Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI, KONSEP DAN HUKUM RIBA SERTA CAKUPANNYA


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fikih Muamalah
Dosen Pengampu :
Abdul Muizz Abdul Wadud, Lc, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Belgis Sabili NIM 2282120246
Khumaerahtuz zahro NIM 2282120277
NIM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan makalah yang berjudul “ Teori,
Konsep dan Hukum Riba Serta Cakupannya”.
Terimakasih penulis ucapkan kepada bapak Abdul Muizz Abdul Wadud, Lc, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah Fikih Muamalah yang telah membantu penulis baik secara moral
maupun materi. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah
memberikan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan makalah
ini dengan tepat waktu.
Penulis menyadari, bahwa laporan makalah yang penulis buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi perbaikan
makalah ini dimasa mendatang.
Semoga laporan makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan bermanfaat untuk
perkembangan peningkatan ilmu pengetahuan.

Cirebon, 4 Oktober 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
BAB I ..................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 3
B. Rumusan masalah ...................................................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
A. Definisi Riba ............................................................................................................................... 5
B. Sejarah Riba............................................................................................................................... 6
C. Dasar Hukum Riba .................................................................................................................... 6
D. Klasifikasi Macam-Macam Riba ................................................................................................... 8
E. TAHAPAN PENGHARAMAN RIBA ....................................................................................... 9
F. ANCAMAN PEMAKAN RIBA ............................................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................................................ 14
PENUTUP............................................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 14
B. Saran ........................................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Riba yang dikenal sebagai tambahan yang tidak disertai dengan adanya pertukaran
kompensasi2 dilarang oleh al-Qur‟an. Al-Qur‟an sendiri telah menjelaskan secara rinci tahapan
pelarangan riba tersebut. Tahap pertama sekedar menggambarkan adanya unsur negatif dalam
riba (QS. al-Rum [30]:39). Kemudian disusul dengan isyarat keharaman riba dengan
disampaikannya kecaman terhadap orang-orang Yahudi yang melakukan praktik riba (QS. al-
Nisa‟ [4]:161). Berikutnya, secara eksplisit al-Qur‟an mengharamkan riba dengan batasan
adh„āfan mudhā„afan (QS. Ali Imran [3]: 130) yang diikuti dengan pengharaman riba secara
total dalam berbagai bentuknya (QS. al-Baqarah [2]:275-281).
Riba merupakan haram atau dilarang dalam perbankan syariah. Jika riba dengan jumlah
kecil ataupun besar (ganda) maka dianggap tetap hal atau aktifitas yang tidak boleh dilakukan,
sebab sikap dan perbuatan tersebut bisa merugikan selain itu juga haram untuk semua kalangan
masyarakat. Riba jika dijalankan sendiri ataupun bekerjasama dengan yang terakit riba, itu hal
yang tetap diharamkan bagi umat muslim. Di Indonesia masih terjadi perselisihan akan ragunya
bunga bank apakah termasuk dalam riba atau tidak, tetapi perselisihan ini sudah disepakati oleh
Islamic Banker dan ahli fikih dikalangan dunia. Selain hal tersebut umat Islam haru mempunyai
kepercayaan dan keyakinan dimana sebagai orang muslim jika dalam bertransaksi harus tidak
boleh ada keterlibatn dengan sistem riba. Yang dimaksud dari transaksi ini yakni bertransaksi
uang dimana transfer menggunaka uang dan disaat transaksi tersebut ada sebuah tambahan.
Di Indonesia, sejak perbankan syariah berdiri cukup lama membuat perbakan syariah
semakin pesat dikarenakan banyak perbankan konvensional yang disyariahkan. Perkembangan-
perkembangan dari perbankan syariah ini membuat masyarakat ingin memilih produk perbankan
syariah. Lajunya pertumbuhan ekonomi di Indonesia sekarang menjadi suatu pusat perhatian
dalam sektor industri keuangan. Dari bagian lain wilayah Indonesia, mayoritas penduduk yang
memeluk agam Islam. Dari mayoritas inilah yang mengakibatkan lajunya perkembangan pola
pikir masyarakat akan keinginan yang lebih mengutamakan memilih perbankan syariah. Tetapi,
dari sebagian masyarakat tersebut juga masih ada belum ada keinginan untuk mengetahui tentang
riba dan pengetahuan akan produk perbankan syariah.
Di sisi lain, bunga bank yang diketahui sebagai imbal jasa pinjaman uang pada sektor
lembaga keuangan dan perbankan diidentifikasi sebagai riba. Bunga ini dalam suatu periode
tertentu disebut suku bunga. Suku bunga merupakan tolok ukur dari kegiatan perekonomian dari
suatu negara yang akan berimbas pada kegiatan perputaran arus keuangan perbankan, inflasi,
investasi dan pergerakan currency. Dan biasanya negara-negara besar merupakan negara yang
memiliki currency terbesar dalam transaksi di bursa. Aktivitas ekonomi yang terjadi di negara-
negara tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap fundamental perekonomian dunia.

3
B. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Riba ?
b. Bagaimana Sejarah Munculnya Riba?
c. Bagaimana Hukum Riba?
d. Bagaimana Klasifikasi Riba?
e. Apa saja Tahapan Pengharaman Riba?
f. Apa saja ancaman pemakan Riba
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Riba
2. Mengetahui bagaimana Sejarah munculnya Riba
3. Mengetahui apa saja tahapan-tahapan pengharaman Riba
4. Mengetahui klasifikasi dari Riba
5. Mengetahui apa saja ancaman bagi pemakan Riba

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Riba
Riba yaitu suatu ketentuan nilai tambahan dengan melebihkan jumlah uang pinjaman
ketika dilakukan pelunasan. Untuk besaran bunga yang diberikan biasanya mengacu pada suatu
persentase tertentu yang dibebankan kepada peminjam.
Secara Etimologi atau Bahasa, dalam Bahasa Arab riba merupakan kelebihan ataupun
tambahan (az-ziyadah). Untuk kelebihannya tersebut, secara umum mencakup semua tambahan
terhadap nominal pokok hutan dan juga kekayaan.
Disisi lain, dari segi terminologi atau makna istilah, pengertian riba merupakan nilai
tambahan atau pembayaran hutang yang melebihi jumlah piutang dan sudah ditentukan
sebelumnya oleh salah satu pihak yang bersangkutan.
 Pengertian riba haram
Pengambilan keuntungan yang melebihi nominal pinjaman diharamkan oleh sebagian
besar agama. Mulai dari Islam, Katolik, Yahudi, dan Kristen, semuanya mempunyai dalil dan
juga landasan hukum masing-masing. Praktik riba sebenarnya memang sudah ada sejak lama.
Sehingga agama sudah lebih dulu memberikan larangan untuk mengambil tambahan dari
pinjaman yang diberikan kepada orang lain. Dimana praktik pinjaman yang diberi bunga ini
dianggap akan memberatkan pihak yang meminjam uang atau debitur. Terlebih lagi bila mereka
sedang berada di dalam masa kesulitan. Konteks riba sekarang ini yaitu seperti bunga bank
konvensional dan juga bunga pinjaman, baik itu pinjaman dari lembaga keuangan pada umumnya
seperti pegadaian, perusahaan pembiayaan, ataupun perusahaan pinjaman online.
 Pengertian riba halal
Selain haram, riba juga ada yang halal, misalnya saja investasi. Dimana jenis penambahan
nilai ini tidak termasuk ke dalam riba. Investasi merupakan sebuah transaksi ataupun usaha yang
ditujukan untuk memperoleh keuntungan berdasarkan nilai jual kembali sesuai dengan
kesepakatan yang bersifat transparan.
Selain itu, investasi juga diartikan sebagai salah satu upaya dalam memberikan modal
kepada pihak lain dengan tujuan agar memperoleh keuntungan dari hasil usaha tersebut. Sebagian
besar orang berpendapat bahwa investasi termasuk ke dalam kegiatan usaha. Dimana investasi
dapat disalurkan kepada bank-bank syariah guna membiayai usaha. Sehingga akan memperoleh
keuntungan dari modal usaha itu.
Sementara untuk bunga pinjaman hanya berfokus untuk melipatgandakan dari nominal
pokok hutang yang diberikan kepada para peminjam. Hal yang sudah jelas berbeda antara
investasi dengan usaha dalam melipatgandakan keuntungan melalui bunga pinjaman.

5
B. Sejarah Riba
Menurut sejarah riba dalam islam, praktek riba sudah dimulai bahkan jauh sebelum
turunnya Islam. Catatan yang ada, menjelaskan bahwa riba sudah mulai dikenal sejak zaman
peradaban mesir kuno (Firaun). Adapula prakteknya juga dilakukan di zaman peradaban
Sumeria, Babilonia dan Asyuriya (Irak). Dan dari semua itu, yang memperkenalkan riba kepada
bangsa Arab adalah kaum-kaum Yahudi. Hal ini dijelaskan dalam QS. An Nisaa ayat 160-
161,Yang mana Bani Israil (Umat Nabi Musa), melakukan berbagai macam praktek riba sehingga
Allah menurunkan surat tersebut. Allah Berfirman :
‫ّٰللا َكث ِۡي ًرا‬ َ ‫ع ۡن‬
ِ ‫سبِ ۡي ِل ه‬ َ ِ‫ت اُحِ لَّ ۡت لَ ُهمۡ َوب‬
َ ۡ‫ص ِدهِم‬ ٍ ‫طيِ ٰب‬ َ ‫فَبِظُ ۡل ٍم مِنَ الَّذ ِۡينَ هَاد ُۡوا َح َّرمۡ نَا‬
َ ۡ‫علَ ۡي ِهم‬

Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan


makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan Allah. dan disebabkan mereka memakan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda
orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih.

Hal itulah yang mendasari berkembangnya praktek riba jahiliyah dikalangan bangsa Arab.
Bangsa Yahudi memulai memperkenalkan riba kepada penduduk Thaif dan Yastrib (yang
kemudian menjadi Madinah). Yang mana pada masa itu banyak sekali kekacauan karena bangsa
Arab bahkan sampai menggadaikan anak, istri dan diri mereka sendiri sebagai jaminan riba.
Apabila mereka tidak mempumembayar, maka mereka akan dijadikan budak kaum Yahudi.
Disisi lain, hanya dari dua kota tersebut, orang-orang Yahudi berhasil meraup keuntungan
yang tak terhingga atas praktek riba. Hal tersebut terus berlanjut hingga prakteknya masuk ke
Kota Makkah.

C. Dasar Hukum Riba


Riba merupakan salah satu hal yang sangat dilarang di dalam Agama Islam. Di dalam Al
Quran dan juga Hadits, telah ditetapkan bahwa dasar dari hukum riba adalah haram. Agama Islam
secara tegas melarang umatnya untuk melakukan transaksi hutang piutang ataupun jual beli bila
di dalamnya mengandung riba. Larangan itu juga sudah tertulis di dalam beberapa ayat Al-Qur’an
antara lain sebagai berikut:
1) Q.S Al-Baqarah ayat 276
َ ‫ٱلر َب ٰوا‬
‫ٱّلل َي ْم َحق‬ ِّ َ‫صدَ ٰق‬
ِّ ‫ت َوي ْر ِّبى‬ َ ‫أَثِّيم َكفَار ك َل يحِّ ب َل َو‬
َ ‫ٱّلل ۗ ٱل‬

Yam-ḥaqullāhur-ribā wa yurbiṣ-ṣadaqāt, wallāhu lā yuḥibbu kulla kaffārin aṡīm


Artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa”

6
Di dalam surat ini, dijelaskan bahwa riba merupakan salah satu perbuatan yang
dimusnahkan oleh Allah SWT, sementara sedekah justru sebaliknya yaitu sangat
disenangi. Setiap umat yang terus menjadi kafir dan berbuat dosa akan dibenci oleh
Allah SWT.

2) Q.S Al-Baqarah ayat 278

‫ٱّلل ٱتَقوا َءا َمنوا ٱلَذِّينَ ٰ َيَٰٓأَي َها‬ َ ‫ٱلر َب ٰ َٰٓوا مِّنَ َبق‬
َ َ ‫ِّى َما َوذَروا‬ ِّ ‫مؤْ مِّ نِّينَ كنتم ِّإن‬

Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa żarụ mā baqiya minar-ribā ing kuntum


mu`minīn

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.”

Di kutip dari Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan


Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram makna dari QS
Al-Baqarah ayat 278 yaitu “Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan
mengikuti Rasul-Nya, takutlah kalian kepada Allah dengan cara menjalankan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dan janganlah kalian
menuntut harta riba yang tersisa untuk kalian di tangan orang lain, jika kalian benar-
benar beriman kepada Allah dan percaya akan keharaman harta riba.

3) Q.S An-Nisa ayat 161

‫ٱلر َب ٰوا َوأ َ ْخ ِّذهِّم‬ ِّ َ‫عذَابًا ِّم ْنه ْم ل ِّْل ٰ َكف ِِّّرينَ َوأ َ ْعتَدْنَا ۚ ِّب ْٱل ٰ َبطِّ ِّل ٱلن‬
َ ‫اس أ َ ْم ٰ َو َل َوأ َ ْك ِّل ِّه ْم‬
ِّ ْ‫ع ْنه نهوا َوقَد‬ َ ‫أَلِّي ًما‬

Wa akhżihimur-ribā wa qad nuhụ 'an-hu wa aklihim amwālan-nāsi bil-bāṭil, wa


a'tadnā lil-kāfirīna min-hum 'ażāban alīmā

Artinya: “Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka


telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan
jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih.”

Di dalam ayat ini, dijelaskan bahwa riba merupakan kegiatan yang dilarang untuk
dimanfaatkan sebagai pembiayaan kehidupan sehari-hari, sebab uang tersebut
didapatkan dari jalan yang batil. Bahkan, Allah SWT juga sudah menjanjikan
siksaan pedih untuk orang-orang kafir.

7
D. Klasifikasi Macam-Macam Riba
Para ahli ekonomi Islam sepakat bahwa transaksi dikategorikan sebagai riba jika
mempunyai unsur-unsur dibawah ini.

1. Kelebihan atas modal pokok pinjaman


2. Penetapan keunggulan bersangkutan dengan waktu
3. Transaksi yang menjadi kriteria pembayaran keunggulan tersebut.

Di dalam proses perdagangan yang sesuai dengan syariat Islam, riba dibagi menjadi lima
jenis, yaitu riba fadhl, riba yad, riba nasi’ah, riba qardh, dan riba jahiliyyah.

 Riba Fadhl
Riba merupakan kegiatan transaksi jual heli ataupun pertukaran benda atau
barang yang nantinya akan menghasilkan riba, tetapi, dengan jumlah atau berbeda.
Contoh dari riba jenis ini adalah pertukaran uang 100 ribu rupiah dengan pecahan
2 ribu rupiah, namun jumlah totalnya hanya 48 lembar saja. Sehingga jumlah
nominal uang yang diberikan hanya 96 ribu rupiah saja. Untuk contoh lainnya yaitu
pertukaran emas 24 karat menjadi 18 karat saja.
 Riba Yad
Untuk riba jenis ini, dijelaskan bahwa riba tersebut adalah hasil dari transaksi
jual beli dan juga pertukaran barang yang nantinya akan menghasilkan riba ataupun
non ribawi. Akan tetapi, waktu penerimaan serah terima kedua barang akan
mengalami penundaan. Contoh dari riba jenis ini di dalam kehidupan sehari-hari
adalah penjualan motor akan dihargai dengan 12 juta rupiah bila dibayar secara
tunai. Sementara jika pembeli akan membayar motor tersebut secara kredit, maka
akan dihargai senilai 15 juta rupiah. Baik pembeli ataupun penjual tidak akan
menetapkan berapa jumlah nominal yang harus dibayar sampai transaksi selesai.
 Riba Nasi’ah
Riba merupakan kelebihan yang diperoleh dari proses transaksi jual beli
dengan jangka waktu tertentu. Biasanya transaksi tersebut menggunakan dua jenis
barang yang serupa. Akan tetapi nantinya ada waktu penangguhan dalam
pembayarannya. Contoh dari riba nasi’ah adalah penukaran emas 24 karat yang
dilakukan oleh dua belah pihak yang berbeda. Ketika pihak yang pertama sudah
menyerahkan emasnya, tapi pihak yang kedua mengatakan akan memberikan emas
miliknya dalam waktu satu bulan lagi. Hal tersebut menjadi riba karena harga emas
bisa beribah kapan saja.
 Riba Qardh
Jenis riba qardh merupakan tambahan nilai yang diperoleh karena
dilakukannya pengembalian pokok nominal hutang dengan beberapa syarat yang
berasal dari pemberi hutang. Contoh dari riba tersebut di dalam kehidupan sehari-
hari adalah pemberian hutang 100 juta oleh seorang rentenir, tapi terdapat bunga
senilai 20 persen dalam waktu 6 bulan.
 Riba Jahiliyah

8
Riba jahiliyah merupakan tambahan ataupun kelebihan jumlah nominal
pelunasan hutang yang sudah melebihi pokok jumlah pinjaman. Umumnya, hal
tersebut terjadi karena peminjam tidak bisa membayarnya sesuai waktu yang telah
disepakati. Adapun contoh dari riba jenis ini adalah proses transaksi peminjaman
uang senilai 20 juta dengan ketentuan waktu pengembalian yaitu 6 bulan. Apabila
tidak bisa membayarkan secara tepat waktu, maka akan ada nominal tambahan dari
total pinjaman.
E. TAHAPAN PENGHARAMAN RIBA

Berikut adalah 4 tahapan Pelarangan Riba dalam Al-Qur’an:

a) Tahap Pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba adalah perbuatan yang
menolong mereka yang memerlukan sehingga dapat mendekati atau bertaqarrub
kepada Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah SWT yang berbunyi:

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia. Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan
(pahalanya)” (Qs. Ar-Rum: 39)

Ayat ini juga membandingkan antara Riba dan Zakat. Riba tidak menambah disisi
Allah, namun zakatlah yang memberikan nilai tambah dan mendapatkan keridhaan
disisi Allah SWT. Rasulullah Saw, melarangnya secara khusus. Itulah yang
dikatakan adh-Dhahhak dan dia berdalil dengan firman Allah SWT :

“Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang


lebih banyak.”

Yaitu, janganlah engkau memberikan sesuatu karena menghendaki sesuatu yang


lebih besar dari pemberianmu itu.

b) Tahap kedua, Riba digambarkan sebagai suatu yang buruk dan balasan yang keras
kepada orang Yahudi yang memakan riba. Allah SWT berfirman :

“Maka disebabkan kedzaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas mereka


(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka,
dan karena mereka banyak menghalangi manusia dari jalan Allah, dan
disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil.
Kami telah menyediakan orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang
pedih” (Qs. An-Nisa: 160-161)

9
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, sesungguhnya Allah telah melarang riba
kepada mereka, akan tetapi mereka justru memakan, mengambil dan
menghiasinya dengan berbagai hal-hal memikat dan syubhat, serta memakan harta
orang lain secara bathil.

c) Tahap ketiga, Pengharaman riba dikaitkan dengan berlipat ganda. Didalam Firman
Allah SWT yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapatkan
keberuntungan” (Qs. Ali-Imran: 130)

Ayat ini turun pada tahun ke-3 Hijriah. Secara umum, ayat ini harus di pahami
bahwa kriteria berlipat ganda bukanlah merupakan syarat dari terjadinya riba
(jikalau bunga berlipat ganda maka riba, tetapi jikalau bunganya kecil maka
bukanlah riba), tetapi ini merupakan sifat umum dari praktik pembungaan uang.
Melalui firman-Nya diatas, Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman
melakukan riba dan memakannya dengan berlipat ganda. Sebagaimana pada masa
jahiliyah dulu mereka mengatakan: “Jika hutang sudah jatuh tempo, maka ada dua
kemungkinan; dibayar atau dibungakan.

Jika dibayar, maka selesai sudah urusan. Dan jika tidak dibayar, maka ditetapkan
tambahan untuk jangka waktu tertentu dan kemudian ditambahkan pada pinjaman
pokok.” Demikian seterusnya pada setiap tahunnya. Sehingga jumlah sedikit bisa
berlipat ganda menjadi banyak.

d) Tahap terakhir, ayat riba diturunkan oleh Allah SWT yang dengan jelas dan tegas
mengharamkan apapun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman. Firman Allah
SWT :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba yang belum dipungut, jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.”
(Qs. Al-Baqoroh: 278-279)

Perlu dipahami, ayat ini turun pada tahun ke-9 Hijriah, artinya 6 tahun setelah
pelarangan tahap ketiga. Rasulullah SAW bersabda :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba yang belum dipungut, jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu

10
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu.”

Ayat ini merupakan peringatan keras dan ancaman yang sangat tegas bagi orang
yang masih tetap mempraktekkan riba setelah adanya peringatan tersebut. Ibnu
Juraij menceritakan Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwasannya ayat ini maksudnya
ialah, yakinilah bahwa Allah dan Rasul akan memerangi kalian.

F. ANCAMAN PEMAKAN RIBA

 Bahaya Riba dalam Islam


Bahaya dari praktik riba di antaranya akan menyengsarakan orang lain karena selain
memiliki utang, orang yang meminjam juga dibebani dengan keharusan membayar uang lebih.
Riba menjadi bentuk pemutusan perbuatan baik di antara manusia, menutup pintu peminjaman
dengan cara yang baik, dan membuka pintu pinjaman yang dengan bunga yang membebani orang
fakir.
Praktik riba dapat menimbulkan ketidakadilan distribusi kekayaan serta kesenjangan sosial
yang dapat menyebabkan terjadinya berbagai kerawanan dan krisis di tengah-tengah masyarakat,
sebab kekayaan hanya berputar di antara orang-orang tertentu saja. Dalam surat Al-Hasyr ayat 7,
Allah SWT berfirman:

... ‫ ك َْى ََل يَكُونَ د ُولَ ًۢةً بَيْنَ ْٱْل َ ْغنِيَآءِ مِنكُ ْم‬...

Artinya: "...Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang yang kaya saja di antara
kamu." (QS Al-Hasyr: 7).

 Dampak Buruk dan Hukuman bagi Pelaku Riba


Mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari perbuatan riba, Allah SWT akan memberikan
hukuman bagi pelaku riba, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dilansir dari buku Riba di
Sakumu karya Ammi Nur Baits, berikut di antara dampak buruk dan hukuman bagi pelaku riba.
1. Hukuman ketika di Dunia
Ketika di dunia, Allah SWT akan memberikan ancaman dan membinasakan pelaku
riba. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya:

ٍ َّ‫ّٰللاُ ََل يُحِ بُّ كُ َّل َكف‬


‫ار اَثِي ٍْم‬ ِ ‫صدَ ٰق‬
‫ت ۗ َو ه‬ َّ ‫الر ٰبوا َوي ُْربِى ال‬ ‫يَ ْم َحقُ ه‬
ِ ُ‫ّٰللا‬

11
Artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." (QS
Al-Baqarah: 276).
Ibnu Katsir menerangkan ayat tersebut bahwa Allah SWT akan menghilangkan
keseluruhan harta dari tangan pemiliknya (pelaku riba) atau mengharamkan
pemiliknya untuk mendapatkan keberkahan dari hartanya sehingga ia tidak bisa
menikmatinya. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah SAW
bersabda:
‫الربَا إِ ََّل َكانَ َعاقِبَةُ أ َ ْم ِر ِه إِ َلى قِلَّ ٍة‬
ِ َ‫َما أ َ َحد ٌ أ َ ْكث َ َر مِن‬
Artinya: "Siapapun yang memperbanyak hartanya dengan cara riba, maka akhir
urusannya akan menjadi miskin. "(HR. Ibnu Majah).
2. Hukuman di Alam Kubur
Orang yang memakan harta riba akan mendapatkan ancaman hukuman di alam
kubur, yaitu ia akan berenang di sungai yang penuh darah. Rasulullah SAW pernah
menceritakan mimpinya ketika melihat orang-orang yang berenang di sungai darah.

Beliau mengatakan, "Kami mendatangi sungai dari darah, di sana ada orang yang
berdiri di tepi sungai sambil membawa bebatuan dan satu orang lagi berenang di
tengah sungai. Ketika orang yang berenang dalam sungai darah hendak keluar,
lelaki yang berada di pinggir sungai segera melemparkan batu ke dalam mulutnya,
sehingga dia terdorong kembali ke tengah sungai, dan demikian itu seterusnya."
Ketika Nabi bertanya kepada malaikat, mereka menjawab,

َّ ‫َوالَّذِي َرأ َ ْيتَهُ فِي النَّ َه ِر آ ِكلُو‬


‫الربَا‬
Artinya: "Orang yang kamu lihat berenang di sungai darah adalah pemakan riba.
"(HR. Bukhari).
3. Hukuman ketika Dibangkitkan dari Alam Kubur
Pemakan harta riba akan dibangkitkan dari kuburnya seperti orang yang sakit ayan
karena kerasukan setan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-
Baqarah ayat 275, Allah SWT berfirman:
‫طا ُن مِنَ ْال َم ِش‬ ِ َ‫لَّذِينَ َيأ ْ ُكلُون‬
َّ ‫الر َبا ََل َيقُو ُمونَ ِإ ََّل َك َما َيقُو ُم الَّذِي َيت َ َخبَّطُهُ ال‬
َ ‫ش ْي‬

Artinya: "Orang-orang yang makan riba tidak dibangkitkan melainkan seperti


berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila." (QS Al-
Baqarah: 275).
4. Hukuman Setelah Mendapat Hisab
Hukuman setelah mendapat hisab bagi pemakan riba, yaitu ancaman masuk neraka
sebab telah melakukan dosa besar. Allah SWT telah menegaskan dalam firman-
Nya:

12
‫ط ُن مِنَ ْٱل َم ِس ٰذَ ِلكَ ِبأَنَّ ُه ْم قَالُ ٓو ۟ا ِإنَّ َما ْٱل َب ْي ُع مِثْ ُل‬ َ ٰ ‫ش ْي‬
َّ ‫ٱلر َب ٰو ۟ا ََل َيقُو ُمونَ ِإ ََّل َك َما َيقُو ُم ٱلَّذِى َيت َ َخبَّطُهُ ٱل‬ ِ َ‫ٱلَّذِينَ َيأْكُلُون‬
َ ‫ٱَّلل ۖ َو َم ْن‬
َ‫عاد‬ ِ َّ ‫ف َوأ َ ْم ُر ٓۥه ُ إِلَى‬ َ َ‫سل‬َ ‫ظةٌ مِن َّربِِۦه فَٱنت َ َه ٰى فَلَهۥُ َما‬ َ ‫ٱلربَ ٰو ۟ا فَ َمن َجا ٓ َء ۥهُ َم ْو ِع‬ َّ ‫ٱلربَ ٰو ۟ا ۗ َوأ َ َح َّل‬
ِ ‫ٱَّللُ ْٱل َب ْي َع َو َح َّر َم‬ ِ
ٰ ٓ ٰ
‫ار ۖ هُ ْم فِي َها َخ ِلد ُو َن‬ َّ
ِ ‫ب ٱلن‬ ُ ‫فَأ ُ ۟ولئِكَ أصْ َح‬
ٰ َ َ

Artinya: "Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Riba yaitu suatu ketentuan nilai tambahan dengan melebihkan jumlah uang pinjaman
ketika dilakukan pelunasan. Untuk besaran bunga yang diberikan biasanya mengacu pada suatu
persentase tertentu yang dibebankan kepada peminjam. Secara Etimologi atau Bahasa, dalam
Bahasa Arab riba merupakan kelebihan ataupun tambahan (az-ziyadah). Untuk kelebihannya
tersebut, secara umum mencakup semua tambahan terhadap nominal pokok hutan dan juga
kekayaan.
Sejak zaman peradaban Sumeria, Babilonia dan Asyuriya (Irak). Dan dari semua itu, yang
memperkenalkan riba kepada bangsa Arab adalah kaum-kaum Yahudi. Hal ini dijelaskan dalam
QS. An Nisaa ayat 160-161. Hal itulah yang mendasari berkembangnya praktek riba jahiliyah
dikalangan bangsa Arab. Bangsa Yahudi memulai memperkenalkan riba kepada penduduk Thaif
dan Yastrib (yang kemudian menjadi Madinah). Yang mana pada masa itu banyak sekali
kekacauan karena bangsa Arab bahkan sampai menggadaikan anak, istri dan diri mereka sendiri
sebagai jaminan riba. Apabila mereka tidak mempumembayar, maka mereka akan dijadikan
budak kaum Yahudi. Hal tersebut terus berlanjut hingga prakteknya masuk ke Kota Makkah.
Hukum dari Riba adalah Haram. Hal ini didasari oleh larangan-larang yang terkandung
dalam beberapa ayat Al-Qur’an seperti Q.S Al-Baqarah : 276 dan 278, juga Q.S An-Nisa : 161.
Riba dibagi menjasi lima jenis yaitu, Riba Fadhl, Riba Yad, Riba Nasi’ah, Riba Qardh, dan Riba
Jahiliyah. Beberapa hukuman bagi pemakan riba yaitu Ketika didunia, Allah SWT memberikan
ancaman untuk membinasakan pelaku riba, Ketika dialam kubur pelaku riba mendapatkan
ancaman yaitu ia akan berenang di sungai yang penuh darah, Ketika dibangkitkan dari alam
kubur maka pelaku riba akan berperilaku seperti orang yang sakit ayan karena kerasukan setan,
dan ketika setelah mendapatkan hisabnya pelaku riba, akan Masuk Neraka sebagai Hukumannya.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat mengenai materi Fiqih Muamalah tentang “Teori,
Konsep, dan Hukum Riba”, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang
jelas. Kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

4 TAHAPAN PELARANGAN RIBA - Katakan TIDAK KEPADA : RIBA ! | Membangun Ulang

Ekonomi Syariah. (2018, November 9). Membangun Ulang Ekonomi Syariah.

Retrieved October 5, 2023, from https://ekonomi-islam.com/4-tahapan-pelarangan-riba-

katakan-tidak-kepada-riba/

Annisa, F. (2016, September 22). Pengertian RIBA Menurut Islam. DalamIslam.com.

Retrieved October 5, 2023, from https://dalamislam.com/landasan-

agama/fiqih/pengertian-riba-menurut-islam/amp

Cantika, Y. (2023, June 26). Pengertian RIBA: Jenis-jenis, Contoh, Dan Cara Menghindarinya.

Gramedia Literasi. Retrieved October 5, 2023,

from https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-riba/

Hamsa. (2019, June 22). Sejarah RIBA dalam Islam. DalamIslam.com. Retrieved October 5,

2023, from https://dalamislam.com/sejarah-islam/sejarah-riba-dalam-islam

Maharani, B. I. (2023, July 16). Seram! Ini Dampak Buruk RIBA Di Dunia Dan Akhirat.

detikhikmah. Retrieved October 5, 2023,

from https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6825468/seram-ini-dampak-buruk-

riba-di-dunia-dan-akhirat

15

Anda mungkin juga menyukai