Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP AJARAN ASWAJA

Dosen pengampu:

Abdul Wakil,S.E.I.M.S.I

Disusun oleh:

Diana Fitriah Ningsih

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ZAINUL HASAN GENGGONG

KRAKSAAN PROBOLINGGO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kepada ALLAH SWT karena izin dan kehendak-Nya lah sehingga
makalah “kiswah” dapat kami selesaikan.

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan agar supaya kami dapat terlatih dalam
membuat makalah dan terlatih dalam mempresentasikan makalah ini,serta kami juga
mengharap makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dalam memahami tentang “pr Uuui nsip
prinsip ajaran aswaja”begitu pun bagi kami pembuat makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuan nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.kami menyadari
makalah yang kami tulis masih jauh dari kata yang sempurna.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata kesempurnaan,oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari bapak selaku dosen pengampu mata
kuliah ini dan teman teman sekalian.Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Kraksaan. 02, April,2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................

KATA PENGANTAR
.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
....................................................................................................

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
.......................................................................................................

2.1 apa pengertian dari tawassut ...........................................................................

2.2 apa pengertian dari tasamuh.......... ..................................................................

2.3 apa pengertian dari tawazun............................................................................

BAB III PENUTUP .................................................................................................

3.1Kesimpulan .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ajaran islam bersifat universal dan berlaku setiap zaman. Keabadian dan keaktualan islam
telah dibuktikan sepanjang sejarahnya, dimana setiap kurun waktu dan perkembangan
peradaban manusia senantiasa dapat dijawab tuntas oleh ajaran islam melalui Al-Qur’an
sebagai landasannya. Keuniversalan ajaran islam pada hakikatnya terwujud dari hal yang
paling mendasar dan pokok dari seluruh konsep islam yaitu keyakinan akan keesaan Allah
dan Tauhidullah, Konsep tauhidullah adalah konsep khas Islam dan menjadi asas yang paling
esensial dalam seluruh sistem islam yang dapat melahirkan jiwa kaum muslimin merdeka dari
intervensi, penekanan, dan intimidasi manusia lain. Salah satunya berkaitan dengan pendidikan,
tujuan umum yang berkaitan dengan pendidikan sepanjang hayat ialah pendidikan akhlak atau
karakter.1 Dengan demikian, dapat dipahami bahwa agama menyuruh manusia
mempergunakan akal dan pikiran, melenyapkan perdebatan dan konflik yang diakibatkan oleh
perbedaan pendapat tentang tauhid. Untuk tujuan ini, Tuhanmengirimkan rasul-rasul-Nya sejak
Nabi Nuh hingga NabiMuhammad

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.Apa pengertian dari tawassut?

2.Apa pengertian dari tasamuh?

3.apa pengertian dari tawazun?

1.3 TUJUAN PENULIS

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.attawassut

Attawassut yakni jalan tengah bukan ekstrem kanan atau kiri. Dalam paham Ahlussunnah Wal
Jamaah, baik bidang hukum (syariah) bidang akidah, maupun bidang akhlak, selalu
dikedepankan prinsip tengah-tengah. Juga di bidang kemasyarakatan selalu menempatkan diri
pada prinsip hidup menjunjung tinggi keharusan berlaku adil, lurus di tengah-tengah kehidupan
bersama, sehingga ia menjadi panutan dan menghindari segala bentuk pendekatan ekstrem.

Sikap moderasi Ahlussunnah Wal Jamaah cerminan pada metode pengambilan hukum
( istinbath ) yang tidak semata mata menggunakan nash, namun juga memperhatikan posisi
akal. Begitu pula dalam wacana berpikir selalu menjembatani antara wahyu dengan rasio ( al-
ra'y ). Metode ( manhaj ) seperti inilah yang diimplementasikan oleh imam mazhab empat serta
generasi lapis berikutnya dalam menelorkan hukum-hukum pranata sosial/fikih. Moderasi
adalah suatu ciri yang menegahi antara dua pikiran yang ekstrem; antara Qadariyah
(reewillisme) dan Jabariyah (fatalisme), ortodoks Salaf dan rasionalisme Mu'tazilah, dan antara
sufisme falsafi dan sufisme salafi.

Penerapan sikap dasar tawassuth dalam upaya pemahaman al-Qur'an dan al-Hadits sebagai
sumber ajaran Islam, dilakukan dalam rangka: (1) Memahami ajaran Islam melalui teks
mushhaf al-Qur'an dan kitab al-Hadits sebagai dokumen tertulis; (2) Memahami ajaran Islam
melalui interpretasi para ahli yang harus diperhitungkan sepantasnya, mulai dari sahabat, tabi'in
sampai para imam dan ulama mu'tabar; (3) Mempersilahkan mereka yang memiliki persyaratan
cukup untuk mengambil kesimpulan pendapat sendiri langsung dari al-Qur'an dan al-Hadits.

2.2 Attasamuh

tasamuh , yaitu mempersalahkan toleransi terhadap perbedaan pandangan, terutama dalam hal-
hal yang bersifat furu'iyah, sehingga tidak terjadi perasaan saling terganggu, saling memusuhi,
dan sebaliknya akan tercipta persaudaraan yang islami (ukhuwah islamiyah). Berbagai
pemikiran yang tumbuh dalam masyarakat Muslim mendapatkan pengakuan yang apresiatif.
Keterbukan yang demikian lebar untuk menerima berbagai pendapat menjadikan Aswaja
memiliki kemampuan untuk meredam berbagai konflik internal umat. Corak ini sanagt tampak
dalam wacana pemikiran hukum Islam. Sebuah wacana pemikiran keislaman yang paling
realistis dan paling menyentuh aspek hubungan sosial.

5
Dalam diskursus sosial-budaya, Aswaja banyak melakukan toleransi terhadap tradisi-tradisi
yang telah berkembang di masyarakat, tanpa melibatkan diri dalam substansinya, bahkan tetap
berusaha untuk mengarahkannya. Formalisme dalam aspek-aspek kebudayaan dalam Aswaja
tidaklah memiliki signifikansi yang kuat. Oleh karena itu, tidak heran dalam tradisi kaum Sunni
terkesan wajah kultur Syi'ah atau bahkan Hindu.

Sikap toleran Aswaja yang demikian telah memberikan makna khusus dalam hubungannya
dengan dimensi kemanusiaan secara lebih luas. Hal ini pula yang membuatnya menarik banyak
kaum muslimin di berbagai wilayah dunia. Pluralistiknya pikiran dan sikap hidup masyarakat
adalah keniscayaan dan ini akan mengantarkannya ke kehidupan dunia yang rahmat di bawah
prinsip ketuhanan.

2.3 attawazun

Tawazun, yakni menjaga keseimbangan dan keselarasan, sehingga terpelihara secara seimbang
antara kepentingan dunia dan akherat, kepentingan pribadi dan masyarakat, dan kepentingan
masa kini dan masa datang. Pola ini lebih banyak dibangun untuk persoalan-persoalan pribadi
yang berdimensi sosial politik. Dalam bahasa lain, melalui pola ini Aswaja ingin menciptakan
integritas dan solidaritas sosial umat .

Sikap netral ( tawazun ) Ahlussunnah Wal Jamaah berkaitan dengan sikap mereka dalam politik.
Ahlussunnah Wal Jamaah tidak selalu membenarkan kelompok garis keras (ekstrem). Akan
tetapi, jika berhadapan dengan penguasa yang lalim, mereka tidak segan-segan mengambil
jarak dan mengadakan aliansi. Dengan kata lain, suatu saat mereka bisa akomodatif, suatu saat
bisa lebih dari itu meskipun masih dalam batas tawazun .

6
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Prinsip umum Ahlu Sunnah Wal Jama'ah mencakup Akidah, syari'ah, akhlak, pergaulan antar
golongan, kehidupan bernegara, kebudayaan dan dakwah. Dari masing-masing poin tersebut
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari warga ahlus sunnnah wal jama'ah yang di
Indonesia di akomodir oleh organisasi kemasyarakatan Nahdhatul Ulama.

Berbicara aktualisasi paham ahlus sunnah wal jama'ah dalam kehidupan sosial, tidak bisa
dilepaskan dari tatanan bernegara dimana secara paham mempunyai prinsip sendiri. Di antara
penerapannya adalah: Prinsip Syura (Musyawarah), Al-'Adl (Keadilan), Al-Hurriyyah
(Kebebasan), Al-Musawah ( Kesetaraan Derajat).

Disemua ajarah dan prinsip ahlus sunnnah wal jama'ah diatas mempunyai cirri khas dalam
mengimplementasikan setiap nilai-nilainya sesuai konteks yang ada dalam kehidupan tanpa
menghilangkan kultur dan ajaran yang telah ada.

7
DAFTAR PUSTAKA

Pemikiran KH. M. Tholhah Hasan dalam Seminar Publikasi PBNU tanggal 30


Desember 2003

2. Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 65,


cet. saya, ed. II, (Jakarta: Penerbbit Universitas Indonesia, 2002)

3. 'Abd al-Qahir ibn Thahir ibn Muhammad al-Baghdadi, al-Farq Bayn al-Firâq, h. 12 -
20, (Libanon: Dar al-Fikr)

KH. Husein Muhammad, dalam Imam Baihaqi (ed), Kontroversi Aswaja: Aula
Perdebatan dan Reinterpretasi,

KH. Husein Muhammad, dalam Imam Baihaqi (ed), Kontroversi Aswaja: Aula
Perdebatan dan Reinterpretasi, (Yogyakarta: LKiS, 1999)

6. Asy Syahrastani, “Al Milal Wa Al Nihal: Aliran-Aliran Teologi dalam Sejarah Umat
Islam”, diterjemahkan oleh Asywadie Syukur, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 2006

7. Al Atsari, Abu Nuaim, “I'tiqad Ahlu Sunnah Wal Jamaah (KH. Siradjudin Abbas)”,
Majalah Al Furqon Edisi 7 Tahun V, 2006 ISSN: 1693-8755.

[1] 'Abd al-Qahir ibn Thahir ibn Muhammad al-Baghdadi, al-Farq Bayn al-Firâq, h. 12 -
20, (Libanon: Dar al-Fikr)

[2] Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 65,
cet. saya, ed. II, (Jakarta: Penerbbit Universitas Indonesia, 2002)

[3] Pemikiran KH. M. Tholhah Hasan dalam Seminar Publikasi PBNU tanggal 30
Desember 2003

[4] Abu al-Hasan Ismail al-Asy'ari, op. cit., hlm. 48

[5] KH. Said Agil Siradj, Ahlussunnah Wal Jamaah dalam Lintas Sejarah, op. cit., hlm.

[6] KH. Husein Muhammad, dalam Imam Baihaqi (ed), Kontroversi Aswaja: Aula
Perdebatan dan Reinterpretasi, (Yogyakarta: LKiS, 1999), hlm. 37

[7] KH. Husein Muhammad, dalam Imam Baihaqi (ed), Kontroversi Aswaja: Aula
Perdebatan dan Reinterpretasi, op. cit., hlm. 41.

[8] KH. Husein Muhammad, dalam Imam Baihaqi (ed), Kontroversi Aswaja: Aula
Perdebatan dan Reinterpretasi, op. cit., hlm. 39.

Anda mungkin juga menyukai