Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EKONOMI & PERBANKKAN SYARI’AH

Akad Al Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik

Dosen Pengajar: Mustafa Kamal, S.E.Sy., M.S.I

Disusun Oleh:
Beni Raswandi

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN A


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BANGKINANG
TP 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan Makalah dengan judul ”Akad al
ijarah dan ijarah muntahiyah bit Tamlik”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Mustafa Kamal,


S.E.Sy., M.S.I selaku dosen Mata Kuliah Ekonomi dan Perbankan Syari’ah yang
telah bertindak sebagai pembimbing dan pengawas dalam mata kuliah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


berkontribusi dalam pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun tidak.
Diharapkan makalah ini bisa menjadi tambahan wawasan pembaca agar lebih
mengerti perihal riba dan bunga bank yang akan dibahas pada makalah ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan makalah ini.

Bangkinang, 7 Maret 2023

Beni Raswandi

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik
2.2 Landasan Hukum dan Dalil
2.3 Rukun dan Syarat
2.4 Jenis-jenis
2.5 Aplikasi Sewa di Perbankan Syariah
2.6 Contoh Perhitungan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Semakin berkembangnya perbankan syariah di Indonesia menjadikan
produk-produk yang ada di perbankan syariah juga ikut berkembang pesat.
Tidak hanya mempertahankan bentuk akad yang sudah ada sejak zaman
dulu, kini para cendekiawan serta praktisi yang bergelut di perbankan
syariah juga mengembangkan berbagai macam model bentuk akad baru.
Salah satu bentuk akad baru dari lembaga keuangan syariah yang ada saat
ini adalah akad pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT). Ijarah
Muntahiya Bittamlik (IMBT) adalah sewa yang diakhiri dengan
pemindahan kepemilikan barang atau sejenis perpaduan anatara kontrak jual
beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan
kepemilikan barang . Semakin jelas dan kuat komitmen untuk membeli
barang di awal akad, maka hakikat IMBT pada dasarnya lebih bernuansa
jual beli. Namun, apabila komitmen untuk membeli barang di awal akad
tidak begitu kuat dan jelas (walaupun opsi membeli tetap terbuka), maka
hakikat IMBT akan lebih bernuansa ijarah. Dari sisi ijarah, perbedaan IMBT
terletak dari adanya dari sisi jual beli, perbedaan IMBT terletak dari adanya
opsi untuk membeli barang dimaksud pada akhir periode. Sedangkan dari
sisi jual beli, perbedaan IMBT terletak pada adanya penggunaan manfaat
barang dimaksud terlebih dahulu melalui akad sewa (ijarah), sebelum
transaksi jual beli dilakukan. Jual beli merupakan transaksi yang dilakukan
oleh pihak penjual dan pembeli atas suatu barang dan jasa yang menjadi
objek transaksi jual beli.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah,


sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan Akad al ijarah dan ijarah muntahiyah


bit tamlik?
2. Landasan hukum dan dalil Akad al ijarah dan ijarah muntahiyah bit
tamlik.
3. Apa saja Rukun dan Syarat Akad al ijarah dan ijarah muntahiyah bit
tamlik?
4. Apa saja jenis jenis Akad al ijarah dan ijarah muntahiyah bit tamlik) di
perbankan syariah
5. Aplikasi jasa (Akad al ijarah dan ijarah muntahiyah bit tamlik?
6. Contoh perhitungan al ijarah dan ijarah muntahiyah bit tamlik?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik

A. Pengertian Ijarah
Akad ijarah adalah kegiatan sewa-menyewa dengan biaya yang telah
ditetapkan. Kata Ijarah berasal dari bahasa Arab al-’Ajr yang artinya
“pertimbangan”, “kompensasi”, “imbalan”, atau “substitusi”. Akad Ijarah
adalah kegiatan dimana sebuah lembaga keuangan menyewakan sesuatu
dengan membebankan biaya sewa seperti yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
Pengertian akad Ijarah adalah suatu perjanjian yang bertujuan untuk
memindahkan manfaat (hak guna) suatu barang selama periode masa
berlaku akad Ijarah, yaitu setelah pembayaran upah sewa, tanpa diikuti oleh
pergantian kepemilikan atas barang tersebut.
Pengertian Akad Ijarah Menurut Undang-Undang
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, pengertian akad Ijarah adalah perjanjian penyediaan dana dalam
rangka memindahkan hak guna (manfaat) dari suatu barang, yang
didasarkan pada transaksi sewa-menyewanya. Dimana pemindahan ini tidak
diikuti dengan perpindahan kepemilikan barang itu sendiri.
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat
Berharga Syariah, akad Ijarah adalah suatu perjanjian dimana salah satu
pihak menyewakan hak atas asetnya kepada pihak lain berdasarkan
biaya dan periode sewa-menyewa yang telah disepakati.
B. Pengertian Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik
Istilah Ijarah Muntahiyah Bittamlik terdiri dari dua akad yaitu Al-
Ijarah (sewa menyewa) dan At-Tamlik (kepemilikan). Al-Ijarah menurut
etimologi berasal darikata al-ajru yang artinya imbalan atas pekerjaan atau
pahala. Dalam arti luas, ijarah adalah suatu akad yang berisi penukaran
manfaat sesuatu dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu8 .
Istilah At-Tamlik memberikan pengertian bahwa kepemilikan harus secara
penuh, tidak parsial. Kepemilikan parsial bisa berupa kepemilikan benda
saja seperti barang yang disewakan, yang mana barang tersebut tetap
menjadi milik pemiliknya meskipun orang yang memiliki tidak bisa
memanfaatkannya atau kepemilikan atau manfaat saja seperti barang sewaan
yang ada ditangan penyewa yang mana orang tersebut mempunyai kuasa
manfaat secara penuh, tetapi orang yang menyewa tidak memiliki barang
tersebut. Istilah gabungan antara Ijarah dan At-Tamlik menjadi Al-Ijarah
Al-Muntahiyah Bi At-tamlik menurut Habsi Ramli dalam Jurnal Lian Fuad
adalah “Akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk

5
mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi
perpindahan hak milik objek sewa pada saat tertentu sesui dengan akad
sewa.
Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) adalah sewa yang diakhiri dengan
pemindahan kepemilikan barang atau sejenis perpaduan anatara kontrak jual
beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan
kepemilikan barang. Semakin jelas dan kuat komitmen untuk membeli
barang di awal akad, maka hakikat IMBT pada dasarnya lebih bernuansa
jual beli. Namun, apabila komitmen untuk membeli barang di awal akad
tidak begitu kuat dan jelas (walaupun opsi membeli tetap terbuka), maka
hakikat IMBT akan lebih bernuansa ijarah. Dari sisi ijarah, perbedaan IMBT
terletak dari adanya dari sisi jual beli, perbedaan IMBT terletak dari adanya
opsi untuk membeli barang dimaksud pada akhir periode. Sedangkan dari
sisi jual beli, perbedaan IMBT terletak pada adanya penggunaan manfaat
barang dimaksud terlebih dahulu melalui akad sewa (ijarah), sebelum
transaksi jual beli dilakukan. Jual beli merupakan transaksi yang dilakukan
oleh pihak penjual dan pembeli atas suatu barang dan jasa yang menjadi
objek transaksi jual beli.

2.2 Landasan Hukum dan Dalil

1. Al Ijarah
Landasan Landasan hukum mengenai ijarah telah dijelaskan di dalam
Al-Quran, yakni terdapat pada Surat At-Talaq ayat 6 dan Surat Al-
Qashash ayat 26. Simak ayat beserta artinya di bawah ini:

1. Q.S At-Talaq ayat 6


۟ ُ‫ ٍل فََأنفِق‬M‫ت َح ْم‬
‫وا‬ ِ َ‫وا َعلَ ْي ِه َّن ۚ وَِإن ُك َّن ُأ ۟و ٰل‬
۟ ُ‫يِّق‬M ‫ض‬ َ ُ‫ ِد ُك ْم َواَل ت‬M ْ‫كَنتُم ِّمن ُوج‬M ‫ْث َس‬
َ ُ‫ٓارُّ وه َُّن لِت‬M ‫ض‬ ُ ‫ ِكنُوه َُّن ِم ْن َحي‬M ‫َأ ْس‬
۟ ‫ْأ‬
ٍ ‫ ر‬M‫ رُوا بَ ْينَ ُكم بِ َم ْع‬M‫وره َُّن ۖ َو تَ ِم‬Mُ
‫ُوف ۖ َوِإن‬ ‫ُأ‬
َ ‫ ْعنَ لَ ُك ْم فََٔـاتُوه َُّن ج‬M‫ض‬ ‫َأ‬ َ َ‫َعلَ ْي ِه َّن َحتَّ ٰى ي‬
َ ْ‫ض ْعنَ َح ْملَه َُّن ۚ فَِإ ْن ر‬
‫ض ُع لَ ٓۥهُ ُأ ْخ َر ٰى‬
ِ ْ‫تَ َعا َسرْ تُ ْم فَ َستُر‬
Artinya:
Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan
mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka
(istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah
kepada mereka nafkah hingga mereka bersalin, kemudian jika
mereka menyusukan (anak-anak) mu untukmu maka berikanlah
kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu
(segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan
maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.
2. Q.S Al-Qashash ayat 26
ُ‫ْٔجرْ تَ ْٱلقَ ِوىُّ ٱَأْل ِمين‬
َ ‫ْٔجرْ هُ ۖ ِإ َّن َخي َْر َم ِن ٱ ْستَـ‬ ِ َ‫ ٰيََٓأب‬M‫ت ِإحْ َد ٰىهُ َما‬
ِ ‫ت ٱ ْستَـ‬ ْ َ‫قَال‬
Artinya:
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita)

6
ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."
Selain itu, landasan hukum mengenai ijarah juga telah diatur
dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa ijarah
adalah perjanjian penyediaan dana dalam rangka memindahkan
hak guna (manfaat) dari suatu barang, yang didasarkan pada
transaksi sewa-menyewa. Dalam hal ini, pemindahan barang tidak
disertai dengan perpindahan kepemilikan barang tersebut.
2. Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik
a. Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi:
ََْٔ ُ ًْ ‫ت ٰ ا ۤ ْ ْى ايب‬ ُ َ‫ ْت‬ٛ ‫ب ْى ب‬
ِ َ‫ ُع ْْٕۤ ْى اَ ٌْ ت‬M ‫هَ ل َد ا اَ ْس ِض‬M ‫ ْ ُ ْكى اِ َذا ُ ْكى فَ َل ُ َُجب َح َع‬ٛ ‫ه‬MM‫ت ا َس‬
َ‫ ْ ٌس ْ ُ ْ ًَعه ِ ًَب تَ ا اَ اٌ هّٰلالَ ب ًُْْٕۤ َٔا تاقُٕا هّٰلالَ َٔا ْعه‬ٛ ‫ب ِص ن‬ ْٔ ‫ت َٔاِ ٌْ اَ ًَ ْع‬
َ ٌَ ْٕ ‫ُس ِف‬ ُّ ‫“ ْستَ َز ْد‬....

“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.” (QS. AlBaqarah (2): 233).
Yang menjadi dalil dari ayat tersebut adalah ungkapan
“apabila kamu memberikan pembayaran yang patut” ungkapan
tersebut menunjukkan adanya jasa yang diberikan berkat
kewajiban membayar upah (fee) secara patut.20 Dalam hal ini
termasuk di dalamnya jasa penyewaan atau leasing.

b. Al-Hadist “Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan


membayar dari tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah
melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar
membayarnya dengan mas atau perak.” (HR. Ahmad dan Abu
Dawud). Kesimpulan hadist: Pembayaran sewa tanah harus
dengan mata uang (emas dan perak), tidak boleh membayar
sewa tanah dengan tanaman yang tumbuh.

2.3 Rukun dan Syarat


a. Al Ijarah
Perlu diketahui, ada sejumlah rukun dan syarat dari ijarah.
Dijelaskan dalam buku Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqh
Muamalah di Lembaga Keuangan dan Bisnis Kontemporer
oleh Andri Soemitra, berikut rukun dan syarat ijarah.
1. Rukun Ijarah
Seperti yang dijelaskan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No:
09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah, berikut
sejumlah rukun ijarah:
• Ada pernyataan ijab qabul (shigat) atau pernyataan sewa dari
kedua pihak

7
• Ada pihak yang melakukan akad, terdiri dari pemberi sewa
(pemilik aset) dan penyewa (pengguna aset)
• Manfaat dari aset yang disewakan dalam ijarah harus dijamin
oleh pihak yang menyewakan, lalu pihak penyewa wajib
menggantinya dengan pemberian upah (ujrah).
2. Syarat Ijarah
Terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi sebelum
melakukan akad ijarah. Apa saja syaratnya? Simak di bawah
ini:
• Baligh, berakal cerdas, memiliki kecakapan untuk melakukan
tasharruf atau mengendalikan harta. Tidak sah akad ijarah
dilakukan apa bila pihak penyewa adalah anak di bawah umur
dan mengalami gangguan jiwa
• Pihak yang berakad memiliki kekuasaan untuk melaksanakan
akad, di mana penyewa memiliki kemampuan membayar sewa
dan pihak yang menyewakan berhak menyewakan objek sewa
• Adanya saling rela. Tidak sah akad sewa yang dipaksakan
• Kedua belah pihak mengetahui manfaat barang yang disewa
dan untuk apa disewakan
• Imbalan sewa atau upah harus jelas, tertentu, dan bernilai.
Tidak boleh sejenis dengan barang manfaat dari ijarah
b. Ijarah Muntahiyah Bit Tamik
Adapun rukun akad Ijarah Muntahiya Bittamlik, yaitu:
1. Rukun
a) (Musta‟jir) pihak yang menyewa22 atau dikenal
dengan lessee, yaitu pihak yang menyewa objek
sewa. Dalam aplikasi perbankan, penyewa adalah
nasabah.
b) Pemilik barang (mu‟ajjir), dikenal dengan lessor,
yaitu pemilik barang yang digunakan sebagai objek
sewa.
c) Barang/objek sewa (ma‟jur) adalah barang yang
disewakan, biasanya dalam bentuk aset tetap yang
berwujud.
d) Harga sewa/manfaat sewa (ujrah) adalah manfaat
atau imbalan yang diterima oleh mu‟ajjir.
e) Ijab Qabul, adalah serah terima barang.

2.syarat
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam akad
Ijarah Muntahiya Bittamlik ialah:
a) Kerelaan dari pihak yang melaksanakan akad.
b) Ma‟jur memiliki manfaat dan manfaatnya dibenarkan
dalam Islam, dapat dinilai atau diperhitungkan, dan
manfaat atas transaksi ijarah muntahiya bittamlik
harus diberikan oleh lessee kepada lessor.

8
2.4 Jenis-jenis
1. Ijarah
Dalam penerapannya, ijarah digolongkan ke dalam beberapa jenis.
Dijelaskan dalam buku Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqh
Muamalah di Lembaga Keuangan dan Bisnis Kontemporer
oleh Andri Soemitra, berikut jenis-jenis ijarah:
1. A'mal atau Asykhas
Jenis ijarah a'mal adalah akad sewa atas jasa atau pekerjaan
seseorang. Dalam hal ini, ijarah yang digunakan untuk
memperoleh jasa dari seseorang dengan membayar upah atas
jasa yang diperoleh.
Sedikit informasi, pengguna jasa disebut mutajir dan pekerja
disebut ajir. Sementara upah yang diberikan disebut sebagai
ujrah (fee).
2. Ayn (muthlaqah) atau ala al-a'yan
Ayn (muthlaqah) atau ala al-a'yan adalah akat sewa atas manfaat
barang. Ijarah yang digunakan dalam jenis ini untuk
penyewaan aset dengan tujuan untuk mengambil manfaat dari
aset.
Objek sewa pada ijarah Ayn (muthlaqah) adalah barang, jadi tidak
ada klausul yang memberikan pilihan kepada penyewa untuk
membeli aset selama masa sewa atau pada saat akhir masa
sewa.
3. Muntahiya bitttamlik
Muntahiya bitttamlik adalah transaksi sewa menyewa antara
pemilik objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan
imbalan atas objek sewa yang disewakan. Dalam hal ini, opsi
perpindahan hak milik objek sewa dapat dilakukan dengan jual
beli atau pemberian (hibah) pada saat tertentu sesuai dengan
akad.
Jenis ijarah yang satu ini juga bisa didefiniskan sebagai akad ijarah
atas manfaat barang yang disertai dengan janji pemindahan
hak milik atas barang sewa kepada penyewa, apabila sudah
selesai atau diakhirinya akad ijarah.
4. Ijarah Maushufah fi al-dzimmah
Jenis ijarah ini merupakan akad ijarah atas manfaat suatu barang
(manfaat 'ayn) dan/atau jasa ('amal) yang pada saat dilakukan
akad hanya disebutkan sifat-sifat dan spesifikasinya (kuantitas
dan kualitas).
5. Ijarah Tasyghiliyyah
Ijarah tasyghiliyyah adalah akad ijarah atas manfaat barang
yang tidak disertai dengan janji pemindahan hak milik atas
barang sewa kepada penyewa.

9
2. Ijarah Muntahiyah Bit Tamik
Ada 2 bentuk Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT):
1. Ijarah dengan janji akan menjual pada akhir masa sewa
Pilihan untuk menjual barang di akhir masa sewa
(alternatif 1) biasanya diambil bila kemampuan finansial
penyewa untuk membayar sewa relatif kecil. Karena
sewa yang dibayarkan relatif kecil, akumulasi nilai sewa
yang sudah dibayarkan sampai akhir masa periode sewa
belum mencukupi harga beli barang tersebut dan margin
laba yang ditetapkan bank. Karena itu, untuk menutupi
kekurangan tersebut, bila pihak penyewa ingin memiliki
barang tersebut, ia harus membeli barang tersebut di
akhir periode. Dengan demikian pada akhir masa sewa
barang tersebut berubah kepemilikannya dari pihak yang
menyewakan menjadi milik pihak penyewa.
2. Ijarah dengan janji untuk memberikan hibah pada akhir
masa sewa
Pilihan untuk menghibahkan barang di akhir masa
sewa (alternatif 2) biasanya diambil bila kemampuan
finansial penyewa untuk membayar sewa relatif lebih
besar. Karena sewa yang dibayarkan relatif besar,
akumulasi sewa diakhir periode sewa sudah mencukupi
untuk menutup harga beli barang dan margin laba yang
ditetapkan oleh bank. Dengan demikian, bank dapat
menghibahkan barang tersebut di akhir masa periode
sewa kepada pihak penyewa
2.5 Aplikasi Sewa di Perbankan Syariah
Aplikasi Ijarah Muntahiya Bittamlik Dalam Bank Syariah:

Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum


islam, dan dalam kegaitannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar
bunga kepada nasabah. Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat perbankan syariah
menawarkan salah produk pembiayaan yang dapat melayani kebutuhan nasabah
dengan menggunakan akad Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT), yaitu produk
dengan akad Ijarah (sewa) dengan opsi perpindahan hak milik.
Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) adalah akad sewa menyewa antara
Bank Syariah dengan Nasabah, dimana Nasabah akan memperoleh manfaat dari
objek Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) dan Nasabah memiliki kewajiban
untuk membayar sewa atas manfaat tersebut secara mengangsur setiap bulan
selama jangka waktu tertentu dengan kesepakatan bahwa nilai sewa tersebut akan
berubah atau akan direview kembali sebagaimana yang telah disepakati
sebelumnya. Pada umumnya bank syariah lebih banyak menggunakan IMBT
karena lebih sederhana dalam pembukuannya.
Aplikasi Ijarah Muntahiya Bittamlik dalam perbankan syariah berupa:
Pertama, pembiayaan invsetasi; seperti untuk pembiayaan barang-barang modal,
sepeti mesin-mesin; Kedua, pembiayaan konsumen, seperti untuk pembelian mobil,
rumah dan sebagainya.

10
Ijarah Muntahiya Bittamlik dalam bank syariah umumnya melalui tahapan-
tahapan sebagai berikut:
a) Nasabah menjelaskan kepada bank, bahwa suatu saat di tengah atau di
akhir periode ijarah ia ingin memiliki.
b) Setelah melakukan penelitian, bank setuju akan menyewakan aset itu
kepada nasabah.
c) Apabila bank setuju, bank terlebih dahulu memiliki aset tersebut.
d) Bank membeli atau menyewa aset yang dibutuhkan nasabah.
e) Bank membuat perjanjian ijarah dengan nasabah untuk jangka waktu
tertentu dan menyerahkan aset itu untuk dimanfaatkan.
f) Nasabah membayar sewa setiap bulan yang jumlahnya sesuai dengan
kesepakatan.
g) Bank melakukan penyusutan terhadap aset; biaya penyusutan dibebankan
kepada laporan laba/rugi.
h) Di tengah atau diakhir masa sewa, bank dan nasabag dapat melakukan
pemindahan kepemilikan aset tersebut secara jual-beli cicilan.
i) Jika pemindahan kepemilikan di akhir masa sewa, akadnya dilakukan
secara hibah
2.6 Contoh Perhitungan

Contoh perhitungan Al ijarah

Bagaimana sistem perolehan keuntungan akad ijarah muntahiya bittamlik dan


ijarah multijasa terjadi ketika PT Masraffi mengadakan kerjasama bisnis dengan
nilai sewa sebesar Rp 9.000.000 selama 7 bulan, nilai penyusutan aktiva tetap
ditaksir senilai Rp 400.000 per bulan dan biaya perbaikan senilai Rp 900.000
selama akad sewa. Bagaimana cara menghitung pendapatan sewa dalam transaksi
ijarah muntahiya bittamlik?

Keterangan Nilai KuantitasSubtotal


Pendapatan
Rp 9.000.0007 Bulan Rp 63.000.000
Sewa
Penyusutan Rp 400.000 7 Bulan -Rp 2.800.000
Perbaikan aktiva -Rp 9.000.000
Laba Rugi Rp 51.200.000

Contoh Perhitungan Ijarah Muntahiyah Bit Tamik

Ilustrasi Pembiayaan IMBT: Misalnya Arif ingin memiliki mobil

11
pribadi untuk medukung kegiatanya dalam menjalankan bisnis
konveksinya. Mobil yang rencana dibeli adalah Toyota Innova dengan
harga Rp 250.000.000,-. Arif hanya memiliki dana sebesar Rp
100.000.000,- maka Arif mengajukan pembiayaan IMBT ke Bank
Syariah sebesar Rp 150.000.000,- dengan masa sewa selama 3 tahun.
Setelah bank syariah melakukan evaluasi, dan layak untuk dibiayai,
maka bank syariah memberikan pembiayaan kepada Arif dengan akad
ijarah muntahiya bittamlik
Dari ilustrasi di atas, misalnya bank syariah akan menyewakan
kepada Arif dengan biaya sewa Rp 5.000.000,- per bulan, maka dapat
dibuat rincian perhitungan-perhitungan sebagai berikut:
Harga beli objek yang disewakan Rp 250.000.000,-
Harga sewa bank kepada nasabah Rp 280.000.000,-
Pembayaran sewa pada awal perjanjian Rp 100.000.000,-
Sisa pembayaran selama 36 bulan Rp 180.000.000,-

Jadi, biaya sewa setiap bulan yang harus dibayar oleh Arif yaitu hasil
perhitungan dari Rp 180.000.000 / 36 (Sisa masa sewa) = Rp
5.000.000,- per bulan.
Selama masa sewa, Kijang Innova (objek sewa) adalah milik Bank
Syariah. Dalam hal nasabah tidak mampu membayar biaya sewa atau
menunda pembayaran biaya sewa, maka akan dilakukan musyawarah
utuk menyelesaikannya. Namun bila nasabah tidak lagi membayar
biaya sewa untuk seterusnya, maka bank bisa menarik kembali Objek
sewa dari nasabah. Selama masa sewa belum berakhir, objek sewa-
menyewa masih menjadi milik pihak yang menyewakan, sehingga
apabila terjadi wanprestasi, tidak ada pembayaran sewa, maka pihak
yang menyewakan bisa mengambil kembali objek sewa-menyewa.
Bank Syariah adalah pemilik objek sewa-menyewa, sehingga sebelum
masa sewa berakhir dengan pembayaran yang lengkap, maka objek
sewa adalah milik bank syariah. Objek sewa dalam akad ijarah
muntahiya bittamlik, akan berubah kepemilikannya dari bank syariah ke
nasabah (penyewa) pada akhir masa sewa, karena adanya opsi dari
penyewa untuk membeli objek sewa pada saat masa sewa berakhir.
Setelah pembayaran biaya sewa yang ke 36 (total biaya sewa yang
dibayar sebesar Rp280.000.000,-) maka objek sewa menjadi milik
penyewa. Penyewa akan memiliki objek barang yang disewa pada saat
akhir masa kontrak sewa-menyewa. Dalam hal ini nasabah akan
memiliki seutuhnya objek sewa apabila telah membayar lunas sesuai
dengan masa sewa.

PENUTUP

12
3.1 Kesimpulan
Akad ijarah adalah kegiatan sewa-menyewa dengan biaya yang telah
ditetapkan. Kata Ijarah berasal dari bahasa Arab al-’Ajr yang artinya
“pertimbangan”, “kompensasi”, “imbalan”, atau “substitusi”. Akad Ijarah
adalah kegiatan dimana sebuah lembaga keuangan menyewakan sesuatu
dengan membebankan biaya sewa seperti yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
Pengertian akad Ijarah adalah suatu perjanjian yang bertujuan untuk
memindahkan manfaat (hak guna) suatu barang selama periode masa
berlaku akad Ijarah, yaitu setelah pembayaran upah sewa, tanpa diikuti oleh
pergantian kepemilikan atas barang tersebut.
Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) adalah sewa yang diakhiri dengan
pemindahan kepemilikan barang atau sejenis perpaduan anatara kontrak jual
beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan
kepemilikan barang. Semakin jelas dan kuat komitmen untuk membeli
barang di awal akad, maka hakikat IMBT pada dasarnya lebih bernuansa
jual beli. Namun, apabila komitmen untuk membeli barang di awal akad
tidak begitu kuat dan jelas (walaupun opsi membeli tetap terbuka), maka
hakikat IMBT akan lebih bernuansa ijarah. Dari sisi ijarah, perbedaan IMBT
terletak dari adanya dari sisi jual beli, perbedaan IMBT terletak dari adanya
opsi untuk membeli barang dimaksud pada akhir periode. Sedangkan dari
sisi jual beli, perbedaan IMBT terletak pada adanya penggunaan manfaat
barang dimaksud terlebih dahulu melalui akad sewa (ijarah), sebelum
transaksi jual beli dilakukan. Jual beli merupakan transaksi yang dilakukan
oleh pihak penjual dan pembeli atas suatu barang dan jasa yang menjadi
objek transaksi jual beli.

13
Daftar Pustaka

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id
[Al Ijarah Al Muntahiyah Bit Tamlik oleh Fien Safta Rani

Adam, Panji. 2018. Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah : Konsep


Metodologi, dan Implementasinya pada Lembaga
Keuangan Syariah. Jakarta: Amzah
.
Afrelian, Muhamad Ibnu dan Imahda Khoiri Furqon. (2019).
Jurnal Ilmiah Mizani: Hukum, Ekonomi, dan Keagamaan,
hlm. 1-12 Vol 6 No 1. Jurnal Ilmiah Mizani: Hukum,
Ekonomi, dan Keagamaan, 6(1), 1-12

14

Anda mungkin juga menyukai