Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH PERDABAN ISLAM

“ PERADABAN ISLAM MASA ALI BIN ABI THALIB”

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu Eka Yudha Wibowo, M.A

IAT-1A
Kelompok 4 :
Sukmadi (201111013)
Amirul Fajaruddin (201111012)
Raihan Yusup Deis Anuari (201111011)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Sejarah Peradaban Islam ini dengan baik meskipun banyak kekuranagan didalamnya.
Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Eka Yudha Wibowo, M.A. Dosen mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan tugas ini.

Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat dan bisa dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri dan maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata
yang kurang berkenan dan kami meminta kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.

Surakarta, Oktober 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ali ibn Abi Thalib adalah khalifah keempat dari Khalifah Islam. Dalam kasus
pembunuhan di rumah Khalifah Usman bin Afan, setelah meninggalnya Khalifah Usman
bin Afan, Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai khalifah.

Ketika mempelajari sejarah Ali ibn Abi Thalib, umat Islam pertama kali merasa
bahwa kompleksitas adalah masalah besar. Saat itu, terjadi berbagai konflik atau fitnah
antar kawan, seperti Perang Jamal (yang terjadi antara Ali dengan kelompok Estonia) dan
Perang Syiah (yang terjadi antara Ali dengan kelompok Muawiya). Generasi sahabat yang
disebut Khairu Ummah dalam Alquran mengalami kejadian yang sama sekali tidak terduga,
bahkan sahabat mereka saat itu. Hal ini menimbulkan banyak masalah yang harus
diselesaikan umat Islam, terutama para sejarawan Islam.

Membahas Khalifah Ali dalam makalah sederhana tidak akan cukup dan
memuaskan. Namun hikmah pembelajaran dari uraian buku yang kita baca, kita coba
menggunakan buku-buku tersebut untuk beberapa analisis untuk menyempurnakan atau
bahkan mengkritisi (bila ada pernyataan yang tidak sesuai dengan data sejarah yang ada).
Kami berbicara tentang aturan Ali dan berbagai peristiwa penting yang telah terjadi. Selain
itu pada artikel kali ini kami akan memperkenalkan biografi Ali sebagai semacam
pengetahuan kasar, karena tidak cocok bagi kami untuk berdiskusi tentang seseorang tanpa
mengetahui biografinya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biograpi Ali bin Abi Thalib?
2. Bagaimana proses pengankatan Ali bin Abi Thalib?
3. Bagaimana system pemerintahan pada masa Ali bin Abi Thalib ?
4. Apa saja prestasi prestasi pada masa Ali bin Abi Thalib?
5. Peristiwa apa saja yang terjadi pada masa Ali bin Abi Thalib?
6. Akhir Riwayat Khalifah Ali bin Abi Thalib?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ali bin Abi Thalib


1. Nama dan Nasab Ali bin Abi Thalib

Dia adalah sepupu Nabi Muhammad SAW Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutalib bin
Hasim bin Abdul Manaf, dan juga semuanya Suami dari pemimpin wanita Fatima Bent Nabi
Muhammad dan ayah dari kedua cucunya al-Hasan dan al-Husain. Ibunya bernama Fatima
bin Assad bin Hasing bin Abdul Manaf. Dia masuk Islam ketika dia berusia delapan tahun.

2. Istri Ali bin Abi Thalib

Dalam kehidupan Ali, dia memiliki banyak istri. Para wanita yang pernah menjadi
istrinya adalah: Fatimah binti Rasulallah SAW, Umama bin Abul Ash, Khaulah bin Ja’far bin
Qhais, Laila binti Mas’ud, Ummul Banin Bintu Hizam, Asma’ bint ‘Umais, Ash Shaba binti
Rabbi "Ah, Umm Said Bint" Urwah.

3. Anak Ali bin Abi Thalib

Khalifah Ali bin Thalib juga sangat beruntung, ada banyak anak laki-laki dan
perempuan. Anak laki laki: Hasain, Hussein, Muhammad Al-Akbar, 'Ubaidillah, Abu Bakar,
Abbas Akbar, Usman, Jafar Akbar, Abdullah, Yahya, ‘Aun, Umar-Akbar, Muhammad al-
Ausath dan Muhammad al-Ashghar. Adapun perempuan: Zainab al-Kubra, Umm Kulthum
al-Kubra, Ruqayyah, Ummul Hasan, Ramlah al-Kubra, Umm Hani ', Maimunah, Zainab ash-
Shughra, Umm Kultsum asg-Shughra, Fatimah, Umamah , Khadijah, Ummul Kiram, Ummu
Salamah, Umm Ja'far, Jumanah dan Nafisah.

B. Pengangkatan khalifah Ali Bin Abi Tholib (35-41 H / 656-661 M )


Setelah wafatnya Usman bin Afan, Ali bin Abi Tholib terpilih menjadi penggatinya pada
tahun 35 H beliau di nobatkan menjadi khalifah yang ke empat.

Ali menjadi khalifah selama 5 tahun yaitu 35 hijriah sampai ia wafat pada tahun 40 hijriah
terpilihnya Ali sebagai khalifah tidak mendapat dukungan mayoritas dari kaum muslimin,saat
itu di samping ia moendapat ia mendapat tantangan dari pihak yang berambisi ingin menjadi
khalifah, Selain ituh ia juga mendapat tuduhan terlibat dalam pembunuhan Usman bin Afan.
Pengukuhan Ali bin Abi Tholib menjadi khalifah tidak semulus 3 orang
sebelumnya,Ali di bai’at di tengah – tengah suasana berkabung atas meninggalnya khalifan
Usman bi Afan, kaum pemberontak yg membunuh usman bin afan mendaulat ali supaya
bersedia d bai’at menjadi khalifah.

Setelah Usman terbunuh,kaum pemberontak mendatangi para sahabat senior satu


persatu yang ada di kota madinah, seperti Ali bin Abi Tholib, thalhal,zubair, saad bin abi
waqas, dan abdullah bin umar bin khatab, agar bersedia menjadi khalifah namun mereka
menolak.

Akan tetaapi baik kaum pemberontak maupun kaum anshar dan kaum muhajirin lebih
menginginkan Ali menjadi khalifah, namun Ali menolak sebab menghendaki agar urusan ituh
di selesaikan melalui musyawarah, dan mendapat persetujuan dari sahabat – sahabat senior
termuka.

Akan tetapi setelah masyarakat mengemukakan bahwa umat islam perlu segera
mempunyai pemimpin agar tidak terjadi kekacauan yang lebih besar,akhirnya Ali bersedia d
bai’at menjadi khalifah.

Pada saat itu Ali adalah calon terkuat untuk menjadi khalifah karna banyak d dukung
oleh para sahabat senior,bahkan para pemberontak kepada khalifah utsman mendukungnya,
termasuk abdullah bin saba dan tidak ada seorangpun yang bersedia d calonkan.Saad bin Abi
waqas dan Abdullah bin Umar tidak mendukungnya, walaupun kemudian Sa’ad ikut kembali
kepada Ali.

Adapun yang pertama kali membai’at Ali adalah Thalhah bin Ubaidilah di ikuti oleh
Zubair bin Awwam dan Sa’ad bin Abi Waqas kemudian di ikuti oleh kaum anshar dan
muhajirin.

C. Sistem Pemerintahan Masa Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib


Seperti kita ketahui, Ali bin Abi Thalib memiliki sikap yang kuat dan membela hak.
Setelah memimpin Khalifah, dia bertindak cepat. Dia segera mengeluarkan perintah yang
menunjukkan sikap tegasnya.

Langkah pertama Khalifah Ali adalah mengembalikan cita-cita Abu Bakar dan
Umar. Ia merebut kembali seluruh tanah dan menugaskan Utsman kepada kerabat dekatnya
sebagai subsidi. Emas menjadi milik negara. Ali juga memecat semua gubernur yang tidak
puas dengan rakyat. Dia juga memperbaiki dan mengatur arsip nasional untuk melindungi
dan melestarikan dokumen kantor khalifah dan sahib-ushsurtah, serta mengkoordinasikan
polisi dan menugaskannya.

Ali juga memindahkan pusat kekuatan Islam ke kota Kufah. Sejak saat itu, Madinah
berakhir sebagai ibu kota berdaulat Islam, dan tidak ada lagi khalifah yang mengatur
khalifah. Sekarang Ali adalah pemimpin dari semua wilayah Islam di luar Suriah. Saat itu
Ali tidak tinggal permanen di Kufah, ia pergi ke sana hanya untuk memperkuat
kekuasaannya, seperti yang ditunjukkan oleh dinas permukimannya di luar kota. Pada saat
yang sama, ia mengambil tindakan dan menetapkan posisinya sendiri di beberapa provinsi
koloninya.

D. Prestasi-prestasi Ali bin Abi Thalib saat Menjadi Khalifah


Meskipun pada saat Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah merupakan masa-masa yang sulit,
namun Ali mampu menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut dan menghasilkan berbagai
prestasi, diantaranya:

 Menggantikan Para Pejabat Yang Kurang Cakap


Ali bin Abi Thalib menginginkan para pejabat yang tanggap dalam merespon masyarakat,
maka dari itu Ali mengambil keputusan untuk mengganti para pejabat yang dianggap
kurang cakap, pejabat-pejabat yang dihanti oleh Ali antara lain yaitu:
1. Usman bin Hanif (gubernur Basrah)
2. Sahl bin Hanif (gubernur Syiria)
3. Umrah bin Syihab (gubernur Kufah)
4. Ubaidillah bin Abbas (gubernur Yaman)
5. Qais bin Saad (gubernur Mesir)

Semua pejabat yang diganti oleh Ali bin Abi Thalib diatas ternyata merupakan
keturunan bani Umayyah sehingga membuat Ali semakin dimusuhi oleh bani
Umayyah

 Memperbaiki Sistem Keuangan Negara


Khalifah Ali bin Abi Thalib melihat para pejabat yang diangkat oleh Usman Bin Affan
mendapatkan banyak sarana dan prasarana dari pemerintahan, Ali bin Abi Thalib tidak ingin
hal itu terjadi pada masa pemerintahannya, sehingga ia menyita seluruh sarana para pejabat
tersebut ,dan membuat pejabat-pejabat tersebut menentang dan melakukan perlawanan
kepada Ali dengan cara menghasut masyarakat untuk memberontak kepada Ali sehingga
terjadilah perang Shiffin

 Membangun Infrastruktur Negara


Pada masa Ali bin Abi Thalib juga memperhatikan tentang infrastruktur Negara , meskipun
lebih berfokus pada pembenahan sistem pemerintahan, terbukti dengan dibangunnya kota
Kuffah pada masa pemerintahannya

 Mengembangkan Ilmu Bahasa dan Sastra


Selain memperbaiki sistem pemerintahan dan Infrastruktur Negara, Khalifah Ali bin Abi
Thalib juga sangat peduli terhadap kemajuan Ilmu bahasa dan Sastra dengan cara
memerintahkan Abu Aswad Ad Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu Nahwu
yang khusus mempelajari tata bahasa Arab dengan harapan dapat memudahkan orang-orang
azam (luar arab) untuk memahami Al-Qur’an dah Hadits karena pada masa kekhalifahan Ali
bin Abi Thalib wilayah Islam sudah mencapai India.

Selain prestasi non militer Ali bin Abi Thalib juga mempunyai beberapa prestasi
militer, meskipun tidak sebanyak khalifah-khalifah sebelumnya, diantara prestasi
militer beiau yaitu:

 Menundukkan Penduduk yang Tidak mau Membayar Zakat

Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa pada tahun 39 H penduduk persia dan
pegunungan menolak untuk membyar pajak, mereka bahkan mengusir wakil
yang dikirm Ali kesana, yaitu Sahal bin Hunaif, mengetahui hal ini Ali
kemudian mengirim Ziyad bin Abihi , Ziyad merupakan orang yang teguh
pendiriannya dan ahli dalam siasat, Beliau bergerak menuju persia dengan
4000 pasukan berkuda dan berhasil menundukkan penduduk persia himgga
mereka kembali istiqomah dan membayar zakat , Ziyad kemudian menjadi
Amir disana, beilau memimpin dengan adil dan amanah, ia juga membangun
sebuah istana disana yang diberi nama istana Ziyad.

 Menaklukkan Sebagian Penduduk Khurasan Yang memembangkang


Setelah Ali selesai melakukan perang Shiffin Beliau mengirimkan Ja`dah bin
Hubairah Al-makhzumi ke wilayah Khurasan, karena sebagian penduduk
disana menolak untuk taat dan patuh pada kekhalifaan Ali, Ja`dah mengurung
penduduk Naisabur higga membuat mereka kembali tunduk dan patuh pada
pmerintahan Ali
 Memerangi Kelompok Radikal Pengikut Saba`iyah
 Memerangi Kaum Khawarij
 Memerangi Kaum Murtad
 Memerangi Kaum Bid’ah dan Syi’ah

Beliau juga memerangi bid’ah-bid’ah dan benih-benih syi’ah yang mulai


muncul. Beliau berkhutbah di mimbar masjid Jami’ Kufah dan menjelaskan
bahwa sebaik-baiknya umat ini setelah Rasulullah SAW adalah Abu Bakar
dan Umar, Ali berkata “ Tidaklah dibawa ke hadapanku seseorang yang
melebih-lebihkanku daripada Abu Bakar dan Umar mrlainkan aku akan
mencambuknya sebanyak cambukan untuk para penuduh tanpa bukti (yaitu 80
cambukan)” Beliau juga melarang mencela seluruh Sahabat Nabi, dan
mengancam pelakunya dengan hukuman yang berat, Beliau menjelaskan
dalam khutbahnya bahwa Rasulullah SAW tidak pernah mengkhususkan ahli
bait dengan sesuatu yang istimewa. Beliau berkata “ Barangsiapa menganggap
bahwa kami membaca sesuatu (Wahyu) yang tidak terdapat pada kitabullah
atau shahifah ini (seraya menunjuk menunjuk ke arah shahifah yang ada pada
sarung pedang beliau) maka niscaya ia telah bedusta”.

E. Peristiwa-peristiwa Penting Pada Masa Ali bin Abi Thalib


1.Perang Jamal
Perang Jamal adalah perang antara Aisyah dan Khalifah Ali. Aisyah dihasut oleh
putra angkatnya, Abdullah bin Zubair, dan dia sebenarnya menginginkan posisi Khalifah.
Alasan perang ini adalah karena Khalifah Ali, Ali dianggap tidak menyelidiki pembunuhan
Khalifah Utsmaniyah dan diyakini membiarkan pembunuhan Usman. Khalifah Ali berusaha
menghindari perang dengan cara bernegosiasi, namun ternyata pasukan Aisyah diundang
untuk ikut berperang, sehingga perang tidak dapat dihindari.
Perang Jamal terjadi pada 36 M atau hari-hari awal Kekhalifahan Ali. Perang
dimulai setelah salat tengah hari dan berakhir sebelum matahari terbenam hari itu. Dalam
pertempuran ini, Ali didampingi 10.000 tentara, sedangkan tentara Jamal memiliki 5.000
hingga 6.000 tentara. Bendera Ali dipegang oleh Muhammad bin Ali bin Abi Thalib
(Muhammad bin Ali bin Abi Thalib), sedangkan bendera Tentara Jamal dipegang oleh
Abdullah bin Az Zubar ( Abdullah bin az-Zubair) memegang.

Ali memenangkan Perang Jamal. Kedua lawan ini (Thalha-Zubair) meninggal atau
terbunuh pada malam hari, dan tidak diketahui siapa pembunuhnya. Di saat yang sama,
Aisyah dikalahkan dan ditangkap. Ali mengirim Aisyah kembali ke Madinah sebagai "ibu
negara" seperti biasa.
2.Perang Shiffin
Perang Siffin adalah pertempuran antara pasukan Ali dan Muawiyah. Perang tidak
berakhir dalam situasi kalah-menang antara keduanya, tetapi hanya dengan mengamati
tanda-tanda perang, jika Ali tidak mau kalah, dia bisa menunjukkan kelemahannya. Perang
ini terjadi karena faktor politik. Bisa dikatakan ada dua pengaruh: Pertama, Ali diangkat
sebagai Khalifah pada 656, namun sejak menjabat sebagai Gubernur Suriah 20 tahun lalu,
posisi Mu'awiyah semakin kuat. Kedua, Mu'awiyah berpengalaman dan berpengaruh,
mampu menyejahterakan daerah dan warganya, sedangkan Ali tidak memiliki stabilitas
politik pada masa kekhalifahan.

Duka Jamal terjadi di daerah Shiffin di selatan Raqqah di tepi barat Efrat. Dalam
pertempuran ini, Ali membawa 50.000 tentara, dan Muawiyah membawa tentara Suriah. Di
bawah kepemimpinan Malik al-Asytar, Amr bin Ash, panglima tentara Mu'awiyah,
melancarkan strategi yang nyaris membawa pasukan Ali menuju kemenangan. Melihat
salinan Alquran yang menempel di ujung tombak sambil melambai, ini pertanda bahwa
konflik harus segera diakhiri dan mengikuti keputusan Alquran. Perang berakhir dengan
Tahkim, namun Tahkim tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan perpecahan di
kalangan umat Islam. Umat Islam terbagi menjadi tiga kekuatan politik besar, yaitu
Muawiyah, Syiah dan Khawariz. Situasi ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya
Kelompok Khawarij melemahkan ketentaraan, sedangkan posisi Mu'awiyah semakin kuat.
Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali dibunuh oleh seorang anggota Khawarij
bernama Abdurrahman bin Muljam (Abdurrahman bin Muljam) dan terkena pedang
beracun di keningnya. otak.

3.Perang Nahrawan
Perang itu terjadi pada 38 M, dan setelah kembali ke Kufah, Khawarij
memberontak. Sebelumnya, mereka menolak keberadaan Tahkim. Mereka berkata: "Tidak
ada hukum lain yang harus diikuti kecuali hukum Allah." Mereka memprovokasi orang-
orang untuk melawan Ali.

Setelah itu, Khawarij membunuh Abdullah bin Khabbab dan istrinya, seorang
sahabat bangsawan yang sedang hamil tua. Ketika kasus ini sampai pada Ali, dia menulis
surat kepada mereka yang berbunyi: "Siapa yang membunuh Habab?" Mereka menjawab:
"Kami semua yang membunuhnya." Oleh karena itu, Ali membawa pasukan yang terdiri
dari 10.000 tentara ke kediaman mereka dan menyerang mereka di daerah Nahrawan

4.Munculnya Sekte-sekte

Karena perang Shiffin, sekte muncul dengan ganas pada zaman Ali. Dalam
perselisihan antar pengikut Ali, untuk pertama kalinya muncul perpotongan faktor teologis
dan politik.

Dalam sejarah komunitas Muslim, sekte menunjukkan ide dan konsep yang berbeda
terutama karena perbedaan aspirasi politik: Kelompok Setia Ali (selanjutnya disebut Syiah)
dan Kelompok Eksodus (kemudian disebut Khawarij) sama sekali berbeda.

Syiah adalah kelompok sayap kanan, dan Kavari adalah kelompok sayap kiri.
Keduanya radikal dan ekstrim. Menurut Syiah, keberadaan Imam itu perlu. Tanpa imam,
kebutuhan agama dan dunia akan dihancurkan. Namun Khawarij mengatakan bahwa
keberadaan imam bukanlah syarat agama. Jika manusia dapat menyelesaikan masalahnya
sendiri, imam tidak diperlukan, bahkan jika manusia menyebabkan kehancuran dengan
membunuh para imam.

Krisis yang semula berpusat pada politik kini beralih ke isu teologis. Seperti yang
dikatakan Syiah dan Khawarij, artinya berbicara berdasarkan prinsip dan ajaran Islam.

F. Akhir Riwayat Khalifah Ali bin Abi Thalib


Khawarij yang bermarkas di Nahrawan benar-benar merepotkan khalifah, sehingga
Muawiyah memiliki kesempatan untuk memperkuat dan memperluas kekuasaannya hingga
bisa menduduki Mesir. Akibatnya, hal ini sangat fatal bagi Ali. Tentara Ali semakin lemah
dan semakin lemah. Di saat yang sama, kekuatan Muawiyah terus meningkat. Muawiyah
berhasil menduduki provinsi Mesir, yang berarti merampas kemakmuran dan sumber daya
ekonomi Ali.
Karena penurunan tajam kekuatan Khalifah Ali, ia terpaksa mencapai kesepakatan
damai dengan Muawiyah, yang secara politik berarti Khalifah mengakui legitimasi
Muawiyah di Suriah dan Mesir. Tanpa diduga, kompromi ini memperburuk kemarahan
Khawariz atas hukuman orang yang tidak mereka sukai. Anggota khawarij fanatik Ibn
Muljam berhasil menikam khalifah tepat pada tanggal 17 Ramadhan 40 H (661 M). Wilayah
Islam telah meluas ke timur dan barat Persia, Mesir.

Setelah kematian ayahnya, Hassan berpidato: "Jika utusan Allah memerintahkan dia
untuk memimpin tentara, kamu akan kehilangan kesempatan terbaik, dan dia tidak akan takut
atau mengundurkan diri." Jenazah Ali bin Abi Thalib dimandikan oleh Hassan, Hussein dan
Abdullah bin Ja'far. Setelah itu, imamnya adalah Hasan bin Ali.

Setelah kematian khalifah, putra khalifah Hasan bertugas selama beberapa bulan.
Tetapi ketika Muawiyah menjadi lebih kuat dan Hasan (lemah) melemah, Hasan mencapai
kesepakatan damai. Kesepakatan ini dapat menyatukan kembali umat Islam dari
kepemimpinan politik yang dipimpin oleh Mu'awiya Ibn Abi Sufyan. Di sisi lain,
kesepakatan tersebut juga menjadikan Muawiyah sebagai penguasa Islam yang mutlak.
Tahun penyatuan 41 H (661) disebut tahun Jama’ah dalam sejarah Islam. Ini mengakhiri apa
yang disebut periode Khulafau Rasyiddin dan memulai pemerintahan Umayyah dalam
sejarah politik Islam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tentang Khalifah Ali bin Abi Thalib maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Ali adalah khalifah keempat atau terakhir setelah Usman bin Afan. Nama lengkap
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutalib bin Hasim bin Abdul Manaf. Ia lahir di Mekah
pada hari Jumat di bulan Rajab 570 M. Kaum Muslimin di Madinah memberikan Ali
kepada Khalifah dan mengangkatnya sebagai Khalifah.
Ali memindahkan pusat pemerintahan ke Kuffah, beliau memecat para gubernur
yang diangkat oleh Utsman dan mengirim kepala daerah yang baru yang menggantikan.
Ali bin Abi Thalib (Ali bin Abi Thalib) meraih banyak prestasi selama menjabat
sebagai khalifah. Penyebab meninggalnya Ali bin Abi Thalib adalah pembunuhan yang
dilakukan oleh Abdurrahman ibn Muljam. Dia meninggal pada tanggal 17 Ramadhan
pada usia 40 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Saufi Akhmad, Sejarah Peradaban Islam, Deepublish, Yogyakarta, 2015
an-Nadhwi al-Hasni Abdul Hasan Syech, Kisah dan Asal Usul Ali bin Abi Thalib, PT.
Tiga Serangkai, Solo, 2018
Saufi Ahmad dan Fadillah Hasmi, Peradaban Pada Masa Khalifah Ali, PT. Pustaka
Mandiri, Jakarta 2003
Audah Ali, Ali bin Abi Thalib, PT. Pustaka LItera Antarnusa, Jakarta, 2013

Anda mungkin juga menyukai