BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kita semua tahu bahwa riba ialah transaksi yang diharamkan oleh Islam dalam
muamalah. Al-Quran mengisyaratkan bahwa Allah dan Rasul-Nya memerangi
pelaku-pelakunya. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jiika kamu orang-orang yang
beriman maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kamu.
Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu
kamutidak menganiaya dan tidak pula dianiaiya.” (QS. al-Baqarah: 279)
Pandangan serupa juga dianut para filsuf. Filsuf Yunani kuno yakni Solon
(peletak undang-undang Athena kuno) dan Plato menghahramkan riba. Sementara
itu, Aristoteles menganggap riba sebagai hasil yang tidak wajar karena diperoleh
dari jerih payah orang lain. Ia berpendapat uang tidak bisa melahirkan uang.
Orang yang paling berhak atas hasil pekerjaannya adalah orang yang
mengembankan uang lewat kerja dan usaha.
Kita sudah tahu dengan jelas seberapa haramnya riba. Dalam makalah ini
kami akan membahas tentang riba menurut hadis Nabi SAW atau dengan kata lain
menurut Rasul kita sendiri. Dalam al-Quran kita menemui banyak sekali ayat
yang menjelaskan tentang penghahraman riba dan tentang riba itu sendiri. Namun,
bagaimana dengan hadis Nabi SAW yang fungsinya ialah sebagai penjelas atau
pentafsir al-Quran? Tentu akan ada banyak sekali hadis yang memperluas
1
Orang Ummi adalah orang Arab, atau orang selain Yahudi. Lihat QS. Ali Imran: 75
1
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
pandangan kita mengenai riba ini. Dalam makalah ini pula, kami sisipkan
pendapat para ilmuwan Islam mengenai sebab-sebab dilarangnya riba.
2. Rumusan Malasah
3. Tujuan Penulisan
Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk melaksanakan tugas yang di berikan
oleh dosen mata kuliah Syarah Hadis Ekonomi serta untuk mengetahui lebih jauh
lagi tentang riba dalam perspektif hadis Nabi SAW. Kami berharap semoga
makalah yang kami tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi kami.
2
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Riba
الَّذ َهُب ِبالَّذ َهِب َو الِفَّض ُة ِبالِفَّض ِة َو الَبُّر ِبالَبِّر َو الَّش ِع يُر ِبالّش ِع يِرَو الَتْم ُر ِبالَتْم ِر َو الِم ْلُح ِبالِم ْلِح ِم ْثًال
ِبِم ْثٍل َفَم ْن َز اَد َأواْسَتَز اَد َفُهَو الِّر َبا
Artinya: “Emas hendaklah dibayar dengan emas perak dengan perak, gandum
dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam dengan
garam, bayaran harus dari tangan ke tangan (cash), barangsiapa pemberi
tambahan atau memiliki (penerima) tambahan maka termasuk riba.”
Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa apabila tukar menukar emas atau
perak maka harus sama ukuran dan timbangannya, jika tidak sama maka termasuk
riba. Dari situ dapat dipahami bahwa riba adalah ziyadah atau tambahan atau al-
nama (tumbuh). Dalam istilah linguistik riba berarti tumbuh dan membesar2. Akan
tetapi tidak semua tambahan adalah riba. Dalam istilah fiqih riba adalah
pengambilan tambahan dari harta pokok secara bathil 3 baik dalam transaksi jual
beli maupun pinjam meminjam.4 Pertambahan di sini bisa disebabkan oleh faktor
intern atau ekstern.5 Syabirin Harahap menyatakan bahwa riba adalah kelebihan
dari jumlah uang yang dipinjamkan.6 Shaleh Ibnu Fauzan berpendapat bahwa riba
2
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001 M.), hlm. 37.
3
QS. Al-Rum, 30-39 (dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka
orang-orang yang berbuat demikian itulah orang-orang yang melipatgandakan
pahalanya.)
4
Antonio, Bank Syariah, (Jakarta: Gema Insani Pers, 2001). Hlm 37
5
Abu al-Fadhl al-Misri, Lisan al-Arab, Juz XIV, (Beirut: Daar al-Shadr, t.th.), hlm. 304
6
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001 M.), hlm. 37
3
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam
meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam
Islam.7 Ibnu Arabi al-Maliki dalam kitabnya Ahkam al-Quran menyebutkan
bahwa yang dimaksud riba yaitu setiap tambahan yang diambil tanpa adanya
transakasi atau penyeimbang yang dibenarkan syariat. Sementara Badr ad-Din al-
Ayni, pengarang Umdatul Qari Syarah Shahih al-Bukhari menyatakan bahwa riba
berarti penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil.8
Berikut ialah hadis yang menerangkan tentang barang-barang yang apabila
ketika ditransaksikan tidak memenuhi kriteria secara kualitas dan kuantitas maka
termasuk riba.
الَّذ َهُب ِبالَّذ َهِب ِر ًبا ِااَّل َهاَء َو َهاَء َو الِبُّر ِبالِبِّر ِر ًبا ِاَّال َهاَء َو َهاَء َو الَتْم ُر ِبالَتْم ِر ِر ًبا ِاَّال َهاَء َو
َهاَء َو الَّش ِع ْيُر ِبالَّش ِع ْيِر ِر ًبا ِااَّل َهاَء َو َهاَء
Artinya: Rasulullah bersabda: “Emas dengan emas adalah riba kecuali sama,
gandum putih dengan gandum putih adalah riba kecuali sama, kurma dengan
kurma riba kecuali sama, gandum merah dengan gandum merah riba kecuali
sama.”
(Matan lain: Muslim 2968, Turmudzi 1164, Nasa’i 4482, Abu Daud 2906, Ibnu
Majah 2244 dan 2250, Ahmad 157, 231, 297, Malik 1152, Darimi 2465.)
Dari jenis yang disebutkan oleh hadis muncul pertanyaan, apakah hanya
komoditas itu yang diharamkan? Dua di antaranya yaitu emas dan perak mewakili
komoditas uang, sedangkan yang lainnya mewakili kelompok bahan
makanan.menurut Hanafi dan Hanbali, barang yang berpotensi terkena riba adalah
semua barang yang dapat dijual, sedangkan menurut Imam Syafi’i adalah barang
yang dapat dimakan. Adapun Imam Malik berpendapat bahwa barang yang rentan
atau berpotensi terkena riba adalah barang yang dapat dimakan dan tahan lama,
sedangkan adz-Dzahiri membatasi hanya pada barang yang disebut dalam hadis.9
7
Syekh Shalih Ibnu Fauzan al-Fauzan, Perbedaan Jual Beli dan Riba, hlm. 30.
8
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, hlm. 38
9
Umar Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, alih bahasa Ikhwan Abidin Basri
(Jakarta: Gema Insani Pers, Tazkia Institute, 2000). Hlm. 24
4
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
َلَع َن َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َليِه ِو ِس َّلَم َأَك َل الِّر َبا َو ُم ؤ ِكَلُه َو َك ا ِتَبُه ِو َش اِهَد ْيِه َو َقاَل ُهم
)َس َو اٌء (رواه مسلم
Artinya: “Rasulullah melaknat pemakan riba, pemberinya, penulisnya, kedua
saksinya, mereka semua sama.”10
Riba merupakan perbuatan yang amat dikecam dalam al-Quran maupun hadis.
Larangan terhadap riba sangatlah jelas, tegas, dan keras laknatnya terhadap para
pelaku riba. Bahkan bukan hanya pelakunya saja yang mendapatkan laknat namun
juga mereka yang membantu terwujudnya riba dan mereka yang menjadi saksi
perbuatan riba. Di antaranya ada yang menyebutkan bahwa perbuatan riba
termasuk ke dalam tujuh dosa besar, sebanding dengan dosa seseorang yang
berzina sebanyak tiga puluh enam kali, dianggap tidak waras layaknya seorang
anak yang menikahi ibunya sendiri, dll. Berikut hadis yang menyatakan demikian.
HR. Ahmad dan Muslim dari Jabir. Lihat Shahih Jami’ Shaghir no. 5090 dan Muslim,
10
Sahih Muslim, Bab la’ana akila riba wa mu’kilahu, (1597), hlm 1218
5
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
)َم ا َاَح َد َاْكَثُر ِم َن الِر َبا ِااَّل َك اَن َعاِقَبُة َاْم ِر ِه ِاَلى ِقَّلِة (رواه ابن مجه
“Dari Ibnu Mas’ud bahwasannya Nabi SAW bersabda “Tidaklah seseorang lebih
banyak memakan riba kecuali akan berakibat pada sedikit (berkah hartanya)”.
(H.R Ibnu Majah)
Hadis ini merupakan ancaman bagi orang yang melakukan praktik riba bahwa
sekalipun hartanya bertambah namun pada akhirnya ia akan menghilangkan
keberkahan dari Allah SWT. Karena ini, harta orang yang melakukan praktik riba
akan berkurang juga. Dalam al-Quran 11 pula ditegaskan bahwa Allah SWT akan
memusnahkan harta orang yang melakukan riba dan menghilangkan
keberkahannya.
َقاَل ِاْج َتِنُبوا الَس ْبَع الُم ْو ِبْيَقاْت َقاُلْو َيا َر ُسْو ُل ِهللا َو َم ا ُهَّن ؟ الِش ْر ُك ِباِهلل َو الِس ْح ُر َو َقْتُل الَنْفِس اَّلِتي
َح َّر َم ُهللا ِااَّل ِبالَح ِّق َو َاْك ُل الِّر َبا َو َاْك ُل َم اِل الَيِتْيِم َو الَتَو ِّلي َيْو َم الَّز ْح ِف َو َقْذ ُف الُم ْح َص َناِت
)الَغاِفاَل ِت الُم ْؤ ِم َناِت (رواه بخاري
“Dari Abi Hurairah dari Nabi SAW ia bersabda: “jauhilah tujuh dosa besar!”.
Para sahabat bertanya, ”Apakah hal itu wahai Rasulullah?” Nabi menjawab,
“menyukutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali
dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari peperangan,
dan menuduh wanita baik-baik melakukan zina.”(H.R Bukhari)
11
QS. Al-Baqarah 2:275 (orang-orang yang makan atau mengambil riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran tekanan
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata atau
berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan tuhannya, lalu terus berhenti dan mengambil riba, maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya [terserah] kepada
Allah. Orang yang kembali mengambil riba, maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka mereka kekal di dalamnya). Ayat 276 (Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu
berbuat dosa). Ayat 279 (Maka jika kamu tidak mengerjakan [meninggalkan sisa riba],
maka ketahuilah bahwa Allah dan rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat
[dari pengambilan riba, maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
pula dianiaya).
6
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
Rasulullah mengategorikan riba ke dalam salah satu dari tujuh dosa besar yang
harus dijauhi. Dapat dipahami bahwa riba adalah perbuatan yang sangat keji
bahkan lebih besar dosanya dibanding dosa orang yang berzina berkali-kali.
Rasulullah bersabda:
قال رسول هللا صل هللا عليه وسلم ِد ْر َهٌم ِر ًبا َيْاُك ُلُه الَّرُجُل َو ُهَو َيْع َلُم َاَّش ُد ِم َن ِس ِّت َو َثاَل ِثْيَن
)ِز ْيَنُه (رواه احمد
“Diriwayatkan dari Abd Allah ibnu Handzalah, ia berkata Rasulullah SAW
bersabda: “Satu dirham riba yang dimakan oleh seseorang sedangkan ia
mengetahuinya, lebih berat dosanya dari pada orang yang tiga puluh enam kali
zina.” (H.R Ahmad)
Dalam al-Quran disebutkan bahwa pelaku riba seperti orang yang kerasukan
setan lantaran penyakit jiwa, begitupun dalam hadis. Hadis Nabi SAW
menyebutkan bahwa orang yang melakukan riba dianggap tidak waras dan seperti
orang yang menikahi ibunya sendiri.
الِّر بَا َثاَل َثٌة َو َس ْبُعْو َن: وعن عبد هللا بن مسعود رضي هللا عن نبي صلي هللا عليه وسلم قال
)َباًبا َأْيَس ُرَها ِم ْثُل َأْن َيْنِكَح الَّر ُجُل ُأَّم ُه َو ِإْن َأْر َبى الِّر َباِع ْر ُض الَّرُج ِل الُم ْس ِلِم (رواه الحكم
“Dari ‘Abd Allah Ibnu Mas’ud dari Nabi SAW, ia bersabda “riba mempunyai
tiga puluh tujuh pintu yang paling ringan seperti seseorang yang menikahi
ibunya.”(H.R Hakim al-Nasyaburi)
Riba dan prostitusi adalah dua penyakit masyarakat yang akan menimbulkan
kemurkaan Allah:
ِأَذ ا َظَهَر الِزَني َو الِرَبا ِفي َقْر َيٍة َفَقْد َاَح َّلوا ِبَاْنُفِس ِهْم َع َذ اَب ِهللا َع َّز َو َج َّل
“Jika prostitusi dan riba telah merajalela di masyarakat maka mereka telah
menghalalkan bagi diri mereka azab Allah azza wajalla.”12
12
HR. Thabrani dan Hakim dari Ibnu Abbas. Shahih Jami’ Shaghir no. 679.
7
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
3. Macam-macam Riba
Selama masa hidup Nabi SAW, riba tidak hanya dipungut dari pinjaman uang
melainkan juga barter. Dengan demikian Nabi SAW melarang kedua bentuk riba
itu.
Riba dibagi menjadi dua bagian, riba yang terjadi dalam utang piutang dan
riba yang terjadi dalam transaksi jual beli. Ada dua jenis riba utang piutang
begitupun dengan riba jual beli. Riba qardh dan riba jahiliah masuk ke dalam dua
macam riba utang piutang dan riba nasi’ah serta riba fadhl ialah dua macam dari
riba jual beli.13
Riba
Utang
Piutang Jual Beli
Qardh Jahiliah/Yad
Fadhl
Nasi’ah
(kelebihan)
dikerjakan oleh orang Arab dulu (masa Jahiliah) adalah utang beberapa dinar atau
dirham, ketika pengembalian diberi tambahan sesuai perjanjian ketika utang
dimulai.15
Rasulullah bersabda:
َال ِر َبا ِفيَم ا َك اَن َيًدا ِبَياٍد
Artinya: “Tidak ada riba dalam hal tunai atau serah terima”
(Matan lain: Bukhari 2030, 2032, Nasa’i 4504-4505, Ibnu Majah 2248, Ahmad
20749, 20767, 20779, 20796, 20814, 20816, Darimi 2467).
c. Riba Fadhl: pertukaran (jual beli) antara barang sejenis namun tidak
memenuhi kriteria, yakni kriteria secara kuantitasnya (sawaan bi sawiin),
kualitasnya (mitslan bi mitslin), dan penyerahannya yang tidak tunai atau spot
(yadaan bi yadiin). Perkataan fadhl berarti kelebihan yang dikenakan dalam
pertukaran atau penjualan barang yang sama jenisnya atau bentuknya.16
ابا سعيد الخدري رضي هللا عنه قال َج اَء ِباَل ٌل ِاَلى الَنِبي صلى هللا عليه وسلم ِبَتْم ِر َبْر ِني َفَقاَل
َلُه النبي صلى هللا عليه و سلم ِم ْن َاْيَن َهَذ ا َقاَل ِباَل ٌل َك اَن ِع ْنَدَنا َتْمَر َر ِد ٍّي َفِبْع ُت ِم ْنَه َص اَع ْيِن
ِبَص اٍع ِلُنْط ِع َم النبي صل هللا عليه وسلم َفَقاَل النبي صلى هللا عليه وسلم ِع ْنَد َذ اَلَك َاَو ُه َاَو ُه َع ْيُن
الِر َبا َع ْيُن الِر بَا اَل َتْفَع ْل َو َلِكْن ِاْذ ا َاَر ْدَت َاْن َتْش َتِرَي َفِبْع الَتْمَر ِبَبْيٍع َاَخ َر ُثَّم ِاْش َتِر ُه
Artinya: “Abi Sa’id al-Khudry berkata Bilal datang pada Nabi SAW dengan
membawa kurma barni Nabbi SAW bertanya darimana ini? Bilal menjawab hasil
tukar kurma yang rendah mutunya dengan kurma barni, saya menukar dua sha’
kurma rendah dengan satu sha’ kurma barni untuk memberi nabi untuk dimakan,
beliau bersabda; jangan, inilah hakikat riba, jangan lakukan. Kalau kamu ingin
maka jualah lebih dulu kurmamu kemudian beli jenis kurma lain.”
14
Justice Muhammad Taqi Utsmani, The Text of The Historic Judgement of Riba, (Kuala
Lumpur: The Other Press, 2001).
15
Al-Jashash, Ahkam al-Quran, juz I, (Mesir al-Mathhabah al-Bahiyyah al-Mishriyah,
tth.), hlm. 465
16
Muhammad Mashlehuddin, Sistem Perbankan dalam Islam, hlm. 77.
9
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
(Matan lain: Muslim 2945, 2986, 2988, 2989, Nasa’i 4477, 4478, 2981, Ahmad
10986, 11031, 11102, 11129, 11167, 11213).
Ketika kaum Yahudi kalah dalam perang khaibar, harta mereka diambil
sebagai rampasan perang atau ghanimah, termasuk di antaranya ialah perhiasan
yang terbuat dari emas dan perak. Tentu saja perhiasan tersebut bukan gaya kaum
Muslimin yang sederhana. Oleh karenanya, orang Yahudi berusaha membeli
perhiasan itu yang akan dibayar dengan uang yang terbuat dari emas (dinar) dan
uang yang terbuat dari perak (dirham). Jadi sebenarnya yang akan terjadi
bukanlah jual beli tapi peretukaran barang yang sejenis. Emas ditukar dengan
emas, perak ditukar dengan perak.
Perhiasan perak dengan berat yang setara dengan 40 dirham (satu uqiyah) dijual
oleh kaum Muslimin seharga dua atau tiga dirham. Padahal perhiasan perak
dengan berat satu uqiyah jaul lebih tinggi dengan hanya dua sampai tiga dirham. 18
Mendengar hal ini Rasulullah kemudian bersabda:
QS. Al-Araf/7:32
17
Iqbal Ahmad Khan Suhail, What Is Riba?, terjemahan Haqiqatun Riba, (New Delhi:
18
قال ابو بكرة رضي هللا عنه قال رسول هللا صل هللا:عن ابد الرحمن بن ابى بكرة قال
اَل َتِبْيُعوا الَّذ َهُب ِااَّل َس َو اٌء ِبَس َو اٍء َو الِفَّض ُة ِبالِفَّض ِة ِااَّل َس َو اٌء ِبَس َو اٍء َو الِفَّض ُة:عليه وسلم
)ِبالَّذ َهِب َكْيَف ِش ْئُتْم (رواه البخري
Artinya: “Dari Abd Rahman ibnu Abi Bakrah, katanya: Abu Bakrah r.a berkata:
Rasulullah SAW bersabda, “Jangan kalian jual beli emas dengan emas kecuali
yang sama-sama, perak dengan perak kecuali yang sama-sama. Dan jual belilah
emas dan perak atau perak dengan emas sesuai dengan keinginan kalian.” (H.R
Bukhari)
الِبُّر ِبالِبِّر:عن مالك بن اوس سمع عمر رضي هللا عنهما عن النبي صل هللا عليه وسلم قال
ِر ًبا ِااَّل َهاَء َو َهاَء َو الَّش ِع يُر ِبالَّش ِع يِر ِر ًبا ِااَل َهاَء َو َهاَء َو الَتْم ُر ِبالَتْم ِر ِر ًبا ِااَل َهاَء َو َهاَء (رواه
)البخاري
Artinya: “Dari Malik ibnu Aus, ia mendengar ‘Umar r.a dari Nabi SAW ia
bersabda: “Jual beli gandum dengan gandum adalah riba kecuali sama-sama
tepung dengan tepung adalah riba kecuali yang sama sama, dan kurma dengan
kurma adalah riba kecuali sama-sama”.(H.R Bukhakri)
اَل َتِبيُعوا الَّذ َهَب ِبالَّذ َهِب َو َال الَو َر َق ِبالَو اِرَق ِااَل َو ْز ًنا ِبَو ْز ٍن ِم ْثاًل ِبِم ْثٍل َس َو اٌء ِبَس َو اٍء
)(رواه المسلم
“Janganlahkalian jual beli emas dengan emas dan uang dengan uang kecuali
dengan timbangan dan jenis yang sama”. (HR. Muslim)
Apapun jenis barangnya, Islam menghendaki semua barang yang dapat dijual
itu mesti terhindar dari riba. Semua bentuk transaksi harus bersifat jujur dan adil.
Sehingga tidak ada pihak yang terdzalimi dan merasa tertekan dan memberatkan.
Jadi, riba fadhl (khususnya) tidak hanya berlaku bagi barang-barang yang
disebutkan dalam hadis-hadis di atas namun untuk semua barang yang memiliki
kriteria yang sama dengan barang yang dicontohkan dalam hadis.
11
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم الَتْم ُر ِبالَتْم ِر َو الحنطة بالحنطة َو الَّش ِع ْيُر ِبالَّش ِع ْيِر
َو الِم ْلُح ِبالِم اْلِح ِم ْثاًل ِبِم ْثٍل َيًدا ِبَيٍد َفَم ْن َز اَد َاْو ِاْسَتَز اَد َفَقْد ِاْر َبى ِااَّل َم ا ِاْخ َتَلَفْت الَو ْاَنُه
“Diriwayatkan oleh bu Sa’id al-Khudry bahwa Rasulullah bersabda: “emas
hendaklah dibayar dengan emas perak dengan perak, gandum dengan gandum,
tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam dengan garam, bayaran
harus dari tangan ke tangan (cash), barangsiapa pemberi tambahan atau
memiliki (penerima) tambahan, sesunggguhnya ia telah berurusan dengan riba
kecuali warnanya berbeda.
َّذ َهِبµµµَّذ َهُب ِب ا الµµµال: ه وسلمµµµعن عبادتة بن الصامت قال رسول هللا صلال هللا علي
َو الِفَّض ُة ِبا الِفَّض ِة َو الُبُّر ِبالُبِّر َو الَّش ِع يُر ِبالَّش ِع يِر َو الَتْم ُر ِبالَتْم ِر ِو الِم ْلُح ِب الِم ْلُح ِم ْثاًل ِبِم ْث ٍل َس َو اٌء
) لمµµِبَس َو اٍء َي ًدا ِبَي ٍد َف ِإَذ ِاْخ َتَلَفْت َه ِذِه اَألْص َنُف َفِبْيُع وا َكْي َف ِش ْئُتْم ِإَذ ا َك اَن َي ًدا ِبَي اٍد (رواه مس
“Dari Ubadah ibn Shamit, katanya: Rasulullah SAW bersabda: “Jual beli emas
dengan emas, tepung dengan tepung, gandum dengan gandum, dan kurma dengan
kurma, serta garam dengan garam harus sama dan langsung serah terima.
Apabila barang-barang ini berbeda-beda, maka jual belilah kalian sesuai yang
kalian inginkan apabila dilakukan dengan serah terima langsung.” (H.R Muslim)
Barang yang diperjual belikan dengan takaran yang berbeda namun jenis nya
berbeda harus secara cash (yadaan bi yadiin). Dalam perbankan, riba fadhl dapat
ditemui dalam transaksi jual beli valuta asing yang tidak dilakukan dengan cara
yang tunai (spot).
Abdullah Saeed, Islamic Banking and Interest of the Prohibition of Riba and Its
19
d. Riba Nasi’ah: ialah kewajiban menanggung beban bagi salah seorang yang
melakukan pertukaran, hanya karena berjalannya waktu. Menurut Ibnu Qayyum
al-Jawziyya, riba nasi’ah adalah tambahan atas salah satu barang yang diutang,
seperti orang yang berutang sekati kurma di musim dingin, dibayar kembali
dengan satu setengah sekati kurma di musim panas.20
An-Nasa’i:
(Matan lain: Bukhari 2033, 2990-2993, Ibnu Majah 2248, Ahmad 20748, 20762,
20767, 20779, 20796, 20814, 20816)
Hadis tersebut bukan berarti hanya riba nasi’ah yang diharamkan, semua riba
haram. Asbabul wurudnya adalah nabi ditanya tentang pertukaran antara gandum
dan syair, emas dan perak dengan pembayaran diakhirkan. Hadis ini lebih tepat
jika dipahami bahwa riba nasi’ah adalah riba yang terberat dibandingkan riba
lainnya. Hal ini sama dengan pernyataan “Tidak ada ulama di daerah ini kecuali
Ahmad” padahal banyak ulama lain selain Ahmad, hanya saja Ahmad merupakan
ulama yang paling disegani.
4. Hukum Riba
Secara garis besar pandangan hukum riba ada dua kelompok:
a. Kelompok pertama: mengharamkan riba yang berlipat ganda/ad’afan
muda’fa, karena yang diharamkan al-Quran adalah riba yang berlipat
ganda saja,21 yakni riba nasi’ah, kemudian terbukti pula dengan hadis
bahwa tidak ada riba kecuali nasi’ah. Karenanya, selain dari riba nasi’ah
20
Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah, I’llam al-Muwaqi’in, jus II, (Beirut: Daar al-Fikr, 1989
M.), hlm. 135
21
QS. Ali-Imran, 3:130 (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan). Yang dimaksud riba di sini ialah riba nasi’ah. Menurut sebagian bahwa
riba nasi’ah itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda).
13
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
Riba termasuk transaksi yang diharamkan sebab bukan karena dzatnya (haram
lighairihi). Haram selain zatnya ini menjadi haram karena melanggar prinsip “an
Taradin Minkum” yang berarti saling meridhai satu sama lain. Riba menjadi
haram karena perbuatan ketidak adilan (zalim) atau diam menerima ketidak
adilan, karena pengambilan harta secara bathil akan menimbulkan kezaliman antar
pelaku ekonomi.
15
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
kaya akanmenindas orang miskin dengan cara ini. Kelima, larangan riba sudah
ditetapkan oleh nash dimana tidak seluruh rahasia tuntutannya diketahui oleh
manusia. Keharamannya itu pasti, kendati orang tidak tahu persis segi dan sebab
pelarangannya.24
Menurut Shalih Ibnu Ghanim al-Sadlan, riba diharamkan karena beberapa
faktor berikut. Pertama, riba menyebabkan hancurnya ekonomi masyarakat karena
biasanya pemberi utang malas bekerja, tidak produktif, tinggal menunggu bunga
dari peminjam dan itu memberatkannya. Kedua, hancurnya solidaritas sosial
masyarakat karena tidak adanya sikap saling tolong menolong, bantu membantu,
dan rasa sayang di antara mereka. Ketiga, masyarakat akan terpecah menjadi dua:
orang-orang kaya yang hidup bergelimang dengan harta dan orang-orang miskin
serta lemah yang dieksploitasi tenaga dan jerih payahnya oleh orang kaya tidak
dengan cara yang benar.25
Bahkan, sebagian filsuf berkata,”Para pemakan riba bagaikan lebah jantan
yang hidup dari pekerjaan orang lain dan tidak mau bekerja sedikitpun.”26
Para pemikir Islam lain yang mengemukakan tentang seberapa buruknya riba
di antaranya ialah Abu A’la al-Maududi, Prof. Dr. Muhammad Darras, Isa Abduh,
al-Arabi Abu Suud, Syekh Abu Zahrah, ash-Shidiqi, dll.
Rasulullah SAW melalui hadisnya telah menegaskan dengan keras tentang
haramnya riba serta telah menjelaskan pula macamnya-macamnya secara
terperinci. Kemudian, Ulama yang hidup di masa Rasul SAW telah tiada, banyak
melakukan ijtihad agar maksud dari larangan Rasulullah SAW terhadap riba dan
macam-macam ribanya itu sendiri dapat dipahami oleh semua masyarakat.
24
Al-Fakhr al-Razi, al-Tafsir al-Kabir, (Teheran: Daar al-Kutub al-Ilmiyyah, tth.), hlm.
87-88.
25
Shalih Ibnu Ghanim al-Sadlan, Risalah fi al-Fiqh, hlm. 90.
26
Lihat riset tentang riba oleh Abu Zahrah.
16
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
BAB III
KESIMPULAN
Riba adalah pengambilan tambahan (ziyadah) dari harta pokok secara bathil
baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam. Riba merupakan
perbuatan yang amat dikecam dalam al-Quran maupun hadis. Larangan terhadap
riba sangatlah jelas, tegas, dan laknat terhadap para pelaku riba. Bahkan bukan
hanya pelakunya saja yang mendapatkan dosa laknat namun juga mereka yang
membantu terwujudnya riba dan mereka yang menjadi saksi perbuatan riba. Riba
juga dikategorikan sebagai salah satu dari tujuh dosa besar seperti syirik. Pelaku
17
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
riba pula disamakan dengan orang bodoh yang menikahi ibunya sendiri serta
disetarakan dengan orang yang telah berzina sebanyak tiga puluh enam kali.
Riba dibagi menjadi dua bagian, riba yang terjadi dalam utang piutang dan
riba yang terjadi dalam transaksi jual beli. Ada dua jenis riba utang piutang
begitupun dengan riba jual beli. Riba qardh dan riba jahiliah masuk ke dalam dua
macam riba utang piutang dan riba nasi’ah serta riba fadhl ialah dua macam dari
riba jual beli.
1. Riba Qardh: orang yang memberi hutang menuntut pengembalian atau
pembayaran utang tersebut dengan jumlah yang lebih dari pokok utangnya.
2. Riba Jahiliah: utang yang dibayar melebihi dari poko pinjaman, karena si
pemijam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah
ditetapkan.
3. Riba Fadhl: pertukaran (jual beli) antara barang sejenis namun tidak
memenuhi kriteria, yakni kriteria secara kuantitasnya (sawaan bi sawiin),
kualitasnya (mitslan bi mitslin), dan penyerahannya yang tidak tunai atau spot
(yadaan bi yadiin).
4. Riba Nasi’ah: ialah kewajiban menanggung beban bagi salah seorang yang
melakukan pertukaran, hanya karena berjalannya waktu.
Baik riba dalam jumlah kecil atau interest ataupun riba dalam jumlah yang
besar atau usury, keduanya termasuk ke dalam transaksi yang diharamkan sebab
bukan karena dzatnya (haram lighairihi). Haram selain zatnya ini menjadi haram
karena melanggar prinsip “an Taradin Minkum” yang berarti saling meridhai satu
sama lain.
Riba menjadi sangat dilarang sebab jika riba dibiarkan menjamur di
masyarakat, maka riba akan menyebabkan depresiasi ekonomi. Riba
menyebabkan insflasi yang tidak terkendali (inflatoar). Bukan hanya di bidang
ekonomi saja, namun riba juga berpengaruh pada tatanan sosial kemsyarakatan.
Masyarakat akan terpecah belah menjadi masyarakat kaya raya namun tidak
produktif dan masyarakat miskin yang tereksploitasi.
18
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Kariem
19
Hadis tentang Riba
Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, Badan Litbang dan Diklat, Departemen RI, Tafsir
al-Quran Tematik:Pembangunan Ekonomi Umat, (Jakarta: Lajnah Pentashishan Mushaf
al-Quran, 2009)
20
Hadis tentang Riba