Anda di halaman 1dari 18

Teori Betty

2.1 Biografi Betty Neuman

Betty Neuman lahir di Lowell di Ohio pada tahun 1924. Ayahnya seorang petani
dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dia anak kedua dari tiga bersaudara dan
merupakan anak perempuan satu-satunya. Ayahnya meninggal karena penyakit Chronic
Renal Failure ketika beliau berumur 11 tahun. Rasa cinta pada tanah kelahiran
membuat beliau bertekad untuk membangun desanya, Ohio. Latar belakang kehidupan
di pedesaan membantu dirinya mengembangkan rasa kasih sayang terhadap orang-
orang yang membutuhkan, seperti yang dilakukan sepanjang kariernya. Setelah lulus
SMA Neuman bekerja sebagai teknisi pada perusahaan pesawat terbang dan sebagai
juru masak di Ohio dalam rangka menabung untuk pendidikannya dan membantu ibu
serta adiknya. Adanya program militer di keperawatan mempercepat masuknya Neuman
ke sekolah keperawatan.
Beliau pertama kali memperoleh pendidikan di People Hospital School of Nursing
yang sekarang berubah nama menjadi General Hospital Akron di Akron, Ohio pada
tahun 1947 dan beliau pindah ke Los Angeles untuk tinggal dengan keluarganya di
California. Di California Neuman bekerja dibanyak bagian diantaranya perawat di
sekolah, perawat industri, beliau juga memegang jabatan penting yaitu sebgai staf
keperawatan rumah sakit di California, dan sebagai instruktur klinik di University of
California Medical Center.
Pada tahun 1957 beliau menyelesaikan pendidikan sarjananya di University of
California dengan jurusan psikologi dan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1966 beliau
mendapat gelar Master dibidang kesehatan mental, konsultan kesehatan masyarakat di
University of California, dan menyelesaikan program doktoralnya di jurusan Psikologi
Klinik di Pacific Western University (Tomey and Alligood, 2006). Pada tahun yang
sama Neuman juga bekerja sebagai konsultan kesehatan mental di sebuah rumah sakit
dan aktif dalam terapi keluarga. Banyak sekali pengalaman yang telah beliau dapat
diantaranya menjadi dosen keperawatan jiwa, konsultan dan organisasi, pemimpin
konseling model Whole Person Approach serta beliau telah membuat sebuah sistem
model keperawatan di UCLA dan memfokuskan sistem tersebut dalam masalah
keperawatan.
Gelar sarjana muda didapat pada tahun 1957 di public health dan psykologi
dengan peringkat sangat baik. Gelar master diperoleh pada tahun 1966 pada
kesehatan mental, konsultasi kesehatan masyarakat dari Universitas California Los
Angelea(UCLA). Dia mendapatkan gelar doktornya dalam klinikal psykologi dari
Pacivic western University pada tahun 1985.
Neuman merupakan penggagas perkembangan keperawatan khususnya dalam
kesehatan mental. Neuman mengajarkan program kesehatan mental komunitas pada
perawat di level post-master di UCLA. Neuman mengembangkan suatu metode
pembelajaran yang terbuka dan model praktik untuk konsultasi kesehatan mental pada
akhir 1960 an, sebelum dia membuat “model system”. Neuman mengajarkan dan
mempraktekkan model yang kemudian dibuat dalam bentuk buku yang berjudul
Consultation and Community Organization in Community Mental Health Nursing.
(Neuman, Deloughery & Gebbie, 1971).
Neuman menjabarkan modelnya secara komperehensif (menyeluruh) dan
dinamis. Model tersebut merupakan sebuah tinjauan multidimensional terhadap
individu, kelompok (keluarga), dan masyarakat yang selalu berinteraksi dengan
ketegangan-ketegangan lingkungan. Pada prinsipnya, model tersebut memfokuskan
pada reaksi klien terhadap ketegangan dan faktor-faktor yang mendukung rekonstitusi
(mengembalikan keadaan jasmani) dan adaptasi. Model yang sesuai adalah model yang
berlaku untuk semua profesi yang ada hubungannya dengan perawatan kesehatan.
Betty Neuman mulai mengembangkan model saat mengajar di komunitas
kesehatan mental di UCLA. Pada tahun 1972 Model keperawatannya pertama kali
diterbitkan sebagai 'Model untuk mengajar dengan pendekatan total ke masalah pasien'.
Tahun 1985 Menerima gelar doktor di bidang Psikologi Klinis dari Pacific Western
University. Tahun 1998 Menerima gelar doktor kehormatan kedua, ini salah satu dari
Grand Valley State University, Allendale, Michigan.
Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang terhadap
manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara keseluruhan) meliputi
aspek (variabel) fisiologis, psikologis sosiokultural, perkembangan dan spiritual yang
berhubungan dengan adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari
lingkungan internal maupun eksternal.
Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi terhadap stress.
Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang memiliki siklus input, proses output
dan feedback sebagai suatu pola organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan
perspektif sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga,
komunitas atau kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin
keilmuan.
Tujuan dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem secara optimal.
Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem terbuka
maka klien akan selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan
mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor, baik didalam maupun diluar
sistem yang berupaya untuk mengusahakannya. Neuman menyebutkan gangguan-
gangguan tersebut sebagai stressor yang memiliki dampak negatif atau positif. Reaksi
terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala yang dapat
diidentifikasi.
Evaluasi terbaru dari modelnya adalah komponen yang perlu untuk lebih
dikembangkan adalah variabel spiritual dan lingkungan yang diciptakan, selanjutnya
adalah pandangan Neuman tentang konsep kesehatan dan hubungan antara klien dan
lingkungan merupakan dua area yang perlu diidentifikasi dan diklarifikasi untuk
perkembangan selanjutnya. Fawcett menyarankan bahwa klarifikasi dari konsep
kesehatan melalui identifikasi sehat dan sakit sebagai batas akhir dari satu rangkaian
daripada melihatnya sebagai sesuatu yang terpisah. Ia juga menambahkan bahwa
interaksi antara klien dan lingkungan dipandang sebagai sesuatu keseimbangan yang
dinamis, tetap dan homeostatis sebagai bentuk logik yang tidak tepat.

2.2 Konsep Teori


2.2.1 Pengertian
Konsep merupakan suatu ide di mana terdapat suatu kesan yang abstrak yang
dapat diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan
merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.
Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang
nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian
yang didasari oleh fakta-fakta yang telah diobservasi tetapi kurang absolute atau bukti
secara langsung.
Teori keperawatan menurut Barnum dalam Aziz (2007) merupakan usaha-usaha
untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Melalui teori
keperawatan dapat dibedakan apakah keperawatan termasuk disiplin ilmu atau aktivitas
lainnya.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur
keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka
bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan
ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan, mengingat dalam model
praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai
yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam
memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan
keterampilan dalam hal ini dibutuhkan oleh perawat dalam mengembangkan tujuannya.
2.2.2 Karakteristik Teori Keperawatan
Teori keperawatan selain digunakan untuk menyusun suatu model yang
berhubungan dengan konsep keperawatan, juga memiliki karakteristik di antaranya
pertama, teori keperawatan menidentifikasi dan menjabarkan konsep khusus yang
berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keperawatan sehingga teori keperawatan
didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada di alam; kedua, teori keperawatan juga
digunakan berdasarkan alasan-alasan yang sesuai dengan kenyataan yang ada; ketiga,
teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan model konsep
keperawatan; keempat, dalam menunjang aplikasi, teori harus sederhana dan sifatnya
umum sehingga dapat digunakan pada kondisi apapun dalam praktek keperawatan;
kelima, teori dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan sehingga
dapat digunakan dalam pedoman praktek keperawatan.
2.2.3 Tujuan Teori Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu
keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin
dicapai diantaranya:
1. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang
kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik bentuk
tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan
dapat teratasi.
2. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk
memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian
dapat memberikan dasar dalam penyelesaian berbagai masalah keperawatan.
3. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam
keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan
sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi
keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan
dapat terus bertambah dan berkembang.

2.3 Konsep Model


2.3.1 Pengertian
Model keperawatan adalah jenis model konseptual yang menerapkan kerangka
kerja konseptual terhadap pemahaman keperawatan dan bimbingan praktik
keperawatan. Model konseptual keperawatan menguraikan situasi yang terjadi dalam
suatu lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa
menciptakan perubahan yang adaptif dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia. Model konseptual keperawatan mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui pengembangan mekanisme koping yang positif
untuk mengatasi stressor ini.
Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena
ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia sebagai pribadi yang
utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber
awal masalah tetapi juga perupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan
merupakan konsep ketiga dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit
yang hanya dapat terputus ketika seseorang meninggal. Konsep keempat adalah
keperawatan sebagai komponen penting dalam perannya sebagai faktor penentu
pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang (klien).
Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain
termasuk lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema
konseptual dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penekanan pada
sistem adaptif manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer.
2.3.2 Teori keperawatan dan model konseptual
1. Orientasi system.
a. Sistem periaku dari Johnson
b. Model konseptual sistem dari Neuman
2. Orientasi perkembangan.
Model konseptual perawatan diri dari Orem
3. Orientasi interaksi dan system.
a. Model adaptasi dari Roy
b. Model sistem terbuka dari King
4. Orientasi sistem dan perkembangan.
Model proses kehidupan dari Roger.

2.4 Konsep Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan
2.4.1 Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan
Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah model konsep
Health Care System yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan
yang ditunjukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis
pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan
adalah komunitas.
Garis pertahanan diri pada komunitas tersebut meliputi garis pertahanan fleksibel,
yaitu ketersediaan dana pelayanan kesehatan, iklim dan pekerjaan dan lain-lain, garis
pertahanan normal yang meliputi ketersediaan pelayanan, adanya perlindungan status
nutrisi secara umum, tingkat pendapatan, rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan dan garis pertahanan resistan yang meliputi
adanya ketersediaan pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat, transportasi,
tempat rekreasi dan cakupan dari imunisasi di daerah yang ada. Intervensi keperawatan
diarahkan pada garis pertahanan dengan penggunaan pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Model ini bertujuan agar terjadi stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan
yang dinamis. Sehingga Betty Neuman menggambarkan peran perawat dapat bersifat
menyeluruh dan saling ketergantungan (interdependensi).
Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini memiliki dasar
pemikiran yang terkait dengan komponen paradigma yaitu memandang manusia
sebagai suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dan merupakan satu
kesatuan dari variable yang utuh diantaranya fisiologis, psikologis, sosiokultural dan
spiritual, juga memandang pelayanan keperawatan akan dipengaruhi lingkungan sekitar
klien serta memandang sehat sebagai kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dan merupakan keseimbangan yang dinamis dari menghindari stressor.
Secara umum fokus dari model konsep keperawatan menurut Neuman ini
berfokus pada respon terhadap stressor serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses
adaptasi pada pasien. Untuk itu tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan
menurut Neuman adalah mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh akibat
stressor. Upaya tersebut dapat juga dinamakan pencegahan primer, sekunder dan
tersier.
Pencegahan primer berfokus pada penguatan pertahanan tubuh dapat meliputi
berbagai tindakan keperawatan melalui identifikasi faktor-faktor resiko yang potensial
dan aktual yang terjadi akibat stresor tertentu seperti mengidentifikasi adanya stressor,
mencegah reaksi tubuh karena adanya stressor serta mendukung koping pada pasien
secara konstruktif. Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahan dan sumber
internal melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-gejala yang
tampak, menurut Neuman meliputi berbagai tindakan perawatan yang dapat
mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit serta reaksi tubuh lainnya karena
adanya stressor dan pencegahan tersier untuk memberikan penguatan pertahan tubuh
terhadap stresor melalui pendidikan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan untuk
membantu dalam mencegah terjadinya masalah yang sama dapat meliputi pengobatan
secara rutin dan teratur serta pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut dari
komplikasi suatu penyakit.
Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh.
Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan kelompok dalam
mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal. Perawat mengkaji
mengatur dan mengevaluasi sistem klien. Perawatan berfokus pada variabel-variabel
yang mempengaruhi respon klien terhadap stresor.
Betty neuman (1972) mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan
dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Bagi Neuman, manusia merupakan
makhluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dari fisiologi, sosiokultural dan
variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka,
manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh lingkungan, yang
digambarkan sebagai stesor. Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang
mempengaruhi (interpersonal) yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal
segala sesuatu pengaruh yang berasal dari luar diri klien (interpersonal). Pembetukan
lingkungan yang aman, yang mungkin terbentuk oleh mekanisme yang di sadari
maupun yang tidak disadari. Tiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh
stresor yang dapat merusak sistem. Model Neuman mencakup stresor interpersonal,
intrapersonal, daan ekspersonal.
Konsep utama yang teridentifikasi adalah pendekatan holistik, sistem terbuka
(meliputi fungsi, input dan out put, feed back, negentropy, egentropy dan stabilitas),
lingkungan, lingkungan yang dibuat, sehat, sakit, sistem klien (meluputi lima variable
klien, struktur dasar, garis pertahanan, garis pertahanan normal, garis pertahanan
fleksibel), stressor, tingkat reaksi, pencegahan dan intervensi dan rekontruksi. Adapun
maksud dari konsep-konsep utama tersebut adalah :
Pendekatan Holistik
Klien sebagai suatu system dapat didefinisikan sebagai orang, keluarga, kelompok,
masyarakat atau sosial. Klien digambarkan sebagai sesuatu yang utuh bagian dari
interaksi dinamis. Model ini mempertimbangkan semua variabel yang secara simultan
mempengaruhi klien: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
Sistem Terbuka
Elemen-elemen system secara continue bertukar informasi dan energi dalam suatu
organisasi yang kompleks. Stress dan reaksi terhadap stress adalah komponen dasar
pada suatu system terbuka.
Fungsi atau Proses :
Klien sebagai system bertukar energi, informasi, berbagai hal dengan lingkungannya
dan menggunakan sumber energi yang didapat untuk bergerak kearah stabilitas yang
utuh.
Input dan Out put
Klien sebagai suatu system, input dan output adalah zat-zat, energy, informasi yang
saling bertukar antara klien dan lingkungan.
Feed Back:
Sistem output dalam bentuk zat, energi, dan informasi memberikan sebagai feed back
untuk input selanjutnya untuk memperbaiki tindakan untuk merubah, meningkatkan,
atau menstabilkan system.
Negentropy
Suatu proses pemanfaatan energy konservasi yang membantu kemajuan system
kearah stabilitas atau baik.
Entropy
Suatu proses kehabisan energi atau disorganisasi yang menggerakkan sistem kearah
sakit atau kemungkinan kematian.
Stability :
Suatu keinginan keadaan seimbang antara penanggulangan system dan stressor untuk
memelihara tingkat kesehatan yang optimal dan integritas.
Enviroment :
Kekuatan internal atau eksternal disekitarnya dan mempengaruhi klien setiap saat
sebagai bagian dari lingkungan.
Created Enviroment :
Suatu pengembangan yang tidak disadari oleh klien untuk mengekspresikan system
secara simbolik dari keseluruhan system. Tujuannya adalah menyediakan suatu arena
aman untuk system fungsi klien. Dan untuk membatasi klien dari stressor.
Client sistem :
Lima Variabel (fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual) klien
dalam berinteraksi dengan lingkungan bagian dari klien sebagai system.
Basic Clien Structure :
Klien sebagai system terdiri dari pusat inti yang dikelilingi oleh lingkaran terpusat.
Pusat diagram dari lingkaran menghadirkan faktor kehidupan dasar atau sumber
energi klien. Inti struktur ini terdiri dari faktor kehidupan dasar yang umum untuk
seluruh anggota organisme. Seperti sebagai faktor bawaan atau genetik.
Lines of Resistance :
Serangkaian yang merusak lingkaran disekitar struktur inti dasar disebut garis
pertahanan, lingkaran ini menyediakan sumber-sumber yang membantu klien
mempertahankan melawan suatu stressor. Sebagai contoh adalah respon system imun
tubuh. Ketika garis pertahanan efektif, klien dapat menyusun system kembali. Jika
tidak efektif maka kematian dapat terjadi. Jumlah pertahanan stressor ditentukan oleh
interrelationship kelima variable sistem klien.
Normal line defence :
Garis pertahanan normal adalah suatu model diluar lingkaran padat. Hal itu
menghadirkan suatu keadaan stabil untuk individu atau system. Itu dipelihara dari
waktu ke waktu dan melayani sebagai suatu standar untuk mengkaji penyimpangan
dari kebiasaan baik klien. Itu semua meliputi variabel system dan perilaku seperti
kebiasaan pola koping seseorang, gaya hidup, dan tahap perkembangan. Pelebaran
dari garis normal merefleksikan suatu peningkatan keadaan sehat, pengecilan, suatu
penyusutan keadaan kesehatan.

Garis Pertahanan Fleksibel :


Garis lingkaran patah-patah terluar dinamakan garis pertahanan fleksibel. Hal ini
dinamis dan dapat berubah dengan cepat dalam waktu yang singkat. Hal ini
dipersepsikan sebagai penahan yang melindungi terhadap stressor dari
pecahnya/berubahnya kondisi kesehatan yang stabil yang di presentasikan sebagai
garis pertahanan normal. Hubungan antara variabel (fisiologi, psikologi, sosoikultural,
perkembangan, dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat kemampuan individu untuk
menggunakan pertahanan garis fleksibel untuk melawan kemungkinan dari reaksi
stressor seperti gangguan tidur. Neuman menggambarkan pertahanan garis fleksibel
meluas, hal ini akan memberikan pertahanan yang lebih besar dalam waktu yang
singkat terhadap invasi stressor. Demikian sebaliknya, akan memberikan lebih sedikit
pertahanan.
Kesejahteraan (Wellness) :
Keadaan sejahtera merupakan kondisi ketika tiap bagian dari sistem klien berinteraksi
secara harmoni dengan seluruh sistem. Kebutuhan sistem terpenuhi.
Sakit (Illness) :
Sakit terjadi ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang mengakibatkan keadaan tidak
seimbang dan penurunan energi.
Stressor
Stressor adalah kekuatan yang secara potensial dapat mengakibatkan gangguan pada
sistem yang stabil. Stressor dapat berupa :
1. Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu, seperti respon kondisional
seseorang.
2. Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau lebih individu, seperti
harapan peran.
3. Kekuatan ekstrapersonal yang terjadi diluat individu, seperti keadaan finansial.
Tingkat reaksi :
Tingkat reaksi merupakan jumlah energy yang diperlukan oleh klien untuk
menyesuaikan terhadap stressor.
Pencegahan sebagai intervensi :
Intervensi adalah tindakan yang bertujuan untuk membantu klien menahan, mencapai,
atau mempertahankan stabilitas system. Intervensi dapat terjadi sebelum dan sesudah
garis perlindungan dan perlawanan yang dilakukan pada fase reaksi dan rekonstitusi.
Intervensi didasarkan pada kemungkinan atau faktual dari tingkat reaksi, sumber daya,
tujuan, dan hasil antisipasi. Neuman mengidentifikasi tiga level intervensi :
1. Pencegahan primer, pencegahan primer dilakukan ketika stressor dicurigai atau
diidentifikasi. Reaksi belum terjadi tetapi tingkat resiko diketahui. Neuman
menyatakan sebagai berikut :
Pelaku atau pengintervensi akan berusaha untuk mengurangi kemungkinan
pertemuan individu dengan stressor, atau dengan kata lain usaha untuk
memperkuat seseorang bertemu dengan stressor, atau menguatkan garis
pertahanan fleksibel untuk menurunkan kemungkinan reaksi.
2. Pencegahan sekunder, pencegahan sekunder meliputi intervensi atau treatment
awal sesudah gejala dari stress telah terjadi. Sumber daya internal dan eksternal
digunakan agar sistem stabil dengan menguatkan garis internal resistensi,
mengurangi reaksi, dan meningkatkan faktor resistensi.
3. Pencegahan tersier, pencegahan tersier terjadi sesudah treatment atau pencegahan
sekunder. Pencegahan ini difokuskan pada penyesuaian kearah kestabilan sistem
yang optimal. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan resistensi terhadap stressor
untuk membantu mencegah terjadinya kembali reaksi atau regresi. Proses ini
mendorong untuk kembali pada tipe siklus ke pencegahan primer. Sebagai contoh
akan dihindarinya suatu stressor yang telah diketahui akan membahayakan klien.
Rekonstitusi :
Rekonstitusi terjadi mengikut treatment reaksi stressor. Hal ini menggambarkan
kembalinya sistem stabil dimana tingkat kesejahteraannya lebih tinggi atau lebih
rendah dari sebelumnya untuk melawan stressor.
Hal ini mencakup faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal, dan
lingkungan yang berhubungan dengan variable sistem klien (fisiologi, psikologi,
sosiokultural, perkembangan, dan spiritual).
2.4.2 Empat komponen Sentral Dalam Paradigma Keperawatan Menurut Teori Betty
Neuman
1. Manusia
Manusia sebagai klien atau sistem klien, model sistem Neuman menyatakan
konsep klien sebagai sistem yang dapat berupa individu, keluarga, kelompok,
komunitas, atau kelompok sosial tertentu. Sistem klien adalah gabungan hubungan
yang dinamik antara faktor fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan, dan
spiritual. Sistem klien digambarkan sebagai perubahan atau pergerakan konstan
yang hidup sebagai system terbuka dalam hubungan timbak balik dengan
lingkungan.
2. Kesehatan
Neuman mempertimbangkan kerjanya sebagai model sejahtera. Dia memandang
kesehatan sebagai kodisi yang terus menerus dari sehat menuju sakit yang secara
alamiah dinamis dan secara konstan seseorang berubah untuk mencapai kondisi
sehat yang optimal atau stabil yang diindikasikan seluruh kebutuhan sistem
terpenuhi. Menurunnya kondisi sehat merupakan akibat dari tidak terpenuhi
kebutuhan sistem. Klien berada dalam kondisi dinamis baik sehat atau sakit dalam
beberapa tahap yang diberikan pada waktu itu.
3. Keperawatan
Neuman menyatakan bahwa keperawatan adalah memperhatikan semua aspek
manusia. Dia juga menggambarkan bahwa keperawatan adalah profesi yang unik
yang memperhatikan semua variabel yang mempengaruhi respon individu
terhadap stress. Persepsi perawat mempengaruhi terhadap pelayanan yang
diberikan sehingga Neuman menyatakan bahwa persepsi antara pemberi
pelayanan dan pasien harus dikaji. Dia mengembangkan instrument pengkajian
dan intervensi untuk membantu melakukan tugas tersebut.
4. Lingkungan
Lingkungan dan manusia diidentifikasi sebagai dasar fenomena dari model
sistem Neuman, bahwa hubungan manusia dengan lingkungan adalah hubungan
yang timbal balik. Lingkungan didefinisikan sebagai semua faktor internal dan
eksternal yang berada disekelilingi manusia dan berinteraksi dengan manusia dan
klien. Stressor (intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal) adalah signifikan
terhadap konsep lingkungan dan digambarkan sebagai kekuatan lingkungan yang
berinteraksi dengan dan secara potensial dapat mengubah stabilitas sistem.
Neuman mengidentifikasi tiga lingkungan yang relevan sebagai berikut :
a. Lingkungan Internal adalah intrapersonal dengan semua interaksinya yang
terjadi pada klien
b. Lingkungan Eksternal adalah interpersonal atau ekstrapersonal dengan semua
interaksinya yang terjadi di luar klien.
c. Lingkungan yang diciptakan adalah perkembangan tidak sadar dan digunakan
klien untuk membantu mekanisme pertahanan.
Hal ini merupakan komponen utama pada intrapersonal. Lingkungan yang
diciptakan adalah kondisi dinamis yang diatur atau memobilisasi varibel-variabel
sistem untuk menciptakan efek yang ditentukan sehingga dapat membantu klien
mengatasi stressor lingkungan yang mengancam dengan melakukan perubahan
pada diri sendiri atau situasi. Contohnya respon menolak (variabel fisiologi), dan
semangat untuk survive pada siklus kehidupan (variabel perkembangan).
Lingkungan yang diciptakan secara terus menerus mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh perubahan oleh keadaan sehat yang dipersepsikan klien.

2.4.3 Proses Keperawatan Betty Neuman


A. Diagnosa Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identifikasi, klasifikasi dan evaluasi 5 variabel klien menurut Betty
Neuman
b. Identifikasi stresor dan faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal
pada pasien
c. Identifikasi dan bedakan persepsi antara klien dan caregiver
d. Mencoba untuk menyelesaikan perbedaan perceptual
2. Buatlah diagnosa keperawatan yang mencakup diagnosa actual atau potensial
B. Tujuan Keperawatan
1. Hasil yang diharapkan, prilaku yang diharapkan untuk menangani masalah
actual atau potensial pada klien (diputuskan bersama oleh klien dan
caregiver).
2. Rencana keperawatan, tindakan yang dilakukan oleh klie, caregiver atau orang
lain dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan.
C. Evaluasi
1. Intervensi actual
2. Evaluasi
a. Analisis respon pasien
b. Penentuan pencapaian hasil yang diharapkan
c. Jika tujuan tidak tercapaikan, tentukan penyebabnya
d. Rumuskan lagi tujuan keperawatan sesuai kebutuhan pasien
2.4.4 Aplikasi Teori dan Model Betty Neuman
Penerapan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan diabetes mellitus di
desa margalaksana kecamatan cilawu kabupaten garut
Dengan menerapkan teori Betty Neuman dalam pengkajian lansia dengan DM,
meliputi lima aspek yaitu aspek perkembangan, fisiologis, psikologis, sosial-kultural
dan spiritual.
Pembahasan :
Teori Betty Neuman sangat memungkinkan digunakan dalam pengkajian
praktik keperawatan di komunitas dengan agregat lansia dengan DM. Pengkajian lansia
hendaknya dilakukan secara holistik meliputi bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual.
Dalam penerapan teori Betty Newman aspek pengkajiannya sudah secara holistik yang
meliputi : aspek perkembangan, aspek fisiologis, aspek psikologis, aspek social-
kulturas, serta aspek spiritual. Dalam pengelolaannya pun Teori Betty Newman sudah
membuat tingkatan intervensi dengan melihat garis pertahanan klien (komunitas) yang
terganggu, fleksibel (intervensi primer), normal (intervensi sekunder), dan resisten
(intervensi tertier).
Aspek perkembangan lansia. Di Indonesia batasan usia Lansia dibagi menjadi 3
kelompok yaitu : 1) Usia 45-55 tahun disebut sebagai pralansia, 2) Usia 56-66 tahun
disebut sebagai lansia madya, dan Usia > 60 tahun disebut sebagai lansia akhir. Secara
teoritis setelah seseorang berusia 30 tahun maka fungsi tubuh akan mengalami
kemunduran sebanyak 1% tiap tahunnya. Berdasarkan usianya lansia akan mengalami
proses degeneratif yang menyebabkan perubahan dan penurunan fungsi tubuhnya,
sehingga berdampak pada kesehatan fisik, mental, sosial, ekonomi dan kemampuan
produktivitasnya. Dalam menghadapi proses penuaan dan perawatan terhadap masalah
kesehatannya, lansia memerlukan bantuan dan dukungan dari keluarga (family care
giver). Dari hasil penelitian lansia yang dirawat oleh keluarganya sebanyak 94%,
sebanyak 2% lansia di rawat oleh tetangganya dan sebanyak 2% lansia tidak ada yang
merawat.
Kemunduran fungsi tubuh yang lainnya yaitu dalam hal penurunan fungsi
kognitif. Kemunduran fungsi ini nantinya akan berdampak pada pengetahuan, sikap dan
perilaku tentang penyakit DM. Hasil penelitian menunjukkan lansia yang pernah
mendapatkan informasi kesehatan tentang DM sebanyak 23%, sedangkan sebanyak
77% lansia belum pernah mendapatkan informasi kesehatan tentang DM. Kurangnya
informasi yang didapat menyebabkan sebanyak 91% lansia memiliki pengetahuan
tentang DM yang rendah, sebanyak 72% lansia memiliki sikap yang negatif terhadap
perawatan DM, dan sebanyak 100% lansia memiliki perilaku yang negatif terhadap
penyakit DM.
Aspek Fisiologis, proses degeneratif pada lansia tidak bisa dihindari dan pasti
akan terjadi, namun yang bisa dilakukan adalah mencegah supaya proses degeneratif
tersebut berjalan lambat. Demikian juga dengan kejadian DM, secara teoritis kejadian
DM akan meningkat sejalan dengan usia, hal ini dikarenakan banyak faktor beberapa
diantaranya adalah karena penurunan fungsi pankreas dalam memproduksi hormon
insulin, faktor kegemukan, diit yang tinggi glukosa dan lain sebagainya. Salah satu cara
untuk menurunkan faktor resiko DM pada lansia adalah dengan beraktivitas, bisa
dengan tetap bekerja maupun dengan berolah raga. Hasil penelitian menunjukkan
aktivitas lansia yang masih bekerja sebanyak 39%, sedangkan yang tidak bekerja
sebanyak 61%, dalam hal olah raga sebanyak 42% lansia melakukan oleh raga secara
rutin dan sebanyak 58% lansia tidak melakukan olah raga secara rutin. Setelah
dilakukan pengkajian tentang resiko DM pada lansia dari hasil penelitian didapatkan
sebanyak 76% lansia kondisinya sehat, sebanyak 20% lansia memiliki resiko terkena
DM dan sebanyak 4% lansia menderita DM.
Aspek psikologis, persepsi lansia tentang kebutuhan dan kepuasan terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan berbeda-beda pada lansia. Persepsi ini mendasari apakah
dengan kondisi DM lansia akan pergi ke Pelayanan kesehatan atau tidak, dan
membaiknya kondisi fisiknya setelah pergi ke pelayanan kesehatan mendasari tingkat
kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan persepsi lansia
tentang DM sebanyak 7% lansia mengatakan DM merupakan penyakit ringan tidak
harus segera ditangani, dan sebanyak 93% lansia mengatakan DM merupakan penyakit
berat yang harus segera ditangani. Dalam hal kondisi psikologis, sebanyak 41% kondisi
psikologis lansia negatif dan sebanyak 59% kondisi psikologis lansia positif. Dalam hal
kepuasan terhadap pelayanan kesehatan sebanyak 98% lansia puas dengan pelayanan
kesehatan yang ada dan sebanyak 2% lansia merasa kurang puas dengan pelayanan
kesehatan.
Aspek sosial-kultural. budaya merupakan kekayaan disuatu daerah yang
diwariskan secara turun temurun, lahir dari adanya hubungan sosialisasi dengan
masyarakat. Budaya mempengaruhi derajat kesehatan lansia dalam hal keyakinan
terhadap praktik kesehatan dan pemilihan pelayanan kesehatan. Dari hasil penelitian
didapatkan sebanyak 11% lansia memiliki budaya atau keyakinan yang bertentangan
dengan kesehatan, dan sebanyak 89% lansia memiliki budaya sesuai dengan kesehatan.
dalam hal pemilihan pelayanan kesehatan sebanyak 83% lansia mempercayai
pengobatan tradisional, dan sebanyak 17% lansia tidak mempercayai.
Aspek spiritual. Dalam menghadapi masalah kesehatan dan kematian, tiap orang akan
menunjukkan respon yang berbeda-beda. Agama merupakan aspek penting yang dimiliki
seseorang, karena agama mampu memberikan ketenangan batin dalam menghadapi
permasalahan yang ada. Aspek spiritual yang ada pada lansia harusnya mengalami peningkatan
sebanding dengan peningkatan usia, karena sejalan dengan teori perkembangan manusia usia
lansia merupakan tahap akhir dari kehidupan manusia, dimana manusia mengalami
pertumbuhan, perkembangan dan akhirnya mati. Semakin tua seseorang maka masalah kesehatan
akan semakin kompleks dan lebih dekat dengan kematian. Hal ini sejalan dengan temuan pada
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak 100% lansia beragama islam, sebanyak 96%
lansia melaksanakan ibadah secara rutin, dan sebanyak 87% lansia masih aktif dalam kegiatan
keagamaan yang ada dilingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai