Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH
“RIBA”

Disusun Oleh :
Aufa Isnanta Nurrafif Darwanto (22312189)

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang karena anugrah dari Nya saya dapat
menyelesaikan makalah mengenai “RIBA”. Sholawat dan salam semioga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar,kita, yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah
menunjukan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan
menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Akuntansi
Syariah dengan judul “RIBA”. Disamping itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu saya selama pembuatan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat. Jika ada kritik
dan saran terhadap makalah ini. Saya sangat menerima agar kedepannya makalah ini bisa
diperbaiki.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Riba merupakan praktek ekonomi yang sudah dijalankan sama tuanya dengan peradaban
umat manusia. Sejak manusia hidup di bumi praktek-praktek riba sudah ada sesuai dengan
perkembangan masyarakat dalam hal ekonomi pada masa tersebut.
Islam sebagai agama sempurna,dan agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam juga
memberikan rambu-rambu dan regulasi berkaitan dengan praktek riba tersebut. Dalam Al-
Qur’an dan Hadits disebutkan secara jelas mengenai pengharaman dan manfaat di
haramkannya riba.
Seiring dengan berkembangnya kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta
berkembangnya ekonomi secara nasional dan internasional, praktek riba juga mengikuti
perkembanganny. Saat ini banyak sekali praktek riba yang dilakukan oleh lembaga maupun
perorangan. Termasuk yang dilakukan oleh lembaga diantaranya perbankan asuransi,
perdagangan, pengadaian dan banyak lagi lainnya. Maka dengan dibuatnya makalah ini akan
mmebantu untuk menjawab tentang bagaimana hukum riba yang dimana masih dalam
ambang yang belum terang.

A. RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah
“Riba”.
Untuk memberikan kejelasan makna serta mneghindari meluasnya pembahasan, maka dalam
maklaah ini masalah dibatasi pada :
1. Pengertian Riba
2. Pengertian Riba Menurut Ulama
3. Jenis Riba
4. Hukum Riba dalam Al-Quran dan Hadits
5. Hikmah Diharamkan Riba
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RIBA
Riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian
berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada
pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan
kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain,
secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis,
riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ada beberapa
pendapat dalam menjelaskan riba, tetapi secara umum terdapat benang merah yang
menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan,baik dalam transaksi jual-beli maupun
pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam islam.

B. PENGERTIAN RIBA MENURUT ULAMA


1. Badr Ad-Din Al-Ayni pengarang Umadatul Qori’ sayrah Shahih Al-Bukhari. Prinsip
utama dalam riba adalah penambah.Menurut syari’ah riba berarti penambahan atas harta
pokok tanpa adanya transaksi biaya riil. (Zainuddin Ali,2008:89 )
2. Imam Zarkasi dari mazab Hanafi Riba adalah tambahan yang disaratkan dalam
transaksi bisnis tanpa adanya iwadh (atau padanan yang dibenarkan syariah atas penambahan
tersebut).
3. Raghib Al-Asfahani Riba adalah penambahan atas harta pokok
4. Imam AN-Nawawi dari Madzab Syafi’i(Zainuddin Ali, 2008: 90). Berdasarkan
penjelasan Imam Nawawi diatas,dapat dipahami bahwa salah satu bentuk riba yang dilarang
oleh Al-Quran dan As-Sunnah adalah penambahan atas harta pokok karena unsur waktu.
Dalam dunia perbankan,hal tersebut dikenal dengan bunga kredit sesuai lama waktu
pinjaman.
5. Qatah Riba ,Jahiliyah adalah seseorang yang menjual barangnya secara tempo hingga
waktu tertentu. Apabila telah dating saat membayar dan si pembeli tidak ammpu
membayar,makan ia memberikan bayaran tambahan atas penangguhan.
6. Zaid Bin Aslam yang dimaksud dengan Riba Jahiliyah yang beramplikasi
pelipatdandaan sejalan dengan waktu adalah seseorang yang memiliki piutang atas mitranya.
Pada saat jatuh tempo ia berkata “bayar sekarang atau tambah”
7. Mujtahid,mereka menjual dagangannya dengan tempo. Apabila telah jatuh tempo
dan(tidak mampu membayar) si pembeli memberikan “tambahan” atas tambahan waktu.
C. JENIS-JENIS RIBA
Secara garis besar dikelompokkan menjadi dua, masing-masing adalah riba utang-piutang
dan riba jual-beli. Kelompok yang pertama menjadi riba jahiliyah dan ribaqardh. Sedangkan
kelompok kedua riba jual beli terbagi menjadi riba Fadhl dan riba Nasi’ah.

1. Riba Qardh
Adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertetu yang disaratkan terhadap yang berhutang
(Muqtaridh).
Contoh : Vina memeberikan pinjaman pada Zia sebasar Rp 500.000 dan wajib
mengembalikan sebesar Rp 700.000 saat jatuh tempo dan kelebihan uang ini tidak jelasuntuk
apa.

2. Riba Jahiliyah
Adalah utang dibayar lebih dari pokoknya,karena si peminjam tidak mampu
membayarhutangnya tepat waktu yang ditentukan.
Contoh : Misalnya menukarkan emas bagus / baru dengan emas lama yang sama
beratnya,akan tetapi emas yang bagus baru dapat diterima setelah satu bulan dari waktu
transaksi dilaksanakan.

3. Riba Fadhl
Adalah pertukaran dengan barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda,sedangkan
barang yang dipertukarkan yaitu termasuk jenis barang ribawi. Riba Fadhl timbul akibat
pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mitslan bi mistlin),
sama kuantitasnya ( sawa-an bi sawa in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bin yadin).
Pertukaran jenis ini mengandung gharar , yaitu ketidakjelasan bagi kedua belah pihak akan
masing-masing barang yang dipertukarkan. Ketidak jelasan ini akan menimbulkan tindak
zalim terhadap salah satu pihak , kedua pihak, dan pihak-pihak lain. Dasar hukum riba fadhl
adalah hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari Muslim: “Janganlah kamu jual emas
dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,sya’ir (padi lading) dengan syair,
tamar (kurma) dengan kurma, garam dengan garam,kecuali sama jenis dan kadarnya dan
sama sama tunai. Barang siapa yang menambah ataumeminta tambah, maka sesungguhnya
dia telah melakukan riba. (H.R. Bukhori dan Ahmad).

4. Riba Nasi’ah
Menurut Satria Efendi Riba Nasi’ah adalah tambahan pembayaran atas jumlah modal yang
disyaratkan lebih dahulu yang harus dibayar oleh si peminjam kepada yang meminjam tanpa
resiko sebagai imbalan dari jarak waktu pembayaran yang diberikan kepada si peminjaman.
Riba Nasi’ah ini terjadi dalam hutang piutang (Satria Efendi, 1988 : 147).
Contoh: Alpi pinjam uang kepada Lisa sebesar Rp 100.000 dengan tempo 1 bulan jika
pengembalian lebih satu bulan maka ditambah Rp 1.000
Dalam kitam Fathul Mu’in, Riba dibagi 3 yaitu :
A. Riba Fadhal, yaitu selisih barang pada salah satu tukar menukar dua barang yangsama
jenisnya. Termasuk dalam macam ini adalah Riba Qordh yaitu jika dalam utangkembali pada
pihak pemberi utang.
B. Riba Yadh, yaitu jika salah satu dari penjual dan pembeli berpisah dari akad
sebelumserah terima
C. Riba Nasa’, yaitu mensaratkan pada penundaan penyerahan dua barang ma’qud‘alaih
dalam penukarannya (Jual Beli).

D. HUKUM RIBA
1. Hukum Riba dalam Al-Quran
Hukum riba dalam Islam telah ditetapkan dengan jelas, yakni dilarang dan termasuk darisalah
satu perbuatan yang diharamkan. Namun proses pelarangan riba dalam Al-Quran tidak
diturunkan oleh Allah swt. sekaligus melainkan diturunkan dalam 4 fase, yakni (Syafi’i
Antonio, 2007 2-4).

Surat Ar-Rum : 39

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia,
maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikanberupa zakat
yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhoan Allah, maka (yang berbuat demikian”)
itulah orang -orang yang melipatgandakan (pahalanya).

2. Hukum Riba dalam Al-Hadits.


 Hakim meriwayatkan adri Ibnu Mas’ud bahwasanya Nabi saw. telah bersabda “Riba itu
mempunyai 73 tingkatan, yang paling rendah (dosanya), sama dengan orang yang berzina
dengan ibunya.” HR. Mutafakum ‘Alaihi
 Hukum Memakan Riba, Penulis Administrasi Riba dan Saksi Riba Dari Jabir RA. Ia
berkata “Rosululloh saw. mengutuk orang yang memakan riba, orang yang memberikan
makan dari hasil riba, penulis dan saksinya, Rosululloh saw. Bersabda Mereka itu sama.”
(HR. Muslim/Bulughul Maram : 853)
 “Bukhari juga meriwayatkan hadist semisal dari hadist Abu Juhaifah (HR
Bukhari/Bulughul maram 854)“
 “Dari Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwa Nabi Saw bersabda : “Riba itu ada 73 bab. Yang
paling ringan ialah seperti seorang lelaki menikahi ibunya dan riba yang paling berat ialah
mencemarkan kehormatan seorang muslim”. (HR. Ibnu Majah dengan singkat, Hakim
dengan cukup sempurna dan telah disahihkan . Bulughul maram 855).
 “Tidak boleh ada dua akad dalam suatu akad jual beli. Sesungguhnya Rasulullah
melaknat pemakan riba,yang member makan orang lain dengan riba,dua saksinya , dan
pencatatnya
 (HR. Ibnu Hibban no. 1053, Al-Bazzar dalam Musnadnya no. 2016 dan Al-Marwazi
dalam As-Sunnah (159-161) dengan sanad hasan)
Kandungan Hadist diatas:
1. Melakukan riba dan membantu riba termasuk dosa besar
2. Pembantu riba ,yaitu penulis,saksi dan pemberi riba sama dosanya
3. Menganiaya kehormatan muslim mulia termasuk macam riba paling berat
4. Zina dengan muhrim termasuk dosa paling buruk ,paling besar dan paling menjijikan.
Hakikat larangan tersebut tegas ,mutlak , dan tidak mengandung perdebatan. Tidak ada ruang
bahwa riba hanya mengacu sekedar pinjaman dan bukan bunga,karena Nabi
melarangmengambil,meskipun kecil, pemebrian jasa atau kebaikan sebagai syarat pinjaman ,
sebagaitambahan dari uang pokok
Hikmah Diharamkannya Riba.
Islam dengan tegas pasti mengharamkan riba . hal ini untuk menjaga kemaslahatan
hidupmanusia dari kerusakan moral (akhlak) , social dan ekonominya. Yusuf Qrdhawi dalam
Abdul Rahman Ghazali dkk menyebutkan tentang hikmah diharamkannya riba, diantaranya
adalah :
1. Riba mengambil harta orang lain tanpa hak
2. Riba dapat melemahkan kreatifitas manusia untuk berusaha atau bekerja, sehinggamanusia
melalaikan perdagangannya. Hal ini memutuskan kreatifitas hidup manusia didunia.
Hidupnya bergantung pada riba yang di perolehnya tanpa usaha , sehingga akanmerusak
tatanan ekonomi.
3. Riba menghilangklan nilai kebaikan dan keadilan dalam utang piutang. Keharaman
ribamembuat jiwa manusia menjadi suci dari sifat lintah darat . Hal ini mengandung
pesanmoral yang sangat tinggi.
4. Biasanya orang memberi utang adalah orang yang kaya dan orang yang berutang adalahorang
miskin. Mengambil kelebihan utang dari orang miskin sangat bertentangan dengansifat
rahmah Allah SWT. Hal ini akan merusak sendi sendi kehidupan social (AbdulRahman
Ghazali (dkk),2015:222).Adapun Sayyid Sabiq berpendapat, diharamkannya riba karena
didalamnya terdapat empatunsur yang merusak yakni:
a. Menimbulkan permusuhan dan menghilangkan semangat tolong menolong. Semua agama
terutama Islam sangat menyeru tolong menolong dan membenci orang yang
mengutmakan kepentingan sendiri dan egois serta orang yang mengekploitasi kerja orang
lain.
b. Riba akan melahirkan mental pemboros yang tidak mau bekerja, menimbulkan
penimbunan harta tanpa usaha tak ubahnya seperti benalu (pohon parasit) yangmenempel
dipohon lain. Islam menghargai kerja keras dan menghormati orang lainyang suka bekerja
dan menjadikan kerja sebagai sarana mata pencharian, menuntunorang pada keahlian dan
akan mengangkat semangat seseorang.
c. Riba sebagai salah satu cara menjajah.
d. Islam menghimbau agar manusia memberikan pinjaman kepada yang memerlukan
dengan baik untuk mendapat pahala bukan mengekploitasi orang lemah (Sayid
Sabiq,2006:868). Dampak negatif yang diakibatkan dari riba sebagaimana tersebut diatas
sangat berbahaya bagi manusia secara individu, keluarga, masyarakat dan bangsa. Jika
praktek riba ini tumbuhsubur di masyarakat, maka terjadi sistem kapitalis dimana terjadi
pemerasan dan penganiayaan terhadap kaum lemah. Orang kaya semakin kaya orang
miskin semakin miskin.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
dapat disimpulkan bahwa “Riba” berarti menetapkan bungaatau melebihkan jumlah
pinjamansaat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok,
yang dibebankan kepada peminjam. Ribasecara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan).
Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau
modalsecara bathil. Macam-macam ribayaitu: Riba Yad,Riba Jahiliyah, Riba Qardhi, Riba
Fadli, dan Riba Nasi’ah.
Di masa sekarang ini riba banyak di temukan di bank konvensional. Faktor-faktor
yangmelatar belakangi perbuatan memakan hasil riba yaitu: Nafsu dunia kepada harta
benda,serakah harta, tidak pernah merasa bersyukur dengan apa yang telah Allah SWT
berikan,imannya lemah, serta selalu ingin menambah harta dengan berbagai cara termasuk
riba.
1.Macam-macam riba ada 4, yaitu :
 Riba Fadli (menukarkan dua barang yang sejenis tapi kwalitas berbeda).
 Riba Qardhi (meminjamkan dengan ada syarat bagi yang mempiutangi).
 Riba Yadh (bercerai dari tempat aqad sebelum timbang terima).
 Riba Nasa’ (Nasiah) yaitu riba yang terjadi karena adanya penundaan waktu
pembayaran, dengan menetapkan adanya dua harga yaitu harga kontan atauharga yang
dinaikan karena pembayaran tertunda.
2. Allah SWT secara tegas melarang riba yang terdapat di dalam Al Qur’an diantaranya pada:
a) QS. ar-Rum (30) : 39, QS.
b) an-Nisa' (4) : 160-161, QS.
c) Ali Imran (3) : 130, dan
d) Qs. Al-Baqarah (2) : 275-280.
3. Dampak Riba pada ekonomi: Riba (bunga) menahan pertumbunhan ekonomi dan
membahayakan kemakmuran nasional serta kesejahteraan individual.
4.Riba (bunga) menyebabkan timbulnya kejahatan ekonomi (distorsi ekonomi)seperti resesi,
depresi, inflasi dan pengangguran.

Anda mungkin juga menyukai