Yakan)
B. Mengislamkan Ibadah
Ibadah dalam Islam merupakan Puncak kepatuhan dan kerendahan kepada Allah. Merupakan
puncak merasakan betapa agungnya keagunganNya. Ibadah merupakan anak tangga penghubung
Sang Khaliq dengan hamba Nya. Ibadah hanyalah untuk Allah (menghadirkan diri hanya untuk
Allah. Untuk mengislamkan ibadah, maka:
1. Menjadikan Ibadah hidup dan bersambung (berhubungan) dengan Allah. Dalam hal ini
ialah ihsan.
2. Ibadah khusyuk sehingga merasakan manisnya, bahkan mampu memberi kekuatan untuk
terus mengerjakannya.
3. Dalam ibadah, hati harus hadir sepenuhnya kepada Allah, idah dicampuri memikirkan
segala kesibukkan dan urusan duniawi.
4. Senantiasa ingin beribadah tanpa merasa cukup. Selalu menambah dengan amalan sunah.
5. Selalu berkeinginan besar dan melakukan sholat malam, karena ini merupakan kekuatan
yang memantapkan iman dan mengerjakan amalan sunah lainnya.
6. Harus meluangkan waktu untuk membaca dan memahami (mentadaburi) Al-Quran,
terutama waktu fajar, duha.
7. Harus menjadikan doa sebagai perantaraan kepada Allah di setiap urusan hidup.
C. Mengislamkan Akhlaq
Tujuan pokok dari risalah Islam adalah Akhlaq mulia. Ia merupakan buah dari iman, wujud dari
ibadah. Lalu ditunjukkan dengan perbuatan. Untuk mengislamkan akhlaq, maka:
1. Bersikap wara’ (hati-hati) dari segala hal subhat
2. Menundukkan pandangan (Q.S An-Nur:30)
3. Menjaga ucapan/lidah
4. Memiliki rasa malu
5. Lemah lembut dan sabar (Q. S As-Syura: 43, Al-Hijr:85, As-Shad:10, An-Nur:22, Al-
Furqan:63)
6. Bersifat benar/Jujur
7. Tawadhu’
8. Menjauhi prasangka, hibah, dan mencari-cari aib orang lain.
9. Murah hati dan dermawan
10. Teladan yang baik
D. Mengislamkan Keluarga dan Rumah Tangga
Membawa Risalah Islam tidaklah cukup untuk diri sendiri, karena dakwah bukan hanya untuk
sendiri namun orang lain. Dalam hal ini dari lingkup kecil terlebih dahulu yaitu mengislamkan
rumah tangga dan keluarga. Untuk mengislamkan ranah ini, maka:
1. Tanggung jawab pernikahan
a. Pernikahan yang dilakukan harus karena Allah (Q. S Ali Imran: 34)
b. Tujuan pernikahan hendaknya ialah untuk menjaga pandangan, memelihara kemaluan
dan bertakwa kepada Allah.
c. Memilih calon Istri yang baik, karena ia yang akan menjadi teman seperjuangan dan
tentunya berkaitan dengan mendidik keturunan.
d. Memilih Istri yang berakhlak mulia dan karena agamanya, bukan hanya karena kekayaan
dan kecantikan.
e. Harus berhati-hati dalam urusan ini agar tidak terkena murka Allah.
2. Tanggung jawab pascapernikahan
a. Harus bersikap baik dan menghargainya, agar tumbuh kepercayaan antara saya dan dia.
b. Jangan sampai hubungan dengan istri sebatas hubungan ranjang dan nafsu semata.
Tetapi yang lebih penting yaitu harus ada hubungan kesesuaian dalam pemikiran,
spritual, dan emosi. (Qs. Thaha : 132 dan Maryam :55)
c. Hubungan dengan istri harus mengikuti tuntunan syara’. Jadi, tidak dijalin dengan
mengorbankan Islam atau dalam hal – hal yang diharamkan Allah.
3. Tanggung jawab mendidik anak
E. Mengalahkan Nafsu Saya
1. Golongan sifat
a. Golongan yang mengikuti hawa nafsu mereka, yaitu orang kafir dan orang yang
mengikuti jejak mereka.(Q. S Al-Jasiyah;23)
b. Ada tipe – tipe orang yang bersungguh – sungguh memerangi nafsunya dan melawan
keinginannya. Mereka kadang berbuat kesalahan, tetapi kemudian bertobat. Mereka
kadang bermaksiyat kepada Allah, namun lantas menyesal dan beristighfar.
2. Sendi-sendi/perangkat-perangkat kekuatan dalam memerangi hawa nafsu
a. Hati, selama ia hidup, sadar, bersih, tegar, dan bersinar. ( Al-Anfal : 2 , Al – Haj : 46 dan
Muhammad : 24)
b. Akal, selama ia dapat memandang, memahami, membedakan, dan menyerap ilmu yang
dengannya dapat mendekatkan diri dengan Allah (An-Nur:40 & Fathir:28)
3. Tanda-Tanda kematian hati/akhlak
Ketika hati mulai mengeras dan mati dan ketika akalnya padam atau menyimpang, sehingga
akan terjadi penyakit was-was.
4. Sarana – Sarana untuk Membentengi Diri dari Masuknya Setan
Sepuluh pintu yang dijadikan setan sebagai sarana untuk mendatangi manusia:
a. Ambisi dan Buruk Sangka
b. Kecintaan kepada hidup dan panjang angan – angan
c. Keinginan untuk santai dan bersenang – senang
d. Bangga diri
e. Sikap meremehkan dan kurang menghargai orang lain
f. Dengki
g. Riya’ dan keinginan dipuji manusia
h. Kikir
i. Sombong
j. Tamak
Adapun karakteristik yang harus dimiliki muslim agar pengakuan keislamannya benar:
A. Hidup untuk Islam
Manusia terbagi menjadi tiga golongan:
1. Golongan yang hidup untuk dunia. Kaum materialis. Oleh Al-Qur’an, mereka disebut
sebagai golongan (Al-Anam:29, Jasiyah:24)
2. Golongan yang tercampakkan di antara dunia dan akhirat. Mereka menjalankan agama
secara ritual, formalitas belaka. Akan tetapi keyakinannya goyah. (Muhammad:12,
Ali:Imran:14)
3. Golongan yang menganggap dunia sebagai lahan bagi kehidupan akhirat. (Al-Anam:32)
4. Bagaimana Saya Hidup Untuk Islam
a. Mengenai Tujuan hidup (Adz-Dzariyat:56)
b. Mengetahui nilai-nilai dunia dibandingkan dengan akhirat. (At-Taubah:38)
c. Menyadari bahwa kematian pasti dating. (Ar-Rahman:26=27, Ali-Imran:185)
d. Mengakui hakikat Islam. yaitu dengan mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama,
dasar-dasar, hukum-hakam, yang halal dan yang haram. (Taha:114)
e. Mengetahui hakikat Jahiliyah. Rasulullah berkata, ”Barangsiapa mempelajari bahasa
suatu kaum, maka ia akan aman dari tipu daya mereka.”