AKUNTANSI SYARIAH
“RIBA”
Disusun Oleh :
Aufa Isnanta Nurrafif Darwanto (22312189)
A. LATAR BELAKANG
Riba merupakan praktek ekonomi yang sudah dijalankan sama tuanya dengan peradaban
umat manusia. Sejak manusia hidup di bumi praktek-praktek riba sudah ada sesuai dengan
perkembangan masyarakat dalam hal ekonomi pada masa tersebut.
Islam sebagai agama sempurna,dan agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam juga
memberikan rambu-rambu dan regulasi berkaitan dengan praktek riba tersebut. Dalam Al-
Qur’an dan Hadits disebutkan secara jelas mengenai pengharaman dan manfaat di
haramkannya riba.
Seiring dengan berkembangnya kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta
berkembangnya ekonomi secara nasional dan internasional, praktek riba juga mengikuti
perkembanganny. Saat ini banyak sekali praktek riba yang dilakukan oleh lembaga maupun
perorangan. Termasuk yang dilakukan oleh lembaga diantaranya perbankan asuransi,
perdagangan, pengadaian dan banyak lagi lainnya. Maka dengan dibuatnya makalah ini akan
mmebantu untuk menjawab tentang bagaimana hukum riba yang dimana masih dalam
ambang yang belum terang.
A. RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah
“Riba”.
Untuk memberikan kejelasan makna serta mneghindari meluasnya pembahasan, maka dalam
maklaah ini masalah dibatasi pada :
1. Pengertian Riba
2. Pengertian Riba Menurut Ulama
3. Jenis Riba
4. Hukum Riba dalam Al-Quran dan Hadits
5. Hikmah Diharamkan Riba
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN RIBA
Riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian
berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada
pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan
kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain,
secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis,
riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ada beberapa
pendapat dalam menjelaskan riba, tetapi secara umum terdapat benang merah yang
menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan,baik dalam transaksi jual-beli maupun
pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam islam.
1. Riba Qardh
Adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertetu yang disaratkan terhadap yang berhutang
(Muqtaridh).
Contoh : Vina memeberikan pinjaman pada Zia sebasar Rp 500.000 dan wajib
mengembalikan sebesar Rp 700.000 saat jatuh tempo dan kelebihan uang ini tidak jelasuntuk
apa.
2. Riba Jahiliyah
Adalah utang dibayar lebih dari pokoknya,karena si peminjam tidak mampu
membayarhutangnya tepat waktu yang ditentukan.
Contoh : Misalnya menukarkan emas bagus / baru dengan emas lama yang sama
beratnya,akan tetapi emas yang bagus baru dapat diterima setelah satu bulan dari waktu
transaksi dilaksanakan.
3. Riba Fadhl
Adalah pertukaran dengan barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda,sedangkan
barang yang dipertukarkan yaitu termasuk jenis barang ribawi. Riba Fadhl timbul akibat
pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mitslan bi mistlin),
sama kuantitasnya ( sawa-an bi sawa in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bin yadin).
Pertukaran jenis ini mengandung gharar , yaitu ketidakjelasan bagi kedua belah pihak akan
masing-masing barang yang dipertukarkan. Ketidak jelasan ini akan menimbulkan tindak
zalim terhadap salah satu pihak , kedua pihak, dan pihak-pihak lain. Dasar hukum riba fadhl
adalah hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari Muslim: “Janganlah kamu jual emas
dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,sya’ir (padi lading) dengan syair,
tamar (kurma) dengan kurma, garam dengan garam,kecuali sama jenis dan kadarnya dan
sama sama tunai. Barang siapa yang menambah ataumeminta tambah, maka sesungguhnya
dia telah melakukan riba. (H.R. Bukhori dan Ahmad).
4. Riba Nasi’ah
Menurut Satria Efendi Riba Nasi’ah adalah tambahan pembayaran atas jumlah modal yang
disyaratkan lebih dahulu yang harus dibayar oleh si peminjam kepada yang meminjam tanpa
resiko sebagai imbalan dari jarak waktu pembayaran yang diberikan kepada si peminjaman.
Riba Nasi’ah ini terjadi dalam hutang piutang (Satria Efendi, 1988 : 147).
Contoh: Alpi pinjam uang kepada Lisa sebesar Rp 100.000 dengan tempo 1 bulan jika
pengembalian lebih satu bulan maka ditambah Rp 1.000
Dalam kitam Fathul Mu’in, Riba dibagi 3 yaitu :
A. Riba Fadhal, yaitu selisih barang pada salah satu tukar menukar dua barang yangsama
jenisnya. Termasuk dalam macam ini adalah Riba Qordh yaitu jika dalam utangkembali pada
pihak pemberi utang.
B. Riba Yadh, yaitu jika salah satu dari penjual dan pembeli berpisah dari akad
sebelumserah terima
C. Riba Nasa’, yaitu mensaratkan pada penundaan penyerahan dua barang ma’qud‘alaih
dalam penukarannya (Jual Beli).
D. HUKUM RIBA
1. Hukum Riba dalam Al-Quran
Hukum riba dalam Islam telah ditetapkan dengan jelas, yakni dilarang dan termasuk darisalah
satu perbuatan yang diharamkan. Namun proses pelarangan riba dalam Al-Quran tidak
diturunkan oleh Allah swt. sekaligus melainkan diturunkan dalam 4 fase, yakni (Syafi’i
Antonio, 2007 2-4).
Surat Ar-Rum : 39
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia,
maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikanberupa zakat
yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhoan Allah, maka (yang berbuat demikian”)
itulah orang -orang yang melipatgandakan (pahalanya).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
dapat disimpulkan bahwa “Riba” berarti menetapkan bungaatau melebihkan jumlah
pinjamansaat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok,
yang dibebankan kepada peminjam. Ribasecara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan).
Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau
modalsecara bathil. Macam-macam ribayaitu: Riba Yad,Riba Jahiliyah, Riba Qardhi, Riba
Fadli, dan Riba Nasi’ah.
Di masa sekarang ini riba banyak di temukan di bank konvensional. Faktor-faktor
yangmelatar belakangi perbuatan memakan hasil riba yaitu: Nafsu dunia kepada harta
benda,serakah harta, tidak pernah merasa bersyukur dengan apa yang telah Allah SWT
berikan,imannya lemah, serta selalu ingin menambah harta dengan berbagai cara termasuk
riba.
1.Macam-macam riba ada 4, yaitu :
Riba Fadli (menukarkan dua barang yang sejenis tapi kwalitas berbeda).
Riba Qardhi (meminjamkan dengan ada syarat bagi yang mempiutangi).
Riba Yadh (bercerai dari tempat aqad sebelum timbang terima).
Riba Nasa’ (Nasiah) yaitu riba yang terjadi karena adanya penundaan waktu
pembayaran, dengan menetapkan adanya dua harga yaitu harga kontan atauharga yang
dinaikan karena pembayaran tertunda.
2. Allah SWT secara tegas melarang riba yang terdapat di dalam Al Qur’an diantaranya pada:
a) QS. ar-Rum (30) : 39, QS.
b) an-Nisa' (4) : 160-161, QS.
c) Ali Imran (3) : 130, dan
d) Qs. Al-Baqarah (2) : 275-280.
3. Dampak Riba pada ekonomi: Riba (bunga) menahan pertumbunhan ekonomi dan
membahayakan kemakmuran nasional serta kesejahteraan individual.
4.Riba (bunga) menyebabkan timbulnya kejahatan ekonomi (distorsi ekonomi)seperti resesi,
depresi, inflasi dan pengangguran.