Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SISTEM EKONOMI SYARI'AH

"RIBA"

Dosen Pengampu : Sri Nirwana Sarowati Zikri, M.E

DiSusun oleh
Kelompok: 4

● AHMAD MAZKUR
● HABIB AHYAR
● ANITA
● ALYA MAESARA

JURUSAN HUKUM RKONOMI SYARI'AH FAKULTAS SYARI'AH


INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NW LOMBOK TIMUR
T.A. 2023/ 2024

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas ini dapat kami selesaikan. Tugas ini kami sebagai kewajiban
untuk memenuhi tugas “SISTEM EKONOMI SYARI'AH”.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada
semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi
terwujudnya tugas ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk
mewujudkan kesempurnaan tugas ini penulis sangat hargai.

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Layar Belakang
Riba merupakan praktek ekonomi yang sudah dijalankan sama orang tuan dengan
peradaban umat manusia. Sejak manusia hidup di bumi praktek-praktek riba sudah ada sesuai
dengan perkembangan masyarakatdalam hal ekonomi pada masa tersebut.Islam sebagai
agama sempurna,dan agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam jugamemberikan
rambu-rambu dan regulasi yang berkaitan dengan praktek riba tersebut. Dalam Al-Alquran dan
hadist disebutkan secara jelas mengenai pengharaman dan manfaat di haramkannya
riba.Seiring berkembangnya kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta
berkembangnya ekonomi secara nasional dan internasional, praktik riba juga mengikuti
perkembangannya.Saat ini banyak sekali praktikr riba yang dilakukan oleh lembaga maupun
pribadi.Termasuk yang dilakukan oleh lembaga diantaranya perbankan asuransi,
perdagangan,pengadaian dan banyak lagi lainnya. Maka dengan dibuatnya makalah ini akan
membantu untuk menjawab tentang bagaimana hukum riba yang di mana masih dalam pant
iyang belum terang.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah:

A. PENGERTIAN RIBA
B. PENGERTIAN RIBA MENURUT PARA ULAMA
C. JENIS JENIS RIBA
D. HUKUM RIBA
E. HIKMAH DIHARAMKANNYA RIBA
F. CARA MENGHINDARI RIBA DALAM EKONOMI IULAMA
G. MANFAAT BEREKONOMI TANPA RIBA

3
BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN RIBA

Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara riba
linguistik juga berarti tumbuh dan membesar. (Zainuddin Ali, 2008: 37). Menurut istilah teknis,
riba berarti pengambilan tambahan dari harta dari harga pokok atau modal secara batil.
(Zainuddin Ali, 2008: 88). Kata riba juga berarti ; tumbuh menambah atau berlebih. Al-riba atau
ar-rima makna asalnya ialah tambah tumbuh dan subur. Adapun pengertian tambahan dalam
konteks riba adalah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang tidak
dibenarkan syara'
apakah tambahannya berjumlah banyak, sedikit atau banyak seperti yang disyaratkan oleh Al-
Quran . riba sering diterjemahkan orang dalam bahasa inggris sebagai "riba'' artinya “tindakan
meminjamkan uang pada suatu berlebihan atau suku bunga ilegal” sementara para ulama fikih
mendefinisikan riba dengan “kelebihan harta dalam suatu muamalah dengan tidak ada imbalan
atau sebaliknya”.
Maksud dari pernyataan ini adalah tambahan terhadap modal uang yang timbul akibat
transaksi piutang piutang yang haru diberikan terutang kepada pemilik uang pada saat hutang
jatuh tempo, Menurut (Muhammad, 2000:147) Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan
riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menyatakan bahwa riba adalah
pengambilan tambahan yang baik dalam transaksi jual beli ,maupun pinjam meminjam secara
batil atau beruang bertentangangan dengan prinsip mu'ammalat dalam Islam.

Mengenai hal ini Allah mengingatkan dalam AL-Quran Surat An- Nisa': 29

‫ٰٓي َاُّيَه ا اَّلِذْي َن ٰا َم ُنْو ا اَل َت ْأُك ُلْٓو ا َاْم َو اَلُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِباْلَباِط ِل ِآاَّل َاْن َت ُك ْو َن ِتَج اَر ًة َع ْن َت َر اٍض ِّم ْنُك ْم ۗ َو اَل َت ْقُتُلْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبُك ْم َر ِحْيًما‬

Artinya " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamudengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamkamu Dan janganlahkamu membunuhdirimu; sesungguhnya
Allahadalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. An-nisa:29).

4
B.PENGERTIAN RIBA MENURUT PARA ULAMA

1.Badr Ad-Din Al-Ayni pengarang Umadatul Qori' syarah Shahih Al-Bukhari.


Prinsip utama dalam riba adalah tambahan. Menurut syari'ah riba berarti penambahan atas
harta pokok tanpa adanya transaski biaya riil. (Zainuddin Ali, 2008: 89).

2.Imam Zarkasi dari mazab Hanafi


Riba adalah tambahan yang disaratkan dalam transaksi bisnistanpaadanya iwadh (atau
padanan yang kebaikan syari'ah atas penambahan tersebut).

3.Raghib Al-Asfahani
Riba adalah tambahan atas harta pokok.

4. Nawawi dari madzab syafi'i (ZainuddinAli,2008:90).


Berdasarkan penjelasan Imam Nawawi diatas,dapat dipahami bahwa salah satu bentuk
riba yang dilarang oleh Al-Quran dan As-Sunnah adalah penambahan atas harta pokok karena
waktu yang tidak pasti. Dalam dunia perbankan, hal tersebut dikenal dengan bunga kredit
sesuai lama waktu pinjaman.

5.Qatadah Riba, Jahiliyah


adalah seseorang yang menjual barangnya secara tempo hinggawaktu tertentu. Apabila
telah berkencan saat membayar dan si pembeli tidak mampu membayar,makan ia memberikan
bayaran tambahan atas penangguhan.

6.Zaid Bin Aslam


yang dimaksud dengan Riba Jahiliyah yang beramplikasi pelipatgandaansejalan dengan
waktu adalah seseorang yang memiliki piutang atas mitranya. Pada saat jatuh tempo dia
berkata “bayar sekarang atau tambah”.

7.Mujtahid,
Riba adalah mereka menjual dagangannya dengan tempo. Apabila telah jatuh tempo dan
(tidakmampu membayar) sipembeli memberikan “tambahan” di atas waktu tambahan.

8.Ja'afar As-Shodiq dari kalangan Madzab Syi'ah Ja'far As-Shodiq


berkata ketika ditanyakan mengapa Allah SWT mengaharamkan riba supaya orang tidak
berhenti berbuat kebaikan karena ketika diminta untuk mengambil bunga atas pinjaman maka
seseorang tadi tidak melakukan ma'ruf lagi atas transaksi pinjam meminjam dan seterusnya.
Padahal Qord bertujuan menjalin hubungan yang erat dan kebaikan antar manusia.

5
9.Imam Ahmad Bin Hambal. Pendiri madzab Hambali Imam Ahmad Bin Hambal
ketika Ditanya tentang riba beliau menjawab sesungguhnya riba itu adalah sesorang yang
memiliki hutang maka dikatakan apakah dia akan melunasi atau membayar lebih. Jikalau tidak
mampu pelunasan, ia harus menambah dana (dalam bentuk pinjaman bunga) atas
penambahan waktu yang diberikan.

C.JENIS JENIS RIBA


Secara garis besar dikelompokan menjadi dua. masing-masing adalah riba utang-piutang
dan riba jual beli. Kelompok yang pertama terbagi lagi menjadi riba jahiliyah dan ribaqardh.
Sedangkan kelompok kedua riba jual beli terbagi menjadi riba Fadhl dan riba Nasi'ah.
1.Riba Qardh
Adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertetu yang disaratkan terhadap yang hutangg
(Muqtaridh). Contoh : Vina memeberikan pinjaman pada Zia sebasar Rp 500.000 dan wajib
mengembalikan sebesar Rp 700.000 karena jatuh tempo dan kelebihan uang ini tidak
jelasuntuk apa.
2.Riba Jahiliyah
Adalah utang yang dibayar lebih dari pokoknya, karena si penerima tidak mampu membayar
hutangnya tepat waktu yang ditentukan. Contoh: Misalnya menukarkan emas bagus / baru
dengan emas lama yang sama beratnya, akan tetapi emas yang bagus baru dapat diterima
setelah satu bulan dari waktu transaksi dilaksanakan
Misal lain: Bila A menukarkan uang kertas pecahan Rp 100.000,- dengan pecahan Rp.1.000,-
kepada B, akan tetapi B pada waktu akad penukaran hanya membawa 50 lembaruang pecahan
Rp. 1.000,- , maka sisanya baru dapat ia serahkan setelah satu jam dari saat ini
terjadinya akad penukaran, perbuatan mereka berdua ini disebut riba nasi'ah.
3.Riba Fadhl
Adalah mata uang dengan barang sejenis dengan kadar atau takaran yang
berbeda,sedangkan barang yang dipertukarkan yaitu termasuk jenis barang ribawi. Riba Fadh
timbul akibat barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mitslan bi mistlin),
sama kuantitasnya ( sawa-an bi sawa in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bin yadin).
Pertukaran jenis ini mengandung gharar , yaitu ketidak jelasan bagi kedua belah pihak
masing-masing barang yang dipertukarkan. Ketidak jelasan ini akan menimbulkan tindak zalim
terhadap salah satu pihak , kedua pihak, dan pihak-pihak lain.
Dasar hukum riba fadhl adalah hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari Muslim
“Janganlah kamu jual emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
sya’ir (padi lading) dengan syair, tamar (kurma) dengan kurma, garam dengan garam,kecuali
sama jenis dan kadarnya dan sama sama tunai.
"Barang siapa yang menambah atau meminta tambah, maka sesungguhnya dia telah
melakukan riba. (H.R. Bukhori danAhmad)

6
Barang ribawi (yang terkena hukum riba)
1.Emas
2.Perak
3. Burr (Suatu jenis Gandum)
4.Sya’ir atau suatu jenis gandum
5.Kurma
6.Garam
Contoh: 2 kg gandum yang bagus ditukar dengan 3 kg gandum yang sudah berkutu.

4.Riba Nasi’ah
Menurut Satria Efendi Riba Nasi’ah adalah tambahan pembayaran atas jumlah modal yang
disyaratkan lebih dahulu yang harus dibayar oleh si peminjam kepada yang meminjam tanpa
resiko sebagai imbalan dari jarak waktu pembayaran yang diberikan kepada si peminjam. Riba
Nasi’ah ini terjadi dalam hutang piutang (Satria Efendi, 1988 : 147).
Contoh: Alpi pinjam uang kepada Lisa sebesar Rp 100.000 dengan tempo 1 bulan jika
pengembalian lebih satu bulan maka ditambah Rp 1.000

D.HUKUM RIBA
1.Hukum Riba dalam Al-Quran
Hukum riba dalam Islam telah ditetapkan dengan jelas, yakni dilarang dan termasuk
darisalah satu perbuatan yang diharamkan. Namun proses pelarangan riba dalam Al-Quran
tidak diturunkan oleh Allah swt. sekaligus melainkan diturunkan dalam 4 fase, yakni (Syafi’i
Antonio, 2007 2-4).
a.Fase pertama Al-Quran Surat Ar-Rum : 39
‫ٰۤل‬
‫َو َم ٓا ٰا َت ْي ُتْم ِّمْن ِّر ًبا ِّلَي ْر ُبَو ۟ا ِفْٓي َاْم َو اِل الَّن اِس َفاَل َي ْر ُبْو ا ِع ْن َد ِهّٰللاۚ َو َم ٓا ٰا َت ْي ُتْم ِّمْن َز ٰك وٍة ُتِر ْيُدْو َن َو ْج َه ِهّٰللا َفُاو ِٕىَك ُه ُم اْلُمْض ِع ُفْو َن‬

Artinya " Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah,
maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya).

b.Fase kedua Al-Qur'an Surat Annisa 160-161

١٦٠ ۙ‫َف ِبُظ ۡل ٍم ِّم َن اَّلِذ ۡي َن َه اُد ۡو ا َح َّر ۡم َن ا َع َلۡي ِه ۡم َط ِّي ٰب ٍت ُاِح َّلۡت َلُهۡم َو ِبَص ِّدِهۡم َع ۡن َس ِبۡي ِل ِهّٰللا َك ِثۡي ًر ا‬

7
Artinya " Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka makanan yang
baik-baik yang (dahulu) pernah dihalalkan; dan karena mereka sering menghalangi (orang lain)
dari jalan Allah, (Q.S An-nisa :160).

١٦١ ‫َّو َاۡخ ِذِه ُم الِّر ٰب وا َو َقۡد ُنُهۡو ا َع ۡن ُه َو َاۡك ِلـِه ۡم َاۡم َو اَل الَّن اِس ِباۡل َباِط ِل ؕ َو َاۡع َت ۡد َن ـا ِلۡل ـٰك ِفِر ۡي َن ِم ۡن ُهۡم َع َذ اًبا َا ِلۡي ًما‬

Artinya " dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya,
dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan Kami sediakan
untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih (Q.S. An-nisa :161).

c. Fase ketiga Al-Qur'an Surat Al Imran: 130


‫ٰٓي َاُّيَه ا اَّلِذْي َن ٰا َم ُنْو ا اَل َت ْأُك ُلوا الِّر ٰب ٓو ا َاْض َع اًفا ُّم ٰض َع َفًة ۖ َّو اَّتُقوا َهّٰللا َلَع َّلُك ْم ُتْف ِلُحْو َۚن‬

Artinya " Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung (Q.S.Al Imran:130).

d Fase keempat Al-Qur'an Surat Al-Baqarah:275-280

‫َٰذ‬
‫اَّلِذيَن َي ْأُك ُلوَن الِّر َب ا اَل َي ُقوُموَن ِإاَّل َك َم ا َي ُقوُم اَّلِذي َي َتَخ َّب ُط ُه الَّش ْي َط اُن ِمَن اْلَم ِّس ۚ ِلَك ِبَأَّن ُهْم َق اُلوا ِإَّن َم ا اْلَب ْي ُع ِم ْث ُل الِّر َب اۗ َو َأَح َّل ُهَّللا اْلَب ْي َع َو َح َّر َم‬
﴾٢٧٥ ﴿ ‫الِّر َب اۚ َفَم ْن َج اَء ُه َم ْو ِع َظٌة ِمْن َر ِّبِه َف اْن َت َه ٰى َف َلُه َم ا َس َلَف َو َأْم ُرُه ِإَلى ِهَّللاۖ َو َم ْن َع اَد َف ُأوَٰل ِئَك َأْص َح اُب الَّن اِر ۖ ُه ْم ِفيَه ا َخ اِلُدوَن‬

Artinya " Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al-Baqarah: 275).

﴾٢٧٦ ﴿ ‫َي ْم َح ُق ُهَّللا الِّر َب ا َو ُيْر ِبي الَّصَد َق اِتۗ َو ُهَّللا اَل ُيِحُّب ُك َّل َكَّفاٍر أَأِثيٍم‬

Artinya " Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (Q.S. Al-Baqarah: 276).

﴾٢٧٧ ﴿ ‫ِإَّن اَّلِذيَن آَم ُنوا َو َعِم ُلوا الَّصاِلَح اِت َو َأَق اُموا الَّص اَل َة َو آَت ُو ا الَّز َكاَة َلُهْم َأْج ُرُه ْم ِع ْن َد َر ِّب ِه ْم َو اَل َخ ْو ٌف َع َلْي ِه ْم َو اَل ُه ْم َي ْح َز ُنوَن‬

8
Artinya " Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Al-Baqarah:277).

٢٧٨ ﴿ ‫َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو َذ ُروا َم ا َبِقَي ِمَن الِّر َب ا ِإْن ُكْنُتْم ُمْؤ ِمِنيَن‬

Artinya " Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-Baqarah:278).

٢٧٩﴿ ‫َف ِإْن َلْم َت ْف َع ُلوا َفْأَذ ُنوا ِبَح ْر ٍب ِمَن ِهَّللا َو َر ُسوِلِهۖ َو ِإْن ُتْب ُتْم َف َلُك ْم ُرُءوُس َأْم َو اِلُك ْم اَل َت ْظ ِلُم وَن َو اَل ُتْظ َلُموَن‬

Artinya " Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (Q.S. Al-
Baqarah:279).

٢٨٠ ﴿ ‫﴾َو ِإْن َك اَن ُذ و ُعْس َر ٍة َفَن ِظ َر ٌة ِإَلٰى َم ْي َس َر ٍةۚ َو َأْن َت َص َّد ُقوا َخ ْيٌر َلُك ْم ۖ ِإْن ُكْنُتْم َت ْع َلُموَن‬

Artinya" Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai
dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui.(Q.S. Al-Baqarah:280).

2. Hukum Riba dalam Al-Hadits.


Hakim meriwayatkan adri Ibnu Mas'ud bahwasanya Nabi saw. telah melewatkan “Riba itu
mempunyai 73 tingkatan, yang paling rendah (dosanya), sama dengan orang yang berzina
dengan ibunya.” SDM. Mutafakum 'Alaihi.

3. Hukum Memakan Riba, Penulis Administrasi Riba dan Saksi Riba


Dari Jabir RA. Ia berkata “Rosululloh melihat. sumpah orang yang memakan riba, orang
yang memberikan makan dari hasil riba, penulis dan saksinya, Rosululloh saw. santai Mereka
itu sama.” (SDM. Muslim/Bulughul Maram : 853)

Bukhari juga meriwayatkan hadist semisal dari hadist Abu Juhaifah (HR Bukhari/Bulughul
maram 854)

9
“ Dari Abdullah tempat sampah Mas'ud ra.BahwaNabi Gergaji santai:“Riba itu ada 73
bab.Yang paling ringan yaitu seperti seorang lelaki perempuan ibunya dan riba yang paling
berat yaitu mencemarkan kehormatan seorang muslim”. (HR. Ibnu Majah dengan singkat,
Hakim dengan cukup sempurna dan telah disahihkan . Bulughul maram 855).

“Tidak boleh ada dua akad dalam suatu akad jual beli. Beneran Rasulullah melaknat pemakan
riba, yang anggota makan orang lain dengan riba, dosa saksinya ,dan pecatatnya
”.HR. Ibnu Hibban no. 1053, Al-Bazzar dalam Musnadnya no. 2016 dan Al-Marwazi dalam
As-Sunnah (159-161) dengan sanad hasan)
Kandungan Hadist di atas :
1.Melakukan riba dan membantu riba termasuk dosa besar
2.Pembantu riba ,yaitu penulis,saksi dan pemberi riba sama dosanya.
3.Menganiaya kehormatan muslim mulia termasuk macam riba paling berat
4.Zina dengan muhrim termasuk dosa paling buruk, paling besar dan paling menjijikan.
Hakikat larangan tersebut tegas ,mutlak , dan tidak mengandung keterlaluan. Tidak ada
ruang bahwa riba hanya mengacu pada pinjaman dan bukan bunga, karena Nabi melarang
mengambil,meskipun kecil, pemebrian jasa atau kebaikan sebagai syarat pinjaman , sebagai
tambahan dari uang pokok.

E. HIKMAH DIHARAMKANNYA RIBA


Islam dengan tegas pasti mengharamkan riba . hal ini untuk menjaga kemaslahatan
hidupmanusia dari kerusakan moral (akhlak) , social dan ekonominya. Yusuf Qrdhawi
dalamAbdul Rahman Ghazali dkk menyebutkan tentang hikmah diharamkannya
riba,diantaranyaadalah :
1.Riba mengambil harta orang lain tanpa hak
2.Riba dapat melemahkan kreatifitas manusia untuk berusaha atau bekerja, sehinggamanusia
melalaikan perdagangannya. Hal ini memutuskan kreatifitas hidup manusia didunia. Hidupnya
bergantung pada riba yang di perolehnya tanpa usaha , sehingga akanmerusak tatanan
ekonomi.
3.Riba menghilangklan nilai kebaikan dan keadilan dalam utang piutang. Keharaman
ribamembuat jiwa manusia menjadi suci dari sifat lintah darat . Hal ini mengandung pesanmoral
yang sangat tinggi.
4.Biasanya orang memberi utang adalah orang yang kaya dan orang yang berutang
adalahorang miskin. Mengambil kelebihan utang dari orang miskin sangat bertentangan
dengansifat rahmah Allah SWT.
Hal ini akan merusak sendi sendi kehidupan social (AbdulRahman Ghazali (dkk),2015:222).
Adapun Sayyid Sabiq berpendapat, diharamkannya riba karena didalamnya terdapat
empatunsur yang merusak yakni:

10
a. Menimbulkan permusuhan dan menghilangkan semangat tolong bantu . semuaagama
terutma Islam sangat menyeru tolong tolong dan benci orang yangmengutmakan
kepentingan sendiri dan egois serta orang yang mengeksploitasi kerjaorang lain.

b. Riba akan melahirkan mental pemboros yang tidak mau bekerja ,menimbulkan
penimbunan harta tanpa usaha tak ubahnya seperti benalu (pohon parasit)
yangmenempel dipohon lain. Islam menghargai kerja keras dan menghormati orang
lainyang suka bekerja dan menjadikan kerja sebagai sarana mata
pencharian,menuntunorang pada keahlian dan akan mengangkat semangat
seseorang.c)

c. Riba sebagai salah satu cara menjajahd)

d. Islam menghimbau agar manusia memberikan pinjaman kepada yang


memerlukandengan baik untuk mendapat pahala bukanmengekploitasi orang lemah
(SayidSabiq,2006:868).

Dampak negatif yang diakibatkan dari riba sebagaimana tersebut diatas sangat berbahaya bagi
manusia secara individu ,keluarga,masyarakat dan bangsa. Jika praktek riba ini tumbuh subur
di masyarakat, maka terjadi sistem kapitalis dimana terjadi pemerasan dan penganiayaan
terhadap kaum lemah . orang kaya semakin kaya orang miskin semakin miskin.

F. CARA MENGHINDARI RIBA DALAM EKONOMI ISLAM


Pandangan tentang riba dalam era kemajuan zaman kini juga mendorong maraknya
perbankan syariah dimana konsep keuntungan bagi penabung didapat dari sistem bagi hasil
bukan dengan bunga seperti pada bank konvensional pada umumnya.Sebagai pengganti
bunga bank.
Bank Islam menggunakan berbagai cara yang bersih dari unsur riba:
1. Wadiah atau titipan uang,barang dan surat berharga atau deposito.
2. Mudarabah adalah kerja sama anatara pemilik modal dengan pelaksanaan atas dasar
perjanjian profit dan loss sharing.
3. Syirkah (perseroan) adalah dimana pihak bank dan pihak pengusaha sama
samamempunyai andil (saham) pada usaha patungan (join ventura).
4. Murabahan adalah jual beli barang dengan tambahan harga atau cost plus atas
dasarharga pembelian yang pertama secara jujur.
5. Qard hasan (pinjaman yang baik atau pinjaman kebajikan), memberikan pinjaman tanpa
bungakepadaparaklienyangbaiksebagaisalahsatubentukpelayanandan penghargaan.
6. Model prinsip bagi hasil ,hanya memberikan nisbah tertentu pada deposannya,maka
yang dibagi adalah keuntungan yang didapat kemudian dibagi sesuai nisbah

11
yangdisepakati oleh kedua belah pihak. Misalnya, nisbahnya adalah60%:40% , maka
bagian deposan 60% dari total keuntungan yang diperoleh pihak bank.

G. MANFAAT BEREKONOMI TANPA RIBA


Keharusan berekonomi secara syariah ini dikarenakan penerapannya memiliki manfaat
yangsangat besar bagi umat islam.
1. Umat islam bias menjalankan agamanya dalam bidang ekonomi yang pada
perkembangannyamenggiringnya kepada pengalaman islam secara utuh.
2. Gambaran dan mengamalkan sistem ekonomi syariah mendapat dua keuntungan
yaituduniawi dan ukhrawi. Keuntungan duniawi berupa uang, keuntungan akhir berupa
pahala ibadah melalui pengamalan syariah islam dan terhindar dari dosa riba.
3. Memajukan ekonomi islam lewat lemabag keuangan syariah,berarti umat islam
beruapaya mengentaskan kemiskinan.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Ditinjau dari materi yang telah kelompok kami susun, dapat Terjemahan bahwa “Riba”
berarti mengatur bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan
proporsi tertentu dari jumlah pinjaman dasar,yang benar kepada pinjaman.Riba secara bahasa
bermakna: ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan
tambahan dari harta kekayaan modal secara bathil. Macam-macam ribayaitu: Riba yaitu:
Riba Jahiliyah, Riba Qardhi, RibaFadli, danRiba NNasi'ah.
Di masa sekarang ini riba banyak di temukan di bank konvensional. Faktor-faktor yang
melatar belakangi perbuatan memakan hasil riba yaitu: Nafsu dunia kepada harta
benda,serakah harta, tidak pernah merasa bersyukur dengan apa yang telah Allah SWT
berikan,imannya lemah, serta selalu ingin menambah harta dengan berbagai cara termasuk
riba.
Macam-macam riba ada 4, yaitu :
1. Riba Fadli (menukarkan dua barang sejenis tapi kualitasnya berbeda)
2. Riba Qardhi (meminjamkan dengan ada syarat bagi yang mempiutangi).
3. Riba Yadh (bercerai dari tempat aqad sebelum timbang terima).
4. Riba Nasa' (Nasiah) yaitu riba yang terjadi karena adanya keterlambatan waktu
pembayaran,dengan mengatur adanya harga yaitu harga konstan atau harga yang
dinaikkan karena pembayaran tertunda.

Allah SWT secara tegas melarang riba yang terdapat di dalam Al Qur'an diantaranya pada:
a. ( QSr-Rum (30) : 39, QS. ).
b. ( an-Nisa' (4) : 160-161, QS).
c. ( Ali Imran (3) : 130, )
d. ( Qs. Al-Baqarah (2) : 275-280).

Dampak Riba pada ekonomi: Riba (bunga) menahan pertumbunhan ekonomi dan
membahayakan kemakmuran nasional serta kesejahteraan individu. Riba (bunga) juga

13
menyebabkan timbulnya kejahatan ekonomi (distorsi ekonomi)seperti resesi, depresi, inflasi dan
relaksasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin.,2008, Hukum perbankan Syari'ah, Jakarta, Sinar Grafika


Dzulkifli , Sunarto.,2007, Perbankan syariah, Jakarta ; Zikrul Hakim.
Effendi , Satria., 1988, Riba Dalam Pandangan Fiqih, Kajian Islam Tentang
Berbagaimasalah Kontemporer, Jakarta, Syahid Indah.Ghazali,
Abdul Rahman., 2015, Fiqih Muamalah,Jakarta,Prenadamedia.Muhammad, Lembaga
Keuangan Umat kontemporer, 2000, Jogjakarta : UII Insani tekan.
Safi'i, Muhammad Antonio., 2011, Bank Syari'ah Dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema
Pers Insan.Sabiq , Sayid., 2006, Fiqih Al-sunnah, Beirut, Darul Fikri.Sunarto Dzulkifli,Perbankan
Syariah,2007, Jakarta ; Zikrul Hakim, hal.

2-4.http://islam-full.blogspot.co.id/2010/12/haramkah-jual-beli-emas.html
https://konsultasi.wordpress.com/2014/10/08/riba-pengertian-jenis-dan-contohnya/
https://almanhaj.or.id/4045-riba-nasi-ah-riba-fadhl-jual-beli-emas-lama-dengan-emas- baru.html
http://www.kuliah.info/2015/05/pengertian-dan-perbedaan-bank.html
http://islamiwiki.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-riba-hukum-dan-
bahayanya.html#.WET7PdJ97IU http://pengusahamuslim.com/1834-tahukah-anda-apa-itu-riba-
jahiliyah.html http://trysutriani.blogspot.co.id/2014/12/makalah-riba-dalam-ekonomi-islam.html

14

Anda mungkin juga menyukai