Anda di halaman 1dari 7

SCRIPT

SIDANG PERUMUSAN PANCASILA

Cast :
Shofar Ali Aziz as Dr. Radjiman W.
Rangga Raditya Putra as Ir. Soekarno
Achmad Afifuddin as Mohammad Yamin
Fredrick Herlen H. as Prof. Dr. Mr. Soepomo
Muhammad Adi Nugroho as Drs. Mohammad Hatta
Muhammad Prihatantyo as H. Agus Salim
Kristo Josua S. as Alexander Andries Maramis
Firyalfatin as Abdul Kahar Muzakir
Zahrah Fakhirah Syam as Achmad Soebardjo
RUANG SIDANG MOH. YAMIN (Sidang BPUPKI) [29 MEI 1945]

Gedung Chuo Sangi In

*Saudara-saudara anggota sidang sekalian, sebelum sidang hari ini saya buka, marilah kita
memanjatkan puji syukur kepada yang Maha Pencipta yang telah mempertemukan kita pada situasi
dan suasana seperti ini dalam tempat ini.

Pada hari ini, kita semua yang hadir ini sebagai anggota untuk menyelidiki usaha-usaha kemerdekaan
dapat tugas yang tidak ringan. Badan ini dibentuk atas titah Bala Tentara Nippon dan terdiri dari
perwakilan seluruh masyarakat.

Kita semua harus insaf, bahwa yang akan dikemukakan nanti tentulah bukan hanya untuk diri
pribadi. Akan tetapi tentu sudah merupakan keinginan dan pendapat rakyat yang sudah
didengarkan. Untuk itu kita semua harus menjalin hubungan yang erat dengan seluruh rakyat.

Saudara-saudara, ada satu soal yang segenap anggota Badan Penyelidik dalam sidang ini harus
mengemukakan pendapatnya. Di atas dasar apa, negara Indonesia Merdeka nanti kita dirikan.
Kepada yang sudah siap semua, dipersilahkan angkat tangan. (Moh. Yamin mengangkat tangan).
Saudara Mohammad Yamin, untuk pertama kali, dipersilahkan.

---

Tuan-Tuan yang terhormat.

Negara baru, yang akan kita bentuk, adalah suatu kebangsaan Indonesia atau suatu national staat
yang sewajar dengan peradaban kita, dan menurut susunan dunia sekeluarga di atas dasar
kebangsaan dan ketuhanan.

Lima dasar negara yang akan saya cantumkan yakni,

Yang pertama, Peri Kebangsaan

Yang kedua, Peri Kemanusiaan

Yang ketiga, Peri Ketuhanan

Yang keempat, Peri Kerakyatan

Dan yang terakhir, Kesejahteraan Rakyat

Negara Indonesia Merdeka bukan negara yang mempersatukan dirinya dengan golongan masyarakat
dan tidak mempersatukan dirinya dengan golongan politik atau ekonomi yang paling kuat. Akan
tetapi, negara mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyat yang berbeda golongan dan paham.
RUANG SIDANG SOEPOMO (Sidang BPUPKI) [31 MEI 1945]

Gedung Chuo Sangi In

Paduka Tuan ketua, hadirin yang terhormat. Soal yang kita bicarakan ialah bagaimanakah akan
dasar-dasarnya negara Indonesia merdeka.

Pertama, apakah negara Indonesia akan berdiri sebagai negara persatuan atau negara serikat atau
sebagai persekutuan negara?

Kedua, dipersoalkan perhubungan antara negara dan agama

Dan yang ketiga, apakah Republik, atau Monarki?

Akan tetapi, Tuan-tuan yang terhormat akan mendirikan negara Islam di Indonesia, berarti tidak
akan mendirikan negara persatuan? Mendirikan negara Islam di Indonesia berarti mendirikan negara
yang akan mempersatukan diri dengan golongan yang terbesar, yaitu golongan Islam.

Hadirin yang terhormat, negara nasional yang bersatu itu tidak berarti bahwa negara itu akan
bersifat religius, seperti itu bukan?

Pemikiran yang akan saya sampaikan berupa penjelasan tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan dasar negara Indonesia merdeka. Negara yang akan dibentuk hendaklah
negara integralistik yang berdasarkan pada hal-hal berikut,

1. Persatuan

2. Kekeluargaan

3. Keseimbangan lahir dan batin

4. Musyawarah

5. Keadilan rakyat

Demikian usul-usul mengenai dasar negara dari saya mohon untuk dijadikan pertimbangan. Terima
kasih.
RUANG SIDANG SOEKARNO (Sidang BPUPKI) [1 JUNI 1945]

Gedung Chuo Sangi In

Dasar pertama yang baik dijadikan dasar buat negara Indonesia ialah dasar kebangsaan. Kita
mendirikan satu negara kebangsaan Indonesia. Saya telah mengemukakan beberapa prinsip,

Yang pertama, Kebangsaan Indonesia

Yang kedua, Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan

Yang ketiga, Mufakat atau Demokrasi

Yang keempat, Kesejahteraan Sosial

Saudara-saudara, apakah prinsip yang kelima. Hendaknya kita menyusun prinsip Indonesia merdeka
dengan bertakwa kepada Tuhan. Prinsip Ketuhanan ! Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi
masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan, Tuhannya sendiri. Yang Kristen, menyembah
Tuhan menurut ajaran Isa Almasih. Yang Islam, berTuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad SAW.
Yang hindu dan buddha, menjalankan ibadahnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tapi,
marilah kita semuanya bertuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya
dapat menyembah Tuhan dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya bertuhan secara
kebudayaan, yakni dengan tiada egoisme agama. Marilah kita amalkan, jalankan agama, dengan cara
yang berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat menghormati satu sama lain.

Nabi Muhammad SAW telah memberi bukti yang cukup, tentang toleransi, tentang menghormati
satu sama lain .Nabi Isa pun telah menunjukkan vedraagzaamheid.

Saudara-saudara, dasar-dasar negara telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Pancadharma?
Bukan. Nama Pancadharma tidak tepat. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan dasar.
Bukan Pancadharma namanya, tetapi ini saya namakan menurut petunjuk seorang teman kita, ahli
bahasa, yaitu Pancasila. (All: tepuk tangan)

Iya, Pancasila. Sila, artinya asas atau dasar. Dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan satu
negara Indonesia, kekal abadi.

Jika Tuan-Tuan ada yang tidak suka dengan lima, saya boleh peras, sehingga tinggal 3 saja.

Yang pertama, Sosio-nasionalisme

Yang kedua, Sosio-demokratis

Dan yang ketiga, Ketuhanan

Tapi barangkali Tuan-Tuan minta satu dasar saja, baik, saya jadikan satu, yakni Ekasila, yang berisi
Gotong Royong.

Indonesia, yang kita dirikan haruslah Gotong Royong. Gotong Royong adalah paham yang dinamis.
Paham yang lebih dinamis dari paham kekeluargaan. Kekeluargaan adalah satu paham yang statis.
Tetapi gotong royong, menggambarkaan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan.

Pancasila diperas menjadi Trisila, Trisila menjadi Ekasila, tetapi terserah kepada Tuan-Tuan. Mana
yang Tuan-Tuan mau pilih. Trisila, Ekasila, atau Pancasila. Isinya telah saya katakan kepada Saudara-
Saudara semuanya.
RUANG SIDANG PANITIA SEMBILAN [22 JUNI 1945]

Kediaman Ir. Soekarno

Soekarno : Saudara-saudara sekalian. Kemerdekaan yang kita perjuangkan sudah dekat. Sebentar
lagi kedaulatan yang penuh akan menjadi milik kita. Buat itu pimpinan Dokuritsu Junbi Cosakai telah
meminta saya secara personal buat mengumpulkan beberapa anggota dalam rapat kecil ini.
Saudara-saudara, di sinilah yang akan bersama-sama, membuat porstel count statement dasar
kemerdekaan, statement ini nantinya yang akan menjadikan dasar suatu tiang yang kuat untuk
menopang kemerdekaan.

Muh Hatta : Tersaring itu, meski kita buat lagi sendiri atau kita buat berdasar usulan-usulan dalam
rapat besar Dokuritsu Junbi Coosakai?

Soekarno : Semua itu kita tanggung, atas dasar-dasar pemikiran tersebutlah negara itu nanti akan
kita pandu. Tapi kita butuh satu statement yang kuat dan lantang. Satu sikap yang kita terima dan
kita sepakati bersama.

Agus Salim : Asalamu’alaikum Tuan-Tuan, yang masih membuat saya benar-benar pelik saya rasakan
pada dasar kelima, Ketuhanan. Tuhan tuan-tuan, ini akan menimbulkan pertanyaan, atas dasar
apakah negara yang akan kita dirikan nanti.

Muzzakir : Saya setuju dengan pendapat Tuan Soekarno yang menolak Internasionalisme yang
mutlak dan paham kebangsaan yang Chauvinistik. Bukankah Islam, sudah menjadi bagian penting
bagi bangsa ini? Bukankah Islam, sudah bersama dengan orang-orang Indonesia melawan penjajah
sejak awal mula kedatangannya?

AA Maramis : Saya hadir sebagai perwakilan orang Kristen, yang mungkin, dalam pandangan
sederhana saudara-saudara sekalian, sama dengan agama penjajah yang telah datang ke Indonesia.
Tapi saudara-saudara, di dalam agama saya tidak satupun diajarkan untuk membunuh atau
menguasai orang lain. Menurut saya saudara-saudara perjuangan menuju negara Indonesia yang
baru itu nanti bukan merupakan suatu perjuangan agama, tetapi sesuatu yang menunjukkan
welcome sound bangsa ini sesuatu di luar agama atau suku-suku, di luar itu semua.

Ahmad Subardjo : Atas dasar apa negara ini akan kita bangun? Apakah dengan dasar-dasar hukum
Islam atau melanjutkan sistem yang telah ada sekarang?

Muh Hatta : Saya secara personal merasa, bahwa Islam sendiri merupakan suatu dasar, suatu
sumber inspirasi untuk hukum yang akan kita bikin. Tetapi untuk menjadikannya suatu hukum buat
negara Indonesia yang baru, saya rasa itu hal berbeda. Mesti ada sistem baru yang dapat diterima
oleh semua orang yang merupakan bagian dari negara ini.

Agus Salim : Yang terhormat tuan Hatta, apakah tidak bisa rechtsstaat itu dipadankan dengan Islam
recht atau adat recht. Apakah dengan menciptakan suatu recht yang baru itu berarti meniadakan
tradisi atau hukum adat yang telah sekian lama sudah berlaku di kampung halaman kita. Kalau Islam
dimasukkan kedalam statement kemerdekaan, itu berarti kita akan bersahabat dengan negara dan
kerajaan-kerajaan Islam yang sudah lebih jauh merdeka.

Muh Yamin : Maaf...Tuan Haji Agus Salim (mencoba menyelah pembicaraan)

Agus Salim : Tuan Yamin! itu akan menguntungkan negara dan bangsa Indonesia dalam pergaulan
dunia.
Muh Yamin : Tetapi ini semata bukan hanya masalah kehormatan, ini juga terjalin bersentuhan
dengan kedaulatan hukum.

(suasana sidang memanas)

Cut to Ir. Soekarno

Soekarno : Peserta sidang yang terhormat! Sekarang lebih dahulu agar lebih cepat, akan saya
bacakan Preambule atau Mukaddimah, hasil rapat panitia sembilan, yang akan saya namakan
Piagam Jakarta atau Jakarta Charter

Piagam Jakarta

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri keadilan.

Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia Merdeka yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada:
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, Menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyata yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jakarta, 22 Juni 1945

Badan Penyedlidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

Atas Nama Panitia Sembilan

- H. Ir. Soekarno - Abikoesno Tjokrosoejoso

- Drs. Mohammad Hatta - H. Abdul Wahid Hasyim

- Mr. Achmad Soebardjo - K.H. Agus Salim

- Abdul Kahar Muzakkir - H. Mohammad Yamin

- Alex Andries Maramis


RUANG SIDANG PPKI [18 AGUSTUS 1945]

Gedung Chuo Sangi In

Soekarno : Saudara-saudara, Sebelumnya dalam rapat BPUPKI kita membahas usulan mengenai
dasar Negara dan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat pada masa reses telah membentuk
panitia kecil bernama panitia Sembilan yang telah merundingkan rumusan dasar Pancasila. Rumusan
dasar Pancasila tersebut oleh Panitia Sembilan diberi nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
Apakah ada yang hendak memberi usul mengenai rumusan ini?

Soepomo : Jika berkenan, bolehkah saya memberikan usul ?

Soekarno : Baik, dipersilahkan Tuan Soepomo.

Soepomo : Begini, menurut saya, sebaiknya sila pertama yang berbunyi ketuhanan dengan
kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluknya sebaiknya di ganti karena dapat menuai
permusuhan di antara yang muslim dan non muslim suatu saat nanti.

Moh Yamin : Menurut anda, sebaiknya di ganti dengan apa?

Soepomo : Menurut saya, akan lebih baik jika diganti dengan Ketuhanan yang Maha Esa karena
Tuhan itu satu atau Esa, jadi kalimat itu saya rasa dapat diterima oleh pihak muslim maupun non
muslim.

Soekarno : Baik, terima kasih atas usulan yang bagus dari Tuan Soepomo. Apakah Tuan-Tuan
sekalian setuju?

All Cast : Setuju ..!!

Soekarno : Baiklah, dengan ini berarti semua anggota sudah sepakat dan sidang perumusan dasar
negara saya nyatakan berakhir.

Moh. Hatta : Terimakasih kepada semua hadirin yang telah berpartisipasi dalam sidang ini.
Izinkanlah saya untuk membacakan hasil dari sidang PPKI hari ini, tanggal 18 Agustus 1945 :

1. Kata “Mukaddimah” diganti menjadi “Pembukaan”


2. Sila pertama yang berisi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”
3. Pasal 28 UUD 1945 yang berbunyi “Negara berdasar atas Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi “Negara berdasarkan
Ketuhanan yang Maha Esa”
4. Pada Pasal 6 ayat (1) yang semula berbunyi “Presiden ialah orang Indonesia asli dan
beragama Islam diganti menjadi “Presiden ialah orang Indonesia asli”

Anda mungkin juga menyukai