Anda di halaman 1dari 8

KONVERSI AGAMA

A. Latar Belakang Masalah


Manusia hidup di dunia ini tidak akan terlepas dari berbagai masalah
kehidupan. Ada yang bahagia, ada yang menderita, ada yang miskin dan
adapula yang kaya. Apalagi hidup di zaman yang serba modern ini, apabila
kita amati dampak yang paling menonjol dari modernitas adalah keterasingan
(alienasi) yang dialami oleh manusia.
Dalam filsafat kita mengenal dengan aliran materialisme. Semakin kuat
pengaruh materialisme, semakin kuat pula gejala alienasi (keterasingan)
diderita umat manusia. Anda pasti tidak menghendaki filosofi akan
berdampak sedemikian menyedihkan. Dan masyarakat dunia Barat adalah
yang paling menderita karena materialisme yang sudah berkembang biak
sangat subur di sana. Jika Anda membayangkan bahwa Anda terasing dengan
orang-orang di sekitar Anda, mungkin Anda bisa mengalihkannya dengan
sibuk dengan diri sendiri. Tetapi, bagaimana jika Anda terasing dengan diri
Anda sendiri? Degradasi moral sering terjadi karena manusia tidak mampu
mengatasi penyakit jiwa manusia modern ini.
Dari berbagai masalah yang dihadapi tersebut tidak jarang menyebabkan
seseorang mengalami goncangan batin, bahkan terkadang merasa putus asa.
Untuk itu manusia akan mencoba atau berusaha untuk mencari pegangan atau
ide baru, dimana disitu dia bisa merasakan ketenangan jiwa. Suatu keyakinan
yang akan membuat hidupnya terasa lebih berarti, hidup yang bertujuan, yaitu
kembali kepada Tuhannya. Terjadilah pembalikan arah, atau konversi. Maka
dapat kita lihat yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama adalah
faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern.
Ketenangan jiwa, itulah yang kemudian yang menjadikan
pembahasan

tentang

agama

menjadi

sangat

menarik.

Terlebih jika pada kenyataannya tahap ketenangan jiwa


merupakan kondisi kejiwaan yang berhubungan dengan
psikologi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pernyataan

sebelumnya bahwa tidak ada manusia yang dapat hidup


tenang tanpa tuntunan sebuah agama harus dibedah secara
lebih dalam. Mengingat ternyata banyak manusia yang sudah
memeluk

sebuah

agama,

tetapi

tidak

mendapatkan

ketenangan dan kebahagiaan, bukan materil, tetapi jiwa.


Fenomena yang terjadi bukan hanya saat ini, banyak
orang yang mengganti agamanya. Alasannya ada yang
karena tidak merasa tenang, aman, damai, atau apa pun itu,
sampai pada alasan yang paling sederhana, ekonomi. Untuk
itulah istilah konversi agama muncul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut dan sesuai dengan judul yang
telah disebutkan maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian dari konversi agama?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan di dalam penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari konversi agama
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi
agama
D. Kegunaan Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pikiran dan informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan secara
bersama-sama khususnya di Sekolah Tinggi Agama Islam Tebingtinggi
Deli.
2. Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat untuk menambah wawasan
mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Tebingtinggi Deli.
3. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing mata kuliah psikologi agama
E. Pengertian Konversi Agama
Kata konversi yang dalam bahasa sehari-hari diartikan sebagai perubahan
atau perpindahan, berasal dari bahasa Latin converiere, yang berarti

menyelesaikan (resolve) atau berbalik arah (turn around) atau berjalan


melalui petunjuk atau arah yang berbeda. Sedangkan konvensi Agama
menurut terminologi sebagaimana di kemukakan oleh Max Heirich yang
dikutip oleh Jalaluddin adalah suatu tindakan dimana seseorang atau
sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau
perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.1
Konversi

agama

secara

psikologis,

agama

sebagai

kumpulan

memerankan peranan penting proses konversi keseluruhannya. Hal ini


merupakan sasaran menarik bagi sosiologi agama, seseorang yang mengalami
pertobatan tidak akan tinggal diam. Ia didorong oleh keinginan untuk mencari
komunitas keagamaan yang dianggap sanggup memberikan jawaban yang
meredakan batinnya. Pada suatu ketika ia menjumpai suatu komunitas yang
religius yang menawarkan diri sebagai tempat untuk membangun kehidupan
baru

dimana

tesedia

peranan-peranan

baru

yang

memungkinkan

pengembangan aspirasinya. Jikalau dalam kelompok baru itu segala


sesuatunya dirasa sesuai dengan keinginannya, maka disitu ia meraa
menemukan suatu cara yang diyakini sebagai panggilan baru.
W.H.Clark yang dikutip Sarurin mendefinisikan konversi agama
merupakan sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual
yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap
ajaran dan tindakan agama.2 Sedangkan, William James mengatakan,
konversi agama merupakan berubah, digenerasikan, untuk menerima
kesukaan, untuk menjalani pengalaman beragama, untuk mendapatkan
kepastian adalah banyaknya ungkapan pada proses baik itu berangsur-angsur
atau tiba-tiba, yang dilakukan secara sadar dan terpisah-pisah, kurang bahagia
dalam konsekuensi penganutnya yang berlandaskan kenyataan beragama.3
1 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 1998) hlm. 245-246.
2 Sururin, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004) hlm. 104.
3 Jalaluddin, Psikologi Agama, hlm. 380.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan,


bahwa konversi agama merupakan adanya perubahan arah
pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan
kepercayaan

yang

dianutnya.

Perubahan

yang

terjadi

dipengaruhi kondisi kejiwaan, sehingga perubahan tersebut


dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.
Perubahan tersebut tidak hanya berlaku bagi pemindahan
kepercayaan dari satu agama ke agama lain, akan tetapi juga
termasuk

perubahan

pandangan

terhadap

agama

yang

dianutnya sendiri.
F. Faktor-faktor yang Mendorong Terjadinya Konversi Agama
Para ahli mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
konversi agama. Para ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi faktor
pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi. Pengaruh
supernatural berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi
agamapada diri seseorang atau kelompok. Para ahli sosiolog berpendapat
bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial.
Pengaruh sosial sangatlah berpengaruh karena dalam keseharian tidak lepas
dengan interaksi sosial, karena pada hakekatnya manusia ialah makhluk
sosial, saling membutuhkan satu dengan lainnya.
Para ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong
terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh
faktor intern maupun ekstern. Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya
konversi adalah pertama, kepribadian, secara psikologis tipe kepribadian
tertentu akan mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang. Dalam penelitian W.
James ia menemukan, bahwa tipe melankolis yang memiliki kerentanan
perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama
dalam dirinya.
Dan kedua, faktor pembawaan, menurut penelitian Guy E. Swanson
bahwa ada semacam kecenderungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi

agama. Anak sulung dan anak yang bungsu biasanya tidak mengalami
tekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan antara
keduanya sering mengalami stres jiwa. Kondisi yang dibawa berdasarkan
urutan kelahiran itu banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama.
Faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah:
pertama, faktor keluarga, keretakan keluarga, ketidakserasian, berlainan
agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum
kerabat, dan lainnya. Kondisi yang demikian menyebabkan seseorang akan
mengalami tekanan batin sehingga sering terjadi konversi agama dalam
usahanya meredakan tekanan batin menimpa dirinya.
Kedua, lingkungan dan tempat tinggal, orang yang merasa terlempar dari
kehidupan di suatu tempat merasa dirinya hidup sebatang kara, keadaan yang
demikian menyebabkan seseorang mendambakan ketenangan dan mencari
tempat untuk bergantung hingga kegelisahan batinya hilang.
Ketiga, perubahan status, terutama yang berlangsung secara mendadak
akan banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama, misalnya: perceraian,
keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan pekerjaan, kawin dengan
orang yang berlainan agama, dan sebagainya.
Keempat, kemiskinan, kondisi sosial ekonomi sulit juga merupakan
faktor yang mendorong dan mempengaruhi terjadinya konversi agama,
masyarakat awam yang miskin cenderung untuk memeluk agama yang
menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik, kebutuhan mendesak akan
sandang dan pangan dapat mempengaruhi.4
Untuk

menentukan

faktor-faktor

apa

yang

mempengaruhi

dan

menyebabkan mungkin terjadinya konversi agama itu, memang tidak mudah.


Namun demikian, ada beberapa faktor yang tampaknya terjadi dan terdapat
dalam setiap peristiwa konversi agama antara lain:
a. Pertentangan batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan
Orang-orang yang gelisah, yang di dalam dirinya bertarung berbagai
persoalan, yang kadang-kadang dia merasa tidak berdaya menghadapi
4 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hlm. 157-159.

persoalan atau problem itu mudah mengalami konversi agama. Diantaranya


ketegangan batin yang dirasakan orang, ialah tidak mampunya ia mematuhi
nilai-nilai moral dan agama dalam hidupnya. Ia tahu bahwa yang salah itu
salah, akan tetapi ia tidak mampu menghindarkan dirinya yang salah itu, dan
ia tahu mana yang benar, akan tetapi tidak mampu berbuat benar. Dalam
semua konversi agama, boleh dikatakan latar belakang yang terpokok adalah
konflik jiwa (pertentangan batin) dan ketegangan perasaan yang mungkin
disebabkan oleh berbagai keadaan.
b. Pengaruh hubungan dengan tradisi keagamaan
Memang benar, bahwa konversi agama bisa terjadi dalam sekejap mata.
Namun tidak ada peristiwa konversi agama yang tidak mempunyai riwayat.
Diantara faktor-faktor terpenting dalam konversi itu adalah pengalamanpengalaman yang mempengaruhinya. Sehingga terjadi konversi tersebut. Di
antara pengaruh yang terpenting adalahpendidikan orang tua di waktu kecil,
memang orang-orang yang mengalami konversi itu acuh tak acuh, bahkan
menentang agama pada hidupnya menjelang konversi itu terjadi, namun jika
dipelajari riwayat hidupnya sejak kecil, akan didapatlah misalnya
ibu/bapaknya orang yang kuat beragama atau salah satu dari orang tuanya
tekun beragama.5
c. Ajakan/seruan dan sugesti
Banyak pula terbukti, bahwa di antara peristiwa konversi agama, terjadi
karena sugesti dan bujukan dari luar. Kendatipun pengaruh sugesti dan
bujukan itu, pada mulanya dangkal saja, atau tidak mendalam, tidak sampai
kepada perubahan kepribadian, namun jika orang yang mengalami konversi
itu dapat merasakan kelegaan dan ketenteraman batin dalam keyakinan yang
baru, maka lama kelamaan akan masuklah keyakinan itu ke dalam
kepribadiannya.
d. Faktor-faktor emosi
Kalau kita kembali kepada orang-orang yang emosinya lebih mudah
mendorongnya untuk bertindak, biasanya mereka sangat tajam (ekstrim)
5 Ibid, hlm. 162.

apabila melihat sesuatu yang menyenangkan perasaannya, sesuatu itu akan


dipujinya setinggi langit, tapi sebaliknya akan menghantamkan habis-habisan
orang yang berbeda pendapat dengan dia. Orang-orang yang demikianitu
kadang-kadang berkeras membela kesalahan yang dibuatnya. Kendatipun ia
tahu

bahwa

yang

dibuatnya

itu

salah,

namun

ia

tidak

mampu

menghindarkannya.
e. Kemauan
Kemauan juga memerankan peranan penting dalam konversi agama. Di
mana dalam beberapa kasus, terbukti bahwa peristiwa konversi itu terjadi
sebagai hasil dari perjuangan batin yang mengalami konversi.6
G. Kesimpulan
Konversi agama merupakan adanya perubahan arah
pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan
kepercayaan

yang

dianutnya.

Perubahan

yang

terjadi

dipengaruhi kondisi kejiwaan, sehingga perubahan tersebut


dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.
Perubahan tersebut tidak hanya berlaku bagi pemindahan
kepercayaan dari satu agama ke agama lain, akan tetapi juga
termasuk

perubahan

pandangan

terhadap

agama

yang

dianutnya sendiri.
Banyak penyebab untuk terjadinya konversi agama ini
mulai dari petunjuk ilahi, pengaruh sosial, keadaan psikologis,
dan keadaan pendidikan seseorang. Konversi agama ini
mempunyai proses dalam keterjadiannya, yang dimulai dari
dalam diri seseorang atau dimulai dari luar diri seseorang
dengan kerangka tersendiri mulai dari keadaan yang tenang
yang

kemudian

ketidak

tenangan

dan

berlanjut

pada

ketentraman kembali setelah memeluk agama yang baru.


6 Jalaluddin, Psikologi Agama, hlm. 403.

Keadaan tersebut diatas adalah suatu bentuk dari psikologi


agama yang kita pelajari dan menjadi suatu disiplin ilmu yang
baru.

Daftar Pustaka
Jalaluddin, 1998, Psikologi Agama, Jakarta, PT. Raja Grafindo persada.
Sururin, 2004, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, RajaGrafindo Persada.
Bambang Syamsul Arifin, 2008, Psikologi Agama, Bandung, Pustaka
Setia.

Anda mungkin juga menyukai