Anda di halaman 1dari 23

1

TEORI TENTANG RIBA DAN BUNGA BANK


MAKALAH EKONOMI SYARIAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah FIQH MUAMALAH KONTEMPORER
Yang Diampu Oleh Bapak ARIE SYANTOSO, MSI

Disusun Oleh (Kelompok 3):

 Hesterina Putri Hanma (18510157)


 Nurulita Yanti (18510038)

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN


MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2019

1
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 3

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 5
C. TUJUAN MAKALAH 5

BAB II TEORI TENTANG RIBA DAN BUNGA BANK


A. PENGERTIAN RIBA 6
B. LANDASAN HUKUM PELARANGAN RIBA 8
C. MACAM-MACAM RIBA 8
D. HIKMAH PELARANGAN RIBA 12
E. RIBA DAN BUNGA BANK DALAM HUKUM ISLAM 14
F. TEORI DAN BANTAHAN TERHADAP LEGALISASI TRANSAKSI BUNGA 15
G. PERBEDAN SISTEM BUNGA DAN SISTEM BAGI HASIL 17

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN 20
B. SARAN 20

DAFTAR PUSTAKA 22

2
3

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin berkat rahmat-Nya dan karunia-Nya yang


tak terhingga di limpahkan kepada kita semua sehingga karena itu juga kami dapat
menyeleaikan tugas makalah untuk mata kuliah FIQH MUAMALAH
KONTEMPORER yang berjudul “TEORI TENTANG RIBA DAN BUNGA
BANK”.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan


dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak terlepas dari bantuan beberapa
pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan karya tulis ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengentahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan karya tulis ini.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

3
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Melakukan kegiatan ekonomi merupakan tabiat manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan kegiatan itu ia memperoleh rezeki dan dengan
rezeki itu dia dapat melangsungkan kehidupannya. Bagi orang Islam, Al-
Qur’an adalah petunjuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang absolute.
Sunnah Rasulullah SAW berfungsi menjelaskan kandungan Al-Qur’an.
Terdapat banyak ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang merangsang manusia
untuk rajin bekerja dan mencela orang menjadi pemalas. Tetapi tidak setiap
kegiatan ekonomi dibenarkan oleh Al-Qur’an. Apabila kegiatan itu memiliki
watak yang merugikann banyak orang dan menguntungkan sebagian kecil
orang, seperti monopoli, calo, perjuadian dan riba, pastikan akan ditolak.1
Riba merupakan pendapatan yang di peroleh secara tidak adil. Riba telah
berkembang sejak zaman jahiliyah hingga sekarang ini. Sejak itu banyaknya
masalah-masalah ekonomi yang terjadi di masyarakat dan telah menjadi tradisi
bangsa arab terhadap jual beli maupun pinjam-meminjam barang dan jasa.
Sehingga sudah mendarah daging, bangsa arab memberikan pinjaman kepada
seseorang dan memungut biaya jauh di atas dari pinjaman awal yang di
berikan kepada peminjam akibatnya banyaknya orang lupa akan larangan riba.
Sejak datangnya Islam di masa Rasullullah saw. Islam telah melarang
adanya riba. Karena sudah mendarah daging, Allah SWT melarang riba secara
bertahap. Allah SWT melaknat hamba-hambanya bagi yang melakukan
perbuatan riba. Perlu adanya pemahaman yang luas, agar tidak terjerumus
dalam Riba. Karena  Riba menyebabkan tidak terwujudnya kesejahteraan
masyarakat secara menyeluruh.2
Dalam konteks syariah (Hukum Islam) memakan riba termauk salah satu
dosa besar. Namun pada praktiknya masih banyak masyarakat yang bingung
dengan praktik riba tersebut dalam kehidpan sehari-hari khususnya yang
terkait dengan transaksi perbankan. Riba secara bahasa bermakna tambahan
atau meminta kelebihan uang dari nilai awal. Secara lebih Spesifik lagi riba
adalah meminta tambahan uang dari pinjaman awal baik dalam transaksi jual
beli maupun pinjam meminjam yang bertentangan dengan prinsip syariah
1
Sopan Sopian, Makalah Tentang Riba,
https://www.academia.edu/4968598/MAKALAH_TENTANG_RIBA , di akses pada 24 September
2019.
2
Trysutriani, Makalah Riba Dalam Ekonomi Islam,
https://trysutriani.blogspot.com/2014/12/makalah-riba-dalam-ekonomi-islam.html , di akses
pada 24 September 2019.

4
5

Islam. Dalam hal ini pinjam meminjam atau jual beli tersebut masuk kategori
transaksi yang haram. Misalnya si A member pinjaman kepasa si B, dengan
syarat si B harus mngembalikan uang pokok pinjaman beserta sekian persen
tambahannya.
Disadari atau tidak, praktik riba banyak terdapat dalam kehidupan sehari-
hari, salah satunya yang terkait dengan bunga bank. Bunga bank adalah
keuntungan yang diambil oleh bank dan biasanya di tetapkan dalam bentuk
persentase seperti 5% atau 10% dalam jangka waktu bukanan atau tahunan
terhitung dari jumlah pinjaman yang diambil nasabah.3

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam bahasan ini akan coba kita bahasa dan kita jelaskan beberapa hal
mengenai persaingan pemasaran sebagai berikut:
a) Pengertian Riba
b) Landasan Hukum Pelarangan Riba
c) Macam-macam Riba
d) Hikmah Pelarangan Riba
e) Riba dan Bungan Bank dalam Hukum Islam
f) Teori dan Bantahan Terhadap Legalisasi Transaksi Bunga
g) Perbedaan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil

C. TUJUAN MAKALAH
Dengan Penulisan makalah ini semoga kita semua dapat mengerti dan
memahami Teori Tentang Riba dan Bunga Bank dan apa saja yang berkaitan
dengan pembahasan tersebut diatas.

3
Cermati.com, Mengenal Riba dan Kaitannya dengan Bunga Bank,
https://www.cermati.com/artikel/mengenal-riba-dan-kaitannya-dengan-bunga-bank , Diakses
pada 24 September 2019.

5
6

BAB II
TEORI TENTANG RIBA DAN BUNGA
BANK

A. PENGERTIAN RIBA
Riba adalah pemberlakuan bunga atau penambahan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok
yang dibebankan kepada peminjam.
Secara etimologis, istilah riba berasal dari bahasa Arab yang memiliki
makna ziyadah atau tambahan. Dengan kata lain, arti riba adalah pengambilan
tambahan dari harta pokok atau modal secara batil, baik dalam transaksi jual-
beli maupun pinjam meminjam.
Dalam agama Islam, Riba adalah praktik yang diharamkan. Bagi umat
Islam, pemberlakuan bunga dengan persentase tertentu pada pinjaman Bank
Konvensional atau lembaga keuangan lainnya dianggap sebagai praktik riba.

Adapun Pengertian Riba Menurut Para Ahli Fiqih :


1. Al-Mali : Menurut Al-Mali pengertian riba adalah akad yang terjadi atas
pertukaran barang atau komoditas tertentu yang tidak diketahui
perimbangan menurut syara’, ketika berakad atau mengakhiri penukaran
kedua belah pihak atau salah satu dari keduanya
2. Rahman Al-Jaziri : Menurut Rahman Al-Jaziri arti riba adalah akad yang
terjadi dengan pertukaran tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut
syara’ atau terlambat salah satunya.
3. Syeikh Muhammad Abduh : Menurut Syeikh Muhammad Abduh
pengertian riba adalah penambahan-penambahan yang disyaratkan oleh
orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya
(uangnya), karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari
waktu yang telah ditentukan.4

B. LANDASAN HUKUM PELARANGAN RIBA


1) Hukum Pelarangan Riba Dalam Al-Qur’an
 Ar-Rum ayat 39 : Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar
dia bertambah pada harta manusia, maka Riba itu tidak menambah pada
sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
4
Maxmanroe.com, Pengertian Riba dalam Islam, Jenis-jenis Riba, Dasar Hukum dan Contoh Riba,
https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/pengertian-riba.html , Diakses pada 24 September
2019.

6
7

demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).


Kandungan ayat ini yaitu, Riba menghilangkan pahala di sisi Allah
sedangkan zakat menambah pahala disisi Allah (berlipat ganda).

 Al-Baqarah ayat 276 : “Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan


sedekah dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran
dan selalu berbuat dosa”. Kandungan ayat ini yaitu, Riba menghilangkan
pahala kebaikan, sedangkan shadaqoh menyuburkan pahala kebaikan.

 Al-Baqarah ayat 275 : “Orangorang yang makan (mengambil) Riba tidak


dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demekian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepada larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya
(terserah) kepada Allah, orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
“Kandungan ayat ini yaitu, Riba diharamkan sedangkan jual beli
dihalalkan.

 Al-Baqarah ayat 278-279 : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah


kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu
orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya
akan memerangimu dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya. “Kandungan ayat ini yaitu, Riba harus ditinggalkan bagi orang
yang beriman, jika tidak diancaman Allah dan Rasul sangat keras.
Sedangkan tujuan larangan riba agar salah satu pihak tidak dirugikan.

 Al-Imran ayat 130 : “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan”. Kandungan ayat ini yaitu, Riba
yang dilakukan dengan terus menambah tambahan jumlah hutang karena
perpanjangan waktu pembayaran dilarang.

 An-Nisa ayat 161 : “Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal


sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya dank arena mereka
memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah

7
8

menyediakan untulk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang
pedih”. Kandungan ayat ini yaitu: Riba telah dilarang dalam kitab ini.5

2) Hukum Pelarangan Riba Dalam Hadist


 Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah SAW bersabda yang artinya; “Jauhilah
tujuh perkara mubiqat (yang mendatangkan kebinasaan). Para sahabat
lalu bertanya apakah tujuh perkara itu, wahai Rasulullah? Rasulullah
SAW lalu menjawab menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang
diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan dibenarkan syariat,
memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari medan
petempuran, melontarkan tuduhan zina terhadap wanita baik-baik yang
lengah lagi beriman.” (H. R. Bukhari dan Muslim).

 Dari Samurah bin Jundab RA, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
“Pada suatu malam aku melihat dua orang laki-laki membawaku keluar
sampai ke tanah suci. Kami berjalan bersama hingga kami sampai di
sebuah sungai darah. Di sungai itu berdiri seorang laki-laki dan di tengah
sungai ada seorang laki-laki. Di depannya terdapat batu-batu. Lalu laki-
laki yang berada di sungai tadi berusaha keluar. Setiap kali ia hendak
keluar dari sungai, maka laki-laki itu melemparkan baut ke dalam
mulutnya sehingga ia kembali ke tempatnya semula. Setiap kali ia hendak
keluar, laki-laki itu melemparkan batu ke dalam mulutnya sehingga ia
kembali ke tempat semula. Aku bertanya, apa ini? Mereka berkata, laki-
laki yang engkau lihat di sungai tadi wahai Rasulullah adalah pemakan
riba.” (H. R. Bukhari).

 Dari Jabir bin Abdilla RA; “Rasulullah SAW melaknat pemakan riba,
yang memberi riba, penulisnya, dan dua saksinya. Rasulullah lalu berkata
mereka seluruhnya sama.” (H.R. Muslim).6

C. MACAM-MACAM RIBA
Untuk memperjelas pembahasan riba perlu disebutkan secara detail
tentang pembagian riba, masalah-masalah yang terkait dengannya dan
perbedaan pendapat para ulama dalam masalah ini Riba ada beberapa macam,
yaitu:

5
Hari Wahyudi, Dasar Hukum Tentang Larangan Riba, http://dasar-hukum-
muamalat.blogspot.com/2010/11/riba-adalah-perbuatan-merugikan-orang_10.html , diakses
pada tanggal 24 September 2019.
6
Dini Lidya, Pengertian Riba, Jenis dan Pelarangannya dalam Al-Qur’an,
https://dalamislam.com/landasan-agama/fiqih/pengertian-riba , diakses pada 24 September
2019.

8
9

1) Riba Qardh
Pengertian riba qardh adalah riba karena adanya persyaratan kelebihan
pengembalian pinjaman yang dilakukan di awal akad  atau perjanjian hutang-
piutang. Sehingga saat jatuh tempo hutang, pemberi hutang (muqridh)
menerima pengembalian sebesar pokok ditambah kelebihan yang
dipersyaratkan dari penerima hutang (muqtharidh). Contoh transaksi riba
qardh dalam kehidupan sehari-hari masih sering ditemukan. Baik transaksi
yang dilakukan oleh orang-perorangan, maupun lembaga keuangan. Berikut
ini adalah beberapa praktek riba qardh yang sebaiknya dihindari.
 Rentenir: Meminjam uang sebesar Rp. 5 juta kepada orang lain,
kemudian yang bersangkutan meminjamkan uang dengan syarat bunga
20% selama 6 bulan. Saat pembayaran, peminjam maupun pemberi
pinjaman telah makan riba sebesar Rp. 1 juta. Termasuk juga hukum
meminjam uang di bank konvensional.
 Menabung atau investasi di Bank: Membuka tabungan atau deposito
merupakan transaksi riba jika dilakukan di bank konvensional. Sebab,
perjanjian pada bank konvensioanal adalah perjanjian pinjam-meminjam
uang, dengan ketentuan bank memberikan kelebihan sebesar bunga yang
diperjanjikan.
Meskipun ada beberapa pendapat ulama yang membolehkan bunga bank,
namun pendapat mayoritas ulama pemberian bunga pinjaman termasuk riba.
Karena tambahan yang dibayarkan pemberi pinjaman, tidak memiliki transaksi
pengantinya yang sesuai.
Misal, pada contoh transaksi riba renternir, pihak yang berhutang
menerima harta sebesar Rp. 5 juta dengan mengeluarkan harta kepada pemberi
hutang sebesar Rp. 6 juta. Sebaliknya, rentenir menerima kelebihan Rp. 1 juta,
tanpa menanggung risiko kerugian.7

2) Riba Jahiliyah
Riba Jahiliyah adalah hutang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman,
karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu
yang telah ditetapkan. Riba Jahilyah dilarang karena pelanggaran kaedah
“Kullu Qardin Jarra Manfa’ah Fahuwa Riba” (Setiap pinjaman yang
mengambil manfaat adalah riba). Dari segi penundaan waktu penyerahannya,
Riba Jahiliyah tergolong Riba Nasi’ah. Dari segi kesamaan objek yang
dipertukarkan, tergolong Riba Fadl. Tafsir Qurtuby menjelaskan “Pada Zaman
Jahiliyah pada kreditur, apabila hutang sudah jatuh tempo, akan berkata
kepada para debitur “Lunaskan hutang anda sekarang, atau anda tunda
pembayaran itu dengan tambahan” Maka pihak debitur harus menambah
jumlah kewajiban pembayaran hutangnya dan kreditur menunggu waktu
pembayaran kewajiban tersebut sesuai dengan ketentuan baru.” (Tafsir

7
Abughazi, Mamcam-macam Riba dan Contohnya dari Zaman Old hingga Zaman Now,
https://www.sharinvest.com/macam-macam-riba-dan-contohnya/, diakses pada 24 September
2019.

9
10

Qurtubi, 2/1157). Dalam Perbankan Konvensional, Riba Jahiliyah dapat


ditemui dalam pengenaan bunga pada transaksi kartu kredit.8
Praktek riba jahiliyah ini terus berlangsung hingga sekarang, berikut ini
adalah beberapa contoh transaksi riba jahiliyah dalam kehidupan sehari-hari,
dari zaman old hingga zaman now.
 Praktek Jahiliyah: Pemberi hutang pada masa jahiliyah di arab berkata
kepada pihak penerima hutang saat jatuh tempo. ‘Lunasi hutangmu atau
kamu boleh tunda pembayaran dengan memberikan tambahan.”
 Praktek Zaman Now: Transaksi kartu kredit. Saat pengguna kartu kredit
membeli barang senilai Rp. 1 juta dan tidak mampu membayar penuh saat
jatuh tempo. Maka penguna kartu kredit diharuskan membayar bunga atas
tunggakan kartu kreditnya.
Praktek riba jahiliyah ini mengakibatkan beralihnya perjanjian pinjaman
menjadi perjanjian yang mengambl manfaat. Seperti halnya pengertian riba
dalaml islam, setiap pinjaman yang mengambil manfaat adalah riba.9

3) Riba Nasiah dan Riba Fadhl


 Riba Nasiah
Para ulama menyebutkan bahwa nasiah artinya mengakhirkan dan
menangguhkan yaitu member tambahan pada suatu barang dari dua barang
yang ditukar (dijualbelikan) sebagai imbalan dari diakhirkannya pembayaran.
Dari Qatadah rahimahullah ia berkata, “Sesungguhnya riba di zaman
Jahiliyyah ialaha seseorang menjual barang dengan (pembayaran yang
ditangguhkan) sampai batas waktu tertentu. Apabila batas waktu pembayaran
telah tiba dan orang yang berhutang tidak mampu melunasi hutangnya, maka
si pemberi hutang menambahkan hutangnya dan mengakhirkan lagi waktu
pembayarannya.”
Contohnya, seseorang menjual 50 sha’ gandum kepada orang lain dengan
100 sha’ sya’ir (gandum yang masih ada kulitnya) dalam jangka waktu
tertentu dengan menghitungkan tambahan sebagai imbalan dari pajangnya
waktu pembayaran. Riba jenis ini sangat terkenal pada masa Jahiliyah, lali
Al-Qur’an datng untuk mengharamkannya dan melarangnya, juga
mengancam pelakunya, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits Usamah
bin Zaid Radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda “Tidak ada riba kecuali pada Nasiah”.10

8
Saripedia, Riba Jahiliyah, https://saripedia.wordpress.com/tag/riba-jahiliyah/, Diakses pada 24
September 2019.
9
Abughazi, Macam-macam Riba dan Contohnya dari Zaman Old hingga Zaman Now,
https://www.sharinvest.com/macam-macam-riba-dan-contohnya/, diakses pada 24 September
2019.
10
Almanhaj, Riba Nasi’ah, Riba Fadhl, https://almanhaj.or.id/4045-riba-nasi-ah-riba-fadhl.html ,
diakses pada 24 September 2019.

10
11

 Riba Fadhl
Riba fadhl yaitu memberi tambahan dari salah satu dua barang yang
ditukar (dijualbelikan) yang sama jenisnya. Dan ini hukumnya haram.
Contohnya, a nda menjual atau meminjamkan biji-bijian atau uang
kepada seseorang dengan syarat orang tersebut harus mengembalikannya
dengan barang yang sejenis seperti emas dengan emas atau biji dengan biji-
bijian dengan disertai tambahan dari barang yang semisal. Dan barang
tersebut adalah barang-barang ribawi yang apabila diberi tambahan dari
barang semisal akan menjadi riba.
Agar bisa menjauh dari riba fadhl dan tidak terjatuh ke dalamnya serta
terhindar darinya, maka ada dua syarat yang harus dipenuhi ketika melakukan
jual beli barang ribawi, yaitu:
1. Kadarnya harus sama.
2. Harus serah terima barang di tempat transaksi sebelum berpisah.
Adapun jika barang-barang ribawi yang telah disebutkan dalam hadits
berbeda jenisnya, maka tidak masuk dalam riba fadhl. Barang-barang ribawi
yang disebutkan dalam hadits ada enam, yaitu: Emas dengan emas, perak
dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan
kurma, dan garam dengan garam.
Inilah harta-harta ribawi yang rentan terjadi riba di dalamnya dan ini
ditetapkan dengan nash dan ijma’. ‘Illat (sebab) diharamkannya riba pada
emas karena keduanya sama-sama berharga. Adapun illat diharamkannya riba
pada kurma, gandum, sya’ir, dan garam karena semuanya dimakan dan
ditakar.11
Jika transaksi terjadi antara 6 jenis barang ribawi yang berbeda, tidak
perlu sama takaran, namun tetap dengan penyerahan tunai. Sedangkan jika
muamalah jual beli barang non ribawi tidak harus dilakukan secara tunai dan
sama takaran dan kualitas.
Berdasarkan pemahaman mengenai barang ribawi, maka perbedaan
pengertian riba nasiah dan riba fadhl adalah sebagai berikut:
a) Riba Nasiah adalah riba karena karena transaksi dua jenis barang ribawi
yang sama namun dengan penanguhan penyerahan barang atau
pembayaran.
b) Riba Fadhl adalah riba pada pertukaran barang ribawi sejenis dengan
kualitas tidak sama atau kuantitas (jumlah) yang tidak sama.

Meskpiun fungsi emas dan perak sebagai mata uang dan alat pembayaran
telah digantikan oleh uang. Namun, macam-macam riba nasiah dan riba fadhl
dalam kehidupan sehari-hari tetap banyak ditemukan.12

11
Almanhaj, Riba Nasi’ah, Riba Fadhl, https://almanhaj.or.id/4045-riba-nasi-ah-riba-fadhl.html ,
diakses pada 24 September 2019.
12
Abughazi, Mamcam-macam Riba dan Contohnya dari Zaman Old hingga Zaman Now,
https://www.sharinvest.com/macam-macam-riba-dan-contohnya/, diakses pada 24 September
2019.

11
12

4) Riba Yad
Jual beli dengan mengakhirkan  penyerahan (al-qobdul), yakni bercerai-
cerai antara dua orang yang akad  sebelum timbang terima, seperti
menganggap sempurna jual beli antara  gandum dengan syair tanpa harus
saling menyerahkan dan menerima ditempat  akad. Menurut ulama hanafiyah
riba ini termasuk riba nasi'ah, yakni  menambah yang tampak dari utang.13
Riba yang muncul akibat adanya jual-beli atau pertukaran barang ribawi
maupun yang bukan ribawi, di mana terdapat perbedaan nilai transaksi bila
penyerahan salah satu atau kedua-duanya diserahkan dikemudian hari. Dengan
kata lain, pada riba yad terdapat dua persyaratan dalam transaksi tersebut yaitu
satu jenis barang dapat diperdagangkan dengan dua skema yaitu kontan dan
kredit. Contoh: harga mobil baru jika dibeli tunai seharga Rp. 100 juta, dan
Rp. 150 juta bila mobil itu dibeli secara kredit dan sampai dengan keduanya
berpisah tidak ada keputusan mengenai salah satu harga yang ditawarkannya .
“Abdullah bin Umar dari Nabi saw, beliau bersabda: “Tidak halal
pinjaman dan jual-beli, tidak juga dua syarat dalam satu jual-beli, dan tidak
boleh menjual barang yang tidak ada padamu”.”

Ada beberapa pengertian berdasarkan hadis tersebut, yaitu:


a) Hadis tersebut memberikan penjelasan bahwa seseorang tidak boleh
bertransaksi dalam satu akad terdapat pinjaman dan jual beli. Contoh A
bersedia memberikan pinjaman kepada B dengan syarat B harus menjual
sepeda motornya kepada A.
b) Hadis tersebut juga melarang seseorang menentukan dua syarat dalam
satu akad jual beli. Contoh: A menjual motornya kepada B secara tunai
dengan syarat B harus menjual kembali motornya kepada A dengan cara
kredit. Contoh lain: A menjual sepeda motornya, jika dibeli dengan tunai
maka harganya Rp 10 juta, kalau dibeli dengan kredit harganya Rp 15 juta
dan sampai dengan keduanya berpisah tidak ada keputusan pemilihan
salah satu harga yang ditawarkan.
c) Seseorang dilarang menjual barang yang tidak ada pada dirinya. Contoh:
A menjual sepeda motor yang hilang kepada orang lain. 14

D. HIKMAH PELARANGAN RIBA


Imam Ar-Razi dalam kitab tafsirnya menjelaskan tentang hikmah
diharamkannya riba sebagai berikut:
1) Makan riba sama saja dengan mengambil harta orang lain tanpa
memberinya imbalan apa pun, sebab orang yang meminjamkan satu
dirham untuk pengembalian dua dirham mendapat satu dirham secara
gratis. Nah, karena harta manusia sangat dilindungi dalam Islam dan
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhannya, sesuai dengan hadits

13
Cahya Afifah, Pengertian Riba,
https://www.kompasiana.com/pipul/59c89c570e3f0b71584ddd12/riba?page=all# , Diakses pada
24 September 2019.
14
Qqbaihaqie.com, Macam-macam Riba Yang Perlu Anda Ketahui,
https://qqbaihaqie.wordpress.com/2012/10/20/macam-macam-riba-yang-perlu-anda-ketahui/ ,
diakses pada 24 September 2019.

12
13

““Harta seseorang itu sesuci darahnya (hadits riwayat Abu Na’im)”,


maka mengambil harta seseorang tanpa memberinya sebuah imbalan
(harga) sebagai penggantinya adalah diharamkan.

2) Ketergantungan pada bunga pinjaman menghalangi orang untuk bekerja


mencari nafkah, sebab orang yang punya beberapa dirham bisa mendapat
tambahan satu dirham hanya dengan memberi pinjaman berbunga, entah
itu dibayar di depan atau di kemudian hari, tanpa perlu bekerja. Nilai kerja
tentunya akan merosot dalam pandangannya, dan dia tidak akan mau
repot-repot melakukan bisnis atau mengambil risiko atas uangnya dalam
perniagaan. Ini akan menjauhkan maslahat dari umat manusia, sebab
perdagangan dunia tidak akan bisa berjalan tanpa adanya industri,
pembangunan gedung-gedung dan konstruksi, yang semuanya
membutuhkan penyertaan modal dengan risiko. Dari sudut pandang
ekonomi, argumen ini jelas tak perlu dipertanyakan.

3) Membolehkan pemungutan bunga atas utang menghalangi orang untuk


berbuat baik satu sama lain, sebagaimana yang dikehendaki Islam. Jika
riba dilarang dalam suatu masyarakat, orang akan melakukan transaski
pinjam-meminjam dengan itikad baik, tidak mengharap kembali selain
dari yang mereka pinjamkan, sedangkan apabila riba diizinkan maka orang
yang membutuhkan akan diharuskan membayar utang lebih besar (dari
yang dia pinjam), pada akhirnya ini akan mengurangi itikad baik dan sikap
ramahnya terhadap pemberi pinjaman. (Inilah aspek moral dari
pengharaman riba).

4) Pemberi pinjaman cenderung kaya dan peminjam miskin. Jika riba


diperbolehkan, orang kaya akan mengisap yang miskin dan ini
bertentangan dengan jiwa kasih sayang dan kemurahan hati (Inilah aspek
sosial pelarangan riba). (Tafsir karya Al-Fakhr al-Din Al-Razi, jilid 7 h. 4)

Dengan demikian, dalam sebuah masyarakat di mana riba sah dilakukan,


orang yang kuat memanfaatkan penderitaan pihak yang lemah. Alhasil, yang
kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin, serta tercipta jurang pemisah
antar kelas-kelas sosial ekonomi dalam masyarakat. Dengan sendirinya hal ini
membangkitkan kecemburuan dan kebencian golongan miskin terhadap
mereka yang kaya, dan penghinaan serta ketidakpedulian orang-orang kaya
terhadap kaum miskin. Konflik mulai muncul, struktur sosial ekonomi
terkoyak, revolusi meledak, dan keharmonisan sosial berada dalam bahaya.
Sejarah mutakhir menggambarkan dengan jelas betapa struktur perekonomian
yang bertumpu pada rinba merusak kedamaian dan stabilitas bangsa-bangsa.15

Diantara hikmah diharamkannya riba selain hikmah-hikmah umum di


seluruh perintah-perintah syar'i yaitu menguji keimanan seorang hamba

15
Istishodia, Hikmah Larangan Riba, https://iqtishodia.wordpress.com/2017/08/11/hikmah-
larangan-riba/ , diakses pada 25 September 2019.

13
14

dengan taat, mengerjakan perintah atau meninggalkannya adalah sebagai


berikut:
1. Melindungi harta orang Muslim agar tidak termakan dengan batil.
2. Memotivasi orang Muslim untuk menginvetasikan hartanya pada usaha-
usaha yang bersih dari penipuan, jauh dari apa saja yang menimbulkan
kesulitan dan kemarahan di antara kaum Muslimin, misalnya dengan
cocok tanam, industry, bisnis yang benar, dan lain sebagainya.
3. Menutup seluruh pintu bagi orang Muslim yang membawa kepada
memusuhi dan menyusahkan suadaranya, serta membuat benci dan marah
kepada saudaranya.
4. Menjauhkan orang Muslim dari sesuatu yang menyebabkan
kebinasaannya, karena pemakan riba adalah orang yang dzalim dan akibat
ke zhalimannya adalah kesusahan. Allah Ta’ala berfirman “Hai manusia
sesungguhnya (bencana) ke zhaliman kalian akan menimpa diri kalian
sendiri” (Yunus:23)
Rasulullah Alaihi Wa Sallam bersabda, “Takutlah kalian kepada
kezhaliman, karena kezhaliman adalah kegelapan pada hari kiamat. Dan
takutlah kalian kepada kikir, karena kikir membawa orang-orang sebelum
kalian kepada menumpahkan darah mereka dan menghalalkan apa-apa
yang diharamkan kepadaa mereka.” (Diriwayatkan Muslim)
5. Membuka pintu-pintu kebaikan didepan orang Muslim agar ia mencari
bekal untuk akhiratnya, Misalnya dengan member pinjaman kepada
saudara seagamanya tanpa meminta uang tambahan atas hutangnya (riba),
member tempo waktu kepada peminjam hingga bisa membayar
hutangnya, member kemudahan kepadanya dan menyayanginya karena
ingin mendapatkan keridhoan Allah Ta’ala. Itu semua bisa menebarkan
kasih sayang sesama kaum Muslimin dan menumbuhkan jiwa
persaudaraan sesama mereka.16

E. RIBA DAN BUNGA BANK DALAM HUKUM ISLAM


Bunga merupakan tanggungan pada pinjaman uang yang biasanya
dinyatakan dengan persentase dari uang yang dipinjamkan. Kemudian apakah
bunga termasuk riba? Ada dua pendapat, yaitu:
1. Menurut Ijma ulama dikalangan semua mazhab fiqh bahwa bunga dengan
segala bentuknya termasuk kategori riba.
2. Pendapat yang menyatakan bahwa bunga tidak termasuk kategori riba.
Adanya pembenaran unsur bunga dengan cara apapun sebagai
kompensasi atas terjadinya inflasi dan ini merupakan pendapatan umum yang
di adobsi dari teori aigo. Namun argument ini lemah ketika adanya suku
bunga yang lebih tinggi dari inflansi yang diperkirakan atau tingkat inflansi
dapat mencapai nol atau negatif (deflasi). Justru Keberadaan bunga memicu
penyebab terjadinya inflasi. Jika alasan untuk menjaga nilai uang yang
terkikis oleh inflasi maka kompensasinya tidak mesti dengan bunga tetapi
dengan instrument lain.17

16
Kamalhadz, 5 Hikmah Diharamkannya Riba Dalam Islam, https://brainly.co.id/tugas/13687773 ,
diakses pada 25 September 2019.

14
15

Krisis ekonomi dunia yang menyengsarakan banyak negara yang terjadi


sejak tahun 1930 s/d 2000, adalah bukti paling nyata dari dampak sistem
bunga.
1) Menurut Hosen dan Hasan Ali (PKES, 2008:12) beberapa alasan
mengapa bunga menjadi dilarang dalam Islam, diantaranya adalah:
 Bunga (interest) sebagai biaya produksi yang telah ditetapkan
sebelumnya cenderung menghalangi terjadinya lapangan kerja penuh
(full employment) (MA Khan, 1986: Ahmad, 1952: Mannan, 1986).
 Krisis-krisis moneter internasional terutama disebabkan oleh institusi
yang memberlakukan bunga (MA. Khan, 1986)
 Siklus-siklus bisnis dalam kadar tertentu dinisbahkan kepada
fenomena bunga (Ahmad, 1952: Su’ud, 1980)
 Teori ekonomi modern yang berbasis bunga ini belum mampu
memberikan justifikasi terhadap eksistensi bunga (Khan dan
Mirakhor, 1992). Pandangan Islam tentang Riba & Bunga Bank

2) Majelis ulama Indonesia (MUI), mengeluarkan fatwa tentang bunga bank


(interest/fai’dah), yaitu;
 Bunga (interest/fa’idah) adalah tambahan yang dikenakan dalam
transaksi pinjaman uang (al qaradh) yang diperhitungkan dari pokok
pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan/hasil pokok
tersebut, berdasarkan tempo waktu, diperhitungkan secara pasti di
muka, dan pada umumnya berdasarkan persentase.
 Riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan yang terjadi karena
penagguhan dalam pembayaran yang diperjanjikan sebelumnya.
Praktek pembangunan haram hukumnya, baik yang dilakukan oleh bank,
asuransi, pasar modal, pengadaian, koperasi dan lembaga keuangan lainnnya
maupun dilakukan oleh individu.18

F.TEORI DAN BANTAHAN TERHADAP


LEGALISASI TRANSAKSI BUNGA
Akhir-akhir ini, permasalahan hukum bunga bank kembali mengemuka di
masyarakat dan menjadi viral. Bahkan, ada seorang yang professional yang di
bully habis-habisan karena dianggap menghalalkan riba. Padahal sesungguhya
beliau hanya menyebutkan adanya pendapat ulama apakah bunga bank
termasuk riba atau bukan.

Para ulama, baik ulama salaf (mazhab empat) maupun ulama kontemporer,
semua sepakat akan keharaman riba. Bahkan ulama yang memperoleh bunga

17
Kalsum, Riba dan Bunga Bank Dalam Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya Terhadap
Perekonomian Umat), ejournal.iainkendari.ac.id , diakses pada 25 September 2019.
18
Azizah Zahra, Bunga Bank dalam Pandangan Islam,
https://www.kompasiana.com/azizahzahra/5721f305167b61b808ac9f7a/bunga-bank-dalam-
pandangan-islam?page=all# , diakses pada 25 September 2019.

15
16

bank, juga mengharamkan riba. (Lihat: Al-Mabsut juz 14 halaman 36, Al-
Syarh Al-Kabir juz 3 halaman 226, Nihayatul Muhtaj jus 4 halaman 230, Al-
Mughni juz 4 halaman 240, Al-Tafsir Al-Wasit juz 1 halaman 513).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perbedaan pendapat ulama bukan
soal hukum keharaman riba, melainkan soal hukum bunga bank. Ulama yang
mengharamkan bunga bank menganggap bahwa bunga bank termasuk riba,
sedangkan ulama yang membolehkan meyakini bahwa ia tidak termasuk riba.

Dalam kegiatan bank konvensional, terdapat dua macam bunga. Pertama


adalah Bunga Simpanan, yaitu bunga yang diberikan oleh bank sebagai
rangsangan atau jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank, seperti
jasa giro, bunga tabungan, atau bunga deposito. Bagi pihak bank, bunga
simpanan merupakan harga beli. Macam bunga bank yang kedua adalah
Bunga Pinjaman, yaitu bunga yang dibebankan kepada para peminjam atau
harga yang harus dibayar oleh peminjam kepada bank, seperti bunga kredit.
Bagi pihak bank, bunga pinjaman merupakan harga jual.
Jadi Bunga Simpanan dan Bunga Pinjaman merupakan komponen utama
faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya
dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman
merupakan pendapatann yang diterima dari nasabah. Selisih dari bunga
pinjaman dikurangi bunga pendapatan simpanan merupakan laba atau
keuntungan yang diterima oleh pihak bank.

Para Ulama Kontemporer berbeda pendapat tentang hukum bunga bank.


Pertama adalah sebagian ulama, seperti Yusuf Qaradhawi, Mutawali
Sya’rawi, Abu Zahrah dan Muhammad Al-Ghazali, menyatakan bahwa
bunga bank hukumnya haram, karena termasuk riba. Pendapat ini juga
merupakan pendapat forum ulama Islam, meliputi: Majma’ al-Fiqh al-Islamy,
Majma’ Fiqh Rabithah al-‘Alam al-Islamy, dan Majelis Ulama Indonesia
(MUI).
Hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan
oleh Jabir bin Abdillah : Dari Jabir, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam melaknat orang yang memakan (mengambil) riba, memberikan,
menuliskan, dan dua orang yang menyaksikannya.” Ia berkata: “Mereka
berstatus hukum sama.” (HR. Muslim, nomor 2994)
Yang kedua adalah sebagian ulama kontemporer lainnya seperti, Syaik Ali
Jum’ah, Muhammad Abduh, Muhammad Sayyid Thanthawi, Abdul Wahab
Khalaf, dan Mahmud Syaltut, menegaskan bahwa bunga bank hukumnya
boleh dan tidak termasuk riba. Pendapat ini sesuai dengan fatwa yang
dikeluarkan Majma’ al-Buhus al-Islamiyyah tanggal 23 Ramadhan 1423 H,
bertepatan tanggal 28 November 2002 M.

16
17

Mereka berpegangan pada firman Allah subhanahu wata’ala Surat an-


Nisa’ ayat 29: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.”
Diatas menjelaskan, Allah melarang memakan harta orang lain dengan
cara yang batil, seperti mencuri, menggasab dan dengan cara riba.
Sebaliknya, Allah menghalalkan hal itu jika dilakukan dengan perniagaan
yang berjalan dengan saling ridha. Karenanya, keridhaan keduanya belak
pihak yang bertransaksi untuk menentukan besaran keuntungan di awal,
sebagaimana yang terjadi di bank, dibenarkan dalam Islam.
Disamping itu, mereka juga beralasan bahwa jika bunga bank itu haram
maka tambahan atas pokok pinjaman itu juga haram, sekalipun tambahan itu
tidak disyaratkan ketika akad. Akan tetapi, tambahan dimaksud hukumnya
boleh, maka bunga bank juga boleh, karena tidak ada beda antara bunga bank
dan tambahan atas pokok pinjaman tersebut.
Dari paparan diatas dapat dipahamai bahwa hukum bunga bank merupakan
masalah khilafiyah. Ada ulama yang mengharamkannya karena termasuk
riba, dan ada ulama yang membolehkannya, karena tidak menganggapnya
sebagai riba. Tetapi mereka semua sepakat bahwa riba hukumnya haram. 19

G.PERBEDAAN SISTEM BUNGA DAN


SISTEM BAGI HASIL
1) BUNGA
Bunga adalah balas jasa yang diberikan oleh pihak bank (konvensional)
untuk nasabah yang memiliki simpanana dan harus dibayarkan nasabah yang
memiliki pinjaman kepada bank. Bunga sering dikaitkan dengan istilah riba.
Riba sendiri adalah pengambilan tambahan sebagai syarat yang harus
dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman diluar biaya pokok. Jika
ditelaah, sistem bunga yang ditawarkan oleh Bank Konvensional masuk dalam
kategori riba.
Selain bunga, suku bunga merupakan hal lain yang juga biasanya
diberlakukan oleh Bank Konvensional. Suku bunga adalah presentase besar
uang yang dipinjam (pokok utang) yang dibayarkan sebagai balas jasa.
Besarnya bunga ini dipengaruhi oleh antara lain persaingan, kebutuhan dana,
kebijakan pemerintahan, jangka waktu, target laba yang diharapkan, kualitas
agunan, reputasi perusahaan, jenis produk serta hubungan baik bank dengan
nasabah.
19
Haq, Husnul, Ragam Pendapat Ulama Tentang Hukum Bunga Bank,
https://islam.nu.or.id/post/read/92420/ragam-pendapat-ulama-tentang-hukum-bunga-bank ,
diakses pada 26 September 2019.

17
18

Beberapa istilah bunga yang biasa diterapkan antara lain:


1. Bunga Flat yaitu bunga yang sistem pembayaran utang pokok dan bunga
kredit jumlahnya akan sama setiap bulannya. Perhitungan ini berdasarkan
presetase bunga dikalikan pokok pinjaman awal. Bunga Flat biasanya
digunakan untuk pinjaman jangka pendek dan kredit kendaraan.
2. Bunga Efektif adalah besar bunga dihitung berdasarkan nilai pokok yang
belum dibayar dan dilakukan setiap akhir periode angsuran. Nilai bunga
yang dibayar akan semakin mengecil sehingga angsuran perbulan juga
semakin menurun. Namun tidak berarti bunga efektif akan lebih rendah
dari bunga flat. Bunga efektif biasanya diberlakukan untuk kredit jangka
panjang sehingga jumlahnya biasanya lebih besar dari bunga flat.
3. Bunga Anuitas, pada bunga ini porsi bunga dan pokok utang akan
berubah setiap periodenya, namun angsurannya tetap sama. Pada awal
perhitungan porsi bunga akan lebih besar sedangkan pokoknya kecil dan di
akhir pembayaran bunga mengecil namun pokoknya besar.
4. Bunga Mengambang, yaitu sistem yang dimana besar bunga mengikuti
suku bunga pasar. Jika suku bunga pasar naik, bunga juga ikut naik, begitu
pula sebaliknya.20

2) BAGI HASIL
Kemudian apa perbedaan bunga dengan sistem bagi hasil? Bagi hasil
adalah alternative pembagian keuntungan yang sistemnya berdasarkan dari
penetapan akad di awal yang telah disepakatai sebelumnya dan akan
meningkat seiring dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Skema dari
bagi hasil ini antara lain:
a) Profit Sharing yaitu pembagian keuntungan bedasarkan keuntungan yang
didapat dark suatu usaha. Keuntungan ini dapat dari laba bersih yang
merupakan selisih antara pendapatan usaha yang dikurangi dengan biaya
lain-lain.
b) Gross Profit Sharing adalah sistem yang dilakukan dengan membagikan
laba kotor hasil dari pendapatan usaha dikurangi biaya produksi.
c) Revenue Sharing yaitu dimana dalam dasar perhitungannya hanya
menggunakan pendapatan usaha saja.

3) PERBEDAAN BUNGA DAN BAGI HASIL


a) Penentuan Besaran

20
Syariahbank.com, Perbedaan Antara Bunga (Bank Konvensional) dan Bagi Hasil (Bank Syariah),
https://www.syariahbank.com/perbedaan-antara-bunga-bank-konvensional-dan-bagi-hasil-bank-
syariah/, diakses pada 27 September 2019.

18
19

Perbedaan sistem pembagian keuntungan secara bunga dan bagi hasil yang
paling mencolok terlihat pada penentuan besaran. Bunga, seperti
pengertiannya ditentukan menggunakan bentuk presentase besaran kredit
utang. Sedangkan bagi hasi di tentutkan menggunakan rasio atau
perbandingan terhadapa keuntungan usaha yang dibiayai dari kredit tersebut.

b) Acuan Pembagian
Acuan yang dijadikan dasar perhitungan bunga dan bagi hasil juga
berbeda. Acuan besarnya bunga dipengaruhi oleh seberapa besar pokok
hutang atau kredit yang dikeluarkan. Sedangkan acuan bagi hasil yaitu
menggunakan rasio seberapa besar keuntungan yang dibiayai oleh kredit
tersebut.

c) Besarnya Pendapatan Dan Jumlah Pembayaran


Pada sistem bunga, pendapatan yang diperoleh bersifat statis yang dimana
walaupun perusahaan merugi, utang tetap memiliki bunga yang tetap serta
jumlah pembayaran setiap periodenya juga tetap. Sedangkan dalam bagi hasil
pendapatan yang diperoleh akan bersifat dinamis menyesuaikan dengan
keadaan usaha. Jika usaha yang dilakukan mendapat keuntungan besar maka
bagi hasil pendapatannya juga besar, begitu pula sebaliknya. Oleh karenanya
bank dengan sistem bag hasil cenderung hanya akan membiayai usaha dengan
keuntungan yang di prediksi besar.

d) Eksistensi
Dalam hal ini biasanya perbedaan muncul penilaian didasari oleh suatu
dasar. Penerapan bagi keuntungan dengan sistem menggunakan bunga sangat
diragukan bahkan dikecam beberapa kalangan karena dirasa mengaplikasikan
sistem riba. Sedangkan untuk sistem bagi hasil tidak ada yang meragukan
keabsahannya.

Kedua sistem bagi keuntungan ini memiliki dampak positif dan negatifnya
masing-masing. Jika ditanya mana yang lebih baik, tentu jawabannya sudah
muncul berdasarkan ulasan diatas. Namun pilihan sistem bagi keuntungan
mana yang lebih baik tetap ada ditangan calon pengaju kredit didasari oleh
jenius usaha yang akan dilakukan.21

21
Kumparan, Perbedaan Sistem Bunga Vs Sistem Bagi Hasil, https://kumparan.com/james-
gotaro/perbedaan-sistem-bunga-vs-sistem-bagi-hasil , diakses pada 27 September 2019.

19
20

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Riba adalah pinjaman dengan kelebihan/tambahan pembayaran tanpa ada
ganti atau imbalan yang disyaratkan bagi salah seorang pihak dari kedua belah
pihak yang membuat transaksi, sedangkan bunga adalah sejumlah uang yang
dibayar untuk pengguna modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan
satuan tingat atau peresentase modal yang bersangkutan dengan itu dan
dinamakan suku bunga modal. Dalam pandangan Fiqh Muamalah dan
ekonomi islam sendiri dikatakan bahwa antara riba dan bunga bank adalah
sama, dikarenkan operasional diperbankan konvensional, bunga yang
dibayarkan oleh nasabah peminjam yang dilakukan jelas merupakan
tambahan. Karena nasabah melakukan transaksi dengan pihak bank berupa
pinjaman uang tunai.
Dampak akan bahayanya riba (bunga bank) terhadap kehidupan manusia
meliputi hal ini akan menimbulkan perasaan egois pada diri, sehingga tidak
mengenal melainkan diri sendiri, menimbulka kasta-kasta yang saling
bermusuhan, dan menyebabkan manusia dalam dua golongan besar yaitu
orang miskin sebagai pihak yang tertindas dan orang kaya sebagai pihak yang
menindas.
Rasulullah SAW juga menegaskan perkara ini dengan menggunakan kata-
kata yang lebih jelas, bukan saja mereka yang mengambil riba, tetapi mereka
yang memberikan riba dan para penulis yang mencatat transaksi atau para
saksinya. Bahkan beliau menyamakan dosa orang yang mengambil riba
dengan dosa orang yang melakukan zina 36 kali lipat atau setara dengan orang
yang menzinahi ibunya sendiri.

B. SARAN
Untuk mengantisipasi masalah-masalah yang ditimbulkan dari
pembahasan diatas adalah sebagai berikut:
Ada baiknya para nasabah melakukan transaksi peminjaman uang di Bank
yang syariatkan Islami dan tidak membebankan nasabah dengan bunga yang
besar. Perbankan syariah yang ada di Indonesia dalam pelaksanaannya harus
benar-benar berdasarkan hukum Islam (Syariah). Jadi jangan sebagai kedok
untuk menarik minat umat Islam untuk menabung diperbankan atau sekedar
orientasi bisnis semata. Lahirnya perbankan di Indonesia dengan tujuan untuk
kepentingan mengakomodir umat Islam harus didukung dan dipertahankan.
Namun dalam pelaksanaannya harus diawasi dengan ketat oleh Dewan
Pengawas Syariah. Sehingga kelahiran perbankan syariah tersebut sesuai

20
21

dengan tujuannya. Perbankan Syariah Indonesia yang secara filosofis


keberadaannya dengan menggunakan konsep Muamalah Mudharabah sebagai
dasar dan implementasinya maka harus benar-benar dimanfaatkan umat Islam
secara utuh dalam rangka meningkatkan keimanan kepada Allah, Rasul-Nya
dan Kitab Al-Qur’an dan Hadist. Sehingga umat Islam tidak terjerumus pada
perbuatan riba yang sangat dilarang Allah SWT.

21
22

DAFTAR PUSTAKA

Abughazi.(24 September 2019). Macam-macam Riba dan Contohnya dari


Zaman Old Hingga Zaman Now. Dikutip dari https://www.sharinvest.com/macam-
macam-riba-dan-contohnya/.
Afifah, Cahya.(24 September 2019). Pengertian Riba. Dikutip dari
https://www.kompasiana.com/pipul/59c89c570e3f0b71584ddd12/riba?page=all# .
Almanhaj.or.id.(24 September 2019). Riba Nasi’ah, Riba Fadhl. Dikutip dari
, https://almanhaj.or.id/4045-riba-nasi-ah-riba-fadhl.html .
Cermati.com.(24 September 2019). Mengenal Riba dan Kaitannya dengan
Bunga Bank. Dikutip dari https://www.cermati.com/artikel/mengenal-riba-dan-
kaitannya-dengan-bunga-bank .
Haq, Husnul.(26 September 2019). Ragam Pendapat Ulama Tentang Hukum
Bunga Bank. Dikutip dari https://islam.nu.or.id/post/read/92420/ragam-pendapat-
ulama-tentang-hukum-bunga-bank .
Iqtishodia.(25 September 2019). Hikmah Larangan Riba. Dikutip dari
https://iqtishodia.wordpress.com/2017/08/11/hikmah-larangan-riba/ .
Kalsum.(25 September 2019). Riba dan Bunga Bank Dalam Islam (Analisis
Hukum dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Umat). Dikutip dari
ejournal.iainkendari.ac.id .
Kamalhadz.(25 September 2019). 5 Hikmah Diharamkannya Riba dalam
Islam. Dikutip dari https://brainly.co.id/tugas/13687773 .
Kumparan.(27 September 2019). Perbedaan Sistem Bunga Vs Sistem Bagi
Hasil. Dikutip dari https://kumparan.com/james-gotaro/perbedaan-sistem-bunga-vs-
sistem-bagi-hasil .
Lidya, Dini.(24 September 2019). Pengertian Riba, Jenis dan Larangan
Dalam Islam. Dikutip dari https://dalamislam.com/landasan-agama/fiqih/pengertian-
riba .
Maxmanroe.com.(24 September 2019). Pengertian Riba dalam Islam, Jenis-
jenis Riba, Dasar Hukum dan Contoh Riba. Dikutip dari
https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/pengertian-riba.html .
Qqbaihaqie.com.(24 September 2019). Macam-macam Riba Yang Perlu Anda
Ketahui. Dikutip dari https://qqbaihaqie.wordpress.com/2012/10/20/macam-macam-
riba-yang-perlu-anda-ketahui/ .
Saripedia.(24 September 2019). Riba Jahiliyah. Dikutip dari
https://saripedia.wordpress.com/tag/riba-jahiliyah/ .
Sopian, Sopan.(24 September 2019). Makalah Tentang Riba. Dikutip dari
https://www.academia.edu/4968598/MAKALAH_TENTANG_RIBA .
Syariahbank.com.(27 September 2019). Perbedaan Antara Bunga (Bank
Konvensional) Dan Bagi Hasil (Bank Syariah). Dikutip dari
https://www.syariahbank.com/perbedaan-antara-bunga-bank-konvensional-dan-bagi-
hasil-bank-syariah/ .
Trysutriani.(24 September 2019). Makalah Riba Dalam Ekonomi Syariah.
Dikutip dari https://trysutriani.blogspot.com/2014/12/makalah-riba-dalam-ekonomi-
islam.html .

22
23

Wahyudi, Hari.(24 September 2019). Dasar Hukum Tentang Larangan Riba.


Dikutip dari http://dasar-hukum-muamalat.blogspot.com/2010/11/riba-adalah-
perbuatan-merugikan-orang_10.html.
Zahra, Azizah.(25 September 2019). Bunga Bank dalam Pandangan Islam. Dikutip
dari https://www.kompasiana.com/azizahzahra/5721f305167b61b808ac9f7a/bunga-
bank-dalam-pandangan-islam?page=all# .

23

Anda mungkin juga menyukai