PELARANGANNYA
Disusun oleh :
Mirniati
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-NYA kepada kita semua, berupa ilmu dan amal. Berkat rahmat dan
karunia-NYA pula kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Riba da Ruang
Lingkupnya Serta Hikmah Dalam Pelarangannya.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petumjuk Allah SWT untuk
kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariah
agama islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar
bagi seluruh alam semesta.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
3.1 Kesimpulan....................................................................................7
3.2 Saran .............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Muhammad ‘ Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadis wa Mustalahuh ( Bairut : Dar al-Fikr. 1989). hlm.
46-50
2
Fathi al-Daraini, al-Fiqh al-Islam al-Muqarin ma’a al-Mazahib (Dimasyqa : Jami’ah Dimasyqa,
1979). Hlm. 49-54
1
3. Apa saja macam-macam riba?
4. Bagaimana cara menghindari riba?
5. Hikmah diharamkanya riba?
1,3 Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui apa
pengertian riba, bagaimana dasar hukum riba, apa saja macam-macam riba,
dan apa hikmah diharamkannya riba.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2,1 Pengertian Riba
Riba dapat timbul dalam pinjaman (riba dayn) dan dapat pula
timbul dalam perdagangan (riba bai’). Riba bai’ terdiri dari dua jenis, yaitu riba
karena pertukaran barang sejenis, tetapi jumlahnya tidak seimbang (riba fadhl),
dan riba karena penukaran barang sejenis dan jumlahnya dilebihkan karena
melibatkan jangka waktu (riba nasi’ah)4
3
Riba itu haram. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan riba,
demikian pula hadis-hadis yang menerangkan larangan riba dan yang
menerangkan siksa bagi pelau riba.
5
Moh Rifai, Mutiara Fiqih,( Semarang : CV. Wicaksana, 1998) hlm. 772-773
4
kemudian hari. Dengan kata lain, pada riba yad terdapat dua
persyaratan dalam transaksi tersebut yaitu satu jenis barang dapat
diperdagangkan dengan dua skema yaitu kontan atau kredit.
Riba Nasi’ah
Menurut ulama Syafi’iyah, riba yad dan riba nasi’ah sama-sama terjadi
pada pertukaran barang yang tidak sejenis. Perbedaannya, riba yad
mengakhirkan pemegangan barang , sedangkan riba nasi’ah mengakhirkan
hakdan ketika akad dinyatakan bahwa waktu pembayaran diakhirkan
meskipun sebentar. (Al-Mutawalli menambahkan, jenis riba dengan riba
qurdi mensyaratkan adanya manfaat). Akan tetapi, Zarkasyi menempatkannya
pada riba fadhl.6
6
Muhammad Asy-Syarbini sebagaimana dikutip oleh Rachmat Syafei, FIQIH Muamalah,
( Bandung : CV Pustaka Setia, 2001) hlm. 264
5
Berkerjalah dengan sungguh-sungguh untuk mencukupi kebutuhan hidup
walaupun dengan bersusah.
● Bila ingin berbisnis dan membutuhkan modal, maka bisa bekerja sama
dengan bank yang dikelola berdasarkan syariat islam yakni bank yang
menentukan keuntungan dengan cara bagi hasil.
2,5 Hikmah diharamkanya riba
Setiap muslim wajib menyakini bahwa semua perintah dan larangan
Allah Swt. pasti mengandung kemaslahatan untuk manusia, termasuk
diharamkannya riba. Diantara hikmah diharamkannya riba selain hikmah-hikmah
umum di seluruh perintah-perintah syariat yaitu menguji keimanan seorang hamba
dengan taat mengerjakan perintah atau meninggalkannya adalah sebagai berikut:
Menjauhi dari sikap serakah atau tamak terhadap harta yang bukan haknya
Menimbulkan permusuhan antar pribadi dan mengikis semangat kerja sama
atau saling tolong menolong antara sesama manusia. Padahal, semua
agama, terutama Islam menyeru kepada manusia untuk saling tolong
menolong, menghindari sikap egois dan mengeksploitasi orang lain
Menumbuhkan mental pemboros, tidak mau bekerja keras dan menimbun
harta di tangan satu pihak. Islam menghargai kerja keras dan menghormati
orang yang suka bekerja keras sebagai jalan mencari nafkah.
6
BAB III
PENUTUP
3,1 Kesimpulan
3,2 Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Press, 2011) hlm. 13
Moh Rifai, Mutiara Fiqih,( Semarang : CV. Wicaksana, 1998) hlm. 772-773