Anda di halaman 1dari 7

Resume Buku Komitmen Muslim Sejati (Fathi 

Yakan)

BAB 1. Apa Artinya Saya Mengaku Muslim?


A. Mengislamkan Aqidah
Syarat pertama dalam berkomitmen sebagai Muslim adalah aqidah harus lurus, jelas, dan benar,
sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW karena aqidah yang tidak bersih akan
tercemari oleh hal-hal yang melemahkan iman, iman yang lemah akan mempengaruhi segala
aktivitas seorang muslim dalam hidupnya.
Agar dapat mengislamkan aqidah, maka wajib :
1. Beriman bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah yang Maha Bijaksana, Maha
kuasa, Maha mengetahui, dan Maha Berdiri Sendiri. (Q.S. Al-Anbiya’ : 22)
2. Beriman bahwa Al-Kholiq menciptakan alam semesta ini tidaklah sia-sia, karena Allah
adalah Dzat yang Maha sempurna. (Q.S. Al-Mu’minun : 115-116)
3. Beriman bahwa Allah swt telah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab untuk
memperkenalkan Dzat-Nya kepada manusia, tujuan penciptaan, asal dan tempat kembali
manusia. (Q.S. An-Nahl : 36)
4. Beriman bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk mengenal dan mengabdi
pada Allah swt. (Q.S. Adz-Dzariyat : 56-58)
5. Beriman bahwa balasan bagi mu’min yang taat adalah jannah dan orang kafir adalah
neraka. (Q.S. Asy-Syura : 7)
6. Beriman bahwa manusia melakukan kebaikan maupun keburukan atas pilihan dan
kehendaknya sendiri. Tapi untuk kebaikan juga dipengaruhi oleh Taufiq/hidayah dari Allah
dan keburukan tidak ada paksaan dari Allah. (Q.S. Asy-Syams : 7-10, Al-Mudatsir : 38)
7. Beriman bahwa pembuat hukum hanyalah hak Allah yang tidak boleh dilangkahi, dan
seorang muslim boleh berijtihad yang disyari’atkan oleh Allah. (Q.S. Asy-Syura : 10)
8. Mengetahui nama-nama dan sifat-sifat Allah. Dari Abu Hurairah ra : telah bersabda
Rasulullah SAW : “Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, tidak
seorang pun menghafalnya melainkan ia pasti masuk surga. Dan Dia (Allah) itu ganjil dan
mencintai yang ganjil.”(HR. Bukhari dan Muslim)
9. Merenungkan ciptaan Allah dan bukan Dzatnya. “Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan
janganlah kalian berfikir tentang DzatNya, karena kalian tidak akan mampu
menjangkauNya.”(Abu Nu’am dalam Al-Hilyah, dan Al-Asbahany dalam At-Targhib wa
Tarhib)
10. Berhubung dengan sifat-sifat Allah s.w.t terdapat banyak ayat-ayat suci Al-Quran Al-
Karim yang membuktikan kesempurnaan ketuhanan (Uluhiyyah-Nya).
11. Saya harus meyakini bahwa pendapat para salaf lebih utama untuk diikuti, khususnya
dalam persoalan takwil dan ta’thil, serta menyerahkan pengetahuan mengenai makna –
makna ini kepada Allah Swt. Tanpa harus menyebabkan dijatuhkannya vonis kafir atau fasik
bagi takwil yang dikemukakan oleh orang – orang belakangan (khlaf).
12. Mengabdi kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya. (Q.S. An-Nahl : 36)
13. Merasa takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada selain-Nya. Rasa takut kepada
Nya harus mendorong untuk menjauhi apa yang dimurkai serta diharamkan Nya. (Q.S. An-
Nur : 52)
14. Berdzikir kepada Nya secara kontinyu. Dzikir pada Allah merupakan obat spiritual yang
ampuh dalam menghadapi tantangan zaman dan segala bencana yang menimpa kehidupan.
(Q.S. Ar-Ra’d : 28, Az-Zukhruf : 36-37)
15. Mencintai Allah sampai hati dikuasai oleh Nya dan terkait erat dengan Nya sehingga
mendorong saya untuk lebih baik dan rela berkorban di jalanNya. (Q.S. At-Taubah : 24)
16. Bertawakkal kepada Allah dalam segala urusan saya. (Q.S. At-Thalaq : 3)
17. Bersyukur kepada Allah atas nikmatNya yang tak terhitung. (Q.S. An-Nahl : 78, Yasin :
33-35, Ibrahim : 7)
18. Beristighfar kepada Nya secara kontinyu karena dapat memperbaharui taubat, iman, dan
menghapus dosa. (Q.S. An-Nisa’ :110, Ali-Imran : 135)
19. Menyadari bahwa diri selalu diawasi oleh Nya kapan saja dan di mana saja berada. (Q.S.
Al-Mujadilah : 7)

B. Mengislamkan Ibadah
Ibadah dalam Islam merupakan Puncak kepatuhan dan kerendahan kepada Allah. Merupakan
puncak merasakan betapa agungnya keagunganNya. Ibadah merupakan anak tangga penghubung
Sang Khaliq dengan hamba Nya. Ibadah hanyalah untuk Allah (menghadirkan diri hanya untuk
Allah. Untuk mengislamkan ibadah, maka:
1. Menjadikan Ibadah hidup dan bersambung (berhubungan) dengan Allah. Dalam hal ini
ialah ihsan.
2. Ibadah khusyuk sehingga merasakan manisnya, bahkan mampu memberi kekuatan untuk
terus mengerjakannya.
3. Dalam ibadah, hati harus hadir sepenuhnya kepada Allah, idah dicampuri memikirkan
segala kesibukkan dan urusan duniawi.
4. Senantiasa ingin beribadah tanpa merasa cukup. Selalu menambah dengan amalan sunah.
5. Selalu berkeinginan besar dan melakukan sholat malam, karena ini merupakan kekuatan
yang memantapkan iman dan mengerjakan amalan sunah lainnya.
6. Harus meluangkan waktu untuk membaca dan memahami (mentadaburi) Al-Quran,
terutama waktu fajar, duha.
7. Harus menjadikan doa sebagai perantaraan kepada Allah di setiap urusan hidup.

C. Mengislamkan Akhlaq
Tujuan pokok dari risalah Islam adalah Akhlaq mulia. Ia merupakan buah dari iman, wujud dari
ibadah. Lalu ditunjukkan dengan perbuatan. Untuk mengislamkan akhlaq, maka:
1. Bersikap wara’ (hati-hati) dari segala hal subhat
2. Menundukkan pandangan (Q.S An-Nur:30)
3. Menjaga ucapan/lidah
4. Memiliki rasa malu
5. Lemah lembut dan sabar (Q. S As-Syura: 43, Al-Hijr:85, As-Shad:10, An-Nur:22, Al-
Furqan:63)
6. Bersifat benar/Jujur
7. Tawadhu’
8. Menjauhi prasangka, hibah, dan mencari-cari aib orang lain.
9. Murah hati dan dermawan
10. Teladan yang baik
D. Mengislamkan  Keluarga dan Rumah Tangga
Membawa Risalah Islam tidaklah cukup untuk diri sendiri, karena dakwah bukan hanya untuk
sendiri namun orang lain. Dalam hal ini dari lingkup kecil terlebih dahulu yaitu mengislamkan
rumah tangga dan keluarga. Untuk mengislamkan ranah ini, maka:
1. Tanggung jawab pernikahan
a. Pernikahan yang dilakukan harus karena Allah (Q. S Ali Imran: 34)
b. Tujuan pernikahan hendaknya ialah untuk menjaga pandangan, memelihara kemaluan
dan bertakwa kepada Allah.
c. Memilih calon Istri yang baik, karena ia yang akan menjadi teman seperjuangan dan
tentunya berkaitan dengan mendidik keturunan.
d. Memilih Istri yang berakhlak mulia dan karena agamanya, bukan hanya karena kekayaan
dan kecantikan.
e. Harus berhati-hati dalam urusan ini agar tidak terkena murka Allah.
2. Tanggung jawab pascapernikahan
a. Harus bersikap baik dan menghargainya, agar tumbuh kepercayaan antara saya dan dia.
b. Jangan sampai hubungan dengan istri sebatas hubungan ranjang dan nafsu semata.
Tetapi yang lebih penting yaitu harus ada hubungan kesesuaian dalam pemikiran,
spritual, dan emosi. (Qs. Thaha : 132 dan Maryam :55)
c. Hubungan dengan istri harus mengikuti tuntunan syara’. Jadi, tidak dijalin dengan
mengorbankan Islam atau dalam hal – hal yang diharamkan Allah.
3. Tanggung jawab mendidik anak

E. Mengalahkan Nafsu Saya
1. Golongan sifat
a. Golongan yang mengikuti hawa nafsu mereka, yaitu orang kafir dan orang yang
mengikuti jejak mereka.(Q. S Al-Jasiyah;23)
b. Ada tipe – tipe orang yang bersungguh – sungguh memerangi nafsunya dan melawan
keinginannya. Mereka kadang berbuat kesalahan, tetapi kemudian bertobat. Mereka
kadang bermaksiyat kepada Allah, namun lantas menyesal dan beristighfar.
2. Sendi-sendi/perangkat-perangkat kekuatan dalam memerangi hawa nafsu
a. Hati, selama ia hidup, sadar, bersih, tegar, dan bersinar. ( Al-Anfal : 2 , Al – Haj : 46 dan
Muhammad : 24)
b. Akal, selama ia dapat memandang, memahami, membedakan, dan menyerap ilmu yang
dengannya dapat mendekatkan diri dengan Allah (An-Nur:40 & Fathir:28)
3. Tanda-Tanda kematian hati/akhlak
Ketika hati mulai mengeras dan mati dan ketika akalnya padam atau menyimpang, sehingga
akan terjadi penyakit was-was.
4. Sarana – Sarana untuk Membentengi Diri dari Masuknya Setan
Sepuluh pintu yang dijadikan setan sebagai sarana untuk mendatangi manusia:
a. Ambisi dan Buruk Sangka
b. Kecintaan kepada hidup dan panjang angan – angan
c. Keinginan untuk santai dan bersenang – senang
d. Bangga diri
e. Sikap meremehkan dan kurang menghargai orang lain
f. Dengki
g. Riya’ dan keinginan dipuji manusia
h. Kikir
i. Sombong
j. Tamak

F. Harus Yakin Bahwa Masa Depan Adalah Milik Islam


Kepercayaan kepada Islam harus mencapai tingkat keyakinan bahwa masa depan adalah milik
agama ini. (Qs. Al-Mulk : 14)
Beberapa faktor yang mendorong keyakinan :
1. Rabaniyah Manhaj Islam
2. Universalitas Manhaj Islam
3. Elastisitas Manhaj Islam
4. Kelengkapan Manhaj Islam
5. Keterbatasan Sistem – Sistem “Wadh’iyah”

BAB 2 Apa Artinya Saya Berafiliasi kepada Pergerakan Islam


Menjelaskan tentang afiliasi terhadap gerakan Islam. Dasar untuk mengaku sebagai aktivis
pergerakan Islam adalah hendaknya pada diri seseorang telah terwujud semua sifat dan
karakteristik pengakuannya sebagai Muslim. Inilah yang menjadikan pergerakan Islam
mengambil berat atas persiapan pribadi muslim agar muncul individu Muslim yang benar
keislamannya, sebelum menyiapkannya sebagai aktivis pergerakan.

Adapun karakteristik yang harus dimiliki muslim agar pengakuan keislamannya benar:
A. Hidup untuk Islam
Manusia terbagi menjadi tiga golongan:
1. Golongan yang hidup untuk dunia. Kaum materialis. Oleh Al-Qur’an, mereka disebut
sebagai golongan (Al-Anam:29, Jasiyah:24)
2. Golongan yang tercampakkan di antara dunia dan akhirat. Mereka menjalankan agama
secara ritual, formalitas belaka. Akan tetapi keyakinannya goyah. (Muhammad:12,
Ali:Imran:14)
3. Golongan yang menganggap dunia sebagai lahan bagi kehidupan akhirat. (Al-Anam:32)
4. Bagaimana Saya Hidup Untuk Islam
a. Mengenai Tujuan hidup (Adz-Dzariyat:56)
b. Mengetahui nilai-nilai dunia dibandingkan dengan akhirat. (At-Taubah:38)
c. Menyadari bahwa kematian pasti dating. (Ar-Rahman:26=27, Ali-Imran:185)
d. Mengakui hakikat Islam. yaitu dengan mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama,
dasar-dasar, hukum-hakam, yang halal dan yang haram. (Taha:114)
e. Mengetahui hakikat Jahiliyah. Rasulullah berkata, ”Barangsiapa mempelajari bahasa
suatu kaum, maka ia akan aman dari tipu daya mereka.”

B. Saya Harus Meyakini Kewajiban Memperjuangkan Islam


Memperjuangkan Islam adalah wajib. Hal ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang:
1. Kewajibannya sebagai prinsip
2. Kewajibannya sebagai hukum
3. Kewajiban menegakkan Islam sebagai kebutuhan darurat
4. Kewajiban secara individu dan kolektif
5. Barangsiapa berjihad, sesungguhnya ia berjihad untuk dirinya sendiri
C. Pergerakan Islam, Misi, Karakteristik, Dan Perlengkapannya
1. Misi Pergerakan Islam. Tegaknya agama ALLAH di muka bumi.
2. Karakteristik dasar pergerakan Islam:
a. Rabbaniyyah (Ketuhanan)
b. Pergerakan independen
c. Pergerakan progressif/pembawa kemajuan
d. Pergerakan syumul/komprehensif
e. Menjauhi Perselisihan fiqih
3. Ciri-ciri Gerakan Islam
Jauh dari kekuasaan para penguasa dan politikus, walau di antara anggotanya ada yang menjadi
penguasa dan politikus
a. Memiliki tahapan dalam dakwahnya. Imam Hasan Al-Banna, dalam Risalah Ta’alim,
menjelaskan bahwa dakwah ini memiliki tiga tahapan: ta’rif (pengenalan), takwin
(pembentukan), dan tanfidz (pelaksanaan).
b. Mengutamakan aktivitas dan produktivitas ketimbang klaim dan propaganda
c. Mengatur napas yang panjang
d. Nyata dalam aktivitas, rahasia dalam organisasi
e. Uzlah (pengasingan) kejiwaan dari noda dunia, bukan fisik
f. Tujuan tidak menghalalkan segala cara
4. Perlengkapan (untuk mempersiapkan) Pergerakan Islam
a. Memiliki keimanan yang kuat
b. Meyakini jalan yang mereka tempuh, keistimewaan dan kebaikannya
c. Meyakini persaudaraan serta hak-hak dan kesakralannya
d. Meyakini agung dan besarnya pahala
e. Meyakini akan diri sendiri

D. Saya Harus Mengetahui Jalan Perjuangan Islam


Imam Syahid Hasan Al-Banna, dalam Majmuatur Rasail , melukiskan potret pejuang Islam
sebagaiberikut:
Wahai para ikhwan, kalian bukanlah organisasi sosial, bukan partai politik, bukan pula
organisasi domestik yang memiliki keterbatasan tujuan. Tetapi kalian adalah ruh baru yang
mengalir di dalam hati sanubari umat ini, kemudian dihidupkan oleh ALLAH dengan cahaya Al-
Quran. Kalian adalah cahaya baru yang bersinar terang, yang akan memorak-porandakan
kegelapan hidup hedonistis dengan makrifatullah. Ketahuilah, kalian adalah suara yang bergaung
keras dengan menggemakan seruan Rasulullah SAW.

E. Saya Harus Mengetahui Dimensi Afiliasi Saya Kepada Pergerakan Islam


1. Afiliasi pada Akidah
Menolak afiliasi yang berdasarkan kepada (kecenderungan atau thiqah terhadap)
pribadi (sahsiah) seperti yang berlaku pada organnisasi/badan/lembaga asing yang hanya
mementingkan soal-soal kepemimpinan saja dan hubungan seperti inilah yang menjadi
kuman-kuman yang menghancurkan organisasi tersebut.
Menolak penggabungan yang didorong oleh semangat dan perasaan yang “hanya
meniru” kerana Islam itu sendiri adalah sistem yang ditegakkan di atas dasar kefahaman, juga
kerana matlamat bekerja untuk Islam itu sendiri adalah untuk menegakkan manhaj hidup
Islam di dalam masyarakat di mana perlaksanaannya dilakukan dengan penuh kesedaran,
penelitian dan secara lebih objektif.
Menolak penggabungan yang mempunyai maslahat tujuan tertentu atau dalam arti
kata yang lain dijadikan sebagai batu loncatan untuk mencapai maksud dan kepentingan diri
sendiri.
2. Afiliasi terhadap tujuan
Satu lagi perkara yang sepatutnya ada di dalam afiliasi seseorang di dalam Harakah
Islamiah ialah afiliasi masa depannya bersama masa depan jamaah dengan makna masa
depannya (suka duka) mestilah terikat dengan jamaah dalam bentuk dan apapun keadaannya
sekalipun.Afiliasi dengan jamaah juga mestilah tidak terbatas kepada zaman, kaum remaja
dan pemuda, lalu berhenti setelah meningkat dewasa dan berumah-tangga.
Afiliasi ini juga bukanlah terbatas di waktu keadaan aman damai, kemudian
menghilang apabila ditimpa ujian. Afiliasi harus bersifat kekal abadi, tidak bercerai-berai,
tidak berundur ke belakang dan tidak cabut lari sehingga ia kembali menemui Tuhannya
dalam keadaan ia menggabungkan diri dengan Harakah Islamiah. Dakwah yang benar ialah
dakwah atau seruan supaya berpegang teguh kepada kebenaran, seruan kepada iman dan
amal, seruan kepada jihad, rasa keterikatan dan kesabaran serta seruan kepada pengorbanan
dan penebusan.

F. Saya Harus Mengetahui Poros-Poros Perjuangan Islam


Tiga Poros Perjuangan Islam :
1. Kejelasan tujuan
Ini merupakan daya tenaga uang besar bagi para pengemban dakwah, sehingga bisa
menyampingkan sesuatu yang menghambat tujuan ini. Tujuan ini pula berawal dan
berlandaskan dari Ibadah, mulai dari Ibadah kaitannya dengan diri sendiri sampai bergerak
dalam perjuangan Islam.
Menurut ajaran Islam yang sebenarnya pengabdian diri manusia kepada Allah
bermakna menolak seluruh sistem ciptaan manusia yang membawa manusia mengabdikan
diri kepada Tanghut.
2. Kejelasan jalan
Inti dari ini adalah adanya manhaj yang menjadi pijakan. Meski berbagai harakah
Islam banyak yang menyikapi atau mempunyai cara yang berbeda. Ada gerakan yang bersifat
merubah (taghyir), ada gerakan yang bersifat menyeluruh, ada gerakan yang bersifat alamiah
3. Komitmen terhadap jalan Rasul Saw.
a. Diawali dengan komitmen ubudiyah kepada Allah.
b. Mewujudkan kelompok yang bergerak, dengan kesatuan akidah, di bawah pemimpin
yang berlandaskan petunjuk dan agama Allah.
c. Menentang Jahiliah.
 
G. Saya Harus Mengetahui Persyaratan Baiat Dan Keanggotaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Kualitas bukan kuantitas
Memang pada saat awal kaderisasi targetannya adalah kuantitas, namun kuantitas ini
jangan sampai melupakan kualitas. Karena kerja-kerja ahli jangan sampai hanya
menghimpun apa saja manusia yang ditemui, namun harus ada kesamaan fikroh. Kualitas
diperlukan karena dalam dakwah ia harus benar-benar bersungguh-sungguh, sehingga dengan
kadar kualitasnya ini ia tidak menjadi orang-orang yang malah menghancurkan gerakan dari
dalam.
2. Baiat dan hukumnya
Baiah ialah perjanjian untuk memberi ketaatan. Orang yang berbaiah ialah seolah-
olah ia membuat janji setia untuk menyerahkan dirinya dan urusan kaum Muslimin kepada
amir atau ketuanya. Ia tidak akan melanggar kepada janji setianya terhadap amir dalam
urusan tersebut malah ia mestilah mentaati apa yang dipertanggungjawabkan ke atasnya
sama ada ia suka ataupun ia benci.
Baiat sudah dilaksanakan semenjak masa Nabi Muhammad. Imam Al-Bukhari
meriwayatkan dari Junadah bin Abu Umayyah dari ‘Ubadah bin Al-Samit yang menyatakan:
“Rasulullah s.a.w telah memanggil kami, lalu kami pun memberi baiah kepada baginda…
kemudian ‘Ubadah berkata: “Di antara perkara yang diminta kami berjanji ialah; Kami
berjanji mendengar dan mentaati (Rasulullah s.a.w) dalam perkara yang kami sukai dan kami
benci, dalam keadaan kami susah dan senang, tidak mementingkan diri sendiri, tidak
membantah terhadap ketua dalam urusan-urusan kecuali kami melihat kekufuran terhadap
Allah secara nyata dengan bukti yang terang dan jelas.” (Dari Sahih Al-Bukhari-Bab Al-
Fitan)
3. Ketaatan dan hukumnya
Taat ertinya menurut perintah. Apabila taat tidak berlaku maka maksiat dan fitnah
akan menggantikan tempatnya. Bagi sesorang Mukmin bibit-bibit fitnah itu pada mula
mungkin tidak begitu jelas sehingga ia tidak merasai kewujudan fitnah itu kecuali setelah ia
benar-benar terjadi. Oleh yang demikian ia wajib berhati-hati dalam segala tutur katanya,
perbuatannya dan tindak-tanduknya supaya semua perbuatan-perbuatan tersebut tidak
mendatangkan fitnah kepada orang-orang yang beriman. Memberi ketaatan (kepada yang
berhak) adalah wajib selama ia tidak termasuk dalam perkara maksiat atau perkara yang
boleh membawa maksiat. (An-Nisa:59)
4. Rukun-Rukun baiat
Bergabung dengan Harakah Islamiah pada hakikatnya bermaksud bergabung secara
langsung atau amalan di dalam Islam. Ia merupakan permulaan perjanjian baru dengan Allah
dan memberikan baiah untuk beramal dan berjihad pada jalan-Nya.
Asy-Syahid Imam Hassan Al-Banna telah merumuskan tentang rukun-rukun baiah
dengan berkata: “Rukun baiah kita semuanya sepuluh, peliharalah ia dengan sebaik-
baiknya”:
a. Paham (20 ushul isyrin)
b. Ikhlas
c. Amal (Maratibul amal)
d. Jihad
e. Tadhiyah (pengorbanan)
f. Taat (3 tahapan dakwah)
g. Tsabat/teguh
h. Tajarrud/murni. Murni dari berbagai prinsip lain yang tak bersesuaian dengan manhaj
islam.
i. Ukhuwah
j. Tsiqoh (percaya)
5. Kewajiban-Kewajiban Akhi Muslim. (ada 38 diambil dari Majmu’atur Rasail)
H. Wirid Rabithah

Anda mungkin juga menyukai