1
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 5
C. TUJUAN MAKALAH 5
DAFTAR PUSTAKA 22
2
3
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan karya tulis ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengentahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan karya tulis ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
4
5
Islam. Dalam hal ini pinjam meminjam atau jual beli tersebut masuk kategori
transaksi yang haram. Misalnya si A member pinjaman kepasa si B, dengan
syarat si B harus mngembalikan uang pokok pinjaman beserta sekian persen
tambahannya.
Disadari atau tidak, praktik riba banyak terdapat dalam kehidupan sehari-
hari, salah satunya yang terkait dengan bunga bank. Bunga bank adalah
keuntungan yang diambil oleh bank dan biasanya di tetapkan dalam bentuk
persentase seperti 5% atau 10% dalam jangka waktu bukanan atau tahunan
terhitung dari jumlah pinjaman yang diambil nasabah.3
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam bahasan ini akan coba kita bahasa dan kita jelaskan beberapa hal
mengenai persaingan pemasaran sebagai berikut:
a) Pengertian Riba
b) Landasan Hukum Pelarangan Riba
c) Macam-macam Riba
d) Hikmah Pelarangan Riba
e) Riba dan Bungan Bank dalam Hukum Islam
f) Teori dan Bantahan Terhadap Legalisasi Transaksi Bunga
g) Perbedaan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
C. TUJUAN MAKALAH
Dengan Penulisan makalah ini semoga kita semua dapat mengerti dan
memahami Teori Tentang Riba dan Bunga Bank dan apa saja yang berkaitan
dengan pembahasan tersebut diatas.
3
Cermati.com, Mengenal Riba dan Kaitannya dengan Bunga Bank,
https://www.cermati.com/artikel/mengenal-riba-dan-kaitannya-dengan-bunga-bank , Diakses
pada 24 September 2019.
5
6
BAB II
TEORI TENTANG RIBA DAN BUNGA
BANK
A. PENGERTIAN RIBA
Riba adalah pemberlakuan bunga atau penambahan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok
yang dibebankan kepada peminjam.
Secara etimologis, istilah riba berasal dari bahasa Arab yang memiliki
makna ziyadah atau tambahan. Dengan kata lain, arti riba adalah pengambilan
tambahan dari harta pokok atau modal secara batil, baik dalam transaksi jual-
beli maupun pinjam meminjam.
Dalam agama Islam, Riba adalah praktik yang diharamkan. Bagi umat
Islam, pemberlakuan bunga dengan persentase tertentu pada pinjaman Bank
Konvensional atau lembaga keuangan lainnya dianggap sebagai praktik riba.
6
7
7
8
menyediakan untulk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang
pedih”. Kandungan ayat ini yaitu: Riba telah dilarang dalam kitab ini.5
Dari Samurah bin Jundab RA, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
“Pada suatu malam aku melihat dua orang laki-laki membawaku keluar
sampai ke tanah suci. Kami berjalan bersama hingga kami sampai di
sebuah sungai darah. Di sungai itu berdiri seorang laki-laki dan di tengah
sungai ada seorang laki-laki. Di depannya terdapat batu-batu. Lalu laki-
laki yang berada di sungai tadi berusaha keluar. Setiap kali ia hendak
keluar dari sungai, maka laki-laki itu melemparkan baut ke dalam
mulutnya sehingga ia kembali ke tempatnya semula. Setiap kali ia hendak
keluar, laki-laki itu melemparkan batu ke dalam mulutnya sehingga ia
kembali ke tempat semula. Aku bertanya, apa ini? Mereka berkata, laki-
laki yang engkau lihat di sungai tadi wahai Rasulullah adalah pemakan
riba.” (H. R. Bukhari).
Dari Jabir bin Abdilla RA; “Rasulullah SAW melaknat pemakan riba,
yang memberi riba, penulisnya, dan dua saksinya. Rasulullah lalu berkata
mereka seluruhnya sama.” (H.R. Muslim).6
C. MACAM-MACAM RIBA
Untuk memperjelas pembahasan riba perlu disebutkan secara detail
tentang pembagian riba, masalah-masalah yang terkait dengannya dan
perbedaan pendapat para ulama dalam masalah ini Riba ada beberapa macam,
yaitu:
5
Hari Wahyudi, Dasar Hukum Tentang Larangan Riba, http://dasar-hukum-
muamalat.blogspot.com/2010/11/riba-adalah-perbuatan-merugikan-orang_10.html , diakses
pada tanggal 24 September 2019.
6
Dini Lidya, Pengertian Riba, Jenis dan Pelarangannya dalam Al-Qur’an,
https://dalamislam.com/landasan-agama/fiqih/pengertian-riba , diakses pada 24 September
2019.
8
9
1) Riba Qardh
Pengertian riba qardh adalah riba karena adanya persyaratan kelebihan
pengembalian pinjaman yang dilakukan di awal akad atau perjanjian hutang-
piutang. Sehingga saat jatuh tempo hutang, pemberi hutang (muqridh)
menerima pengembalian sebesar pokok ditambah kelebihan yang
dipersyaratkan dari penerima hutang (muqtharidh). Contoh transaksi riba
qardh dalam kehidupan sehari-hari masih sering ditemukan. Baik transaksi
yang dilakukan oleh orang-perorangan, maupun lembaga keuangan. Berikut
ini adalah beberapa praktek riba qardh yang sebaiknya dihindari.
Rentenir: Meminjam uang sebesar Rp. 5 juta kepada orang lain,
kemudian yang bersangkutan meminjamkan uang dengan syarat bunga
20% selama 6 bulan. Saat pembayaran, peminjam maupun pemberi
pinjaman telah makan riba sebesar Rp. 1 juta. Termasuk juga hukum
meminjam uang di bank konvensional.
Menabung atau investasi di Bank: Membuka tabungan atau deposito
merupakan transaksi riba jika dilakukan di bank konvensional. Sebab,
perjanjian pada bank konvensioanal adalah perjanjian pinjam-meminjam
uang, dengan ketentuan bank memberikan kelebihan sebesar bunga yang
diperjanjikan.
Meskipun ada beberapa pendapat ulama yang membolehkan bunga bank,
namun pendapat mayoritas ulama pemberian bunga pinjaman termasuk riba.
Karena tambahan yang dibayarkan pemberi pinjaman, tidak memiliki transaksi
pengantinya yang sesuai.
Misal, pada contoh transaksi riba renternir, pihak yang berhutang
menerima harta sebesar Rp. 5 juta dengan mengeluarkan harta kepada pemberi
hutang sebesar Rp. 6 juta. Sebaliknya, rentenir menerima kelebihan Rp. 1 juta,
tanpa menanggung risiko kerugian.7
2) Riba Jahiliyah
Riba Jahiliyah adalah hutang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman,
karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu
yang telah ditetapkan. Riba Jahilyah dilarang karena pelanggaran kaedah
“Kullu Qardin Jarra Manfa’ah Fahuwa Riba” (Setiap pinjaman yang
mengambil manfaat adalah riba). Dari segi penundaan waktu penyerahannya,
Riba Jahiliyah tergolong Riba Nasi’ah. Dari segi kesamaan objek yang
dipertukarkan, tergolong Riba Fadl. Tafsir Qurtuby menjelaskan “Pada Zaman
Jahiliyah pada kreditur, apabila hutang sudah jatuh tempo, akan berkata
kepada para debitur “Lunaskan hutang anda sekarang, atau anda tunda
pembayaran itu dengan tambahan” Maka pihak debitur harus menambah
jumlah kewajiban pembayaran hutangnya dan kreditur menunggu waktu
pembayaran kewajiban tersebut sesuai dengan ketentuan baru.” (Tafsir
7
Abughazi, Mamcam-macam Riba dan Contohnya dari Zaman Old hingga Zaman Now,
https://www.sharinvest.com/macam-macam-riba-dan-contohnya/, diakses pada 24 September
2019.
9
10
8
Saripedia, Riba Jahiliyah, https://saripedia.wordpress.com/tag/riba-jahiliyah/, Diakses pada 24
September 2019.
9
Abughazi, Macam-macam Riba dan Contohnya dari Zaman Old hingga Zaman Now,
https://www.sharinvest.com/macam-macam-riba-dan-contohnya/, diakses pada 24 September
2019.
10
Almanhaj, Riba Nasi’ah, Riba Fadhl, https://almanhaj.or.id/4045-riba-nasi-ah-riba-fadhl.html ,
diakses pada 24 September 2019.
10
11
Riba Fadhl
Riba fadhl yaitu memberi tambahan dari salah satu dua barang yang
ditukar (dijualbelikan) yang sama jenisnya. Dan ini hukumnya haram.
Contohnya, a nda menjual atau meminjamkan biji-bijian atau uang
kepada seseorang dengan syarat orang tersebut harus mengembalikannya
dengan barang yang sejenis seperti emas dengan emas atau biji dengan biji-
bijian dengan disertai tambahan dari barang yang semisal. Dan barang
tersebut adalah barang-barang ribawi yang apabila diberi tambahan dari
barang semisal akan menjadi riba.
Agar bisa menjauh dari riba fadhl dan tidak terjatuh ke dalamnya serta
terhindar darinya, maka ada dua syarat yang harus dipenuhi ketika melakukan
jual beli barang ribawi, yaitu:
1. Kadarnya harus sama.
2. Harus serah terima barang di tempat transaksi sebelum berpisah.
Adapun jika barang-barang ribawi yang telah disebutkan dalam hadits
berbeda jenisnya, maka tidak masuk dalam riba fadhl. Barang-barang ribawi
yang disebutkan dalam hadits ada enam, yaitu: Emas dengan emas, perak
dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan
kurma, dan garam dengan garam.
Inilah harta-harta ribawi yang rentan terjadi riba di dalamnya dan ini
ditetapkan dengan nash dan ijma’. ‘Illat (sebab) diharamkannya riba pada
emas karena keduanya sama-sama berharga. Adapun illat diharamkannya riba
pada kurma, gandum, sya’ir, dan garam karena semuanya dimakan dan
ditakar.11
Jika transaksi terjadi antara 6 jenis barang ribawi yang berbeda, tidak
perlu sama takaran, namun tetap dengan penyerahan tunai. Sedangkan jika
muamalah jual beli barang non ribawi tidak harus dilakukan secara tunai dan
sama takaran dan kualitas.
Berdasarkan pemahaman mengenai barang ribawi, maka perbedaan
pengertian riba nasiah dan riba fadhl adalah sebagai berikut:
a) Riba Nasiah adalah riba karena karena transaksi dua jenis barang ribawi
yang sama namun dengan penanguhan penyerahan barang atau
pembayaran.
b) Riba Fadhl adalah riba pada pertukaran barang ribawi sejenis dengan
kualitas tidak sama atau kuantitas (jumlah) yang tidak sama.
Meskpiun fungsi emas dan perak sebagai mata uang dan alat pembayaran
telah digantikan oleh uang. Namun, macam-macam riba nasiah dan riba fadhl
dalam kehidupan sehari-hari tetap banyak ditemukan.12
11
Almanhaj, Riba Nasi’ah, Riba Fadhl, https://almanhaj.or.id/4045-riba-nasi-ah-riba-fadhl.html ,
diakses pada 24 September 2019.
12
Abughazi, Mamcam-macam Riba dan Contohnya dari Zaman Old hingga Zaman Now,
https://www.sharinvest.com/macam-macam-riba-dan-contohnya/, diakses pada 24 September
2019.
11
12
4) Riba Yad
Jual beli dengan mengakhirkan penyerahan (al-qobdul), yakni bercerai-
cerai antara dua orang yang akad sebelum timbang terima, seperti
menganggap sempurna jual beli antara gandum dengan syair tanpa harus
saling menyerahkan dan menerima ditempat akad. Menurut ulama hanafiyah
riba ini termasuk riba nasi'ah, yakni menambah yang tampak dari utang.13
Riba yang muncul akibat adanya jual-beli atau pertukaran barang ribawi
maupun yang bukan ribawi, di mana terdapat perbedaan nilai transaksi bila
penyerahan salah satu atau kedua-duanya diserahkan dikemudian hari. Dengan
kata lain, pada riba yad terdapat dua persyaratan dalam transaksi tersebut yaitu
satu jenis barang dapat diperdagangkan dengan dua skema yaitu kontan dan
kredit. Contoh: harga mobil baru jika dibeli tunai seharga Rp. 100 juta, dan
Rp. 150 juta bila mobil itu dibeli secara kredit dan sampai dengan keduanya
berpisah tidak ada keputusan mengenai salah satu harga yang ditawarkannya .
“Abdullah bin Umar dari Nabi saw, beliau bersabda: “Tidak halal
pinjaman dan jual-beli, tidak juga dua syarat dalam satu jual-beli, dan tidak
boleh menjual barang yang tidak ada padamu”.”
13
Cahya Afifah, Pengertian Riba,
https://www.kompasiana.com/pipul/59c89c570e3f0b71584ddd12/riba?page=all# , Diakses pada
24 September 2019.
14
Qqbaihaqie.com, Macam-macam Riba Yang Perlu Anda Ketahui,
https://qqbaihaqie.wordpress.com/2012/10/20/macam-macam-riba-yang-perlu-anda-ketahui/ ,
diakses pada 24 September 2019.
12
13
15
Istishodia, Hikmah Larangan Riba, https://iqtishodia.wordpress.com/2017/08/11/hikmah-
larangan-riba/ , diakses pada 25 September 2019.
13
14
16
Kamalhadz, 5 Hikmah Diharamkannya Riba Dalam Islam, https://brainly.co.id/tugas/13687773 ,
diakses pada 25 September 2019.
14
15
Para ulama, baik ulama salaf (mazhab empat) maupun ulama kontemporer,
semua sepakat akan keharaman riba. Bahkan ulama yang memperoleh bunga
17
Kalsum, Riba dan Bunga Bank Dalam Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya Terhadap
Perekonomian Umat), ejournal.iainkendari.ac.id , diakses pada 25 September 2019.
18
Azizah Zahra, Bunga Bank dalam Pandangan Islam,
https://www.kompasiana.com/azizahzahra/5721f305167b61b808ac9f7a/bunga-bank-dalam-
pandangan-islam?page=all# , diakses pada 25 September 2019.
15
16
bank, juga mengharamkan riba. (Lihat: Al-Mabsut juz 14 halaman 36, Al-
Syarh Al-Kabir juz 3 halaman 226, Nihayatul Muhtaj jus 4 halaman 230, Al-
Mughni juz 4 halaman 240, Al-Tafsir Al-Wasit juz 1 halaman 513).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perbedaan pendapat ulama bukan
soal hukum keharaman riba, melainkan soal hukum bunga bank. Ulama yang
mengharamkan bunga bank menganggap bahwa bunga bank termasuk riba,
sedangkan ulama yang membolehkan meyakini bahwa ia tidak termasuk riba.
16
17
17
18
2) BAGI HASIL
Kemudian apa perbedaan bunga dengan sistem bagi hasil? Bagi hasil
adalah alternative pembagian keuntungan yang sistemnya berdasarkan dari
penetapan akad di awal yang telah disepakatai sebelumnya dan akan
meningkat seiring dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Skema dari
bagi hasil ini antara lain:
a) Profit Sharing yaitu pembagian keuntungan bedasarkan keuntungan yang
didapat dark suatu usaha. Keuntungan ini dapat dari laba bersih yang
merupakan selisih antara pendapatan usaha yang dikurangi dengan biaya
lain-lain.
b) Gross Profit Sharing adalah sistem yang dilakukan dengan membagikan
laba kotor hasil dari pendapatan usaha dikurangi biaya produksi.
c) Revenue Sharing yaitu dimana dalam dasar perhitungannya hanya
menggunakan pendapatan usaha saja.
20
Syariahbank.com, Perbedaan Antara Bunga (Bank Konvensional) dan Bagi Hasil (Bank Syariah),
https://www.syariahbank.com/perbedaan-antara-bunga-bank-konvensional-dan-bagi-hasil-bank-
syariah/, diakses pada 27 September 2019.
18
19
Perbedaan sistem pembagian keuntungan secara bunga dan bagi hasil yang
paling mencolok terlihat pada penentuan besaran. Bunga, seperti
pengertiannya ditentukan menggunakan bentuk presentase besaran kredit
utang. Sedangkan bagi hasi di tentutkan menggunakan rasio atau
perbandingan terhadapa keuntungan usaha yang dibiayai dari kredit tersebut.
b) Acuan Pembagian
Acuan yang dijadikan dasar perhitungan bunga dan bagi hasil juga
berbeda. Acuan besarnya bunga dipengaruhi oleh seberapa besar pokok
hutang atau kredit yang dikeluarkan. Sedangkan acuan bagi hasil yaitu
menggunakan rasio seberapa besar keuntungan yang dibiayai oleh kredit
tersebut.
d) Eksistensi
Dalam hal ini biasanya perbedaan muncul penilaian didasari oleh suatu
dasar. Penerapan bagi keuntungan dengan sistem menggunakan bunga sangat
diragukan bahkan dikecam beberapa kalangan karena dirasa mengaplikasikan
sistem riba. Sedangkan untuk sistem bagi hasil tidak ada yang meragukan
keabsahannya.
Kedua sistem bagi keuntungan ini memiliki dampak positif dan negatifnya
masing-masing. Jika ditanya mana yang lebih baik, tentu jawabannya sudah
muncul berdasarkan ulasan diatas. Namun pilihan sistem bagi keuntungan
mana yang lebih baik tetap ada ditangan calon pengaju kredit didasari oleh
jenius usaha yang akan dilakukan.21
21
Kumparan, Perbedaan Sistem Bunga Vs Sistem Bagi Hasil, https://kumparan.com/james-
gotaro/perbedaan-sistem-bunga-vs-sistem-bagi-hasil , diakses pada 27 September 2019.
19
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Riba adalah pinjaman dengan kelebihan/tambahan pembayaran tanpa ada
ganti atau imbalan yang disyaratkan bagi salah seorang pihak dari kedua belah
pihak yang membuat transaksi, sedangkan bunga adalah sejumlah uang yang
dibayar untuk pengguna modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan
satuan tingat atau peresentase modal yang bersangkutan dengan itu dan
dinamakan suku bunga modal. Dalam pandangan Fiqh Muamalah dan
ekonomi islam sendiri dikatakan bahwa antara riba dan bunga bank adalah
sama, dikarenkan operasional diperbankan konvensional, bunga yang
dibayarkan oleh nasabah peminjam yang dilakukan jelas merupakan
tambahan. Karena nasabah melakukan transaksi dengan pihak bank berupa
pinjaman uang tunai.
Dampak akan bahayanya riba (bunga bank) terhadap kehidupan manusia
meliputi hal ini akan menimbulkan perasaan egois pada diri, sehingga tidak
mengenal melainkan diri sendiri, menimbulka kasta-kasta yang saling
bermusuhan, dan menyebabkan manusia dalam dua golongan besar yaitu
orang miskin sebagai pihak yang tertindas dan orang kaya sebagai pihak yang
menindas.
Rasulullah SAW juga menegaskan perkara ini dengan menggunakan kata-
kata yang lebih jelas, bukan saja mereka yang mengambil riba, tetapi mereka
yang memberikan riba dan para penulis yang mencatat transaksi atau para
saksinya. Bahkan beliau menyamakan dosa orang yang mengambil riba
dengan dosa orang yang melakukan zina 36 kali lipat atau setara dengan orang
yang menzinahi ibunya sendiri.
B. SARAN
Untuk mengantisipasi masalah-masalah yang ditimbulkan dari
pembahasan diatas adalah sebagai berikut:
Ada baiknya para nasabah melakukan transaksi peminjaman uang di Bank
yang syariatkan Islami dan tidak membebankan nasabah dengan bunga yang
besar. Perbankan syariah yang ada di Indonesia dalam pelaksanaannya harus
benar-benar berdasarkan hukum Islam (Syariah). Jadi jangan sebagai kedok
untuk menarik minat umat Islam untuk menabung diperbankan atau sekedar
orientasi bisnis semata. Lahirnya perbankan di Indonesia dengan tujuan untuk
kepentingan mengakomodir umat Islam harus didukung dan dipertahankan.
Namun dalam pelaksanaannya harus diawasi dengan ketat oleh Dewan
Pengawas Syariah. Sehingga kelahiran perbankan syariah tersebut sesuai
20
21
21
22
DAFTAR PUSTAKA
22
23
23