Anda di halaman 1dari 11

Hikmah Diharamkannya Riba

Baik secara Agama maupun secara Ekonomi Sosial

Disusun oleh:
Abdullatif (181901059)
Ersa Luviana (171801037)
Mia Silviana (171801059)
Muhammad Syamsu Rizal (181901065)

Pelita Bangsa
Bekasi
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji dan syukur dengan hati yang tulus penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat nikmat, ma’unah dan hidayah-Nya, penulis
telah dapat menyelesaikan makalah. Makalah ini terselesaikan sesuai dengan pembelajaran
mata kuliah Fiqh Riba. Makalah ini berisikan tentang Hikmah diharamkannya riba baik
secara agama maupun secara ekonomi sosial.

Shalawat dan salam tak lupa juga selalu kami lantunkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga
dan lainnya demi tegaknya syi’ar islam, yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih
tersisa.

Makalah ini disusun tidak hanya untuk memenuhi tugas mata kuliah tapi secara garis
besar lebih mengarah kepada peningkatan ilmu pengetahuan yang mana dapat menambah
wawasan pada diri kita, dan hanya Allah yang mampu memberikan segala petunjuk dan
hidayahnya.

Penulis menyadari sepenuhnya dengan keterbatasan kemampuan pada diri penulis


bahwa penulisan ini masih jauh dengan apa yang dikatakan sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca demi tercapainya
kesempurnaan makalah ini.

Cikarang, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................

1. Latar Belakang .............................................................................................................


2. Rumusan Masalah ........................................................................................................
3. Tujuan .........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................

1. Pengertian Riba ...........................................................................................................


2. Dasar Hukum Larangan Riba.......................................................................................
3. Hikmah Diharamkannya Riba......................................................................................
4. Pembagian atau Macam-macam Riba ..........................................................................
5. Sebab-sebab Diharamkannya Riba ..............................................................................

BAB III PENUTUP .................................................................................................................

1. Kesimpulan ..................................................................................................................
2. Saran ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dalam ilmu fiqh juga menjelaskan tentang pengertian riba secara terperinci atau
mendalam melalui panduan Al-Qur’an. Sabda Nabi bahkan pendapat ulama agar bisa
tercapainya suatu kesepakatan dan keputusan yang benar dan lurus sejalan dengan ajaran
Al-Qur’an dan syariat Islam. Terkadang kita sebagai manusia menilai bahwa hukum fiqh
itu semuanya mudah termasuk didalamnya riba kita tidak tau bahwa hal-hal yang sekecil
inilah yang selalu membuat kita menjadi tersesat apabila kita tidak mengetahuinya secara
terperinci, maka terjadilah penyimpangan-penyimpangan yang bertentangan dengan
ajaran Islam.

Riba bukan cuma persoalan masyarakat islam, tapi berbagai kalangan di luar islam
pun memandang serius persoalan riba, masalah riba juga menjadi bahasan kalangan
Yahudi, Yunani, demikian juga Romawi, kalangan kristen dari masa ke masa juga
mempunyai pandangan tersendiri mengenai riba.

2. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah gambaran tentang riba?

3. Tujuan
1. Untuk memahami gambaran tentang riba
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Riba
 Secara bahasa

Riba dalam arti bahasa berasal dari kata: “raba” yang sinonimnya: nama wa zada,
artinya tumbuh dan tabah. Firman Allah SWT.

Dalam surat Al-hajj ayat 5 yang Artinya:

“Dan kamu lihat bumi ini kering kemudian apabila telah kami turunkan air diatasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang indah”.

 Secara Istilah

Riba adalah akad yang terjadi dengan penukaran tertentu, tidak diketahui sama atau
tidak menurut aturan syara’ atau terlambat salah satunya.

Dalam istilah syara’, pengertian riba adalah sebagai berikut.

1. Abdurrahman Al-jaziri mengemukakan:

Adapun dalam istilah fuqaha , riba adalah bertambahnya salah satu dari dua
penukaran yang sejenis tanpa adanya imbalan untuk tambahan ini.

2. Syafiiyah definisi riba sebagai berikut,

Menurut syara’riba adalah akad atas iwadh’ (pertukaran) tertentu yang tidak
diketahui persamaannya dalam ukuran syara’ pada waktu atau dengan mengakhirkan
(menunda) kedua penukaran tersebut atau salah satunya.

Pendapat di atas dapat di pahami bahwa riba adalah suatu kelebihan yang terjadi
dalam tukar-menukar barang yang sejenis atau jual-beli barter tanpa disertai dengan
imbalan, dan kelebihan tersebut disyaratkan dalam perjanjian. Dengan itu, apabila
kelebihan tersebut tidak di syaratkan dalam perjanjian maka tidak termasuk riba. [1]

1 Ahmad Wardi Muslich, fiqh mu’amalat, (Jakarta: Amzah 2010) 257-259


2. Dasar Hukum Larangan Riba

Riba hukumnya haram, berdasarkan alquran, sunnah, dan jima. Dalam alquran
disebutkan antara lain:

a) Surah Al-Baqarah ayat 275

Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” [2].

b) Surah Al-Imran Ayat 130

Artinya: “Hai orang-orang beriman,janganlah kamu memakan riba dengan berlipat


ganda dan bertawakal lah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.”

Dalam ayat tersebut Allah dengan tegas melarang perbuatan riba. Dari dalil As-
sunnah terdapat hadist yang melarang perbuatan riba.

1) Hadist Abu Hurairah

Dari Abu Hurairah dari nabi SAW. Bersabda: “Jauhilah tujuh perbuatan yang
merusak”. Para sahabat bertanya: “Ya Rasullullah, apakah tujuh perbuatan tersebut?”
Nabi menjawab: “menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh
Allah kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri pada
pertempuran (desersi) dan menuduh wanita yang mushan (bersih) lengan (dari perbuatan
maksiat), dan mukmin” (HR. Al-Bukhari)

Dari hadist tersebut dinyatakan bahwa riba dilarang oleh agama islam. Disamping Al-
quran dan As-sunnah, umat islam sejak zaman dahulu sampai sekarang sepakat tentang
diharamkannya riba. Hanya saja orang-orang yahudi tidak melarang pemungutan riba dari
selain bangsa yahudi.[3]

2 Ahmad, fiqh mu’amalat, 260


3 Ahmad, fiqh mu’amalat, 261-262
3. Hikmah Diharamkannya Riba

Sebab di larang nya riba ialah di karenakan riba menimbulkan kemudaratan yang
besar bagi umat manusia. Kemudaratan tersebut antara lain:

1) Riba menyebabkan permusuhan anttara individu yang satu dengan yang lain,dan
menghilangkan jiwa tolong menolong diantara mereka
2) Riba mendorong terbentuknya kelas elite,yang tanpa kerja keras mereka mendapat
harta,seperti benalu yang setiap saat mengisap orang lain
3) Riba merupakan wasilah atau perantara terjadi nya penjajah di bidang ekonomi,
dimana orang-orang kaya menghisap dan menindas orang-orang miskin
4) Islam mendorong umatnya agar mau memberikan pinjaman kepada orang lain yang
membutuhkan dengan modal “qardhul hasan” atau pinjam tanpa bunga.[4]

4. Pembagian atau Macam-macam Riba

Menurut pendapat sebagian ulama, riba itu ada 4 macam:

 Riba fadli (Menukarkan dua barang yang sejenis dengan tidak sama)

 Riba qardi (Utang dengan syarat ada keuntungan bagi yang memberi hutang)

 Riba yad (Berpisah dari empat akad sebelum timbang terima)

 Riba nasa (Disyaratkan salah satu dari kedua barang yang di pertukarkan di
tangguhkan penyerahannya)

Sebagian ulama membagi riba itu tiga macam yakni,riba fadli riba yad dan riba
nasa’riba qardi termasuk ke dalam riba nasa’. Barang-barang yg berlaku riba, emas, perak
dan makanan yang mengenyangkan atau berguna untuk yang mengenyangkan.

1) Riba fadl

Hanafiah memberikan definisi riba fadl yakni:

Riba fadl adalah tambahan benda dalam akad jual beli atau (tukar menukar) yang
menggunakan ukuran syara’(yaitu literan atau timbangan) yang jenis barangnya sama.
Riba fadl hukumnya [5] haram berdasarkan sunnah Rasullullah SAW, diantara sunah
tersebut yakni:

 Hadist Abu barkah

4 Sulaiman Rasyid, fiqh islam, (Bandung: Sinar baru Algesindo 2007) 291
5 Ahmad, fiqh mu’amalat 262
Dari abu bakar R.a ia berkata: Rasulullah saw, bersabda: Janganlah kamu menjual
emas dengan emas kecuali sama timbangannya, dan perak dengan perak kecuali sama
timbangannya, dan jualah emas dengan perak dan perak dengan emas sesuai dengan
kehendakmu. (HR. Al-Bukhari)

Bahwa dalam jual beli atau barter atau tukar menukar yang sejenis ukurannya harus
sama, baik takarannya maupun timbangannya. Apabila terdapat kelebihan dalam
perjanjian maka termasuk riba. Enam jenis barang yang termasuk ribawi yaitu:

 Emas
 Perak
 Gandum
 Jagung
 Kurma
 Garam [6]

Apabila illat dari ke enam jenis barang maka yang termasuk kelompok ribawi ada dua
macam :

1) Kelompok mata uang (nuqud) yaitu emas dan perak.


2) Kelompok makanan yaitu gandum,jagung, kurma dan garam.[7]

Dapat dipahami bahwa illat diharamkannya riba dala emas dan perak adalah keduanya
mrupakan harga atau alat pembayaran. Illat pembayaran adalah karena barang-barang
tersebut merupakan makanan pokok yang sangat di butuhka oleh manusia.apabial illat
tersebut terdapat pada mata uang yang lain,selain emas dan perak maka hukumnya sama
dengan emas dan perak.demikian pula apabila illat tersebut terdapat dalam jenis makanan
selain gandum, jagung,kurma dan garam hukumnya sama dengan makanan-makanan
tersebut,penukarannya harus sama tidak boleh ada kelebihan.

2) Riba qardi

Riba yang muncul akibat adanya tambahan atas pokok pinjaman yang dipersyaratkan
di muka oleh kreditur atau shahibul maal kepada pihak yang berutang (debitur), yang
diambil sebagai keuntungan.

Contoh: shahibul maal memberi pinjaman uang kepada debitur Rp. 10 juta dengan
syarat debitur wajib mengembalikan pinjaman tersebut sebesar Rp. 18 juta pada saat jatuh
tempo.

6 Ahmad, fiqh mu’amalat 263


7 Ahmad, fiqh mu’amalat 264-266
Artinya: Dari Usamah bin Zaid, sesungguhnya Rasululah saw bersabda: ”Sesungguhnya
riba berada pada utang.” Abdillah berkata: yang dimaksud Nabi yaitu satu dirham
(dibayar) dua dirham.

3) Riba Al-yad

Riba al yad dikenal dikalngan syafiiyah. Hanafiah memasukan riba yad ini kedalam
kelompok riba nasiah, dengan istilah “fadlhul ain alad dain” (kelebihan barang atas
utang).

Pengertian riba al yad oleh Wahbah Zuhaili sebagai berikut:

Riba Al-yad adalah jual beli atau tukar menukar dengan cara mengakhirkan
penerimaan kedua barang yang ditukarkan atau salah satunya tanpa menyebutkan
masanya. Yakni terjadinya jual beli atau tukar menukar dua barang yang berbeda jenis,
seperti gandum dengan jagung (sya’ir), tanpa penyerahan di majelis akad.

Bahwa dalam riba yad jual beli atau penukaran terjadi tanpa kelebihan, tetapi salah
satu pihak meninggalkan majelis akad sebelum terjadi penyerahan barang atau harga. [8]

4) Riba Nasiah

Riba nasiah didefinisikan oleh Abdurahman Al-Jaziri sebagai berikut

Riba nasiah adalah adanya tambahan yang di sebutkan (dalam penukaran barang yang
sejenis)sebagai imbalan diakhirkannya penyerahan.

5. Sebab-sebab Diharamkannya Riba

Allah SWT melarang riba antara lain karena perbuatan tersebut dapat merusak dan
membahayakan diri sendiri dan merugikan serta menyengsarakan orang lain.

a) Merusak Dan Membahayakan Diri Sendiri

Orang yang melakukan riba akan selalu menghitung-hitung yang banyak akan di
peroleh dari orang yg meminjam uang kepadanya.

b) Merugikan Dan Menyengsarakan Orang Lain,

8 Ahmad, fiqh mu’amalat 267


Orang yg memimjam uang kepada orang lain pada umumnya karena sedang susah
atau terdesak.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Riba adalah suatu kelebihan yang terjadi dalam tukar menukar barang sejenisnya atau
jual beli barter tanpa di sertai dengan imbalan dan kelebihan disyaratkan dalam
pejanjian.adapun macam – macam riba yaitu ; riba fadl ,riba yad dan juga riba nasiah

Sebab dilarangnya riba ialah dikarenakan riba menimbulkan kemudaratan yang besar
bagi umat manusia.Allah SWT melarang riba antara lain karena perbuatan tersebut dapat
merusak dan membahayakan diri sendiri dan merugikan serta menyengsarakan orang lain
yang meminjam uang kepada orang lain pada umumnya karena sedang susah atau
terdesak.

Secara ekonomi sosial riba, juga mendorong terbentuknya kelas elite, yang tanpa
kerja keras mereka mendapat harta, seperti benalu yang setiap saat menghisap orang lain
yang mana orang –orang kaya menghisap dan menindas orang –orang miskin.

2. Saran

Kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Maka dari kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran khususnya
dosen pembimbing dengan harapan pembuatan makalah yang selanjutnya menjadi lebih
baik.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Ahmad Wardi Muslich, fiqh mu’amalat, (Jakarta: Amzah 2010) 257-259

[2] Ahmad, fiqh mu’amalat, 260

[3] Ahmad, fiqh mu’amalat, 261-262

[4] Sulaiman Rasyid, fiqh islam, (Bandung: Sinar baru Algesindo 2007) 291

[5] Ahmad, fiqh mu’amalat 262

[6] Ahmad, fiqh mu’amalat 263

[7] Ahmad, fiqh mu’amalat 264-266

[8] Ahmad, fiqh mu’amalat 267

[9] Ahmad, fiqh mu’amalat 268-271

[10] Sabtu, 19 Mei 2012 http:// blogspot.com/2012/03/fiqh-riba-dan permasalahannya.html

Anda mungkin juga menyukai