Anda di halaman 1dari 11

PENSIL AJAIB

Nia adalah seorang anak yang pendiam di kelasnya. Ia tidak mempunyai teman, dan
tidak ada yang mau berteman dengan dia, akibat ia sangat bodoh dalam hal pelajaran.

Suatu hari, Nia mendapatkan nilai 45 di ulangan PKN. Dan, “Kamu pasti dapat jelek
kan?!” ejek Velis dan sahabat sahabatnya. Velis dan sahabat sahabatnya memang sering
mengejek dan meremehlan Nia. “Emang kenapa?” Nia mulai kesal. “Aduh aduh, yuk guys kita
pergi aja… orang di depan kita ini udah mulai ngamuk” lalu mereka pergi meninggalkan Nia.
Ketika Nia sedang berjalan kaki menuju sekolahnya, ia melihat ada sebuah pensil yang
tergeletak di tengah jalan. Nia pun memungut pensil itu. “Pensil siapa ini? Kok ada di sini?
Ambil ajalah, juga kan pensilku hilang” Nia pun menyimpan pensil yang ditemuinya itu di
kantong bajunya.

Ketika pelajaran menggambar, Nia menggunakan pensil tersebut. “Enak juga ya make
ini” gumamnya. Setelah selesai menggambar, semua murid mengumpulkannya kepada pak
Largo, guru menggambar. “Wah hebat Nia, gambaranmu sangat bagus… kami mendapat nilai
100 ya, dan gambaranmu Velis, sangat berantakan… kamu mendapat nilai 20” Velis sangat
terkejut dan sangat marah pada Nia.

Selama Nia memakai pensil tersebut, hasil belajar Nia menjadi naik, bahkan ia sering
mendapat juara pertama di kelas nya. “Eh guys, sejak Nia pake pensil itu, dia jadi berubah ya”
bisik Velis pada dua sahabatnya itu, mereka adalah Renata dan Cinta. “Gimana kalau kita curi
pensil itu? Trus nanti kita jadi pinter deh di kelas” ujar Cinta, dia jago matematika lho. “Iya, biar
kita tuh makin populer” tambah Renata si cantik. “Oke, kapan kita melakulan misinya?” tanya
Velis. Lalu Renata dan Cinta menjaskan. Pulang sekolah, Velis dengan sengaja menabrak Nia.
Mereka pun terjatuh, otomatis pensil itu juga terjatuh dari kantong baju Nia tanpa Nia sadari.
Lalu dengan secepat kilat, Renata meyambar pensil itu lalu menyimpannya di dompet Renata.
“Eh sorry” singkat Velis, lalu pergi meninggalkan Nia. Sedangkan Nia hanya terdiam. Nia baru
sadar kalau pensil ajaibnya hilang, ia sangat bingung untuk mencarinya.

Keesokan harinya…
Saat itu, pelajaran matematika. Velis mengerjakan dengan pensil ajaib Nia. Ketika dikumpulkan,
hanya Velis yang mendapat nilai tertinggi, sedangkan yang paling terendah kembali kepada Nia.

Ketika pulang sekolah di tengah perjalanan, Velis dan 2 sahabatnya itu pulang bersama.
Dan Nia melihat Velis sedang menggenggam pensil ajaib Nia. “Velis! Kembalikan pensilku!!!”
lalu mereka bertiga terkejut. Nia pun menghampiri mereka. “Kembalikan!” “Eitss… gak bakal,
ini udah jadi pensil ajaibku” Velis tersenyum sinis. “Iya, kamu gak pantas dapetin nih pensil”
Cinta menunjuk pensil ajaib itu. “Kamu mau populer kayak kita kan? Mau pinter kan? Haaahhh”
tambah Renata. Nia pun marah lalu berusaha merebut pensil itu. Velis melempar ke dua
sahabatnya dan Nia mendekat ke mereka, lalu mereka melempar lagi ke Velis dan terus. Karena
pasrah, akhirnya Velis melempar pensil tersebut ke tengah jalan. Dan tiba tiba sebuah mobil
Jeep menginjak pensil tersebut. Mereka terkejut.

Dan akhirnya mereka menyadari, bahwa… kita bisa pintar melalui usaha kita sendiri,
bukan dari usaha benda benda duniawi ataupun tergantung dengan orang lain

Akhirnya, mereka berempat menjadi sahabat, dan sejak saat itu Nia sudah bukan menjadi
anak yang pendiam lagi atau disebut katak dalam tempurung.
Sepasang Saudara Penyihir

Di sebuah desa yang damai, hiduplah dua saudara kembar yang memiliki kekuatan sihir.
Mereka adalah Niko dan Arko. Meski merupakan saudara kembar, namun watak keduanya
sangat berbeda drastis. Niko sangat sombong dan angkuh serta Arko merupakan anak yang baik
hari. Niko memiliki keistimewaan yaitu menguasai sihir lebih banyak sehingga dengan
sombongnya selalu memamerkan kemampuannya.

Arko yang merupakan kakak dari Niko selalu melarang adiknya untuk memamerkan
kekuatannya kepada teman-temannya atau menggunakan sihir dengan sembarang. Akan tetapi
Niko selalu mengelak dan mengatakan bahwa Arko iri dengan kemampuan sihir Niko. Sikap
Niko justru semakin menjadi-jadi, diubahnya semua benda di sekelilingnya menjadi batu
termasuk hewan ternak milik keluarganya.

Arko terus menasihati si adik tapi tetap saja Niko yang keras kepala dan angkuh merasa
bahwa dirinya paling kuat dan hebat hingga seluruh benda di dalam rumahnya diubah menjadi
batu. Ada satu benda yang belum diubah, yaitu cermin. Niko yang membacakan mantera
kemudian berniat mengubah cermin menjadi batu ternyata terbalik ke arahnya. Mantera tersebut
ternyata terpantul ke arah Niko.

Niko akhirnya berubah menjadi batu. Melihat keadaan kakaknya, Arko memberitahukan
guru sihir kemudian meminta bantuannya untuk membebaskan sang kakak dari sihir yang
diperbuat sendiri. Namun guru sihir tidak bisa membantu karena mantera itu bersifat abadi dan
hanya bisa di ubah oleh orang yang memiliki cermin tersebut yang telah membacakan mantera
sihir mengubah benda menjadi batu.
ALADIN

Alkisah, hiduplah seorang pemuda berdua bersama ibunya. Mereka hidup serba
kekurangan di sebuah sudut desa di wilayah Persia. Untuk bertahan hidup, sang ibu berjualan
buah di pasar tak jauh dari rumah mereka, dan si pemuda membantunya. Di tengah kesulitan
mereka, suatu hari pemuda bernama Aladin itu bertemu dengan seorang penyihir yang kemudian
memintanya untuk mengambil lampu ajaib dari dalam gua. Dari situlah awal mula kehidupan
pemuda gagah tersebut berubah.

Disebutkan bahwa suatu ketika seorang pedagang kaya datang mencari Aladin. Pedagang
tersebut menemui sang ibu, lalu bertanya, “Saya datang dari Saudi dan ingin mengajak Aladin
ikut bekerja bersama saya. Saya akan membayar banyak agar setelahnya ia tak perlu lagi
bekerja.” Tanpa pertimbangan yang matang, sang ibu langsung menerima tawaran itu dengan
harapan kesulitan hidupnya dapat teratasi. Ia merasa anaknya akan sukses dan kaya jika tawaran
pedagang itu diterima meskipun ia baru saja mengenalnya.

Keesokan harinya, Aladin diminta untuk berkemas dan ia pun setuju pergi bersama sang
pedagang. Sayangnya, ia dan sang ibu tidak menyadari bahwa ternyata pedagang itu adalah
seorang penyihir dari istana yang menyamar. Dalam perjalanan, mereka berhenti di sebuah
tempat terpencil. Sang penyihir mengeluarkan bubuk ajaib dari sakunya, lalu melemparkannya
ke tanah. Seketika tanah yang terkena bubuk ajaib terbuka membentuk lubang gua yang dalam.
Melihat hal itu, penyihir meminta Aladin untuk masuk dan membawa harta benda yang ada di
dalamnya. “Masuklah dan ambil emas sebanyak mungkin. Di sana kau akan melihat lampu tua,
berikan saja itu padaku saat kau keluar nanti!”

Pertemuan Aladin dan Jin dari Lampu Ajaib

Ia sempat curiga, tetapi tetap menuruti perkataan sang penyihir dan masuk ke dalam gua.
Di sana, ia melihat banyak emas hingga pandangannya tertuju pada lampu tua nan kotor di salah
satu sudut. Ia pun mengambilnya, lalu memanggil penyihir agar membantunya keluar.

“Aku akan membantumu, tapi serahkan dulu lampunya padaku,” kata sang penyihir.
“Tolong bantu aku keluar dari sini. Akan kuserahkan lampunya setelah sampai di atas,” Aladin
memohon beberapa kali tetapi tidak juga ada jawaban. Lantaran kesal tak juga mendapatkan
lampu yang diinginkan, ia malah menabur kembali bubuk emas untuk menutup lubang di tanah
tersebut. Alhasil, Aladin terjebak di dalam sana, terkubur bersama harta karun dan lampu tua.

Sadar dirinya tidak bisa apa-apa di dalam gua, ia iseng menggosok-gosok lampu,
membersihkannya dari debu. Namun, siapa sangka lampu yang dipegang Aladin merupakan
benda ajaib yang di dalamnya tinggal jin sakti.

“Tuanku! Aku adalah jin yang tinggal di lampu ini. Katakan keinginanmu, aku akan
mengabulkan 3 permintaan,” ujar jin sakti. Aladin yang awalnya merasa takut, ia mengajukan
permintaan pertama untuk bisa keluar dari gua tanpa berpikir panjang. Ia pulang membawa
lampu ajaib tersebut dan meminta harta kekayaan untuk digunakan memperbaiki hidupnya
bersama sang ibu. Bahkan, ia juga membangun istana yang megah dan hidup tanpa kekurangan
suatu apa pun.
IKAN MAS

Jaman dahulu kala tinggalah sepasang kakek dan nenek yang sangat miskin. Mata
pencaharian si kakek adalah sebagai pencari ikan di laut. Meski hampir setiap hari kakek pergi
menjala ikan, namun hasil yang didapatkannya hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Suatu
hari ketika si kakek sedang menjala ikan, tiba-tiba dia merasa jalanya sangat berat. Seperti ada
ikan raksasa yang terperangkap didalamnya.

“Ah, pasti ikan yang sangat besar.” Pikir si kakek senang

Dengan sekuat tenaga si kakek menarik jalanya. Namun ternyata tidak ada ikan besar
yang tertangkap, melainkan hanya ikan kecil yang tersangkut. Rupanya ikan kecil itu bukan ikan
biasa, badannya berkilauan seperti emas dan bisa berbicara seperti layaknya manusia.

“Kakek, tolong lepaskan aku. Aku akan mengabulkan semua permintaanmu.” Kata si ikan
emas. Si kakek berpikir sejenak, lalu berkata.” Aku tidak memerlukan apapun darimu, aku akan
melepaskanmu pergilah!” Kakek melepaskan ikan emas itu kembali ke laut, lalu diapun kembali
pulang. Sesampainya di rumah, nenek menanyakan hasil tangkapan si kakek.

“Hari ini aku hanya mendapatkan satu ekor ikan emas, dan itupun sudah aku lepas
kembali. Aku yakin itu adalah ikan ajaib, karena dia bisa berbicara. Katanya dia akan
memberiku imbalan jika mau melepaskannya.” Cerita si kakek.

“Lalu apa yang kau minta.” Tanya si nenek

“Tidak ada.”

Oh, alangkah bodohnya!” Seru nenek.” Setidaknya kau bisa meminta roti untuk kita
makan. Pergilah dan minta padanya!” Maka dengan segan si kakek kembali ke tepi pantai dan
berseru.” Wahai ikan emas ajaib, datanglah kemari. Kabulkan permintaan kami.” Tiba-tiba si
ikan emas muncul di permukaan laut.” Apa yang kau inginkan kek? Katanya. “Istriku marah
padaku, berikan aku roti untuk makan malam, maka dia akan memaafkanku.” Pinta si kakek.

“Pulanglah! Aku telah mengirimkan roti yang banyak ke rumahmu.” Jawab ikan emas
ajaib. Maka pulanglah si kakek dengan senang hati. Setibanya di rumah, didapatinya meja
makan telah penuh dengan roti. Namun ternyata istrinya masih tampak marah kepadanya.” Kita
telah punya banyak roti, tapi meja makan kita telah reot. Pergilah ke laut dan minta agar ikan
sakti itu memberikan kita rumah yang baru beserta isinya.” Terpaksa si kakek kembali kelaut.”
Wahai ikan emas sakti, datanglah kemari. Kabulkan permintaan kami.”

“Ups.” Ikan emas muncul.” Apalagi yang kau inginkan kakek.”

“Istriku menyuruhku memintamu agar memberikan kami rumah baru beserta isinya,
karena rumah kami sudah reot istriku tidak mau tinggal disana.”

“Tenanglah kek! Pulanglah! Keinginanmu sudah aku kabulkan.” Kakek pun pulang.
Sesampainya di rumah, dilihatnya bahwa rumahnya telah berubah menjadi baru. Rumah yang
indah terbuat dari kayu yang kuat. dan di depan pintu rumah itu, nenek sedang menunggunya
dengan wajah tampak lebih marah dari sebelumnya.” Dasar kakek bodoh! jangan kira aku
merasa puas hanya dengan membuatkanku rumah baru ini. Pergilah kembali, dan mintalah pada
ikan emas itu bahwa aku tidak mau menjadi istri nelayan. Aku ingin menjadi nyonya
bangsawan. sehingga orang lain akan menuruti keinginanku dan menghormatiku!”
Untuk kesekian kalinya si kakek kembali ke tepi laut dan berseru.” Wahai ikan emas
ajaib, datanglah kemari. Kabulkan permintaan kami.” Dalam sekejap ikan emas ajaib itu muncul
di hadapan si kakek.” Apa yang engkau inginkan lagi kakek?” “Istriku tidak bisa membuatku
tenang. Dia bahkan semakin marah. Katanya dia sudah lelah menjadi istri nelayan dan ingin
menjadi nyonya bangsawan.” Pinta si kakek.

“Baiklah. Pulanglah! Keinginanmu sudah aku kabulkan.” Kata si ikan emas ajaib.
Alangkah terkejutnya si kakek kaetika kembali ternyata rumahnya telah berubah menjadi sebuah
rumah yang megah. Terbuat dari batu yang kokoh, tiga lantai tingginya, dengan banyak sekali
pelayan di dalamnya. Si kakek melihat istrinya sedang duduk di sebuah kursi tinggi sibuk
memberi perintah kepada para nelayan.

“Halo istriku.” Sapa sang kakek.

“Betapa tidak sopannya.” Bentak si nenek.” Berani sekali kau mengaku sebagai suamiku.
Pelayan bawa dia ke gudang dan beri dia 40 cambukan!” Segera saja beberapa pelayan menyeret
si kakek ke gudang dan mencambuknya sampai si kakek hampir tidak bisa berdiri. Hari
berikutnya istrinya memerintahkan si kakek untuk bekerja sebagai  tukang kebun. Tugasnya
adalah menyapu halaman dan merawat kebun.

“Dasar perempuan jahat!” Pikir si kakek. “Aku sudah memberikan dia keberuntungan
tapi malah tidak mau mengakuiku sebagai suaminya.” Lama kelamaan si nenek bosan menjadi
nyonya bangsawan, maka dia kembali memanggil si kakek.” Hai lelaki tua, pergilah kembali
kepada ikan emasmu dan katakan padanya aku tidak mau lagi menjadi nyonya bangsawan, aku
mau menjadi ratu.” Maka kembalilah si kakek ke tepi laut dan berseru. ” Wahai ikan emas ajaib,
datanglah kemari. Kabulkan lah keinginan kami.” Dalam sekejap ikan emas ajaib muncul di
hadapan si kakek.” Apa engkau inginkan lagi kakek.”

“Istriku semakin keterlalulan. Dia tidak ingin menjadi nyonya bangsawan, tapi ingin
menjadi ratu.” . “Baiklah, pulanglah! Keinginanmu sudah dikabulkan!” Kata ikan emas.
Sesampainya si kakek di tempat dulu rumahnya berdiri, kini tampak olehnya sebuah istana
beratap emas dengan para penjaga berlalu lalang. Istrinya yang kini berpakaian layaknya
seorang ratu berdiri di balkon dikelilingi para jenderal dan gubernur. Dan jika dia mengangkat
tangannya, bedug akan berbunyi diiringi musik dan para tentara akan bersorak sorai.

Setelah sekian lama, si nenek kembali bosan menjadi seorang ratu. Maka dia
memerintahkan para jenderal untuk menemukan si kakek dan membawa ke hadapannya. Seluruh
istana sibuk mencari si kakek. Akhirnya mereka menemukan kakek di kebun dan membawanya
menghadap ratu. “Dengar lelaki tua! Kau harus pergi menemui ikan emasmu! Katakan padanya
bahwa aku tidak mau lagi menjadi ratu. Aku mau menjadi dewi laut sehingga semua laut dan
ikan-ikan diseluruh dunia menuruti perintahku.” Si kakek terkejut mendengar permintaan
istrinya, dia mencoba menolaknya. Tapi apa daya, si nenek mengancam akan membunuhnya,
maka dengan terpaksa dia kembali ke tepi laut dan berseru. ” Wahai ikan emas ajaib, datanglah
kemari. Kabulkan lah keinginan kami.”

Kali ini ikan emas tidak langsung muncul. Kakek mencoba memanggil kembali, namun
ikan emas tetap tidak terlihat. Pada saat si kakek memanggil untuk yang ketiga kalinya, tiba-tiba
laut mulai bergolak dan bergemuruh. Saat ombak mulai mereda muncullah ikan emas.” Apa
yang kau inginkan lagi kakek.” “Istriku telah benar-benar menjadi gila.” kata si kakek.” Dia
tidak mau lagi menjadi ratu tetapi ingin menjadi dewi laut yang bisa mengatur lautan dan
memerintah semua ikan.”

Si ikan emas terdiam dan tanpa mengatakan apa pun dia kembali menghilang ke dalam laut. Si
kakek pun kembali pulang. dia hampir tidak percaya pada penglihatannya ketika menyadari
bahwa istana yang megah dan semua isinya telah hilang. Kini di tempat itu, berdiri sebuah
gubuk reot yang dulu pernah ditinggalinya. Dan didalamnya duduklah si nenek dengan
pakaiannya yang compang-camping. Mereka kembali hidup seperti dulu. Kakek kembali
menjadi nelayan dengan penghasilan yang pas-pasan.
MALIN KUNDANG

Di sebuah desa, hiduplah seorang perempuan miskin. Ia hidup bersama anak tunggalnya,
namanya Malin Kundang. Sehari-hari perempuan itu bekerja sebagai nelayan. Namun,
penghasilannya tak bisa mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga hidup mereka selalu
berkekurangan. Saat Malin Kundang mulai dewasa, ia memutuskan untuk pergi ke kota. Ia ingin
mengadu nasibnya di sana.

“Barangkali dengan pergi ke kota, aku bisa mengubah nasib kita, Ibu,” ucap Malin Kundang.

Dengan berat hati, ibunya pun mengizinkan. Kini, ibunya kembali menjadi perempuan
tua yang kesepian. Setelah kepergian Malin, ibunya selalu memikirkan keadaan anaknya itu. Ia
jadi sakit-sakitan, sementara Malin tak pernah mengirim kabar untuknya. Hingga beberapa tahun
kemudian, Malin berhasil mengubah nasib. Ia telah menjadi saudagar yang kaya raya. Malin
memiliki banyal kapal. Hidup Malin tak lagi susah. Malin juga menikahi seorang perempuan
bangsawan yang sangat cantik.

Suatu hari, Malin ingin melihat keadaan desanya. Sudah lama sekali ia tak pulang. Malin
pergi bersama istri dan banyak pekerjanya. Ia juga membawa banyak uang untuk dibagi-bagikan
kepada para penduduk. Sampailah Malin di desanya. Dengan sombong ia membagikan uang
kepada penduduk. Penduduk di desanya sangat senang. Di antara mereka ada yang mengenali
Malin, yakni tetangganya sendiri. Orang itu pun segera pergi ke rumah Malin, hendak
memberikan kabar gembira tersebut kepada ibu Malin.

“Ibu, apakah kau sudah tahu, anakmu Malin sekarang telah menjadi orang kaya.” seru
tetangga itu. “Dari mana kau tahu itu? Selama ini aku tak pernah mendapat kabar darinya,” ucap
ibu Malin, terkejut. “Sekarang pergilah ke dermaga. Anakmu Malin ada di sana. Dia terlihat
sangat tampan, dan istrinya juga sangat rupawan,” ucap tetangganya.

Ibu Malin tak percaya. Matanya berkaca-kaca. Sungguh, ia sangat merindukan anaknya
selama beberapa tahun ini. Maka ia pun segera berlari menuju dermaga. Benar saja, di sana
terlihat Malin dengan istrinya yang sangat rupawan.

“Malin, kau pulang, Nak,” seru ibunya.

Malin mengenali ibunya. Namun, ia malu mengakui orangtua yang berpakaian sangat
lusuh itu. Bagaimana ia akan menjelaskan kepada istrinya tentang semua ini?

“Kau bilang ibumu sudah meninggal. Apa benar orangtua ini adalah ibumu?” tanya istri
Malin, bingung. “Dia bukan ibuku, dia pengemis yang mengaku-ngaku sebagai ibuku.” seru
Malin. Sungguh sakit hati Ibunya mendengar perkataan Malin. Ibunya lalu mengutuk Malin.
“Hatimu sungguh sekeras batu, Malin. Maka, kau aku kutuk menjadi batu. Kau anak yang
durhaka.” ucap ibunya.

Malin ketakutan. Ia memohon ampun kepada ibunya. Namun, ibunya sudah sangat sakit
hati. Seketika hujan turun sangat lebat, dan petir menyambar. Saat itu pula Malin berubah
menjadi batu.
DEWI BULAN

Wulan adalah seorang gadis desa yang miskin. Wajahnya agak suram, sebab ia menderita
penyakit kulit di wajahnya. Orang-orang desa sering takut jika berpapasan denganya. Wulan
akhirnya selalu menggunakan cadar.

Pada suatu malam, Wulan bermimpi bertemu dengan pangeran Rangga. Putra Raja itu
terkenal dengan keramahannya dan ketampanannya. Wulan ingin berkenalan dengannya. Ia pun
makin sering memimpikan Pangeran Rangga.

“Sudahlah, Wulan! Buang jauh-jauh mimpimu itu!“ kata Ibu Wulan, ketika melihat
anaknya termangu di depan jendela kamar. “Ibu tidak bermaksud menyakiti hatimu. Kamu boleh
menyukai siapa saja. Tapi Ibu tidak ingin akhirnya kamu kecewa,“ tutur Ibu Wulan lembut.

Sebenarnya Wulan juga sadar. Mimpinya terlalu tinggi. Orang-orang desa saja takut
melihatnya, apalagi pangeran Rangga. Pikir Wulan.

Pada suatu malam, Wulan melihat pemandangan alam yang sangat indah. Bulan bersinar
terang di langit. Cahayanya lembut keemasan. Di sekitarnya, tampak bintang-bintang yang
berkelap-kelip. Malam itu begitu cerah.

“Sungguh cantik!“ gumam Wulan. Matanya takjub memandang ke arah bulan.

Tiba-tiba saja Wulan teringat pada sebuah dongeng tentang Dewi Bulan. Dewi itu tinggal
di bulan. Ia sangat cantik dan baik hati. Ia sering turun ke bumi untuk menolong orang-orang
yang kesusahan. Di desa Wulan, setiap ibu yang ingin mempunyai anak perempuan, selalu
berharap anaknya seperti Dewi Bulan.

Dulu, ketika Wulan masih kecil, wajahnya pun secantik Dewi Bulan, menurut Ibu
Wulan.

“Aku ingin memohon kepada Dewi Bulan agar aku bisa canti lagi seperti dulu. Tapi…,
ah.., mana mungkin! Itu pasti hanya dongeng!” wulan segera menepis harapannya. Setelah puas
menatap bulan, Wulan menutup rapat jendela kamarnya. Ia beranjak untuk tidur dengan hati
sedih.

Wulan adalah gadis yang baik. Hatinya lembut dan suka menolong orang lain. Suatu
sore, Wulan bersiap-siap pergi mengantarkan makanan untuk seorang nenek yang sedang sakit.
Meski rumah nenek itu cukup jauh, Wulan rela menjenguknya. Sepulang dari rumah si nenek,
Wulan kemalaman di tengah perjalanan. Ia bingung karena keadaan jalan begitu gelap. Entah
dari mana asalnya, tiba-tiba, muncul ratusan kunang-kunang. Cahaya dari tubuh mereka begitu
terang.

“Terima kasih kunang-kunang. Kalian telah menerangi jalanku!“ ucap Wulan lega.
Ia berjalan, dan terus berjalan. Namun, meski sudah cukup jauh berjalan. Wulan tidak
juga sampai di rumahnya. Wulan tidak juga mememukan rumahnya. “Kusara aku sudah
tersesat!“ gumamnya panik. Ternyata para kunang-kunang telah mengarahkannya masuk ke
dalam hutan.

“Jangan takut, Wulan! Kami membawamu kesini , agar wajahmu bisa disembuhkan,“
ujar seekor kunang-kunang. “Kau?Kau bisa bicara?“ Wulan menatap heran seekor kunang-
kunang yang paling besar. “Kami adalah utusan Dewi Bulan,“ jelas kunang-kunang itu.

Wulan akhirnya tiba di tepi danau. Para kunang-kunang beterbangan menuju langit.
Begitu kunang-kunang menghilang, perlahan-lahan awan hitam di langit menyibak. Keluarlah
sinar bulan purnama yang terang benderang.

“Indah sekali!“ Wulan takjub. Keadaan di sekitar danau menjadi terang.

Wulan mengamati bayang-bayang bulan di atas air danau. Bayangan purnama itu begitu
bulat sempurna. Tak lama kemudian, tepat dari bayangan bulan itu muncullah sosok perempuan
berparas cantik.

“Si...siapa kau?“ tanya Wulan kaget.

“Akulah Dewi Bulan. Aku datang untuk menyembuhkan wajahmu,“ tutur Dewi Bulan
lembut. “Selama ini kau telah mendapat ujian. Karena kebaikan hatimu, kau berhak menerima
air kecantikan dariku. Usaplah wajahmu dengan air ini!“ lanjut Dewi Bulan sambil memberikan
sebotol air.

Dengan tangan gemetar Wulan menerimanya. Perlahan-lahan Dewi Bulan masuk


kembali ke dalam bayang-bayang bulan di permukaan air danau. Kemudian ia menghilang.
Wulan segera membasuh wajahnya dengan air pemberian Dewi Bulan. Malam itu, Wulan
tertidur di tepi danau. Akan tetapi, sungguh ajaib! Esok harinya. Ia telah berada di kamarnya
sendiri lagi. Ketika bercermin, ia sangat gembira melihat kilit wajahnya telah halus lembut
kembali seperti dulu. Ia telah canti kembali. Ibunya heran dan gembira.

“Bu, Dewi Bulan ternyata benar-benar ada!“ cerita Wulan.

Dengan cepat kecantikan paras Wulan tersebar kemana-mana. Bahkan sampai juga ke
telinga Pangeran Rngga. Karena penasaran, Pangeran Rangga pun mecari Wulan. Keduanya
akhirnya bisa bertemu. Wulan sangat gembisa bisa bersahabat dengan pangeran pujaan hatinya.
CINDERRELA

Pada zaman dahulu kala di sebuah negeri yang jauh disana, hidup seorang gadis cantik bernama
Cinderella.

Ia tinggal bersama kedua saudara tiri dan seorang ibu tiri. Mereka sama sekali tidak menyukai
Cinderella. Cinderella selalu disuruh untuk melakukan banyak hal. Mulai dari memasak,
mencuci, mengepel, dan semua pekerjaan rumah lainnya dilakukan oleh Cinderella seorang diri.

Karena terus bekerja, Cinderella hanya bisa berteman dengan tikus-tikus yang bersembunyi di
rumahnya. Tikus-tikus itu takut akan diburu oleh kucing peliharaan sang ibu tiri.

Suatu hari, seorang pengawal dari kerajaan datang ke desa. Ia mengumumkan, bahwa akan
diadakan pesta untuk mencari calon istri untuk pangeran. Hal itu membuat semua gadis di desa
merasa senang, termasuk Cinderella. Namun, kedua saudara tiri dan ibu tirinya tak suka jika
Cinderella mengikuti pesta itu.

Ketika malam pesta tiba, ibu tiri memberikan Cinderella banyak sekali pekerjaan. Tentu saja,
agar Cinderella tak sempat datang ke pesta itu. Namun, Cinderella sudah bertekad, ia akan tetap
datang ke acara itu. Semua pekerjaannya pun diselesaikan dengan cepat.

“Ini adalah acara kerajaan. Apakah kau akan pergi menggunakan baju usangmu?” ejek ibu tiri.

Cinderella menjadi sedih. Apa yang dikatakan ibu tirinya memang benar, Ia tak mungkin datang
ke pesta itu dengan bajunya yang usang. Akhirnya, kedua saudara tiri dan ibu tirinya pergi tanpa
Cinderella. Cinderella pun hanya bisa menangis sedih di halaman belakang rumah.

Sementara itu, di istana, sedang berlangsung pesta untuk mencari calon istri untuk pangeran.
Namun, tampaknya tak ada satu pun gadis yang mampu menarik perhatian pangeran. Begitu pun
dengan kedua saudara tiri Cinderella, mereka tak mampu membuat pangeran tertarik.

Pesta Pangeran di Istana

Cinderella masih menangis di belakang rumah.Tiba-tiba…

Clingg! Olala, air matanya berubah menjadi peri.

“Mengapa kau bersedih, Cinderella?” tanya peri.

Cinderella pun menjelaskan semuanya. Mendengar penjelasan Cinderella, peri menjadi kasihan.
Ia pun berniat membantu Cinderella.

“Ambillah satu buah labu, dan panggillah teman-teman tikusmu,” pinta peri.

Tanpa membuang waktu, Cinderella menuruti perintah peri. Dengan tongkat ajaibnya, peri
mengubah labu menjadi kereta kuda yang sangat indah. Sedangkan para tikus, diubah menjadi
pengawal. Cinderella sendiri, diubah menjadi seorang putri. Sungguh, Cinderella terlihat sangat
cantik. Ia mengenakan gaun yang sangat indah dan sepatu kaca.
“Ingat, Cinderella. Sihirku hanya bertahan sampai tengah malam. Jadi, sebelum jam dua belas
malam kau harus pulang,” pesan peri saat melepas kepergian Cinderella.

Cinderella menggangguk mengerti. Ia langsung berangkat ke istana pangeran menggunakan


kereta labunya. Sesampainya di istana, pangeran melihat Cinderella.

“Cantik sekali gadis itu,” gumam pangeran.

Pangeran berjalan mendekati Cinderella. Olala, ia mengajak Cinderella berdansa. Alangkah


senangnya Cinderella. Ia pun berdansa dengan pangeran.

Tak terasa, waktu menunjukkan hampir jam dua belas malam. Saat jam dua belas malam, jam di
istana berdentang kencang. Cinderella seketika ingat dengan pesan peri. Ia pun berpamitan
kepada pangeran.

Pangeran berusaha mencegah Cinderella. Tapi terlambat, Cinderella sudah berlari kencang ke
kereta labunya. Namun, ketika berlari, tanpa sengaja satu sepatu kaca Cinderella terjatuh.
Pangeran pun memungut sepatu kaca itu, dan menatap kepergian Cinderella dengan sedih.

Setelah acara pesta dansa itu, pangeran menjadi pemurung. Ia sedih karena tak bisa menemukan
gadis yang dicintainya, yang tak lain adalah Cinderella. Mengetahui kesedihan pangeran, raja
pun membuat sayembara. Barang siapa yang ukuran kakinya pas dengan sepatu kaca, dialah
gadis yang dicari.

Pangeran ditemani para pengawal, datang ke rumah-rumah penduduk yang memiliki anak gadis.
Tapi, dari sekian banyak gadis yang mencoba sepatu kaca, tak ada satu pun gadis yang memiliki
ukuran kaki pas. Pangeran hampir putus asa.

Pangeran memasuki rumah terakhir, yaitu rumah Cinderella.Tentu saja, ibu tiri dan kedua
saudara Cinderella tak mengizinkan Cinderella mencoba sepatu kaca. Mereka memberikan
Cinderella banyak pekerjaan di belakang rumah. Dengan begitu, pangeran tak tahu jika di rumah
itu ada gadis lain.

Kedua saudara tiri Cinderella pun mencoba sepatu kaca itu.Tapi, tetap saja tidak pas.

“Ke mana lagi harus mencari gadis itu, Pangeran?” tanya pengawal.

“Aku pun tak tahu. Mungkin kita tak akan bisa menemukan gadis itu,” jawab pangeran dengan
sedih.

Tiba-tiba, terdengar nyanyian yang sangat merdu dari belakang rumah Cinderella. Pangeran pun
penasaran. Ia mencari asal suara itu.

Olala, ternyata yang bernyanyi adalah seorang gadis yang menggunakan pakaian usang.Ya! Dia
adalah Cinderella.Tapi, Pangeran tak peduli. Ia ingin Cinderella mencoba sepatu kaca.

Sepatu kaca itu ternyata pas di kaki Cinderella. Begitu Cinderella memakainya, tiba-tiba muncul
cahaya putih yang menyilaukan. Wah, Cinderella berubah menjadi putri! Ia sama persis dengan
putri yang tempo hari berdansa dengan pangeran. Pangeran pun kaget sekaligus bahagia.

“Kaulah gadis yang aku cari selama ini,” ucap pangeran.

Cinderella membenarkan perkataan pangeran. Akhirnya, ia menikah dengan pangeran.


Cinderella dan pangeran pun hidup bahagia di istana.
BATU MENANGIS

Di sebuah desa kecil pada zaman dahulu, seorang gadis tinggal bersama ibunya. Gadis
itu sangat cantik. Setiap hari dia merias wajah dan memakai pakaian terbaiknya. Dia tidak suka
membantu ibunya bekerja di ladang. Gadis itu sangat malas.

Suatu hari, sang ibu meminta gadis itu untuk menemaninya pergi ke pasar untuk
membeli makanan. Awalnya gadis itu menolak, tetapi ibunya membujuknya dengan mengatakan
mereka akan membeli pakaian baru.

Gadis itu akhirnya setuju. Tapi dia meminta ibunya untuk berjalan di belakangnya.

Dia tidak ingin berjalan berdampingan dengan ibunya.

Meski ibunya sangat sedih, dia setuju untuk berjalan di belakang putrinya. Dalam
perjalanan ke pasar, semua orang mengagumi kecantikan gadis itu. Mereka juga penasaran. Di
belakang gadis cantik itu, ada seorang wanita tua dengan gaun sederhana.

Gadis itu dan ibunya terlihat sangat berbeda!

“Halo, nona cantik. Siapa wanita di belakang Anda?” tanya mereka.

“Dia adalah pelayanku,” jawab gadis itu.

Ibunya sangat sedih, tapi dia tidak mengatakan apapun. Gadis itu dan ibunya bertemu orang lain.

“Halo, cantik. Siapa wanita di belakangmu?” tanya mereka lagi.

Sekali lagi gadis itu menjawabnya

ibu adalah pelayannya.

Dia selalu mengatakan bahwa ibunya adalah pelayannya setiap kali mereka bertemu
orang. Akhirnya sang ibu tidak bisa menahan kesabarannya lagi. Dia berdoa kepada Tuhan
untuk menghukum putrinya. Tuhan menjawab doanya. Perlahan, kaki gadis itu berubah menjadi
batu.

Prosesnya berlanjut ke bagian atas tubuh gadis itu. Gadis itu sangat panik.

“Ibu, maafkan aku!” dia menangis dan meminta ibunya untuk memaafkannya.

Tapi sudah terlambat. Seluruh tubuhnya akhirnya menjadi batu besar. Sampai saat ini
orang masih bisa melihat air mata berjatuhan dari batu tersebut. Orang kemudian menyebutnya
batu tangis atau dalam bahasa Indonesia berarti batu menangis.

Anda mungkin juga menyukai