Anda di halaman 1dari 22

PERANAN ALMA DALAM MENJAGA KESTABILAN BISNIS

PERBANKAN KHUSUSNYA BANK SYARIAH DALAM NEGERI DAN


LUAR NEGERI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Aset dan Liabilitas (Asset and Liabilitiy
Management)

Dosen pengampu: Ahmad Indarta, M.E.

Disusun oleh:

1. Finka Nur Azizah (195231013)


2. Mirta Ulfah Rufi Widya Janah (195231036)
3. Aziz Bahtiar Siddiq (205231002)
4. Intan Az Zahra (205231183)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualikum wr.wb
Puji syukur kehadirat allah SWT karna dengan limpahan rahmat-Nya serta karunia-Nya
yang telah memberi kami kemudahaan untuk menyelesaikan tugas kelompok ini dengan baik dan
lancar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW,
sebagai rasul utusan Allah SWT. Yang membawa syafa’at dan keselamatan dalam kehidupan
dunia hingga akhirat.
Makalah yang berjudul “Peranan ALMA Dalam Menjaga Kestabilan Bisnis Perbankan
Khususnya Bank Syariah Dalam Negeri Maupun Internasional” ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Aset dan Liabilitas (Asset and Liability Management). Kami telah
berusaha semaksimal mungkin dan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan yang ada, agar
makalah ini dapat tersusun dan dapat diterima sesuai dengan harapan Ahmad Indarta, M.E. serta
teman-teman PBS 6A.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.w

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4
A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Asset and Liability Management (ALMA) ................ 4
B. Peran Asset and Liability Management (ALMA) ........................................................... 4
C. Konflik Kepentingan “Likuiditas Vs Profitabilitas” ...................................................... 6
D. Penerapan Asset and Liability Management (ALMA) pada Bank Syariah ................. 8
E. Kondisi Perekonomian Global dan Domestik ............................................................... 10
F. Modernitas pemikiran ALMA terkini ........................................................................... 12
G. Gap Management ............................................................................................................. 16
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini perekonomian global sedang mengalami goncangan, yang disebabkan oleh
wabah penyakit yang sedang melandah negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.
Mewabahnya virus corona atau biasa juga dikenal dengan istilah Covid-19 membuat
perekonomian global maupun perekonomian domestik mengalami pelambatan. Situasi ini,
telah berdampak luas pada perekonomian global maupun terhadap perekonomian nasional,
yaitu dengan meningkatnya laju inflasi serta 2 pelemahan nilai tukar rupiah terhadap US dollar
yang saat itu sudah mencapai kisaran angka Rp16.000-an per US Dollar, berdasarkan Jakarta
Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dikeluarkan Bank Indonesia, nilai tukar Rupiah
menyentuh level Rp 16.608 per Dolar AS, Senin, 23 Maret 2020.
Peningkatan laju inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah tidak terlepas dari adanya
kebijakan pembatasan serta sikap kewaspadaan yang ditunjukkan oleh masyarakat dengan
mengurangi melakukan interaksi sosial serta beraktivitas di luar rumah. Situasi ini,
mengakibatkan menurunnya arus transaksi, baik transaksi dalam negeri maupun transaksi antar
negara-negara di dunia, sehingga terjadi penurunan arus mobilitas barang dan cenderung
dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk mencari keuntungan dengan melakukan
penimbunan barang-barang sehingga mengakibatkan barang-barang tersebut menjadi langka
dan mahal baik barang kebutuhan pokok maupun perlengkapan dan peralatan medis serta obat-
obatan, khususnya yang berkaitan langsung dengan kebutuhan penanganan wabah penyakit
yang sangat berbahaya.
Industri perbankan dewasa ini juga dihadapkan kepada masalah-masalah ketidakpastian
seperti tingkat bunga, nilai tukar, harga minyak mentah dunia, dan perubahan lingkungan
makro lainnya yang berkaitan dengan kompetisi di sektor jasa keuangan. Pada situasi ini,
sangat membutuhkan sebuah langkah-langkah penyelesaian yang tepat dan strategis dengan
melibatkan seluruh komponen bangsa, baik yang berkaitan dengan penanganan masalah
kesehatan, maupun yang berkaitan dengan penanganan masalah perekonomian yang
kondisinya saat ini semakin tertekan. Upaya ini dilakukan guna untuk mengurangi atau
mengantisipasi potensi dampak multidimensional.

1
Peran perbankan sangat dibutuhkan untuk mendorong keberlangsungan aktivitas ekonomi
melalui fungsi dan kewenangannya yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang perbankan, dimana bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Perkembangan
industri perbankan lima tahun terakhir terungkap dalam pernyataan Ketua Umum Perbanas
(Kartika Wirjoatmodjo) yang dikutip dalam economy.okezone.com 18 Oktober 2019, sebagai
berikut : bahwa ada dua tantangan besar yang dihadapi di sektor perbankan selama lima tahun
yakni, soal non performing loan (NPL) atau rasio kredit macet dan likuiditas.
Oleh karena latar belakang masalah tersebut, maka penulis ingin mengetahi kondisi
mutakhir tentang peranan dank asus ALMA dalam perbankan baik domestic maupun
internasional serta menghetahui modernitas pemikiran dalam konteks ALMA terkini yang
termuat dalam judul makalah ini yaitu “Peranan ALMA Dalam Menjaga Kestabilan Bisnis
Perbankan Khususnya Bank Syariah Dalam Negeri Maupun Internasional”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Apa pengertian, tujuan dan fungsi ALMA?
2. Apa peran Asset and Liability Management (ALMA)
3. Apa konflik Kepentingan “Likuiditas Vs Profitabilitas”
4. Bagaimana penerapan Asset and Liability Management (ALMA) pada Bank Syariah
5. Bagaimana Kondisi Perekonomian Global dan Domestik?
6. Bagaimana modernitas pemikiran ALMA terkini?
7. Apa itu Gap Management?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian, tujuan dan fungsi ALMA?
2. Untuk mengetahui peran Asset and Liability Management (ALMA)
3. Untuk mengetahui konflik Kepentingan “Likuiditas Vs Profitabilitas”
4. Untuk mengetahui penerapan Asset and Liability Management (ALMA) pada Bank
Syariah

2
5. Untuk mengetahui Kondisi Perekonomian Global dan Domestik
6. Untuk mengetahui modernitas pemikiran ALMA terkini
7. Untuk mengetahui Gap Management

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Asset and Liability Management (ALMA)


Asset And Liability Management adalah serangkaian tindakan dan prosedur yang dirancang
untuk mengontrol posisi keuangan. Tujuan dari ALMA adalah untuk menjaga kesehatan bank
yang dapat diukur dengan CAMEL serta melakukan antisipasi terhadap perubahan eksternal
yang berkaitan dengan inflasi dan tingkat suku bunga serta perubahan atas nilai tukar mata
uang. Selain itu ALMA dimaksudkan agar bank memperoleh net income yang optimal bagi
bank dengan pengendalian yang tepat atas aktiva dan pasiva bank diharapkan bank dapat
memperoleh pendapatan dari kegiatannya tersebut (Prasetia, 2018)

B. Peran Asset and Liability Management (ALMA)


Asset And Liability Management berperan untuk mengelola komposisi setiap portofolio
Asset dan Liabilitas untuk bisa mendapatkan pendapatan optimal dengan risiko yang dapat
diterima serta mempunyai cadangan likuiditas yang cukup untuk membayar kewajiban yang
akan jatuh tempo.
1. Peran ALMA Pada Sisi Aset

Pada sisi aset bank islam memiliki dua jenis asset yang penting yaitu asset pembiayaan
dan aset investasi. Aset pembiayaan adalah total pembiayaan berbasis akad jual beli atau sewa
(Murabahah, Salam, Ijarah, Isthisna) yang bank islam salurkan kepada masyarakat. Sementara
aset investasi adalah total pembiayaan berbasis akad penyertaan (mudharabah, musyarakah).
Sementara aset bank Islam yang masuk dalam kategori fee based servise biasanya merupakan
aset bank Islam yang digunakan untuk menyelenggarakan jasa pelayanan perbankan kepada
masyarakat.

Peran ALMA pada sisi aset yaitu sebagi alat control yang digunakan untuk mengelola
pada sisi aktiva produktif pada bank. ALMA melakukan pengelolaan aset yang ada agar dana
yang disalurkan dapat dikelola dengan baik, menghasilkan profit atau keuntungan karena
sebagian dana yang dimiliki bank berasal dari liabilitas bank.

4
Agar kebutuhan dana yang disalurkan oleh bank dapat dikelola dengan baik maka pihak
Bank Syariah melakukan analisis untuk penempatan dana yang tepat atau asset yang disalurkan
untuk pembiayaan. Analisis penempatan dana yang tepat ini bertujuan
untuk meminimalisir terjadi risiko pembiayaan bermasalah dan dapat menjaga kualitas
pembiayaan.

2. Peran ALMA Pada Sisi Liabilitas

Pada sisi liabilitas, terdapat empat komponen liabilitas yang berasal dari simpanan nasabah,
yaitu giro dengan akad wadi’ah,tabungan dengan akad mudharabah, deposito dengan akad
mudharabah , dan akun investasi terikat dengan akad mudharabah atau musyarakah. Pada sisi
liabilitas terdapat juga ekuitas yaitu modal disetor, tambahan modal serta saldo laba/rugi.

Peran ALMA pada sisi liabilitas yaitu upaya untuk mendapatkan dana dengan biaya yang
murah untuk mendanai kegiatan penyaluran pembiayaan dan menjaga likuiditas dengan cara
memperhatikan perkiraan kebutuhan dana bank jika sewaktu-waktu ada kewajiban yang harus
dipenuhi. Pada sisi liabilitas juga bank akan mengelola Dana Pihak Ketiga (DPK) untuk
dijadikan kegiatan penyaluran pembiayaan.

Cara yang dilakukan oleh ALMA pada Bank Syariah dalam mengelola liabilitasnya yaitu
menghimpun dana nasabah melalu Wadiah dan Deposito Mudharabah. Pada simpanan Wadiah
(Tabungan dan Giro) dan Deposito Mudharabah. Simpanan Wadiah hanya memiliki skala yang
kecil bagi modal bank. Sedangkan Deposito Mudharabah memiliki jangka waktu tertentu dan
imbal hasil yang sudah ditentukan oleh pemilik modal dan pengelola modal. Akan tetapi,
Deposito Mudharabah tidak terlalu stabil dengan dana-dana yang Non-Deposito (Tabungan
dan Giro). Wadiah (Tabungan dan Giro) walaupun tidak ada jangka waktu dalam pengambilan
dananya lebih stabil dan murah. Selain mencari sumber dana sesuai dengan prinsip syariah,
ALMA harus juga menjaga kestabilan tingkat likuiditas berdasarkan prinsip kehati-hatian dan
perpacu pada rasio likuiditas berdasarkan standar yang sudah ditetapkan Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Salah satu peran dari ALMA dalam menjaga kestabilan tingkat likuiditas adalah memilih
suatu dana yang akan dijadikan cadangan likuiditasnya dengan memilah dana-dana yang
masuk kemudian akan dijadikan cadangan likuiditas yang cukup untuk mengcover apabila ada

5
kewajiban yang harus dipenuhi pada saat yang ditidak menentu. Misalnya, ALMA mempunyai
masukan dana dari deposito 10 nasabah, ALMA tidak akan menyalurkan dana 10 nasabah ini
untuk pembiayaan, ALMA akan mimilah dana dari 10 nasabah ini yang nantinya dijadikan
sebagai cadangan likuiditas agar likuiditas bank tetap terjaga.

Menurut Darwis (2019) Manajemen likuiditas minimal bank penting, karena:

1. Untuk menjaga/mempertahankan tingkat kesehatan bank agar tetap


2. Untuk mempertahankan agar bank tetap dapat mengikuti kliring.
3. Menjaga agar bank tersebut dapat membayar utangutang jangka pendeknya.
4. Untuk memenuhi kepentingan yuridis dan ekonomis bank.
5. Untuk meningkatkan kepercayaan atau soliditas masyarakat terhadap bank.
6. Untuk memperkuat daya tahan dalam menghadapi persaingan antar bank.
7. Untuk menjaga keamanan (safety) bank.

Secara garis besar manajemen likuiditas adalah kegiatan memperkirakan kebutuhan dana,
yang berasal dari penghimpunan dana (deposit inflow) dan untuk penyaluran dana (fund out
flow) dan berbagai komitmen pembiayaan (finance commitments). Manajemen likuiditas
dilakukan tidak saja untuk mengukur posisi likuiditas pada bank sedang berjalan, tetapi juga
dipergunakan untuk memeriksa kebutuhan dana pada berbagai skenario jika terjadi kondisi
yang berbeda. Likuiditas merupakan hal yang penting bagi bank untuk dikelola dengan baik
karena akan berdampak kepada profiitabililitas serta business sustainibility dan continuity
(Darwis, 2019).

C. Konflik Kepentingan “Likuiditas Vs Profitabilitas”


Sulit untuk mengatakan berapakah sebenarnya tingkat likuiditas yang ideal untuk suatu
bank itu. Tingkat likuiditas yang ideal berarti posisi likuiditas yang seimbang. Perlu disadari
bahwa untuk mempertahankan tingkat likuiditas yang seimbang, diperlukan perhatian terutama
pada waktu tingkat bunga rendah dan permintaan nasabah akan kredit menurun. Sedapat
mungkin biaya dana yang tinggi yang dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat likuiditas
yang seimbang harus dibuat seminimal mungkin dengan pengelolaan spread yang baik
Laporan perencanaan likuiditas juga dapat membantu pengelola dana untuk membuat biaya
dana seminimum mungkin. Dengan melihat laporan perencanaan likuiditas bank dapat
mengindikasi adanya kelebihan dana dan sampai seberapa besar dana itu lebih.

6
Tingkat profitabilitas juga tergantung pada bagaimana pengelolaan spread. Jadi intinya
adalah pengawasan dan selalu memperhatikan tingkat likuiditas yang seimbang. Apabila kedua
hal ini diperhatikan, bank akan mendapatkan profit yang sesuai. Sesungguhnya konsep
likuiditas merupakan suatu konsep yang sederhana, hanya sulit untuk menentukan berapakah
yang betul-betul sesuai untuk masing-masing bank dengan kondisi bank berbeda-beda.
Pada dasarnya manajemen bank umum menyadari perlunya memelihara likuiditas yang
memadai, tetapi terdapat pula beberapa kelemahan pada beberapa bank, terutama mengenai
cara pengendalian, pengelolaan dan pengawasan likuiditasnya, seperti sebagai berikut:
1. Pada sebagian bank, proyeksi likuiditasnya dipergunakan tidak lebih dari 30 hari (ada pula
yang hanya 7 hari). Hal ini akan berakibat:
a) Kemungkinan terjadinya peningkatan masalah likuiditas secara dramatis, karena
pendeknya waktu yang dipergunakan untuk menyusun proyeksi tersebut.
b) Waktu yang tersedia untuk melakukan penyesuaian dan alternatif pilihan juga menjadi
terbatas sekali.
2. Perhatian terhadap (kecilnya kesadaran akan) akibat keputusan ALMA atau keputusan
bisnis lainnya pada posisi likuiditas bank sering kurang karena:
a) Posisi overbought valuta asing tidak disadari sepenuhnya/ditanggapi selayaknya.
b) Masih terbatasnya pengertian atas akibat dari strategi "gapping" pada posisi likuiditas
bank.
c) Pertimbangan likuiditas sering tidak sepenuhnya diperhatikan saat menetapkan strategi
pemberian pinjaman.
d) Bank sering kali lalai melakukan pengawasan dan penilaian kembali atas Credit Lines
yang ada.
Kegiatan memperkirakan kebutuhan dana, yang berasal dari penghimpunan dana
(deposit inflow) dan untuk penyaluran dana (fund out flow) dan berbagai komitmen
pembiayaan (finance commitments). Manajemen likuiditas dilakukan tidak saja untuk
mengukur posisi likuiditas pada bank sedang berjalan, tetapi juga dipergunakan untuk
memeriksa kebutuhan dana pada berbagai skenario jika terjadi kondisi yang berbeda.
Likuiditas merupakan hal yang penting bagi bank untuk dikelola dengan baik karena akan
berdampak kepada profiitabililitas serta business sustainibility dan continuity (Darwis,
2019)

7
D. Penerapan Asset and Liability Management (ALMA) pada Bank Syariah
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK No. 1/POJK.05 /2018) Tentang Kesehatan
Keuangan Bagi Perusahaan Asuransi Berbentuk Badan Hukum Usaha Bersama. Aturan ini
yang diberikan oleh OJK menjadi bentuk suatu pedoman dalam melakukan kegiatan-kegiatan
bank dalam menjalankan usahanya serta mampu mengelola aset dan liabilitasnya (Ekasari,
2011). Dasar-dasar hukum penerapan Aset dan liabilitas manajemen di dalam bank syariah
yaitu :
1. Q.S Al-Baqarah Ayat 282
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt memerintahkan bagi hambanya apabila
bermuamalah tidak secara tunai maka hendaklah menulisnya supaya lebih dapat menjaga
jumlahnya dan batas waktu muamalah tersebut, serta lebih menguatkan bagi saksi dan
sebagai bukti. Ayat tersebut adalah dasar hukum akuntansi.
2. Q.S An Nisa (4) Ayat 28
Ayat ini menjelaskan mengenai larangan mengambil harta orang lain dengan cara
batil. Etika dalam akuntansi melarang seorang akuntan mengambil suatu aset orang lain
tanpa melalui transaksi yang sah seperti jual beli.
3. Q.S An Nahl (16) Ayat 90
Ayat ini Allah swt memerintahkan agar berbuat adil dan kebaikan. Adil dan benar
sangat penting bagi seorang akuntan dalam menjalankan tugasnya. Keadilan juga
merupakan asas dalam akuntansi syariah.
4. Q.S Al Muthaffifin (83) ayat 1-3
Ayat ini dijelaskan mengenai laranan berbuat curang, curang disini yang dimaksud
adalah menakar dan menimbang dengan melebih lebihkan atau mengurangi dari
semestinya. Dalam akuntansi syariah tentu dilarang berbuat curang.

Perbankan syariah adalah lembaga intermediasi antara penabung dan investor. Perbedaan
pokok perbankan konvensional dengan perbankan syariah terletak di dominasi prinsip bagi hasil
dan risiko (profit and loss sharing) yang melandasi system operasionalnya. Karakteristik bank
syariah, yaitu :

1. Bank syariah hanya menjamin pembayaran kembali nilai nominal simpanan giro
tabungan jika mekanisme/produk yang dipilih wadiah, tetapi tidak menjamin kembali

8
nominal dari deposito jika yang dipilih mudharabah deposit / investment deposit. Maka
dari itu Bank syariah tidak menjamin atas deposito. Perbedaan bank syariah dengan bank
konvensional dapat dilihat dari bank syariah dalam realisasi pembagian keuntungan atas
deposito yang sangat bergantung pada performance bank syariah itu sendiri agar bisa
maksimal mendapatkan keuntungan dalam mengolah dana. Sedangkan bank
konvensional hanya mengandalkan tingkat bunga dan mengabaikan performance dalam
menjamin pembayaran keuntungan atas deposito.
2. System Operasional berdasar pada system equity dimana setiap modal mengandung risiko
seperti kerugian. Oleh karena itu, hubungan kerjasama bank syariah dengan nasabahnya
berdasarkan prinsip bagi hasil dan risiko.
3. Dalam melakukan kegiatan financing (pembiayaan), bank syariah menggunakan model
pembiayaan muamalah maaliah (Islamic modes is financing) : PLS dan Non PLS. Oleh
karena itu, bank syariah melakukan pooling dana-dana nasabah dan kewajiban
menyediakan manajemen investasi yang profesional.

Berdasarkankan kerangka tersebut maka penerapan ALMA pada bank syariah dengan
berbagai indikator pengukurannya sebagai berikut :

No. Variabel Indikator


1. Kualitas Aset  Rata-rata rasio antara jumlah aktiva produktif
terhadap jumlah aset
 Rata-rata rasio jumlah kredit yang disalurkan
terhadap jumlah aset
 Rata-rata jumlah kredit yang disalurkan
terhadap aktiva produktif
 Rata-rata rasio antara cadangan aktiva yang
diklasifikasikan terhadap jumlah aset
 Rata-rata rasio antara cadangan aktiva yang
diklasifikasikan terhadap pembiayaan yang
disalurkan
2. Kualitas Liabilitas  Rata-rata rasio antara jumlah dana masyarakat
terhadap jumlah aset

9
 Rata-rata rasio antara jumlah kredit yang
disalurkan terhadap dana masyarakat
 Rata-rata Kapital modal
3. Kinerja Perbankan Syariah  Rata-rata pertimbangan saldo awal (terdiri dari
kas dan saldo rekening koran pada bank
Indonesia)
 Rata-rata pertimbangan pertimbangan
transaksi-transaksi masuk dan keluar yang
tercermin pada cash in dan cash out
 Rata-rata estimasi posisi kas untuk hari
berikutnya
 Rata-rata prediksi kebutuhan dana dan
penggunaan dana

Komponen kebijakan ALMA perbankan syariah sama dengan komponen kebijakan yang
dibuat perbankan konvensional, perbedaannya bank konvensional dalam mengambil keuntungan
dari perdagangan valuta asing untuk memaksimalkan laba perbankan, serta melakukan
pengamatan terhadap fluktuasi bunga. Karena kedua hal tersebut bertentangan dengan prinsip
syariah tentunya tidak ada di perbankan syariah. Risiko yang dihadapi bank syariah lebih berfokus
pada risiko likuiditas dan risiko kredit dan tidak akan pernah mengalami risiko karena fluktuasi
tingkat bunga. Likuiditas bank syariah banyak bergantung pada :

a) Tingkat kelabilan dari simpanan nasabah


b) Kepercayaan pada dana-dana non PLS
c) Kompetensi teknis yang berhubungan dengan pengaturan struktur liability
d) Ketersediaan aset yang siap di konversikan menjadi kas
e) Akses kepada pasar antar bank dan sumber dana lainnya, termasuk fasilitas lender of
last resort dari bank sentral.

E. Kondisi Perekonomian Global dan Domestik


Dewasa ini perekonomian global sedang mengalami goncangan, yang disebabkan oleh
wabah penyakit yang sedang melandah negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.

10
Mewabahnya virus corona atau biasa juga dikenal dengan istilah Covid-19 membuat
perekonomian global maupun perekonomian domestik mengalami pelambatan. Situasi ini,
telah berdampak luas pada perekonomian global maupun terhadap perekonomian nasional,
yaitu dengan meningkatnya laju inflasi serta 2 pelemahan nilai tukar rupiah terhadap US dollar
yang saat itu sudah mencapai kisaran angka Rp16.000-an per US Dollar, berdasarkan Jakarta
Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dikeluarkan Bank Indonesia, nilai tukar Rupiah
menyentuh level Rp 16.608 per Dolar AS, Senin, 23 Maret 2020.
Peningkatan laju inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah tidak terlepas dari adanya
kebijakan pembatasan serta sikap kewaspadaan yang ditunjukkan oleh masyarakat dengan
mengurangi melakukan interaksi sosial serta beraktivitas di luar rumah. Situasi ini,
mengakibatkan menurunnya arus transaksi, baik transaksi dalam negeri maupun transaksi antar
negara-negara di dunia, sehingga terjadi penurunan arus mobilitas barang dan cenderung
dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk mencari keuntungan dengan melakukan
penimbunan barang-barang sehingga mengakibatkan barang-barang tersebut menjadi langka
dan mahal baik barang kebutuhan pokok maupun perlengkapan dan peralatan medis serta obat-
obatan, khususnya yang berkaitan langsung dengan kebutuhan penanganan wabah penyakit
yang sangat berbahaya. Pada situasi ini, sangat membutuhkan sebuah langkah-langkah
penyelesaian yang tepat dan strategis dengan melibatkan seluruh komponen bangsa, baik yang
berkaitan dengan penanganan masalah kesehatan, maupun yang berkaitan dengan penanganan
masalah perekonomian yang kondisinya saat ini semakin tertekan. Upaya ini dilakukan guna
untuk mengurangi atau mengantisipasi potensi dampak multidimensional.
Peran perbankan sangat dibutuhkan untuk mendorong keberlangsungan aktivitas ekonomi
melalui fungsi dan kewenangannya yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang perbankan, dimana bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Perkembangan industri
perbankan lima tahun terakhir terungkap dalam pernyataan Ketua Umum Perbanas (Kartika
Wirjoatmodjo) yang dikutip dalam economy.okezone.com 18 Oktober 2019, sebagai berikut :
bahwa ada dua tantangan besar yang dihadapi di sektor perbankan selama lima tahun yakni,
soal non performing loan (NPL) atau rasio kredit macet dan likuiditas. "Jadi munculnya
tantangan tingginya NPL tersebut karena sejumlah sektor tengah mengalami kontraksi.

11
Apabila kita lihat NPL memang karena beberapa sektor seperti batu bara dan tekstil itu
mengalami perlambatan”. Kemudian, dari sisi likuiditas, selama lima tahun ke belakang
perbankan mengalami pertumbuhan yang melambat atau mengalami ketatnya likuiditas. "Hal
ini seiring dengan kondisi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) atau dana murah dari
masyarakat yang juga ikut melambat.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa perekonomian domestik tumbuh melambat,
perlambatan dipengaruhi oleh kinerja ekspor yang melemah akibat turunnya permintaan global
dan harga barang-barang komoditas andalan Indonesia yang masih belum pulih. Namun
demikian, pertumbuhan ekonomi domestik tersebut masih ditopang oleh kuatnya konsumsi,
terutama belanja pemerintah dan stabilnya investasi, dalam bentuk investasi non bangunan.
Hal ini membuat kondisi likuiditas perbankan sedikit lebih baik dari tahun sebelumnya.
Disamping itu, ketahanan perbankan masih terjaga ditopang permodalan yang berada pada
level tinggi sehingga cukup baik untuk menyerap potensi risiko.
Secara makro kondisi industri perbankan dapat dikategorikan baik, namun beberapa
kejadian dalam lima tahun terakhir di industri perbankan yang di kutip dari beberapa sumber
diantaranya: https://www.bareksa.com/id/text/2016/12/06/bank-windu-resmi-merger-dengan-
bankanda/14424/analysis “Otoritas Jasa Keuangan sudah mengesahkan penggabungan 3 usaha
PT Bank Antardaerah (Bank Anda) ke dalam PT Bank Windu Kentjana International Tbk
(MCOR). Penggabungan usaha ini efektif berjalan pada tanggal 30 November 2016. Merger
ini dilakukan MCOR untuk memperkuat permodalan perusahaan sehingga bisa lebih mudah
untuk melakukan ekspansi. Grup MNC memang tengah agresif mengakuisisi perusahaan lain.
Kali ini, Grup MNC melalui anak usahanya, PT MNC Kapital Tbk (BCAP) akan mengakuisisi
30% saham PT Bank ICB Bumiputera Tbk (BABP). 27 Jan 2014, PT. MNC Kapital Indonesia
Tbk memiliki saham PT Bank ICB Bumiputera Tbk sebanyak Rp 1,31 miliar saham atau 24%
melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
No.18/KDK.03/2014 tanggal 15 Oktober 2014, nama Bank berubah menjadi PT. Bank MNC
Internasional Tbk.

F. Modernitas pemikiran ALMA terkini


Kejadian yang telah disebutkan pada poin-poinsebelumnya menggambarkan betapa
pentingnya manajemen perusahaan memiliki tujuan yang jelas dalam mengelola usahanya

12
sehingga terhindar dari krisis keuangan yang mengakibatkan perusahaan diambilalih oleh
perusahaan lain dengan menjual sebagian saham perusahaan. Dalam manajemen keuangan
tujuan perusahaan diantaranya untuk mencapai keuntungan yang maksimal serta
memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham dan memaksimalkan nilai
perusahaan yang terlihat pada harga saham perusahaan. Dalam (Rasjid, 2021), Sartono tahun
2010:487 menyatakan bahwa nilai perusahaan dapat mencerminkan nilai aset yang dimiliki
perusahaan seperti surat-surat berharga dalam hal ini saham yang merupakan salah satu surat
berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan. Jadi nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh
tingginya kemakmuran pemegang saham. Secara makro saham-saham perbankan meningkat
dibanding tahun sebelumnya sehingga kinerja industri perbankan makin membaik terlihat pada
risiko suku bunga yang bersumber dari portofolio trading book menurun terlihat dari naiknya
nilai wajar surat berharga yang dimiliki bank seiring dengan turunnya yield surat berharga.
Pada Juni 2019, yield SBN tenor 10 tahun turun 43 bps (yoy) menjadi 7,37%. Penurunan ini
membuat nilai wajar surat berharga yang dimiliki bank meningkat dari posisi Juni 2018 sebesar
Rp4.321 miliar menjadi Rp10.763 miliar pada Juni 2019. Dengan demikian, selama satu tahun
terakhir terdapat potensi keuntungan bank sebesar Rp6.471 miliar yang berasal dari portofolio
trading book, (Profil Perbankan, 2019).
Beberapa artikel tentang keinginan pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia mengeluarkan
aturan mengenai pengelolaan dividen untuk industri perbankan diantaranya : Harian online
infobanknews.com “BI Akan Keluarkan Kebijakan Pengelolaan Dividen Bank”. Jakarta –
Bank Indonesia (BI) mengaku akan mengeluarkan kebijakan baru terkait pengelolaan dividen
yang harus dibayarkan oleh perbankan kepada pemegang saham, sebagai upaya memperkuat
kerangka makroprudensial. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mendorong dan menjaga
kesehatan industri perbankan tanah air. Harian Surabaya.bisnis.com tanggal 13 april 2018.
“INDUSTRI PERBANKAN : Menimbang (Lagi) Dividen Perbankan”. Dominasi bank badan
usaha milik negara (BUMN) dalam industri perbankan nasional tampaknya sulit dipungkiri.
Aset dan cakupan layanan jasa keuangan menguasai pangsa pasar. Kepeloporan bank BUMN
semakin kentara dalam hal informasi publik. Pembagian dividen semacam ini sejatinya adalah
peristiwa lumrah bagi sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka.
Fenomena kebijakan pengelolaan dividen khusus untuk industri perbankan memang masih
dalam tahap Pengkajian guna mempertimbangkan seluruh aspek yang mendasari pemberian

13
dividen. Perusahaan-perusahaan umumnya juga dapat membagikan laba yang telah didapatkan
investor dalam bentuk pembagian dividen. Pembagian dividen di setiap perusahaan memiliki
kebijakan masing-masing. Sejalan dengan pendapat Modigliani dan Miller (1961)
menyimpulkan bahwa pembagian dividen tidak berkaitan dengan nilai perusahaan. Artinya
bahwa perusahaan yang memberikan dividen tidak akan mendapat manfaat berupa
peningkatan nilai perusahaan. Berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan
Miller tahun 1961, penelitian Gordon tahun 1959 yang dikutip oleh (Rasjid, 2021) memberi
kesimpulan bahwa dividen dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap meningkatnya
nilai perusahaan. Jadi sesungguhnya investor lebih tertarik kepada perusahaan yang
memberikan pengembalian (return) yang pasti atau dalam kata lain, investor lebih tertarik
terhadap perusahaan yang selalu memberikan dividen karena hal tersebut dianggap sebagai
suatu kepastian dan lebih riil dibandingkan keuntungan saham yang lain. Kemampuan
perusahaan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh
laba, sehingga perusahaan yang memperoleh laba yang besar akan berdampak pada
kemampuan membayar dividen juga besar, karena dividen yang besar akan meningkatkan nilai
perusahaan.
Peningkatan nilai perusahaan diperlukan adanya manajemen aset dan liabilitas karena baik
aset maupun liabilitas merupakan sumber dan penggunaan dana untuk menyeimbangkan posisi
kiri dan kanan dalam neraca perusahaan. Manajemen aset merupakan kombinasi dari
manajemen, keuangan, ekonomi dan praktik kerja yang diterapkan pada aset fisik dengan
tujuan agar mampu menyediakan tingkat pelayanan prima dengan biaya yang paling efisien.
Peranan manajemen aset diperlukan untuk menganalisis dan mengoptimalkan sumber-sumber
pendapatan dan sistem pelayanan yang efisien untuk mengurangi biaya melalui studi
optimalisasi ke arah orientasi laba serta intermediasi bagi investor untuk aset yang marketable
, menurut Batubara, 2017:807 dalam (Rasjid, 2021).
Perkembangan total aset industri perbankan selama tiga tahun menunjukkan bahwa adanya
pertumbuhan total aset di tahun 2018 sebesar 9,18% dibandingkan dengan tahun 2019
melambat sebesar 5.95% menurunnya persentasi pertumbuhan total aset ini disebabkan laju
pertumbuhan kredit menerpa industri perbankan sedangkan pada 2020 sebesar 6,92%,
kenaikan aset tersebut seiring dengan meningkatnya pertumbuhan modal. Aset dapat
berkembang dari dua faktor yakni dana pihak ketiga dan laba perusahaan karena merupakan

14
sumber dana utama yang juga menjadi faktor terpenting bagi bank dalam penyaluran kreditnya.
Penelitian Fitri tahun 2017 dalam (Rasjid, 2021) yang menjelaskan bahwa penawaran kredit
oleh perbankan dipengaruhi oleh jumlah dana pihak ketiga, semakin tinggi jumlah dana pihak
ketiga yang mampu dihimpun oleh bank, maka semakin tinggi pula jumlah kredit yang dapat
ditawarkan oleh bank kepada masyarakat. Sedangkan laba adalah kelebihan dari total
pendapatan dibandingkan dengan total biaya. Hansen dan Mowen tahun 2009 halamam 38
dalam (Rasjid, 2021) dijelaskan bahwa laba adalah pendapatan operasional dikurangi pajak,
biaya dan beban. Jadi kemampuan dalam memperoleh laba sangat dipengaruhi oleh
kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola aset perusahaan secara efektif dan
efisien.
Pengelolaan liabilitas menjadi sumber likuiditas perbankan agar tercapai efisiensi yang
tinggi, maka proses pemenuhan kebutuhan dana itu dilaksanakan dengan suatu proses
manajemen yang dalam perbankan dikenal dengan manajemen liabilitas atau manajemen
sumber, Darmawi H, 2018:64 dalam. (Rasjid, 2021). Liabilitas juga merupakan istilah yang
menunjukkan hutang (kewajiban) bank sebagaimana terlihat pada sisi pasiva neraca yang
terdiri dari berbagai jenis deposit, dan berbagai jenis hutang. Perkembangan liabilitas industri
perbankan selama tiga tahun menunjukkan bahwa adanya fluktuasi liabilitas yang terjadi
selama tiga tahun terakhir, yakni di tahun 2018 sebesar 8,76% dan tahun 2019 sebesar 5,88%
serta di tahun 2020 sebesar 19.02%. Keadaan ini menggambarkan bahwa total liabilitas
industri perbankan 5 dipengaruhi besarnya komponen liabilitas seperti dana pihak kedua dan
dana pihak ketiga yang merupakan sumber dana perbankan yang terdiri dari simpanan giro,
tabungan dan deposito yang berasal dari penghimpunan dana-dana dari masyarakat serta
adanya penjualan efek dan simpanan bank lain, sehingga bank mampu bertumbuh untuk
memperolah pendapatan.
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size.
Pertumbuhan (growth) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri dalam sistem
ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang sama, menurut
Machfoedz, 1996:108 dalam (Rasjid, 2021). Perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak
membagikan laba sebagai dividen tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi
pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin
besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh, Sartono tahun 2001

15
dalam (Rasjid, 2021). Pertumbuhan perusahaan yang cepat akan semakin besar kebutuhan dana
untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar
keinginan perusahaan untuk menahan laba, sehingga pertumbuhan laba pada dasarnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor eksternal, internal, dan pengaruh iklim
industri lokal yang semakin besar membutuhkan dana untuk ekspansi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan asumsi yang
dibangun dalam teori-teori, berkaitan dengan kebijakan pengelolaan aset, liabilitas dan
pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu, untuk melihat sejauh mana kesesuaian antara
asumsi teori dengan kondisi objektifnya, maka perlu dilakukan penelitian secara mendalam
dan komprehensif. Walaupun masih terdapat perbedaan asumsi teori, akan tetapi
sesungguhnya pengelolaan aset, liabilitas dan pertumbuhan perusahaan yang efektif dinilai
dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

G. Gap Management
Industri perbankan dewasa ini dihadapkan kepada masalah-masalah ketidakpastian seperti
tingkat bunga, nilai tukar, harga minyak mentah dunia, dan perubahan lingkungan makro
lainnya yang berkaitan dengan kompetisi di sektor jasa keuangan. Dengan kondisi tersebut
Gap management sebagai sarana manajemen adalah sangat penting bagi bank., terutama
menghadapi tingkat volatilitas suku bunga yang sangat peka sekali terhadap perubahan
(Darwis, 2019)
Menghadapi volatilitas suku bunga dibutuhkan adanya suatu sistem yang dapat berfungsi
dan berperan untuk melakukan monitoring dan controlling sehingga pergerakan tingkat bunga
bukan masalah yang dihindari, tetapi masalah yang harus diatasi dan dicari solusinya untuk
meminimalkan risiko kerugian. Fenomena ketidakpastian berawal dari kesenjangan kondisi
saat ini ke kondisi yang diinginkan atau keadaan masa depan yang diinginkan. Bagaimana
memperkirakan waktu, biaya, dan sumberdaya yang dibutuhkan untukmencapai keadaan yang
diharapkan pada masa datang akan selalu menimbulkan gap/kesenjangan. Menurut
Adiwarman (2013:464) gap adalah selisih antara outstanding aset dengan liabilities.
Sedaangkan Riyadi (2006;133) mendefenisikan Gap adalah perbedaan atauselisih antara asset
yang sensitif terhadap suku bunga (Rate Sensitive Asset /RSA) dengan liability yang sensitive
terhadap suku bunga (Rate Sensitive Liability/RSL).(Darwis, 2019)

16
Manajemen gap merupakan salah satu fungsi dari assets and liability management
(ALMA) yang dapat dipastikan ada pada setiap bank. Gap management adalah strategi untuk
memaksimalkan net income margin (NIM) melalui siklus margin/bagi hasil. Manajemen gap
adalah upaya-upaya untuk mengelola dan mengendalikan perbedaan (mismatch) antara Rate
Sensitive Assets (RSA) terhadap Rate Sensitive Liabilities (RSL) (Darwis, 2019).

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Asset And Liability Management adalah serangkaian tindakan dan prosedur yang dirancang
untuk mengontrol posisi keuangan. Asset And Liability Management berperan untuk
mengelola komposisi setiap portofolio Asset dan Liabilitas untuk bisa mendapatkan
pendapatan optimal dengan risiko yang dapat diterima serta mempunyai cadangan likuiditas
yang cukup untuk membayar kewajiban yang akan jatuh tempo. Manajemen likuiditas
dilakukan tidak saja untuk mengukur posisi likuiditas pada bank sedang berjalan, tetapi juga
dipergunakan untuk memeriksa kebutuhan dana pada berbagai skenario jika terjadi kondisi
yang berbeda.

POJK No. 1/POJK.05 /2018 menjadi bentuk suatu pedoman dalam melakukan kegiatan-
kegiatan bank dalam menjalankan usahanya serta mampu mengelola aset dan liabilitasnya.
Manajemen perusahaan sangat penting untuk memiliki tujuan yang jelas dalam mengelola
usahanya sehingga terhindar dari krisis keuangan yang mengakibatkan perusahaan
diambilalih oleh perusahaan lain dengan menjual sebagian saham perusahaan. Manajemen
gap merupakan salah satu fungsi dari assets and liability management (ALMA) yang dapat
dipastikan ada pada setiap bank. Gap management adalah strategi untuk memaksimalkan net
income margin (NIM) melalui siklus margin/bagi hasil.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa hasil makalah yang telah dilakukan masih banyak terdapat
kekurangan dan keterbatasan. Untuk itu penulis mohon kritik saran yang membangun guna
perbaikan pembuatan makalah selanjutnya. Penulis juga memberikan saran baik bagi pihak-
pihak yang terkait maupun bagi penelitian selanjutnya yakni diharapkan dengan adanya
makalah ini dapat dijadikan pembelajaran untuk memahami materi lebih mendalam
khususnya mengenai Peranan ALMA Dalam Menjaga Kestabilan Bisnis Perbankan
Khususnya Bank Syariah Dalam Negeri Maupun Internasional.

18
DAFTAR PUSTAKA

Darwis. (2019). Manajemen Asset dan Liabilitas.

Ekasari, D. (2011). Pengaruh Asset-Liability Management Terhadap Profitabilitas Bank Tahun


2007-2011 (Studi Kasus Perbandingan Bank Pemerintah Dengan Bank Swasta). 2011.

Prasetia, A. (2018). Peran Asset and Liability Management (ALMA) Terhadap Peningkatan
Profitabilitas Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Bandar Lampung. 1–104.

Rasjid, H. (2021). Variabel Intervening Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia The
Influence Of Asset Management, Liabilities And Company Growth On The Value Of
Companies With Dvidend Policy As Intervening Variables In The Banking Industry On The
Indonesia Stock.

https://mncbank.co.id/id/aboutmnc/mnc-bank-history.

http://repository.radenintan.ac.id/3665/1/skripsi%20pdf.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai