Anda di halaman 1dari 20

ETOS KERJA KADER

MUHAMMADIYAH

Baitul Arqom
Mahasiswa Awal
Studi

UMPRI, Tahun. 2020 Oleh.


Drs. SAUKANI, MM.
Pengertian Etos dan Kerja
dalam Islam
• Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang
memberikan arti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu
• Maka secara lengkapnya “etos” ialah
karakteristik dan sikap, kebiasaan serta
kepercayaan, dan seterusnya, yang bersifat
khusus tantang seorang individu atau kelompok
manusia.
• Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk
usaha yang dilakukan manusia baik dalam hal materi
atau non-materi, intelektual atau fisik, maupun hal-hal
yang berkaitan dengan masalah keduniaan atau
keakhiratan
• Makna “kerja” bagi seorang muslim adalah suatu
upaya yang sungguh-sungguh, dengan
mengerahkan seluruh aset, pikir, dan dzikirnya untuk
mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya
sebagai hamba Allah yang harus menundukkan
dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari
masyarakat yang terbaik (khoiru ummah)
KEUTAMAAN BEKERJA
1. Peningkatan Derajat
Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut
apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah
mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-
pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.
QS. Al-Ahqaaf : 19

2. Mendapatkan Pahala dari Allah Swt


dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan
kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu,
tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi
Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa
yang kamu kerjakan. Qs. Al-Baqarah 110
3. Mendapatkan keberuntunga
apabila telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung. Qs.
Al-Jumuah : 10
4. Seperti Seorang Mujahid (berjuang di
jalan Allah)
Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang
bekerja dan barangsiapa bekerja keras
untuk keluarganya, maka ia seperti seorang
mujahid di jalan Allah Swt.” (HR. Ahmad)
5. Bekerja adalah Kewajiban
“ Mencari rizki yang halal adalah wajib
sesudah menunaikan yang fardlu (seperti
Shalat, puasa, dll).” (HR. Ath-Thabrani dan
Al-Baihaqi)
6. Menjaga Kehormatan Diri
Tiada seorang pun yang makan makanan
yang lebih baik dari pada makan yang
diperoleh dari hasil dari keringatnya sendiri.
Sesungguhnya Nabi Allah Daud AS itu pun
makan dari hasil karyanya sendiri”.(H.R.
Bukhori)
7. Menghapus Dosa
“Barang siapa yang di waktu sorenya
merasakan kelelahan karena bekerja,
berkarya dengan tangannya sendiri, maka
diwaktu sore itu pulalah ia terampuni
dosanya”.(Riwayat Tabrani dan
Baihaqi).
ETOS KERJA KH. AHMAD DAHLAN SEBAGAI SPIRIT PERGERAKAN
MUHAMMADIYAH

1. Etos Pergerakan
terus bergerak dan terus menyebarkan kebaikan dalam
kehidupan (muhammadiyah sebagai gerakan islam)
2. Etos Ilmu
Spirit keilmuan, setiap almal perbuatan (Amaliyah) harus
berlandaskan kepada ilmu pengetahuan. Spirit
kelilmuan mengilhami lahirnya jamaah-jamaah taklim
dan amal usaha.
3. Etos Amaliyah
Spirit kebajikan sebagai wujud teologi al-ma’un yang
menggerakkan amaliyah muhammadiyah untuk
menolong siapapun yang sengsara tanpa descriminasi
4. Etos Perubahan
berupaya melakukan perubahan-perubahan untuk
mengubah nasib umat kearah yang lebih maju

5. Etos Kemajuan
berupaya memajukan umat manusia sebagai wujud
dari islam sebagai agama rahmatan lil’lamin
Strategi Meningkatkan Etos Kerja
1) Memiliki jiwa kepemimpinan (leadership);
2) Selalu berhitung, yaitu melakukan
muhasabah atau evaluasi;
3) Menghargai waktu;
4) Tidak pernah merasa puas berbuat
kebaikan/kebajikan;
5) Hidup berhemat dan efisien;
6) Memiliki jiwa wiraswasta
(entrepreneurship);
7) Memiliki insting bertanding dan bersaing;
8) Memiliki keinginan untuk mandiri
(independent);
9) Haus untuk memiliki sifat keilmuan;
10) Berwawasan makro-universal;
11) Memperhatikan kesehatan dan gizi;
12) Ulet dan pantang menyerah;
13) Berorientasi pada produktivitas;
14) Memperkaya jaringan silaturahim.
Etos Kerja Kader Muhammadiyah

Kerja adalah Ibadah

Etos
Kerja

Kerja adalah Rahmah Kerja adalah Amanah


 Bersabdalah Rosul: Kalau ia berkerja itu
untuk menghidupi anaknya yg masih
kecil, maka itu fi sabilillah, kalau ia bekerja
untuk membela orang tuanya yg sudah
lanjut, maka itu fi sabilillah & kalau ia
bekerja untuk dirinya agar terhindar dari
meminta minta itu adalah fi sabilillah.(hr
Thabrani).

Anda mungkin juga menyukai