Anda di halaman 1dari 11

RIBA DAN RUANG LINGKUPNYA SERTA HIKMAH DALAM

PELARANGANNYA

Dosen Pengampu : Aldin Ahyana, S sos, M. Pd

Disusun oleh :

Mirniati

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZAN WADI
PANCOR KAMPUS LOMBOK UTARA
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-NYA kepada kita semua, berupa ilmu dan amal. Berkat rahmat dan
karunia-NYA pula kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Riba da Ruang
Lingkupnya Serta Hikmah Dalam Pelarangannya.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petumjuk Allah SWT untuk
kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariah
agama islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar
bagi seluruh alam semesta.

Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Dosen Aldin Ahyana, S.sos,


M. Pd. Yang telah memberikan arahan terkait dengantugas makalah ini. Tanpa
bimbingan dari beliau kami tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini. Kami
menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran pembaca dan teman-teman demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua aamiin.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1

1.1 Latar belakang ...............................................................................1


1.2 Rumusan masalah..........................................................................1
1.3 Tujuan penelitian ..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Apa pengertian riba........................................................................3
2.2 Dasar hukum riba...........................................................................4
2.3 Macam-macam riba.......................................................................4
2.4 Bagaimana cara menghindari riba.................................................5
2.5 Hikmah diharamkannya riba..........................................................6

BAB III PENUTUP.........................................................................................7

3.1 Kesimpulan....................................................................................7
3.2 Saran .............................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1,1 Latar Belakang

Riba merupakan perbuatan yang haram. Bagi orang islam, al-


Qur’an adalah petunjuk bagi umat islam. Sunnah Rasulullah saw berfungsi
menjelaskan kandungan al-qur’an.1 Terdapat banyak ayat al-qur’an dan hadis
Nabi yang merangsang manusia untuk rajin bekerja dan mencela orang
menjadi pemalas. Tetapi tidak setiap kegiatan ekonomi dibenarkan oleh al-
qur’an. Apabila kegiatan itu memiliki watak yang merugikan banyak orang
dan menguntungkan sebagian kecil orang, seperti monopili, pejudian dan
riba, pasti ditolak.

Riba sebagai persoalan pokok dalam makalah ini, disebutkan dalam


al-qur’andibeberapa tempat secara berkelompok. Dari ayat-ayat tersebut para
ulama membuat rumusan riba, dan dari rumusan itu kegiatan ekonomi
didefinisikan dapat dimasukan kedalam kategori riba atau tidak. Dalam
menetapkan hukum, para ulama biasanya mengambil langkah yang dalam
Ushul Fiqih dikenal dengan ta’lil (mencari illat).2

Kendati riba dalam Al-Qur’an dan hadis secara tegas dihukumi


haram, tatapi karena tidak diberi batasanyang jelas, sementara masalah ini
sangat dekat dengan aktivitas ekonomi masyarakat sejak dulu hingga kini, hal
ini menimbulkan beragan interpretasi terhadapnya.

1,2 Rumusan masalah

Pokok permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah


sebagai berikut :
1. Apa pengertian riba?
2. Bagaimana dasar hukum riba?

1
Muhammad ‘ Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadis wa Mustalahuh ( Bairut : Dar al-Fikr. 1989). hlm.
46-50
2
Fathi al-Daraini, al-Fiqh al-Islam al-Muqarin ma’a al-Mazahib (Dimasyqa : Jami’ah Dimasyqa,
1979). Hlm. 49-54

1
3. Apa saja macam-macam riba?
4. Bagaimana cara menghindari riba?
5. Hikmah diharamkanya riba?
1,3 Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui apa
pengertian riba, bagaimana dasar hukum riba, apa saja macam-macam riba,
dan apa hikmah diharamkannya riba.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2,1 Pengertian Riba

Kata riba berasal dari bahasa Arab, secara etimologis berarti


bertambah(al-ziyadah), tumbuh(an-numuw), meningkat/menjadi tinggi
(al-‘uluw), menjulang (al-rif’ah ). Sehubungan dengan arti riba dari segi
Bahasa tersebut, ada ungkapan orang Arab kuno menyatakan sebagai berikut:
“arba fulan 'ala fulan idza azada 'alaihi” (seorang melakukan riba terhadap
orang lain jika di dalamnya terdapat unsur tambahan atau disebut liyarbu ma
a’thaythum min syaiin lita’khuzu aktsara minhu (mengambil dari sesuatu yang
kamu berikan dengan cara berlebih dari apa yang diberikan).

Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan riba menurut


Al-Mail yang artinya adalah “ akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu
yang tidak diketahui perimbagannya menurut ukuran syara’, ketika berakad
atau dengan mengakhirkan tukaran kedua belah pihak atau salah satunya.

Syaik Muhammad Abduh berpendapat bahwa yang dimaksud dengan riba


ialah penambahan-penambahan yan diisyaratkan oleh orang yang memiliki
harta kepada orang yang meminjam hartanya(uangnya), karena pengunduran
janji pembayaran oleh peminjam dari watu yang telah ditentukan3.

Riba dapat timbul dalam pinjaman (riba dayn) dan dapat pula
timbul dalam perdagangan (riba bai’). Riba bai’ terdiri dari dua jenis, yaitu riba
karena pertukaran barang sejenis, tetapi jumlahnya tidak seimbang (riba fadhl),
dan riba karena penukaran barang sejenis dan jumlahnya dilebihkan karena
melibatkan jangka waktu (riba nasi’ah)4

2,2 Dasar Hukum Riba


3
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA,2002) hlm.57
4
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Press, 2011) hlm. 13

3
Riba itu haram. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan riba,
demikian pula hadis-hadis yang menerangkan larangan riba dan yang
menerangkan siksa bagi pelau riba.

Hukum riba haram sebagimana firman Allah SWT yang artinya :


“bahwasanya jual beli itu seperti riba, tetapi Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba”. (Q.S Al Baqarah, ayat 275).

Dalam hadis, tentang larangan riba dinyatakan : Nabi Muhammad SAW


bersabda yang artinya :

Dari jabir R.A ia berkata : Rasulullah SAW telah melaknati orang-orang


yang suka makan riba, orang yang jadi wakilnya, juru tulisnya, orang yang
menyaksikannya riba. Rasulullah selanjut bersabda : “mereka semuanya
sama”. (dalam berlaku maksiat dan dosa).5

2,3 Macam-macam Riba


 Riba Qardh
Riba qardi yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada
keuntungan atau tambahan dari orang yang dihutangi. Misalnya Umar
berhutang kepada Budi sebesar Rp. 50.000,00 dan Budi mengharuskan
Umar untuk membayar sebesar Rp. 55.000,00. Larangan riba qardhi
berdasarkan Sabda Rasulullah Saw.: Artinya: “Semua piutang yang
menarik keuntungan termasuk riba”. (HR. Al- Baihaqi).
 Riba Yad/Nasa’
Riba yad yaitu riba yang terjadi pada jual beli atau pertukaran yang disertai
penundaan serah terima kedua barang yang ditukarkan atau penundaan terhadap
penerimaan salah satu barang. Riba Yad muncul akibat adanya jual beli atau
pertukaran barang ribawi (emas. perak, dan bahan pangan) maupun yang bukan
ribawi, di mana terdapat perbedaan nilai transaksi bila penyerahan salah satu atau
kedua-duanya diserahkan di

5
Moh Rifai, Mutiara Fiqih,( Semarang : CV. Wicaksana, 1998) hlm. 772-773

4
kemudian hari. Dengan kata lain, pada riba yad terdapat dua
persyaratan dalam transaksi tersebut yaitu satu jenis barang dapat
diperdagangkan dengan dua skema yaitu kontan atau kredit.
 Riba Nasi’ah

Riba nasi’ah, yakni jual beli yang pembayaranya diakhir,


tetapi ditambahkan harganya.

Menurut ulama Syafi’iyah, riba yad dan riba nasi’ah sama-sama terjadi
pada pertukaran barang yang tidak sejenis. Perbedaannya, riba yad
mengakhirkan pemegangan barang , sedangkan riba nasi’ah mengakhirkan
hakdan ketika akad dinyatakan bahwa waktu pembayaran diakhirkan
meskipun sebentar. (Al-Mutawalli menambahkan, jenis riba dengan riba
qurdi mensyaratkan adanya manfaat). Akan tetapi, Zarkasyi menempatkannya
pada riba fadhl.6

2,4 Cara menghindari riba


Dalam jual beli
Berikut ini beberapa syarat jual beli agar tidak menjadi riba:
● Menjual sesuatu yang sejenis ada dua syarat, yaitu:
1. Serupa timbangan dan jenis barangnya
2. Terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan majelis akad.
● Men jual sesuatu yang berlainan jenis, yaitu:
1. Serah terima dalam akad sebelum meninggalkan majelis dalam
kehidupan sosial
Beberapa cara untuk menghindari riba dalam kehidupan bermasyarakat,
yakni:
● Membiasakan hidup hemat.
● Menghindari kebiasaan berhutang, jika terpaksa berhutang maka
berhutanglah tetapi jangan berhutang pada rentenir.

6
Muhammad Asy-Syarbini sebagaimana dikutip oleh Rachmat Syafei, FIQIH Muamalah,
( Bandung : CV Pustaka Setia, 2001) hlm. 264

5
Berkerjalah dengan sungguh-sungguh untuk mencukupi kebutuhan hidup
walaupun dengan bersusah.
● Bila ingin berbisnis dan membutuhkan modal, maka bisa bekerja sama
dengan bank yang dikelola berdasarkan syariat islam yakni bank yang
menentukan keuntungan dengan cara bagi hasil.
2,5 Hikmah diharamkanya riba
Setiap muslim wajib menyakini bahwa semua perintah dan larangan
Allah Swt. pasti mengandung kemaslahatan untuk manusia, termasuk
diharamkannya riba. Diantara hikmah diharamkannya riba selain hikmah-hikmah
umum di seluruh perintah-perintah syariat yaitu menguji keimanan seorang hamba
dengan taat mengerjakan perintah atau meninggalkannya adalah sebagai berikut:
 Menjauhi dari sikap serakah atau tamak terhadap harta yang bukan haknya
 Menimbulkan permusuhan antar pribadi dan mengikis semangat kerja sama
atau saling tolong menolong antara sesama manusia. Padahal, semua
agama, terutama Islam menyeru kepada manusia untuk saling tolong
menolong, menghindari sikap egois dan mengeksploitasi orang lain
 Menumbuhkan mental pemboros, tidak mau bekerja keras dan menimbun
harta di tangan satu pihak. Islam menghargai kerja keras dan menghormati
orang yang suka bekerja keras sebagai jalan mencari nafkah.

 Menghindari dari perbuatan aniaya dengan memeras kaum yang lemah,


karena riba merupakan salah satu bentuk penjajahan atau perbudakan
dimana satu pihak mengeksploitasi pihak yang lemah

 Mengarahkan kaum muslimin mengembangkan hartanya dalam mata


pencarian yang bebas dari unsur haram

 Menjauhkan orang muslim dari sesuatu yang menyebabkan kebinasaannya,


karena orang yang memakan riba adalah zalim, dan kelak akan binasa.

6
BAB III
PENUTUP
3,1 Kesimpulan

Secara etimologi (bahasa), riba berarti tambahan (ziyadah) atau


berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah syara’ adalah akad
yang terjadi dengan penukaran yang tertentu, tidak diketahui sama atau
tidaknya menurut aturan syara’, atau terlambat menerimanya. Riba secara
mutlak, jelas dan tegas hukumnya haram, baik sedikit maupun banyak.

Riba memiliki berbagai macam, diantaranya adalah riba qardi, riba


yad/nasa, dan riba nasi’ah masing-masig dari semuanya memiliki perbedaan
tersendiri. Riba merupakan sebuah peraktek yang diharamkan sejak zaman
Rasulullah SAW, baik larangan itu secara tegas dalam Al-Qur’an maupun
hadis. Riba merupakan dosa besar yang harus dihindari karena dapat
berpengarus pada kehidupan manusia terlebih lagi dalam masalah ekonomi.

Ada beberapa macam cara untuk menghindari riba , yaitu


Menghindari kebiasaan berhutang, jika terpaksa berhutang maka
berhutanglah tetapi jangan berhutang pada rentenir, membiasakan hidup
hemat. Setiap muslim wajib menyakini bahwa semua perintah dan larangan
Allah Swt. pasti mengandung kemaslahatan untuk manusia, termasuk
diharamkannya riba.

3,2 Saran

Makalah ini kami susun dengan tujuan semoga dapat memberikan


tambahan pengetahuan bagi siapapun yang membaca, khusus pada
pembahasaan tentang pengertian riba, hukum riba, macam-macam riba, dan
hikmah dalampelaragannya. Untuk itu, kami sangat membutuhkan saran demi
perbaikan makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad ‘ Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadis wa Mustalahuh ( Bairut : Dar al-


Fikr. 1989). hlm. 46-50

Fathi al-Daraini, al-Fiqh al-Islam al-Muqarin ma’a al-Mazahib (Dimasyqa :


Jami’ah Dimasyqa, 1979). Hlm. 49-54

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (jakarta : PT RAJAGRAFINDO


PERSADA,2002) hlm.57

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Press, 2011) hlm. 13

Moh Rifai, Mutiara Fiqih,( Semarang : CV. Wicaksana, 1998) hlm. 772-773

Muhammad Asy-Syarbini sebagaimana dikutip oleh Rachmat Syafei, FIQIH

Muamalah, ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2001) hlm. 264

Anda mungkin juga menyukai