Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU LAINNYA

Dibuat guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu: Dr. Siti Munawati, M. Pd. I

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Nauval Saputra Perdana (1903020057)

2. Alliza Rizka Julianti (19030020047)

3. Nur Indah Wahyuningsih (1903020122)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG


2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh.

Segala puji kehadirat ilahi rabbi Yang Maha Kuasa atas diberikannyakemampuan untuk
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami tujukan untukmemenuhi tugas Akhlak
Tasawuf yang diberikan oleh Dr. Siti Munawati, M. Pd. I kepadamahasiswa/i Agama Islam
kelas 3 B. semoga makalah kami bermanfaat kedepannya. Amin.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu ilmu dipelajari karena ada manfaatnya. Diantara ilmu-ilmu itu ada yangmemberikan
manfaat dengan segera dan ada pula yang dipetik buahnya setelah agaklama dimalkan dengan
segala ketekunan.Pada hakikatnya setiap ilmu pengetahuan antara yang satu dengan yang
lainnyaitu saling berhubungan. Akan tetapi hubungan tersebut ada yang sifatnya berdekatan,
pertengahan, bahkan ada pula yang jauh. Pada pembahasan kali ini kita akan mengkaji
bersama tentang ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu akhlak, yaitu diantaranyailmu
tasawuf, ilmu tauhid, ilmu jiwa, ilmu pendidikan, filsafat.Konsep akhlakul karimah adalah
konsep hidup yang lengkap dan tidak hanyamengatur hubungan antara manusia dengan alam
sekitarnya, tetapi juga terhadap penciptanya. Allah menciptakan ilmu pengetahuan bersumber
dari Al-Qur’an. Namun tidak semua orang mengetahui atau percaya akan hal itu. Ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan manusia dalam menggali ilmu- ilmu yang ada dalam
Alqur’an itu sendiri.

Oleh karena itu penting sekali permasalahan hubungan antara ilmu akhlak dengan
ilmulainnya ini diangkat. Dalam uraian ini hubungan Ilmu Akhlak hanya akan dibatasi
padailmu-ilmu yang memiliki hubungan yang sangat erat sebagaimana tersebut di atas.Ilmu-
ilmu yang erat hubungannya dengan Ilmu Akhlak tersebut dapat dikemukakan pada bab
selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan yang akan kami ambil sebagai acuan padamakalah ini
adalah, sebagai berikut:
 Bagaimana hubungan Ilmu Akhlah dan Ilmu Tauhid?
 Bagaimana hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf?
 Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu jiwa dan Psikologi?
 Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan?
 Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat?
 Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Ekonomi?
 Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Sosiologi?
 Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Politik?
 Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu budaya?

C. Tujuan
Mengetahui korelasi ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf, ilmu tauhid, ilmu jiwa, ilmu
sosial, ilmu pendidikan, ilmu filsafat, dan ilmu Ekonomi. Serta politik antara ilmu
akhlak dengan ilmu-ilmu tersebut dan sebaliknya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Secara etimologi kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, bentuk jamak dari kata “khuluq” yang
berarti tabiat, budi pekerti, perangai atau tingkah laku. Sinonim Akhlak adalah etika dan
moral.[1] Sedangkan menurut terminologi ada bermacam-macam, diantaranya:

Menurut imam Al Ghazali dalam bukunya “ Ihya’ Ulumud-din “ memberikan pengertian


Akhlak sebagai berikut: “Akhlak ialah suatu sifat yang berurat berakar dalam jiwa seseorang
yang menjadi pendorong timbulnya amal perbuatan secara spontan, tanpa dipikir dan
ditimbang-timbang”.[2] Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya “Al-Akhlak “
merumuskan pengertian Akhlak sebagai berikut: “Akhak ialah kehendak yang dibiasakan.
Jika kehendak itu dilakukan secara terus-menerus dan menjadi kebiasaan atau adat, maka
dinamakan akhlak”.[3] Menurut Ibnu Maskawaih dalam bukunya “ Tahdzibul Akhlaq Wa
Tathirul A’raq” memberikan pengertian Akhlak sebagai berikut: “Keadaan jiwa seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dipikir-pikir dan
ditimbang-timbang (terlebih dahulu)”.[4] Jadi, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat
pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan. Perbuatan dengan mudah tanpa
melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan
perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan hukum islam maka disebut
Akhlak yang baik dan begitu sebaliknya. Dengan demikian, istilah akhlak sebenarnya
merupakan istilah yang netral, yang mencakup perbuatan baik-buruknya perbuatan seseorang.

 Pengertian Ilmu Akhlak

Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian
menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau perbuatan
yang buruk. Ilmu akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam
upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada
perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau buruk.

Ilmu Akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dan sebenarnya dilakukan, menunjukkan jalan untuk melakukan perbuatan, dan
menyatakan tujuan dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau perbuatan. Tujuan mempelajari
ilmu akhlak menurut Ahmad Amin (1977) adalah “mendorong kehendak kita supaya
membentuk hidup suci dan menghasilkan kebaikan, kesempurnaan, serta mendorong untuk
berbuat baik”.[5]

B. Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf

Pada ahli ilmu tasawuf pada umumnya membagi tasawuf menjadi tiga bagian. Pertama
tasawuf falsafi, kedua tasawuf akhlaki dan ketiga tasawuf amali. Ketiga tasawuf ini tujuannya
sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan
tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Ketiga macam tasawuf ini memiliki
perbedaan dalam hal pendekatan yang digunakan.[4] Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu
tasawuf yaitu ketika mempelajari Tasawuf ternyata pula bahwa Al-Qur’an dan Al-Hadits
mementingkan akhlak. Al-Qur’an dan Hadits menekankan kejujuran, persaudaraan, keadilan,
tolong menolong, murah hati, pemaaaf, sabar, baik sangka, menepati janji, disiplin, mencintai
ilmu, dan berfikiran lurus, nila-nilai ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan
dimasukkan kedalam dirinya sejak kecil. Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf
masalah ibadah amat menonjol, karena tasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian
ibadah seperti shalat, puasa, haji, dzikir, dan lain sebagainya. Yang semuanya itu dilakukan
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah yang dilakukan dalam rangka
bertasawuf itu ternyata erat hubungannya dengan Akhlak.

C. Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu tauhid

Ilmu tauhid adalah ilmu ushuluddin, ilmu pokok-pokok agama, yakni menyangkut aqidah dan
keimanan, ilmu tauhid dapat disebut juga dengan Ilmu kalam, yang merupakan disiplin ilmu
ke Islaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam
Tuhan. Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan
manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya.[5] sedangkan ahlak yang baik menurut
pandangan Islam haruslah berpijak pada keimanan. Iman tidak sekedar cukup disimpan
dalam hati. Melainkan harus dilahirkan dalam perbuatan yang nyata dan dalam bentuk amal
shaleh, barulah dikatakan iman itu sempurna, karena telah dapat direalisir.[6] Jelaslah bahwa
akhlaqul karimah adalah mata rantai iman. Sebagai contoh, malu (berbuat kejahatan) adalah
salah satu dari akhlakul mahmudah. Nabi dalam salah satu hadits menegaskan bahwa “malu
adalah salah satu cabang dari keimanan”.[7] Sebaliknya akhlak yang dipandang buruk adalah
akhlak yang menyalahi prinsip-prinsip iman. Seterusnya sekalipun manusia perbuatan pada
lahirnya baik, tetapi titik tolaknya bukan karena iman maka hal itu tidak mendapatkan
penilaian disisi Allah. Demikianlah adanya perbedaan nilai amal-amal baiknya orang beriman
denganamal baiknya orang yang tidak beriman.[8]

D. Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu filsafat

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala sesuatu yang ada dan
yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran. Filsafat memiliki bidang-bidng kajiannya
mencakup berbagai diiplin ilmu antara lain :

a. Metafisika : penyelidikan dibalik alam yang nyata

b. Kosmologi : penyelidikan tentang alam (filsafat alam)

c. Logika : pembahasan tentang cara berfikir cepat dan tepat

d. Etika : pembahsan tentang tingah laku manusia

e. Theodica : pembahasan tentang ke-Tuhanan

f. Antropologia : pembahasan tentang manusia

Dengan demikian jelaslah bahwa etika termasuk salah satu komponen dalam filsafat. Banyak
ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian filsafat karena ilmu tersebut kian meluas
dan berkembang dan akhirnya membentuk disiplin ilmu itu sendiri dan terlepas dari filsafat.
Demikian juga etika, dalam proses perkembangannya sekalipun masih diakui sebagai bagian
dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan ilmu yang mempunyai identitas sendiri.[23]

E. Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu pendidikan

Perubahan Antara ahlak dengan ilmu pendidikan mempunyai hubungan yang sangat
mendasar dalam hal teoritik dan pada tatanan praktisnya. sebab, dunia pendidikan sangat
besar sekali pengaruhnya terhadap perilaku, ahlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan,
agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Apabila siswa
diberi pelajaran “Ahlak”, pendidikan mengajarkan bagaimana seharusnya manusia itu
bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan).

Dengan demikian, posisi ilmu pendidikan strategis sekali jika dijadikan pusat perubahan
perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju perilaku yang baik. oleh karena itu,
dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan untuk bisa dijadikan agen perubahan sikap dan
perilaku manusia. Dari tenaga pendidik (pengajar) misalnya, perlu memiliki kemampuan
profesionalitas dalam bidangnya. Unsur lain yang perlu diperhatikan adalah materi
pengajaran. Apabila materi pengajaran yang disampaikan oleh pendidik menyimpang dan
mengarah

keperubahan perilaku yang menyimpang, inilah suatu keburukan dalam pendidikan dan
begitu pula sebaliknya.[20] Lingkungan sekolah dalam dunia pendidikan merupakan tempat
bertemunya semua watak. Perilaku dari masing-masing anak yang berlainan. Kondisi anak
yang sedemikian rupa dalam interaksi antara anak satu dengan yang lainnya akan saling
mempengaruhi juga pada kepribadian anak.[21] Dengan demikian lingkungan pendidikan
mempengaruhi jiwa anak didik. Dan akan diarahkan kemana anak didik dan perkembangan
kepribadian.[22]

F. Hubungan ilmu ahlak dengan ilmu sosiologi (kemasyarakatan)

Secara etimologis sosiologi berasal dari kata socius yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi
sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang berkawan atau di dalam arti luas adalah “ilmu
pengetahuan yang berobjek pada masalah hidup bermasyarakat”.[15] Mempelajari
masyarakat manusia yang pertama, dan bagaimana meningkat keatas, juga menyelidiki
tentang bahasa, agama, dan keluarga, dan bagaimana membentuk undang-undang dan
pemerintahan dan sebagainya. Mempelajari semua ini menolong untuk memberi pengertian
akan perbuatan manusia dan cara menentukan hukum baik dan buruk.[16] Hidup
memasyarakat dapat dipahami dalam pengertian yang luas, bisa dipahami dalam dimensi
sempit. Masyarakat dalam arti luas ialah kebulatan dari semua perhubungan didalam hidup
masyarakat. Sedangkan dalam arti sempit ialah suatu kelompok manusia yang menjadi
tempat hidup bermasyarakat, tidak semua aspeknya tetapi dalam berbagai aspek yang
bentuknya tidak tertentu. Masyarakat dalam arti sempit ini tidak mempunyai arti tertentu,
misalnya masyarakat mahasiswa, masyarakat pedagang, masyarakat tani, dan lain-lain.[17]
G. Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu jiwa (psiokologi)

Mempersoalkan hubungan antara ahlak dengan ilmu sosiologi agaknya sangat signifikan
karena ilmu ahlak membahas tentang berbagai perilaku manusia yang ditimbulkan oleh
kehendak, yang tidak dapat terlepas dari kajian kehidupan kemasyarakatan yang menjadi
kajian ilmu sosiologi.[18] Demikianlah karena manusia tidak dapat hidup kecuali
bermasyarakat dan ia tetap menjadi anggota masyarakat. Bukan menjadi kekuasaan kita
untuk mengetahui keutamaan seseorang dengan tidak mengetahui masyarakatnya, masyarakat
mana yang dapat membantu keutamaan atau merintanginya Hubungan Antara Ilmu Akhlak
dengan Ilmu Jiwa/psikologi

Dilihat dari bidang pembahasannya, Ilmu Jiwa membahas tentang aspek kejiwaan yang
tampak dalam tingkah laku manusia. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa
dalam diri manusia terdapat potensi rohaniah yang cenderung kepada kebaikan dan
keburukan. Selain itu, didalam ilmu jiwa juga mengandung informasi tentang perbedaan
psikologis dalam setiap jenjang usia seseorang. Gejala psikologis yang di alami setiap orang
ini memberikan informasi tentang pentingnya penyampaian ajaran akhlak sesuai
perkembangan jiwa.

Dengan demikian, Ilmu Jiwa juga dapat memberikan masukan dalam rangka merumuskan
tentang metode dan pendekatan dalam pembinaan akhlak seseorang.

Lihat al-Qur’an surah al-Balad ayat 10:

http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/90_10.png

Artinya: “maka kami telah memberi petunjuk (kepada)nya (manusia) dua jalan mendaki (baik
dan buruk).

Pada masa akhir-akhir ini, dalam Ilmu Jiwa terdapat suatu cabang yang disebut “ilmu jiwa
masyarakat”. Dimana ilmu tersebut menyelidiki akal manusia dari masyarakat. Dalam hal ini
yang diselidiki adalah masalah bahasa dan akibatnya terhadap akal manusia, Adat kebiasan
bangsa yang mundur dan perkembangan susunan masyarakat. Dan cabang ilmu ini juga
secara langsung memberi bekas pada etika melebihi dari ilmu jiwa itu sendiri.[6]
H. Hubungan Antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Politik

politik senantiasa didefinisikan dalam cakupan atau bingkai akhlak. Bahkan pada prinsipnya,
dalam pandangan tradisional terhadap akhlak, politik itu diletakkan dan dibahas dalam bagian
akhlak praktis yang bermakna tadbir mudun (manajemen kota). Sehingga dalam perspektif
tradisional ini, akhlak dianggap sebagai pilar dan pondasi politik.

Ada juga yang meyakini bahwa politik dan akhlak tidak memiliki hubungan yang
menguntungkan, bahkan bila dalam berpolitik kita harus berakhlak maka akhlak yang kita
lakukan cenderung pragmatis. Namun, bila tema relasi politik dan akhlak ditinjau dari sudut
pandang filsafat, maka ada yang berpendapat bahwa dalam filsafat politik modern akhlak
tidak mempunyai tempat di dalamnya. Sehingga dunia kita bersjkiiiii-hadapan dengan krisis
akhlak di pelbagai bidang, khususnya politik.

Machiavelli yang mencoba untuk mengamputansi akhlak dari bingkai politik ternyata secara
tegas menyatakan: Agama melahirkan undang-undang yang baik dan undang-undang yang
baik menyebabkan kejayaan. Dalam kesempatan lain ia berkata: Agama adalah pilar
peradaban yang paling penting. Oleh karena itu, pandangan negatif Machiavelli terkait relasi
antara politik dan akhlak tidak secara keseluruhan bertalian dengan agama.

Mungkin ada yang beranggapan bahwa relasi antara akhlak dan politik itu bersifat
visual/imajinal. Tetapi ada yang berpandangan bahwa relasi keduanya bersifat transaksional
dan saling melengkapi. Dengan kata lain, etika dan politik itu memiliki hubungan timbal
balik. Sebagian cendekiawan menyatakan bahwa politik dan etika memiliki hubungan yang
negatif. Yakni, bila etika bertambah/menguat maka politik akan memudar(terpinggirkan) dan
sebaliknya.

Ada sebagian intelektual yang memahami relasi etika dan politik dalam hubungan kausalitas.
Yakni, etika diposisikan sebagai sebab yang utama dan final sedangkan politik adalah sebab
material dan strategis. Dalam sebuah pandangan dapat dikatakan bahwa etika adalah sebab
dan politik adalah akibat.

(Plato, Jami’ah Boz wa Dusymanoni On, jilid 1, hal. 168.)


I. Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu budaya

Ilmu akhlak adalah ilmu yang mengkaji tentang akhlak baik dan akhlak buruk
serta sifat terpuji dan tercela, berikut sifat-sifat yang harus diperkuat atau
dihilangkan. Ilmu akhlak berbicara tentang sifat-sifat, seperti kedermawanan atau
kekikiran, keberanian atau kepengecutan, yang muncul dan hilang berdasarkan
ikhtiar kita atau yang dapat dikendalikan manusia.[1] Secara lebih singkat lagi,
ilmu akhlak didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kemuliaan akhlak dan
ketercelaannya.[2]

Ilmu Akhlak menuntun manusia untuk berbuat baik dan bagaimana melakukannya. Selain itu
juga agar manusia dapat menghindari sifat-sifat buruk. Dapat diketahui di sini bahwa sasaran
atau objek pembahasan ilmu akhlak adalah menilai baik dan buruk, benar dan salah, pantas
dan tidak pantas, serta mana yang harus dan mana yang tidak boleh dari segala sifat atau
tindakan manusia yang dilakukan dalam keadaan sadar.[3]

istilah Basic Humanities yang berasal dari istilah bahasa Inggris The Humanities. Adapun
istilah Humanities itu sendiri berasal dari bahasa Latin Humanus yang bisa diartikan
manusiawi, berbudaya dan halus (refined). Dengan mempelajari The Humanities diandaikan
seseorang akan bisa mcnjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.

J. Hungan ilmu akhlak dengan ilmu ekonomi

Istilah ekonomi dalam bahasa Inggris disebut economic, sedangkan ekonomi sendiri
berasal dari bahasa Yunani, Oikos dan Nomos yang berarti peraturan rumah tangga.
menurut Alfred Marshall, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari manusia
dalam kehidupan sehari-hari bertindak dalam proses produksi, konsumsi, alokasi
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhanmanusia

Yang berhubungan dengan ilmu akhlak adalah sistem ekonomi Islam.


ekonomi Islam adalah prinsip ekonomi yang berdasarkan syari’at islam yang
bertujuan menciptakan kehidupan individu yang sehat dan kuat, sebagai individu atau
anggota masyarakat. Dengan akhlak, maka tidak akan terjadi kecurangan dalam
proses ekonomi. Semua perilaku ekonomi yang dilakukan akan berlangsung lancar
karena semua yang dilakukan didasarkan atas nilai-nilai moral Dan budi pekerti yang
mulia.[8]

DAFTAR PUSTAKA

Mustaqim, Abdul. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara. 2013.

Syukur, M. Amin. Studi Akhlak. Semarang: Walisongo Press. 2010.

Tiswarni. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Bina Pratama. 2007.

Ar, Zahrudin, Hasanuddin Sinaga, 2004, Pengantar Studi Ahlak. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.

Amin, Ahmad, 1988, Etika (ilmu ahlak), Jakarta : Bulan Bintang

Nasution, Ahmad Bangun, Rayani Hanum Siregar, 2013, Ahlak Tasawuf pengenalan,
pemahaman dan pengaplikasiannya, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Ya’qub, Hamzah, 1985, Etika Islam Pembinaan Ahlaqulkarimah. Bandung :


Diponegoro, 1985

Mustofa, Ahmad, 1997, Ahlak Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia.

Soetirto, Solardja Ponco, Azas-Azas Sosiologi, Gajah Mada.

Djatmika, Rahmat, 1996, Sistem Ethika Islam (Akhlak Mulia, Jakarta : Pustaka
Panjimas.

As, Asmaran, 1992, Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : Rajawali Press.

[1] Tiswarni, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Bina Pratama, 2007, hal: 1

[2] Dr. H. Abdul Mustaqim, MA, Akhlak Tasawuf, Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,
2013, hal.2

[3] Prof. Dr. H. M. Amin Syukur, MA, Studi Akhlak, Semarang: Walisongo Press,
2010, hal.7
[4] Dr. H. Abdul Mustaqim, MA, Akhlak Lock.Cit.

[5] Prof. Dr. H. M. Amin Syukur, MA, Studi Op.Cit., hal.14-15

[4] Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar. Ahlak Tasawuf pengenalan,
pemahaman dan pengaplikasiannya. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013) Hal. 30-
34

[5] Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar. Ibid. Hal. 24

[6] Hamzah Ya’qub. Etika Islam Pembinaan Ahlaqulkarimah. (Bandung :


Diponegoro, 1985). Hal. 18s

[7] Hamzah Ya’qub. Op. cit. Hal. 18

[8]Hamzah Ya’qub. Op. cit.. Hal. 18

[15] Solardja Ponco Soetirto. Azas-Azas Sosiologi. (Gajah Mada). Hal. 5

[16] Ahmad amin. Ibid. Hal. 20-21

[17] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 57-58

[18] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 58

[19] Ahmad amin. Ibid. Hal. 20

[20] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 59-60

[21] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal.60

[22] Ahmad Musthofa. Ibid. Hal. 109-110

[23] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 60-61


A. Kesimpulan

Ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu akhlak dapat dikategorikan berdekatan antara lain
Ilmu Tasawuf, Ilmu Tauhid, Ilmu Pendidikan, Ilmu Jiwa, dan Ilmu Filsafat. Sedangkan ilmu-
ilmu yang dikategorikan mempunyai hubungan pertengahan dengan Ilmu Akhlak adalah Ilmu
Hukum, Ilmu Sosial, Ilmu Sejarah, dan Ilmu Antropologi. Sedangkan Ilmu yang
dikategorikan mempunyai hubungan agak jauh adalah Ilmu Fisika, Ilmu Biologi, dan Ilmu
Politik.

Ibn Sina misalnya mengatakan bahwa jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri akan
mempunyai wujud terlepas dari badan. Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibn
Sina tersebut memberi petunjuk bahwa dalam pemikiran filsafat terdapat bahan-bahan atau
sumber yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadikonsep Ilmu Akhlak.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. 2013. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: PT Bulan Bintang

.Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf,. Bandung: CV Pustaka Setia

Suhayib 2016. Studi Akhlak. Jogjakarta: Kalimedia

Riyadi, Hendar 2008 Tauhid Ilmu. Bandung: Nuansa

Anda mungkin juga menyukai