Anda di halaman 1dari 6

EMPAT FITRAH MANUSIA

Oleh; Lismayanti

A. Pendahuluan.
Bila ditelusuri dari seluruh perjalanan dakwah Rasulullah Saw selama 23 tahun
maka pada intinya strategi beliau ada tiga, yaitu tugas tilawah, tazkiyah dan talimah.
Tiga strategi inilah yang ditempuh Rasulullah Saw dan para nabi dan Rasul lainnya.
Tilawah adalah mambacakan tanda-tanda kebesaran Allah Swt yang ada di alam
semesta yang termasuk pada diri manusia sendiri. Tilawah adalah membaca, merenung,
memikirkan akan tanda-tanda kebesaran Allah Swt melalui segala ciptanya yang pada
akhirnya akan dapat menumbuhkan keimanan dan keyakinan yang membaca pengakuan
yang tulus, bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dengan membaca tanda-tanda kebesaran
Allah diharapkan agar manusia menyadari keberadaan dirinya, asal-usul dan apa tujuan
hidupnya dan menyadari manusia adalah makhluk Allah yang sangat lemah, tiada punya
daya dan kekuatan apa-apa bahkan hidupnya selalu bergantung pada kasih saying dan
pertolongan Allah Swt.
Setelah langkah pertama ditempuh dengan jalan mengenalkan tanda-tanda
kebesaran-Nya dan mengajak manusia beriman kepada Allah serta menyadarkan
keberadaannya sebagai hamba Allah, maka langkah kedua adalah membersihkan manusia
dari segala kotoran, terutama kotoran pikiran dan hati manusia agar dapat memandang
dengan jernih, yang menyumbat pikiran dan rohaninya, inilah yang disebut tazkiyah
Langkah ketiga talimah/pengajaran yang merupakan ajaran melalui pembicaraan
dan perbuatan atau disebut hadis atau as-sunnah. Dengan berpedoman pada Kitabullah,
para Nabi dan Rasul mengajar dan mendidik umatnya agar benar-benar menjadi seorang
mukmin dan muslim kaffah serta memiliki akhlakul karimah yang menjadi tujuan utama
para Nabi dan Rasul. Bila semua manusia memiliki akhlak yang luhur, dengan sendirinya
akan terciptalah suatu masyarakat yang berperadaban tinggi, masyarakat yang adil dan
makmur yang diridhoi oleh Allah Swt, masyarakat yang dihuni orang-orang sholeh, rajin
dan ikhlas beribadah kepada Allah Swt.




Perioritas dari seluruh risalah yang dibawa Rasulullah Saw adalah untuk
memperbaiki akhlak manusia, karena tinggi dan rendahnya akhlak manusia, karena tidak
sama, ada yang mulia dan ada yang hina. Sifat dan watak kepribadiannya berbeda-beda
antara satu dengan lainnya, ada yang bersifat penyayang dan ada yang kejam, ada yang
kasar ada yang lemah lembut. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan membahas
sifat manusia pada dasarnya.
B. Empat Fitrah Manusia.
Pengertian fitrah menurut beberapa ulama berbeda-beda. Secara bahasa, fitrah
adalah sifat asal, kesucian dan pembawaan dalam arti ketetapan atau kejadian asal
menusia mengenai kebahagiaan dan ketetapannya, apakah nanti ia akan menjadi orang
bahagia atau menjadi orang yang sesat. Rasullulah bersabda;


Telah menceritakan kepada kami 'Abdan Telah mengabarkan kepada kami Abdullah
Telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri dia berkata; Telah mengabarkan
kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah radliallahu 'anhu
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Seorang bayi tidak
dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua
orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -
sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah
kalian merasakan adanya cacat? ' kemudian beliau membaca firman Allah yang
berbunyi: 'tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut




fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' (QS. Ar Ruum (30): 30). (H. R.
Bukhari - 4402).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa fitrah adalah
kondisi penciptaan manusia yang cenderung menerima kebenaran. Menurut Drs.
Barmawi Umari yang dikutip oleh Moh. Amin, fitrah berarti juga tabiat, dimana tabiat
tersebut terbagi atas empat tabiat, yaitu;
1

Bahimiyah.
Bahimiyah adalah fitrah binatang yang terdapat pada diri manusia yang apabila
fitrah tersebut menguasai dirinya, ia akan rakus, tamak, suka mencuri, makan berlebihan,
tidur berlebihan, suka berzina, egois dan lain-lain. Manusia yang cenderung bertabiat
bahimiyah ini tidak lagi menghiraukan urusan agama dan urusan ibadah kepada Allah
serta mengabaikan masalah ilmu pengetahuan dan kegiatan lainnya yang membawa
manfaat. Seluruh waktu dalam hidupnya hanyalah dihabiskan untuk mencari harta
kekayaan untuk kepuasan nafsunya bahkan tujuan dan cita-citanya dalam hidup ini
hanyalah satu yaitu harta kekayaan saja. Tetapi melalui tabiat ini manusia suka makan,
tidur, dan lain sebagainya agar manusia dapat hidup sehat dan mampu mempertahankan
hidupnya.
2

Sabuiyah.
Sabuiyah disebut juga dengan tabiat amarah. Yang apabila sifat sabuiyah ini
menguasai diri manusia, ia akan suka bermusuhan, berkelahi, suka marah, suka
menyerang, suka memaki, suka berdemo, anarkis, cemburu berlebihan dan lain
sebagainya.
Tujuan penciptaannya adalah agar manusia dapat menolak sesuatu yang mengacam
dan merugikan dirinya, seperti ingin menyerang, membunuh, memaki, berkelahi dan lain
sebagainya.



1
Moh. Amin, Pengantar Ilmu Akhlak, Surabaya, Ekspress, 1987, hal, 49.
2
Moh. Sholeh, Bertobat Sambil Berobat, Jakarta Selatan, Mizan Publika, 2008, hal, 121.




Fitrah Syaitaniyah.
Fitrah setan yang ada pada diri manusia yang apabila telah menguasai dirinya ia
akan suka merekayasa dengan tipu daya dan meraih segala sesuatu dengan cara-cara yang
jahat. Disini manusia suka mengajak pada perbuatan bidah, kemunafikan dan berbagai
kesesatan lainnya.
3

Fitrah ini tumbuh pada diri manusia setelah tumbuh fitrah bahimiyah dan sabuiyah.
Fitrah ini ada pada manusia sekitar umur tujuh tahun, yaitu pada masa anak sudah
mampu membedakan sesuatu.
Fitrah Rububiyah
Fitrah rububiyah adalah suatu fitrah yang cenderung kearah perbuatan yang sesuai
dengan kehendak dan keridhaan Allah, sehingga selalu pada kebaikan, keikhlasan,
kemanfataan yang bertujuan semata-mata untuk memperoleh keridhaan Allah. Fitrah
rububiyah ini ada sejak diciptakannya ruh. Tujuan penciptaan fitrah ini adalah untuk
kelangsungan hidup secara pribadi dan kehidupan masyarakat.
Menurut Imam Al-Gzahali, empat fitrah tersebut berkumpul didalam hati. Masing-
masing fitrah tersebut bisa saling mengalahkan tergantung dari manusia itu sendiri. Kalau
fitrah rububiyahnya menang dan mengalahkan ketiga fitrah lainnya akan timbul suatu
sifat manusia itu menjadi baik seperti mampu menahan hawa nafsu, qanaah, dan
sejumlah sifat baik lainnya. Manusia dengan hati demikian itu senantiasa mengingat
Allah. Dengan demikian,, jiwanya selalu tenang dan tentram. Firman Allah dalam surah
ar-Rad ayat 28;
4g~-.- W-ONL4`-47
O'4;C>4 _+OU~
@O^O) *.-
@O-O) *.- O'E;C>
COU^-

3
Ibid, hal. 121




(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
4

Inilah hati orang-orang yang beriman. Tidak ada kebencian, kedengkian,
kesombongan dan penyakit hati lainnya yang bersarang didadanya. Dan sebaliknya jika
ketiga fitrah mengalahkan fitrah rububiyah yang ada pada seorang manusia, maka ia akan
selalu berbuat kesalahan seperti sombong, membanggakan diri, mencintai pujian dan
sanjungan, mencari popularitas dan lain sebagainya.
C. Kesimpulan.
Fitrah adalah kondisi penciptaan manusia yang cenderung menerima kebenaran.
Menurut Drs. Barmawi Umah ygn dikutip oleh Moh. Amin, fitrah berarti juga tabiat,
dimana tabiat tersebut terbagi atas empat tabiat, yaitu;
Pertama, Bahimiyah adalah fitrah binatang yang terdapat pada diri manusia yang
apabila fitrah tersebut menguasai dirinya, ia akan rakus, tamak, suka mencuri, makan
berlebihan, tidur berlebihan, suka berzina, egois dan lain-lain. Kedua, Sabuiyah disebut
juga dengan tabiat amarah.
Ketiga, Fitrah setan yang ada pada diri manusia yang apabila telah menguasai
dirinya ia akan suka merekayasa dengan tipu daya dan meraih segala sesuatu dengan
cara-cara yang jahat. Disini manusia suka mengajak pada perbuatan bidah, kemunafikan
dan berbagai kesesatan lainnya. Keempat, Fitrah rububiyah adalah suatu fitrah yang
cenderung kearah perbuatan yang sesuai dengan kehendak dan keridhaan Allah, sehingga
selalu pada kebaikan, keikhlasan, kemanfataan yang bertujuan semata-mata untuk
memperoleh keridhaan Allah.





4
Depag RI, Alquran Dan Terjemahnya, Semarang , Asy Syifa, 1998, halm. 201.`




Daftar Pustaka

Depag RI, Alquran Dan Terjemahnya, Semarang , Asy Syifa, 1998.
Amin Moh, Pengantar Ilmu Akhlak, Surabaya, Ekspress, 1987.
Sholeh Moh, Bertobat Sambil Berobat, Jakarta Selatan, Mizan Publika, 2008.

Anda mungkin juga menyukai