Anda di halaman 1dari 17

RIBA DAN PERMASALAHANNYA

DI
S
U
S
U
N
OLEH:
Kelompok 4

NAMA : Humairatul husna


Prodi : Pai
Semester :2
MK : fiqih
Dosen : Siti hawa,MA

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


AL HILAL SIGLI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul: “Riba dan Permasalahannya”. Shalawat
dan salam kita panjatkan kehadirpat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada Dosen Pembimbing, atas bimbingan kepada penulis sehingga
tersusunnya makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat bagai semua pihak.
Penulis menyadari, dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritikan dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan di masa akan datang.

Sigli, April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I ......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2
A. Definisi dan Jenis-Jenis Riba ....................................................................... 2
B. Jenis Barang Ribawi ..................................................................................... 4
C. Larangan Riba dalam Al-Qur’an dan Hadits ............................................ 6
D. Persamaan Bunga dan Riba ....................................................................... 10
E. Dampak Negatif Riba ................................................................................. 11
BAB III .................................................................................................................... 13
PENUTUP ................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan .................................................................................................. 13
B. Saran ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah dan persepsi mengenai riba begitu hidupnya di dunia Islam. Oleh
karenanya, terkesan seolah-olah doktrin riba adalah khas Islam. Orang sering lupa
bahwa hukum larangan riba, sebagaimana dikatakan oleh seorang Muslim Amerika,
Cyril Glasse, dalam buku ensiklopedinya, tidak diberlakukan di negeri Islam
modern manapun. Sementara itu, kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa di
dunia Kristenpun, selama satu milenium, riba adalab barang terlarang dalam
pandangan theolog, cendekiawan maupun menurut undang-undang yang ada.
Di sisi lain, kita dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa praktek riba yang
merambah ke berbagai negara ini sulit diberantas, sehingga berbagai penguasa
terpaksa dilakukan pengaturan dan pembatasan terhadap bisnis pembungaan uang.
Perdebatan panjang di kalangan ahli fikih tentang riba belum menemukan titik
temu. Sebab mereka masing-masing memiliki alasan yang kuat. Akhirnya timbul
berbagai pendapat yang bermacam-macam tentang bunga dan riba.
Riba bukan cuma persoalan masyarakat Islam, tapi berbagai kalangan di luar
Islam pun memandang serius persoalan riba. Kajian terhadap masalah riba dapat
dirunut mundur hingga lebih dari 2.000 tahun silam. Masalah riba telah menjadi
bahasan kalangan Yahudi, Yunani, demikian juga Romawi. Kalangan Kristen dari
masa ke masa juga mempunyai pandangan tersendiri mengenai riba.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah definisi dam jenis-jenis riba?
2. Bagaimanakah jenis barang ribawi?
3. Bagaimanakah larangan riba dalam Al-Qur’an dan Hadits?
4. Bagaimanakah persamaan bunga dan Riba?
5. Bagaimanakah dampak negatif riba?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Jenis-Jenis Riba

Menurut Bahasa, riba memiliki beberapa pengertian yaitu:

1. Bertambah (‫ )اﺯيادة‬karena salah satu perbuatan riba adalh meminta tambahan


dari sesuatu yang mendatangkan.
2. Berkembang, berbunga (‫)النام‬, karena salah satu perbuatan riba adalah
membungakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang
lain
3. Berlebihan atau menggelembung, kata-kata ini berasal dari firman Allah.
﴾ ۵ : ‫اهتﺯت وربت (الحج‬

Menurut Abdurrahman Al-Jaziri dalam Helmi Karim, yang dimaksud


dengan riba adalah akad yang terjadi dengan penukaran tertentu, tidak diketahui
sama atau tidak menurut aturan syara’ ata terlambat salah satunya.1
Syekh Muhammad Abduh berpendapat bahwa yang dimaksud dengan riba
adalah penambahan-penambahan yang diisyaratkan oleh orang-orang yang
memiliki harta kepada orang lain yang meminjamkan hartanya (uangnya) karena
pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan.
Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum
terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan
tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil
atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.
Pengertian riba secara istilah menurut ulama bermacam-macam,
diantaranya:
Menurut Imam Sarakhi dalam kitab al-Mabsut, sebagaimana yang dikutip
oleh Heri Sudarsono, riba adalah tambahan yang diisyaratkan dalam transaksi bisnis
tanpa adanya ‘iwad yang dibenarkan syariat atas penambahan tersebut.

1 Helmi Karim, Fiqih Muamalah, (Jakarta : Gema Insani, 2000), h.75

2
Menurut al-Jurjani dalam kitab al-Ta’rifat, sebagaimana yang dikutip oleh
Khoeruddin Nasution, mengatakan bahwa riba dengan kelebihan/ tambahan tanpa
ada ganti/ imbalan yang disyaratkan bagi salah satu dari dua orang yang membuat
transaksi (al-Riba fi al-Shar’i Huwa Fadhlun ‘an ‘Iwain Shuritha li Ahadil
‘Aqidayni).
Menurut Imam Ahmad ibin Hanbal sebagimana yang dikutip oleh
Muhammad Syafi’i Antonio, riba adalah seseorang memiliki utang maka dikatakan
kepadanya apakah akan melunasi atau membayar lebih. apabila tidak mampu
melunasi, ia harus menambah dana (dalam bentuk bunga atau pinjaman) atas
penambahan waktu yang telah diberikan.
Menurut al-Mali sebagaimana yang dikutip oleh Hendi Suhendi, riba ialah
akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu yang tidak diketahui
perimbangannya menurut ukuran syara’, ketika berakad atau dengan mengakhirkan
tukaran kedua belah pihak atau salah satu keduanya”
Menurut Muhammad Abduh sebagaimana yang dikutip oleh Hendi Suhendi,
bahwa yang dimaksud dengan riba ialah penambahanpenambahan yang diisyaratkan
oleh orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya (uangnya),
karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah
ditentukan.2
Para ulama sepakat riba itu ada lima macam yaitu :
1. Riba Fadli
Adalah berlebihan salah satu dari dua pertukaran yang diperjual belikan.
Bila yang diperjual belikan sejenis, berlebihan timbangannya pada barang-
barang yang ditimbang, berlebih takarannya pada barang-barang yang
ditakar, dan berlebih ukurannya pada barang-barang yang diukur;
2. Riba Nasi’ah
Adalah melebihkan pembayaran barang yang dipertukarkan, diperjual
belikan atau diutangkan karena diakhirkan waktu pembayaran baik yang
sejenis maupun tidak
3. Riba Yad

2
Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Hal. 60

3
Adalah dua orang yang bertukar barang atau jual beli berpisah sebelum
timbang terima.
4. Riba Qard.
Adalah riba dalam utang piutang yaitu dengan mengambil manfaat atau
tingkat kelebihan tertentu yang diisyaratkan kepada penerima utang atau
muqtaridh.
5. Riba Jahiliyah.
Riba ini merupakan penambahan utang lebih dari nilai pokok dalam utang
piutang karena penerima utang tidak mampu membayar utangnya secara
tepat waktu.3

B. Jenis Barang Ribawi

Harta ribawi yang tidak boleh dipertukarkan secara langsung apabila

berbeda ukuran lantaran berbeda kualitas hanya terbatas pada benda tertentu saja.

Yang umumnya disepakati para ulama termasuk ke dalam al-mal ar-

ribawi setidaknya enam jenis barang. Keenam barang itu adalah emas, perak,

gandung, terigu, kurma dan garam.

Dalil sesuai yang disebutkan di dalam hadits Nabi SAW.

‫ب َوال َّشع ُي بِل َّش ِع ِي َوالت ْم ُر بِلت ْم ِر َوال ِم ْل ُح‬ َّ ‫ضةُ بِل ِف‬
ِ ‫ض ِة َوال بُ بِل‬ َّ ِ‫ب َوالف‬ َّ ِ‫الذهَبُ ب‬
ِ َ‫لذه‬ َّ

‫واءا‬
َ ‫َس‬ ِ ‫ناف فبيعوا َك ْيفَ ِشئْ بِل ِم ْل‬
‫ح ِمثالا ِبث ٍل‬ ْ َ‫ت لف‬
ُ ْ‫ت هَ ِذ ِه األص‬ ْ ‫ب َس َوا ٍء يادا بي ٍد فإ َذا‬
َ ‫اخ‬

‫ت ْم إ َذا َكانَ يادا بي ٍد‬

Dari Ubadah bin Shamait berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:” Emas

dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, terigu dengan terigu,

3
Rozalinda, Fiqh Mu’amalah dan Aplikasinya pada Perbankan Syari’ah, Padang :
Hayka Press, 2005, hal. 102

4
korma dengan korma, garam dengan garam harus sama beratnya dan tunai. Jika

jenisnya berbeda maka juallah sekehendakmu tetapi harus tunai (HR Muslim).

Dari dalil di atas, maka tukar menukar sesama jenis harta dari salah satu keenam

harta itu menjadi haram, kalau berbeda ukurannya.

1. Emas

Barter emas dengan emas hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya

berbeda. Misalnya, emas 10 gram 24 karat tidak boleh ditukar langsung dengan

emas 20 gram 23 karat. Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-

masing benda itu.

2. Perak

Barter perak dengan perak hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda.

Misalnya, perak 100 gram dengan kadar yang tinggi tidak boleh ditukar langsung

dengan perak200 yang kadarnya lebih rendah. Kecuali setelah dikonversikan

terlebih dahulu masing-masing benda itu.

3. Gandum

Barter gandum dengan gandum hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya

berbeda. Misalnya, 100 Kg gandum kualitas nomor satu tidak boleh ditukar

langsung dengan 150 kg gandum kuliatas nomor dua. Kecuali setelah dikonversikan

terlebih dahulu masing-masing benda itu

4. Terigu

Demikian juga barter terigu dengan teriguhukumnya haram, bila kadar dan

ukurannya berbeda. Misalnya, 100 Kg terigu kualitas nomor satu tidak boleh

5
ditukar langsung dengan 150 kg terigu kuliatas nomor dua. Kecuali setelah

dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda itu.

5. Kurma

Barter kurma dengan kurma hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya

berbeda. Misalnya, 1 Kg kurma ajwa (kurma nabi) tidak boleh ditukar langsung

dengan 10 kg kurma Mesir. Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-

masing benda itu

6. Garam

Barter garam dengan dengan garam hukumnya haram, bila kadar dan

ukurannya berbeda. Misalnya, 1 Kg garam tipe A tidak boleh ditukar langsung

dengan 3 kg garam tipe B, kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-

masing benda itu.4

C. Larangan Riba dalam Al-Qur’an dan Hadits

Larangan riba yang terdapat dalam al-Quran tidak diturunkan sekaligus,


melainkan diturunkan dalam empat tahap.
Tahap pertama.
Al-Quran menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada zhahirnya seolah-olah
menolong pihak yang membutuhkan sebagai suatu perbuatan taqarrub kepada Allah
Ta'ala. Disebutkan dalam surat Al-Rum ayat 39.
َِّ ‫يدو َن وجه‬ ٍ ِ َِّ ‫َّاس فَ ََل ي ربو ِعْن َد‬ ِ
َ ِ‫اَّلل فَأُوَٰلَئ‬
‫ك‬ َ ْ َ ُ ‫اَّلل ۖ َوَما آتَْي تُ ْم م ْن َزَكاة تُِر‬
ِ ِ
ُ ْ َ ِ ‫َوَما آتَْي تُ ْم م ْن ِراًب ليَ ْربُ َو ِِف أ َْم َوال الن‬
‫ضعِ ُفو َن‬
ْ ‫ُه ُم الْ ُم‬
Terjemah: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan

4
Ahmad Sarwat, Kiat-kiat Menghindari Riba, (Jakarta Selatan: Rumah Fiqih Publishing,
2019), hal. 12

6
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya).

Tahap kedua.
Riba digambarkan sebagai sesuatu yang buruk. Allah Ta'ala mengancam memberi
balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba. Disebutkan dalam
surat Al-Nisa ayat 160-161.

            

            

    


Artinya:
160. Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan
atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) Dihalalkan
bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari
jalan Allah,

161. dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya


mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta
benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.

Tahap ketiga.
Riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang
berlipat ganda. Para ahli tafsir berpendapat, bahwa pengambilan bunga
dengan tingkat yang cukup tinggi merupakan fenomena yang banyak
dipraktekkan pada masa tersebut. Disebutkan dalam surat Ali Imran ayat
130.

7
           

 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan
berlipat ganda[dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.

Ayat ini turun pada tahun ke-3 Hijriyah. Secara umum ayat ini harus
dipahami bahwa kriteria berlipat-ganda bukanlah merupakan syarat dari terjadinya
riba (artinya bukan berarti jika bunga berlipat ganda disebut riba, tetapi jika kecil
bukan riba), tetapi merupakan sifat umum dari praktek pembungaan uang pada saat
itu.
Demikian juga ayat ini harus dipahami secara berkesinambungan dengan
ayat 278-279 dari Surat al-Baqarah yang turun pada tahun ke-9 Hijriyah.
Tahap terakhir.
Allah Ta'ala dengan jelas dan tegas mengharamkan apa pun jenis tambahan
yang diambil dari pinjaman. Ini adalah ayat terakhir yang diturunkan menyangkut
riba. Disebutkan dalam surat Al-Baqarah:278-279.

              

             

   


Artinya:
278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya.

8
Larangan Riba dalam al-Sunnah
Pelarangan riba dalam Islam tak hanya merujuk pada al-Quran melainkan
juga al-Hadits. Sebagaimana posisi umum hadits yang berfungsi untuk menjelaskan
lebih lanjut aturan yang telah digariskan melalui al-Quran, pelarangan riba dalam
hadits lebih terinci. Banyak hadits yang menguraikan masalah riba. Di antaranya
adalah:
ِ ِ ِ ِِ ‫ال رأَيت أَِِب ا ْشتَ رى ح َّجاما فَأَمر ِِبَح‬
َ ‫ت فَ َسأَلْتُهُ َع ْن ذَل‬
‫ك‬ ْ ‫اِجه فَ ُكسَر‬ َ ََ ‫َ َ ا‬ ُ ْ َ َ َ‫َخبَ َرِِن َع ْو ُن بْ ُن أَِِب ُج َحْي َف َة ق‬
ْ‫أ‬
ِ َِّ ‫ول‬
َ‫الدِ َوََمَ ِن الْ َك َْ ِ َوَك ْس ِ اَ ََم ِة َولَ َع َن الْ َواَمَة‬
َّ ‫اَّللُ َعَْي ِه َو َسََّ َم هَ َىا َع ْن ََمَ ِن‬
َّ ‫لََّا‬ َ ‫اَّلل‬ َ ‫ال إِ َّن َر ُس‬َ َ‫ق‬
‫ص ِوَر‬ ِ ِ ‫والْمستَ وَِمةَ وآكِل‬
َ ‫الرًَب َوُموكَهُ َولَ َع َن الْ ُم‬ َ َ َ ُْْ َ
Diriwayatkan oleh Aun bin Abi Juhaifa, “Ayahku membeli seorang budak yang
pekerjaannya membekam (mengeluarkan darah kotor dari tubuh), ayahku
kemudian memusnahkan peralatan bekam si budak tersebut. Aku bertanya kepada
ayah mengapa beliau melakukannya. Ayahku menjawab, bahwa Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang untuk menerima uang dari transaksi darah,
anjing, dan kasab budak perempuan, beliau juga melaknat pekerjaan pembuat tato
dan yang minta ditato, menerima dan memberi riba serta beliau melaknat para
pembuat gambar.” (Shahih al-Bukhari no. 2084 kitab Al-Buyu’)

‫اَّلل َعَْي ِه َو َسََّ َم َع ِن الْ ِفض َِّة‬


َّ ‫لََّا‬ ُّ ِ‫ال هَ َىا الن‬
َ ‫َِّب‬ َ َ‫اَّلل َعْنىم ق‬َّ ‫الر ْْحَ ِن بْ ُن أَِِب بَكَْرَة َع ْن أَبِ ِيه َر ِضي‬
َّ ‫َحدَّثَنَا َعْب ُد‬
َّ ‫ف ِشْئ نَا َوالْ ِف‬ ِ ِ ٍ َّ ‫ًِبلْ ِفض َِّة َو‬
ِ ‫ضةَ ًِب َّلذ َه‬ َ ‫الذ َه َ ًِبلْفضَّة َكْي‬ َ َ‫الذ َه ِ ًِب َّلذ َه ِ إِال َس َواءا بِ َس َواء َوأ ََمَرََن أَ ْن هَْب ت‬
َّ ‫اع‬
‫ف ِشْئ نَا‬َ ‫َكْي‬

Diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abu Bakr bahwa ayahnya berkata,


“Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang penjualan emas dengan emas
dan perak dengan perak kecuali sama beratnya, dan membolehkan kita menjual
emas dengan perak dan begitu juga sebaliknya sesuai dengan keinginan
kita." (Shahih al-Bukhari no. 2034, kitab Al-Buyu’)
ِ ‫الرًب وم ْؤكَِه وَكاتِبه وش‬
َ َ‫اه َديِْه َوق‬ َِّ ‫ول‬
‫ال ُه ْم َس َواء‬ َ َ ُ َ َ ُ ُ َ َِ ‫اَّلل َعَْي ِه َو َسََّ َم آكِ َل‬
َّ ‫لََّا‬
َ ‫اَّلل‬ َ َ‫َع ْن َجابِ ٍر ق‬
ُ ‫ال لَ َع َن َر ُس‬
Jabir berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengutuk orang yang
menerima riba, orang yang membayarnya, dan orang yang mencatatnya, dan dua

9
orang saksinya, kemudian beliau bersabda, "Mereka itu semuanya sama." (Shahih
Muslim no. 2995, kitab Al-Masaqqah).

َّ ‫الرًبَ ثََلَثَة َو َسْب عُ ْو َن ًَبًبا أَيْ َس ُرَها ِمثْ ُل أَ ْن يَْن ِك َح‬


ُ‫الر ُج ُل أ َُّمه‬ ِ :‫ال‬ َّ ‫اْلَاكِ ُم َع ِن ابْ ْن َم ْسعُ ْود أ‬
َّ ِ‫َن الن‬
َ َ‫َِّب ق‬ ْ ‫َرَوى‬

Al Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas`ud, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa


sallam bersabda: “Riba itu mempunyai 73 pintu (tingkatan), yang paling rendah
(dosanya) sama dengan seseorang yang melakukan zina dengan ibunya!”

D. Persamaan Bunga dan Riba

 Riba dan bunga pada dasarnya memiliki perbedaan dan persamaan tertentu. Riba

merupakan hal yang haram, sedangkan bunga ada yang diharamkan, ada juga

yang tidak.

 Riba merupakan transaksi yang terkait pinjaman keuangan atau barang.

Misalnya, dalam transaksi penukaran emas. Penukaran emas bisa disebut riba

apabila ada ketidaksamaan waktu atau penukaran dilebihkan dengan

kesepakatan. “Kalau kita ingin menukar emas dengan emas, harus sama

waktunya dan sama beratnya. Kalau tidak sama, maka akan ada riba. Tidak boleh

ada kelebihan, disebut riba fadhal. Riba nasa’, ada perbedaan waktu. Misal,

punya dolar Amerika mau kita tukar uangnya tapi besok. Tidak boleh, harus hari

itu juga. Kalau tidak, itu namanya riba nasa’,”

 Untuk menjadi riba ada 3 ketentuan, yakni (1) Ada kelebihan (ziyadah),

misalnya, pinjam uang Rp. 100.000 dikembalikan Rp. 150.000, (2) Harus dari

pinjaman, jika barang dibeli 10 juta kita dijual 11 juta dengan barang yang

10
bersifat pinjaman, (3) Pinjaman tersebut merupakan bagian dari persyaratan

untuk membeli barang tersebut.

E. Dampak Negatif Riba


1. Riba memberikan dampak negatif bagi akhlak dan jiwa pelakunya. Jika

diperhatikan, maka kita akan menemukan bahwa mereka yang berinteraksi

dengan riba adalah individu yang secara alami memiliki sifat kikir, dada yang

sempit, berhati keras, menyembah harta, tamak akan kemewahan dunia dan sifat-

sifat hina lainnya.

2. Riba merupakan akhlaq dan perbuatan musuh Allah, Yahudi. Allah ta’ala

berfirman:

‫اس بِ ْالبَا ِط ِل َوأَ ْعتَ ْدنَا لِلْ َكافِ ِرينَ ِم ْنهُ ْم َع َذابًا أَلِي ًما‬ َ ‫َوأَ ْخ ِذ ِه ُم ال ِّربَا َوقَ ْد نُهُوا َع ْنهُ َوأَ ْكلِ ِه ْم أَ ْم َو‬
ِ َّ‫ال الن‬

“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah

dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan

jalan yang batil, Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di

antara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An Nisaa’: 161)

3. Riba merupakan akhlak kaum jahiliyah. Barang siapa yang melakukannya, maka

sungguh dia telah menyamakan dirinya dengan mereka.

4. Pelaku (baca: pemakan) riba akan dibangkitkan pada hari kiamat kelak dalam

keadaan seperti orang gila. Allah ta’ala berfirman:

َ ِ‫ان ِم َن ْال َمسِّ َذل‬


‫ك بِأَنَّهُ ْم‬ ُ َ‫ون إِال َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخب َّطُهُ ال َّش ْيط‬ َ ‫ون ال ِّربَا ال يَقُو ُم‬ َ ُ‫ين يَأْ ُكل‬ َ ‫الَّ ِذ‬
‫َّللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَا فَ َم ْن َجا َءهُ َموْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ِه فَا ْنتَهَى‬
َّ ‫قَالُوا إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّربَا َوأَ َح َّل‬
‫ون‬ ِ َّ‫ك أَصْ َحابُ الن‬
َ ‫ار هُ ْم فِيهَا خَالِ ُد‬ َ ِ‫َّللاِ َو َم ْن َعا َد فَأُولَئ‬
َّ ‫ف َوأَ ْم ُرهُ إِلَى‬ َ َ‫فَلَهُ َما َسل‬

11
Artinya:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275)

5. Seseorang yang bergelut dan berinteraksi dengan riba berarti secara terang-

terangan mengumumkan dirinya sebagai penentang Allah dan rasul-Nya dan

dirinya layak diperangi oleh Allah dan rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman:

ٍ ْ‫ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ْف َعلُوا فَأْ َذنُوا بِ َحر‬. َ‫َّللاَ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ الرِّ بَا إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمنِين‬
‫ب‬ َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬

ْ ُ‫َظلِ ُمونَ َوال ت‬


َ‫ظلَ ُمون‬ ْ ‫َّللاِ َو َرسُولِ ِه َوإِ ْن تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُءوسُ أَ ْم َوالِ ُك ْم ال ت‬
َّ َ‫ِمن‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan

sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka

Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu

bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu

tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 278-279)

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Riba menurut bahasa adalah bertambah, berkembang atau berbunga,


berlebihan atau bergelembung. Sedangkan secara istilah adalah akad yang terjadi
antara penukaran barang tertentu yang tidak diketahui perimbangannya menurut
ukuran syara’, ketika berakad atau ketika mengakhirkan tukaran kedua belah pihak
atau salah keduanya.
Riba itu ada 5 macam, yaitu :
1. Riba Fadli
2. Riba Nasi’ah
3. Riba Yad
4. Riba Qard dan
5. Riba jahiliyah
Dalam Islam, Riba secara khusus berada dalam kelebihan baik itu kelebihan
dalam bentuk barang , maupun uang, seperti dua rupiah sebagai penukar satu
rupiah. Riba berarti kelebihan atau pertambahan dan jika dalam suatu kontrak
penukaran barang yang di minta sebagai penukaran satu barang yang sama, hingga
di sebut dengan riba. Pada dasarnya, Riba adalah pembayaran yang yang dikenakan
terhadap pinjaman yang berlaku dimana modal yang berada dalam pinjaman
tersebut digunakan.

B. Saran

Melalui makalah yang singkat ini penulis menyarankan kepada segenap


pembaca agar merujuk kepada sumber-sumber lain yang relevan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.


Helmi Karim, Fiqih Muamalah, Jakarta : Gema Insani, 2000
Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar, Abdullah bin Muhammad Al-Muthlaq dan
Muhammad bin Ibrahim, Fiqih Muamalah, Muktabah Al-Harf : 2009
Karim Helmi, Fiqih Muamalah, Jakarta : Gema Insani, 2000
Rozalinda, Fiqh Mu’amalah dan Aplikasinya pada Perbankan Syari’ah, Padang :
Hayka Press, 2005

14

Anda mungkin juga menyukai