan penurunan energi.
Stressor : Stressor adalah kekuatan yang secara potensial dapat
mengakibatkan gangguan pada sistem yang stabil. Stressor dapat berupa :
a) Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu, seperti
respon kondisional seseorang.
b) Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau lebih
individu, seperti harapan peran.
c) Kekuatan ekstrapersonal yang terjadi diluat individu, seperti
keadaan finansial.
Tingkat reaksi : Tingkat reaksi merupakan jumlah energy yang
diperlukan oleh klien untuk menyesuaikan terhadap stressor.
Pencegahan sebagai intervensi : Intervensi adalah tindakan yang
bertujuan untuk membantu klien menahan, mencapai, atau
mempertahankan stabilitas system. Intervensi dapat terjadi sebelum dan
sesudah garis perlindungan dan perlawanan yang dilakukan pada fase
reaksi dan rekonstitusi. Intervensi didasarkan pada kemungkinan atau
faktual dari tingkat reaksi, sumber daya, tujuan, dan hasil antisipasi.
Neuman mengidentifikasi tiga level intervensi :
1. Pencegahan primer, pencegahan primer dilakukan ketika stressor
dicurigai atau diidentifikasi. Reaksi belum terjadi tetapi tingkat
resiko diketahui. Neuman menyatakan sebagai berikut :
Pelaku atau pengintervensi akan berusaha untuk mengurangi
kemungkinan pertemuan individu dengan stressor, atau dengan kata
lain usaha untuk memperkuat seseorang bertemu dengan stressor,
atau menguatkan garis pertahanan fleksibel untuk menurunkan
kemungkinan reaksi.
2. Pencegahan sekunder, pencegahan sekunder meliputi intervensi
atau treatment awal sesudah gejala dari stress telah terjadi. Sumber
daya internal dan eksternal digunakan agar sistem stabil dengan
menguatkan garis internal resistensi, mengurangi reaksi, dan
meningkatkan faktor resistensi.
3. Pencegahan tersier, pencegahan tersier terjadi sesudah treatment
atau pencegahan sekunder. Pencegahan ini difokuskan pada
penyesuaian kearah kestabilan sistem yang optimal. Tujuan
utamanya yaitu meningkatkan resistensi terhadap stressor untuk
membantu mencegah terjadinya kembali reaksi atau regresi. Proses
ini mendorong untuk kembali pada tipe siklus ke pencegahan
primer. Sebagai contoh akan dihindarinya suatu stressor yang telah
diketahui akan membahayakan klien.
Rekonstitusi : Rekonstitusi terjadi mengikut treatment reaksi
stressor. Hal ini menggambarkan kembalinya sistem stabil dimana tingkat
kesejahteraannya lebih tinggi atau lebih rendah dari sebelumnya untuk
melawan stressor.
Hal ini mencakup faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal,
dan lingkungan yang berhubungan dengan variable sistem klien (fisiologi,
psikologi, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual).
4. Empat komponen Sentral Dalam Paradigma Keperawatan Menurut Teori
Betty Neuman
a. Manusia
Manusia sebagai klien atau sistem klien, model sistem
Neuman menyatakan konsep klien sebagai sistem yang dapat berupa
individu, keluarga, kelompok, komunitas, atau kelompok sosial
tertentu. Sistem klien adalah gabungan hubungan yang dinamik
antara faktor fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan, dan
spiritual. Sistem klien digambarkan sebagai perubahan atau
pergerakan konstan yang hidup sebagai system terbuka dalam
hubungan timbak balik dengan lingkungan.
b. Kesehatan
Neuman mempertimbangkan kerjanya sebagai model
sejahtera. Dia memandang kesehatan sebagai kodisi yang terus
menerus dari sehat menuju sakit yang secara alamiah dinamis dan
secara konstan seseorang berubah untuk mencapai kondisi sehat yang
optimal atau stabil yang diindikasikan seluruh kebutuhan sistem
terpenuhi. Menurunnya kondisi sehat merupakan akibat dari tidak
terpenuhi kebutuhan sistem. Klien berada dalam kondisi dinamis
baik sehat atau sakit dalam beberapa tahap yang diberikan pada
waktu itu.
c. Keperawatan
Neuman menyatakan bahwa keperawatan adalah
memperhatikan semua aspek manusia. Dia juga menggambarkan
bahwa keperawatan adalah profesi yang unik yang memperhatikan
semua variabel yang mempengaruhi respon individu terhadap stress.
Persepsi perawat mempengaruhi terhadap pelayanan yang diberikan
sehingga Neuman menyatakan bahwa persepsi antara pemberi
pelayanan dan pasien harus dikaji.
Dia mengembangkan instrument pengkajian dan intervensi
untuk membantu melakukan tugas tersebut.
5. Lingkungan
Lingkungan dan manusia diidentifikasi sebagai dasar fenomena dari
model sistem Neuman, bahwa hubungan manusia dengan lingkungan adalah
hubungan yang timbal balik. Lingkungan didefinisikan sebagai semua faktor
internal dan eksternal yang berada disekelilingi manusia dan berinteraksi
dengan manusia dan klien. Stressor (intrapersonal, interpersonal, dan
ekstrapersonal) adalah signifikan terhadap konsep lingkungan dan
digambarkan sebagai kekuatan lingkungan yang berinteraksi dengan dan
secara potensial dapat mengubah stabilitas sistem.
Neuman mengidentifikasi tiga lingkungan yang relevan sebagai
berikut :
a. Lingkungan Internal adalah intrapersonal dengan semua
interaksinya yang terjadi pada klien
b. Lingkungan Eksternal adalah interpersonal atau ekstrapersonal
dengan semua interaksinya yang terjadi di luar klien.
c. Lingkungan yang diciptakan adalah perkembangan tidak sadar dan
digunakan klien untuk membantu mekanisme pertahanan.
Hal ini merupakan komponen utama pada intrapersonal.
Lingkungan yang diciptakan adalah kondisi dinamis yang diatur atau
memobilisasi varibel-variabel sistem untuk menciptakan efek yang
ditentukan sehingga dapat membantu klien mengatasi stressor
lingkungan yang mengancam dengan melakukan perubahan pada diri
sendiri atau situasi. Contohnya respon menolak (variabel fisiologi), dan
semangat untuk survive pada siklus kehidupan (variabel
perkembangan). Lingkungan yang diciptakan secara terus menerus
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perubahan oleh keadaan sehat
yang dipersepsikan klien.
6. Proses Keperawatan Betty Neuman
A. Diagnosa Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identifikasi, klasifikasi dan evaluasi 5 variabel klien menurut
Betty Neuman
b. Identifikasi stresor dan faktor interpersonal, intrapersonal,
ekstrapersonal pada pasien
c. Identifikasi dan bedakan persepsi antara klien dan caregiver
d. Mencoba untuk menyelesaikan perbedaan perceptual
2. Buatlah diagnosa keperawatan yang mencakup diagnosa actual atau
potensial
B. Tujuan Keperawatan
1. Hasil yang diharapkan, prilaku yang diharapkan untuk menangani
masalah actual atau potensial pada klien (diputuskan bersama oleh
klien dan caregiver).
2. Rencana keperawatan, tindakan yang dilakukan oleh klie,
caregiver atau orang lain dapat mempengaruhi hasil yang
diharapkan.
C. Evaluasi
1. Intervensi actual
2. Evaluasi
a. Analisis respon pasien
b. Penentuan pencapaian hasil yang diharapkan
c. Jika tujuan tidak tercapaikan, tentukan penyebabnya
d. Rumuskan lagi tujuan keperawatan sesuai kebutuhan pasien
7. Aplikasi Teori dan Model Betty Neuman
Penerapan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan diabetes
mellitus di desa margalaksana kecamatan cilawu kabupaten garut
Dengan menerapkan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia
dengan DM, meliputi lima aspek yaitu aspek perkembangan, fisiologis,
psikologis, sosial-kultural dan spiritual.
Pembahasan :
Teori Betty Neuman sangat memungkinkan digunakan dalam
pengkajian praktik keperawatan di komunitas dengan agregat lansia dengan
DM. Pengkajian lansia hendaknya dilakukan secara holistik meliputi bio-
psiko-sosial-kultural dan spiritual. Dalam penerapan teori Betty Newman
aspek pengkajiannya sudah secara holistik yang meliputi : aspek
perkembangan, aspek fisiologis, aspek psikologis, aspek social-kulturas,
serta aspek spiritual. Dalam pengelolaannya pun Teori Betty Newman sudah
membuat tingkatan intervensi dengan melihat garis pertahanan klien
(komunitas) yang terganggu, fleksibel (intervensi primer), normal
(intervensi sekunder), dan resisten (intervensi tertier).
Aspek perkembangan lansia. Di Indonesia batasan usia Lansia dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu : 1) Usia 45-55 tahun disebut sebagai pralansia,
2) Usia 56-66 tahun disebut sebagai lansia madya, dan Usia > 60 tahun
disebut sebagai lansia akhir. Secara teoritis setelah seseorang berusia 30
tahun maka fungsi tubuh akan mengalami kemunduran sebanyak 1% tiap
tahunnya. Berdasarkan usianya lansia akan mengalami proses degeneratif
yang menyebabkan perubahan dan penurunan fungsi tubuhnya, sehingga
berdampak pada kesehatan fisik, mental, sosial, ekonomi dan kemampuan
produktivitasnya. Dalam menghadapi proses penuaan dan perawatan
terhadap masalah kesehatannya, lansia memerlukan bantuan dan dukungan
dari keluarga (family care giver). Dari hasil penelitian lansia yang dirawat
oleh keluarganya sebanyak 94%, sebanyak 2% lansia di rawat oleh
tetangganya dan sebanyak 2% lansia tidak ada yang merawat.
Kemunduran fungsi tubuh yang lainnya yaitu dalam hal penurunan
fungsi kognitif. Kemunduran fungsi ini nantinya akan berdampak pada
pengetahuan, sikap dan perilaku tentang penyakit DM. Hasil penelitian
menunjukkan lansia yang pernah mendapatkan informasi kesehatan tentang
DM sebanyak 23%, sedangkan sebanyak 77% lansia belum pernah
mendapatkan informasi kesehatan tentang DM. Kurangnya informasi yang
didapat menyebabkan sebanyak 91% lansia memiliki pengetahuan tentang
DM yang rendah, sebanyak 72% lansia memiliki sikap yang negatif
terhadap perawatan DM, dan sebanyak 100% lansia memiliki perilaku yang
negatif terhadap penyakit DM.
Aspek Fisiologis, proses degeneratif pada lansia tidak bisa dihindari
dan pasti akan terjadi, namun yang bisa dilakukan adalah mencegah supaya
proses degeneratif tersebut berjalan lambat. Demikian juga dengan kejadian
DM, secara teoritis kejadian DM akan meningkat sejalan dengan usia, hal
ini dikarenakan banyak faktor beberapa diantaranya adalah karena
penurunan fungsi pankreas dalam memproduksi hormon insulin, faktor
kegemukan, diit yang tinggi glukosa dan lain sebagainya. Salah satu cara
untuk menurunkan faktor resiko DM pada lansia adalah dengan beraktivitas,
bisa dengan tetap bekerja maupun dengan berolah raga. Hasil penelitian
menunjukkan aktivitas lansia yang masih bekerja sebanyak 39%, sedangkan
yang tidak bekerja sebanyak 61%, dalam hal olah raga sebanyak 42% lansia
melakukan oleh raga secara rutin dan sebanyak 58% lansia tidak melakukan
olah raga secara rutin. Setelah dilakukan pengkajian tentang resiko DM
pada lansia dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 76% lansia kondisinya
sehat, sebanyak 20% lansia memiliki resiko terkena DM dan sebanyak 4%
lansia menderita DM.
Aspek psikologis, persepsi lansia tentang kebutuhan dan kepuasan
terhadap fasilitas pelayanan kesehatan berbeda-beda pada lansia. Persepsi
ini mendasari apakah dengan kondisi DM lansia akan pergi ke Pelayanan
kesehatan atau tidak, dan membaiknya kondisi fisiknya setelah pergi ke
pelayanan kesehatan mendasari tingkat kepuasan terhadap pelayanan
kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan persepsi lansia tentang DM
sebanyak 7% lansia mengatakan DM merupakan penyakit ringan tidak harus
segera ditangani, dan sebanyak 93% lansia mengatakan DM merupakan
penyakit berat yang harus segera ditangani. Dalam hal kondisi psikologis,
sebanyak 41% kondisi psikologis lansia negatif dan sebanyak 59% kondisi
psikologis lansia positif. Dalam hal kepuasan terhadap pelayanan kesehatan
sebanyak 98% lansia puas dengan pelayanan kesehatan yang ada dan
sebanyak 2% lansia merasa kurang puas dengan pelayanan kesehatan.
Aspek sosial-kultural. budaya merupakan kekayaan disuatu daerah
yang diwariskan secara turun temurun, lahir dari adanya hubungan
sosialisasi dengan masyarakat. Budaya mempengaruhi derajat kesehatan
lansia dalam hal keyakinan terhadap praktik kesehatan dan pemilihan
pelayanan kesehatan. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 11% lansia
memiliki budaya atau keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan, dan
sebanyak 89% lansia memiliki budaya sesuai dengan kesehatan. dalam hal
pemilihan pelayanan kesehatan sebanyak 83% lansia mempercayai
pengobatan tradisional, dan sebanyak 17% lansia tidak mempercayai.
Aspek spiritual. Dalam menghadapi masalah kesehatan dan kematian,
tiap orang akan menunjukkan respon yang berbeda-beda. Agama merupakan
aspek penting yang dimiliki seseorang, karena agama mampu memberikan
ketenangan batin dalam menghadapi permasalahan yang ada.
Aspek spiritual yang ada pada lansia harusnya mengalami peningkatan
sebanding dengan peningkatan usia, karena sejalan dengan teori
perkembangan manusia usia lansia merupakan tahap akhir dari kehidupan
manusia, dimana manusia mengalami pertumbuhan, perkembangan dan
akhirnya mati. Semakin tua seseorang maka masalah kesehatan akan
semakin kompleks dan lebih dekat dengan kematian. Hal ini sejalan dengan
temuan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak 100%
lansia beragama islam, sebanyak 96% lansia melaksanakan ibadah secara
rutin, dan sebanyak 87% lansia masih aktif dalam kegiatan keagamaan yang
ada dilingkungannya.
BAB III
PENUTUP

c.1 Kesimpulan
Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah model konsep
Health Care System yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas
keperawatan yang ditunjukan kepada penekanan penurunan stress dengan
memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan
dengan sasaran pelayanan adalah komunitas. Empat komponen sentral dalam
paradigma keperawatan menurut teori Betty Neuman yaitu Manusia, kesehatan,
keperawatan dan lingkungan.

c.2 Saran
Setelah mempelajari konsep keperawatan model Betty Neuman yang
menekankan pada penurunan stress diharapkan perawat mengetahui tindakan
yang akan diberikan jika menghadapi pasien yang memberikan respon karena
adanya stressor terhadap pasien dan akibat yang kemungkinan apa saja yang bisa
terjadi terhadap pasien tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Zakieh. 2017. Penerapan model sistem Betty Neuman dalam asuhan
keperawatan pasien/ klien dengan multiple sclerosis. Diakses pada tanggal 29
September 2017. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5565031/#!
po=58.6538

Aziz Alimul Hidayat, A. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Surabaya:


Salemba Medika

Luthfa, Iskim. 2015. Penerapan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan
diabetes mellitus di desa margalaksana kecamatan cilawu kabupaten garut.
Diakses pada tanggal 25 September 2017. https://ppnijateng.org/wp-
content/uploads/2017/01/Keperawatan-Komunitas_-Vol-3-No-1.27-32.pdf

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC

http://www.fik.unipdu.ac.id/download/konseptual-model-konseptual-keperawatan-
komunitas-betty-neumanartikel-4-2015-03-16.doc diakses pada tanggal 25
September 2017

Anda mungkin juga menyukai