Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Riba”

Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah

“Fiqh Muammalah Iqtishadiyah”

Dosen Pengampu:

Arif Maghfur, S.H.I., M.E.I

Disusun oleh:

1. Abdhi Prastyo
2. Abdullah Aziz Fahri
3. Akbar Aldiansyah
4. Ali Firdaus

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM

INSTITUT PESANTREN SUNAN DRAJAT

2023

I
KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan segala kenikmatan – NYA
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini pada Progam studi Ekonomi syariah ini
dapat terselesaikan.

Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw,
yang telah mengarahkan umatnya kedalam cahaya kesempurnaan dan kebenaran yaitu agama
islam.

Ucapan terima kasih kepada semua teman – teman yang telah membantu saya dalam
proses pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan ke depan nya. Dan apabila terdapat kesalahan kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada para pembaca.

Lamongan 27 September 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...........................................................................................................I
Kata Pengantar...........................................................................................................II
Daftar Isi ....................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
2.1 Pengertian Riba.......................................................................................................3
2.2 Dasar Hukum Al Qur’an & Hadis...........................................................................4
2.3 Macam-Macam Riba................................................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................9
3.1 Simpulan..................................................................................................................9
3.2 Saran.........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Riba merupakan haram atau dilarang dalam perbankan syariah. Jika riba
dengan jumlah kecil ataupun besar (ganda) maka dianggap tetap hal atau aktifitas
yang tidak boleh dilakukan, sebab sikap dan perbuatan tersebut bisa merugikan selain
itu juga haram untuk semua kalangan masyarakat. Riba jika dijalankan sendiri
ataupun bekerjasama dengan yang terakit riba, itu hal yang tetap diharamkan bagi
umat muslim. Di Indonesia masih terjadi perselisihan akan ragunya bunga bank
apakah termasuk dalam riba atau tidak, tetapi perselisihan ini sudah disepakati oleh
Islamic Banker dan ahli fikih dikalangan dunia. Selain hal tersebut umat Islam haru
mempunyai kepercayaan dan keyakinan dimana sebagai orang muslim jika dalam
bertransaksi harus tidak boleh ada keterlibatn dengan sistem riba. Yang dimaksud dari
transaksi ini yakni bertransaksi uang dimana transfer menggunaka uang dan disaat
transaksi tersebut ada sebuah tambahan. Di Indonesia, sejak perbankan syariah berdiri
cukup lama membuat perbakan syariah semakin pesat dikarenakan banyak perbankan
konvensional yang disyariahkan. Perkembangan-perkembangan dari perbankan
syariah ini membuat masyarakat ingin memilih produk perbankan syariah. Lajunya
pertumbuhan ekonomi di Indonesia sekarang menjadi suatu pusat perhatian dalam
sektor industri keuangan. Dari bagian lain wilayah Indonesia, mayoritas penduduk
yang memeluk agam Islam. Dari mayoritas inilah yang mengakibatkan lajunya
perkembangan pola pikir masyarakat akan keinginan yang lebih mengutamakan
memilih perbankan syariah. Tetapi, dari sebagian masyarakat tersebut juga masih ada
belum ada keinginan untuk mengetahui tentang riba dan pengetahuan akan produk
perbankan syariah.1
Bank syariah berdiri dikarenakan suatu keinginan dari masyarakat yang
beragama Islam, yang dimana sudah mengetahui bahwa bunga itu termasuk sesuatu
pelarangan, juga akan ditunjang kembali menurut pandangan dari ahli agama yang
diwakili fatwa MUI nomor 1 2004 tentang bunga yang diharamkan kaerena ada unsur
riba (bunga), bebas dari masyir (perjudian), bebas dari gharar (meragukan), bebas dari
bathil (hal yang tidak sah) dan pembiayaan usaha yang halal. Kebanyakan memang di
1
Arief Budiono, Jurnal Law and Justice : “PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH” 2, no. 1 (2017) : 55.

IV
Indonesia ,mayoritas seorang muslim tetapi pada perkembangan dari suatu
produk perbankan syariah masih terlalu lambat dan belum bisa mengembangkan
seperti halnya bank konvensional yang sudah lama berdiri sebelum bank syariah. Dari
kondisi bank syariah dan bank konvensional tersebut masing-masing memiliki fungsi
stategis dalam intermediasi serta memberikan pelayanan produk jasa dalam
pembayaran (transaksi) namun karakter atau ciri bank syariah dan bank konvensional
bisa membuat pengaruh calon nasabah dalam menentukan suatu keputusan yang ingin
dipilih nasabah.2

B. RUMUSAN MASLAH
1. Apa Pengertian Riba ?
2. Apa Dasar Hukum Al Qur’an & Hadis Mengenai Riba ?
3. Apa macam – macam riba ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Riba
2. Untuk Mengetahui Dasar Hukum Riba
3. Untuk Mengetahui Macam – Macam Riba

BAB II
PEMBAHASAN

2
Dita Pertiwi dan Hroni Doli H. Ritonga, Jurnal Ekonomi dan Keungan : “ ANALISIS MINAT MENABUNG MASYARAKAT PADA
BANK MUAMALAT DI KOTA KISARAN” 1, no. 1 (2012) : 61-62.

V
2.1 Pengertian Riba
Riba berasal dari bahasa arab yang artinya tambahan (‫ادة‬HH‫ زي‬,(yang berarti
tambahan pembayaran atas uang pokok pinjaman. Sedangkan riba menurut istilah
adalah mengambil tambahan dari harga pokok atau modal dengan cara yang bathil.
Ada banyak pendapat dalam menjelaskan riba, akan tetapi secara umum terdapat
benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik itu
dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam dengan cara yang bathil, atau
bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.3
Adapun menurut ulama mazhab Hanafi riba ialah tambahan yang menjadi
syarat dalam transaksi bisnis tanpa adanya kesetaraan yang dibenarkan oleh syari’ah
atas penambahan tersebut.4
Kemudian menurut Imam Ahmad bin Hambal riba itu adalah ketika seseorang
yang memiliki hutang maka yang memimjamkan mengakatakan kepada sipeminjam
apakah akan melunasi atau membayarnya lebih, apabila tidak bisa melunasi ia harus
menambahkan dana dalam bentuk bunga pinjaman atas penambahan waktu yang telah
di berikan.5
Adapun menurut pandangan ulama mazhab Syafi’i riba dapat diartikan
sebagai:
“Akad atas penggantian dikhususkan yang tidak diketahui kesetaraan
dalam pandangan syari’ah pada saat akad atau dengan penundaan dari
salah satu atau kedua harta yang dipertukarkan”.6
Maksudnya adalah transaksi pertukaran suatu barang tertentu yang kemudian
diukur dengan menggunakan takaran syara’ dengan barang lain yang belum ada
ketika terjadi akad. Dalam artian lain pertukaran suatu barang yang penyerahannya
ditangguhkan baik oleh kedua belah pihak atau salah satu darinya. Yang dimaksud
dengan menggunakan takaran syara’ disin adalah dengan menggunakan alat takar.
Dari beberapa definisi tentang riba diatas meskipun terdapat beberapa
perbedaan definisinya masing-masing akan tetapi subtansinya tetap sama, maka dari
itu dapat disimpulkan bahwa riba adalah pengambilan tambahan yang harus dibayar
dalam transaksi pinjam meminjam ataupun jual beli yang bertentangan dengan prinsip
syariah.
3
Dra. Gibtiah, M.ag, Fiqih Kotemporer, cet-1, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), 74
4
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 38
5
Ibid, 41
6
Ahmad Sarwat, Qiyas: Sumber Hukum Syariah Keempat, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2019), 10

VI
2.2 Dasar Hukum Hukum Al Qur’an & Hadis

Ada beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW yang
membicarakan tentang riba, adapun dasar-dasarnya:
1). Dasar Hukum Riba Dalam Al-qur’an
Firman Allah dalam Surat Ar-Rum:39
‫َو َم ٓا ٰا َت ْي ُتْم ِّمْن ِّر ًبا ِّلَي ْر ُبَو ۠ا ِفْٓي َاْم َو اِل الَّن اِس َف اَل َي ْر ُبْو ا ِع ْن َد ِهّٰللاۚ َو َم ٓا ٰا َت ْي ُتْم ِّمْن َز ٰك وٍة ُتِر ْي ُد ْو َن‬
‫ٰۤل‬
‫َو ْج َه ِهّٰللا َف ُاو ِٕىَك ُه ُم اْلُمْض ِع ُفْو َن‬
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya)”.7
Menurut Sayyid Quthb penjelasan ayat ini adalah walaupun teks tersebut
mencakup semua cara riba tanpa terkecuali, bagi para pemilik harta, Allah SWT juga
menjelaskan bagaimana cara mengembangkan harta yang baik dan benar. Dengan
berzakat inilah cara untuk melipatgandakan harta, memberikan harta tanpa
mengharapkan ganti, juga tanpa menunggu pengembalian dan balasan dari manusia.
Karena Allah akan melipatgandakan rezeki bagi orang-orang yang menginfakan
hartanya semata-mata hanya karena Allah SWT. Allah yang mengurangi harta
orangorang yang melakukan praktik riba yang tujuannya mencari muka dihadapan
manusia. Itu hanyalah perhitungan di dunia. Padahal di sana terdapat perhitungan
akhirat, yang didalamnya ada balasan berlipat ganda. Perhitungan akhirat adalah
perdagangan yang menguntungkan.8

Firman Allah dalam surat An-Nisa: 161

7
QS Ar.Rum [30]:39
8
Sayyid Quthb, Tafsir Ayat Riba, terj. Ali Rohmat (Jakarta: Jagakarsa, 2018), 157-159.

VII
‫وَاْخ ِذِهُم الِّر ٰب وا َو َقْد ُنُهْو ا َع ْنُه َو َاْك ِلِهْم َاْم َو اَل الَّن اِس ِباْلَباِط ِل ۗ َو َاْعَت ْد َنا ِلْلٰك ِف ِر ْيَن ِم ْنُهْم َع َذ اًبا‬
‫َاِلْيًم ا‬
‘’Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan
jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di
antara mereka itu siksa yang pedih”.9
Menurut Ibnu Katsir bahwa pelaku riba tidak puas dengan apa yang sudah
menjadi pembagian Allah dari perkara yang halal, dan tidak pernah merasa cukup
dengan apa yang telah di syariatkan berupa suatu penghasilan yang diperbolehkan.
Dengan begitu mereka menempuh cara bathil dengan memakan harta orang lain
dengan cara yang buruk. Artinya mereka mengingkari dengan apa yang Allah berikan
kepadana berupa kenikmatan. Mereka melakukan dzalim juga berdosa dikarenakan
memakan harta orang lain dengan cara yang bathil. Segala sesuatu yang terkait
dengan pertumbuhan dan perkembangan riba tersebut, termasuk orang yang
menanamkan modal kedalamnya, kemudian menghasilkan keuntungan, termasuk
orang yang memakan harta dengan cara yang bathil.10
Firman Allah dalam Qur’an Surat Al-Imran:130-131

‫ي‬
‫َٰٓاُّي َه ا اَّلِذْي َن ٰا َم ُنْو ا اَل َت ْأُك ُلوا الِّر ٰب ٓو ا َاْض َع اًفا ُّم ٰض َع َف ًة ۖ َّو اَّتُقوا َهّٰللا َلَع َّلُك ْم ُتْف ِلُحْو َۚن‬

“Wahai orang-orang yang beriman Janganlah kamu memakan riba dengan


berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung (130)”.11
Menurut M. Quraish Shihab penjelasan tentang ayat ini adalah bahwa riba
tidaklah sejalan dengan iman, dan Allah melarang orang-orang untuk memakan riba,
dan didalamnya pun menjelaskan agar menjauhi riba supaya kalian selamat dan
mendapatkan keuntungan, artinya keselamatan dunia dan akhirat adalah menjauhi
riba.12

9
QS An.Nisa [4]:161
10
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, terj. Syihabuddin, cet-1 (I; Jakarta: Gema Insani,
1999), 700
11
QS Al.Imran [3]:130-131
12
Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dan Kehidupan Masyarakat, cet-1 (Bandung: PT. Mizan
Putaka, 1992), 260-261

VIII
Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah:275

‫َاَّلِذ ۡي َن َيۡا ُك ُلۡو َن الِّر ٰب وا اَل َيُقۡو ُم ۡو َن ِااَّل َك َم ا َيُقۡو ُم اَّلِذ ۡى َيَتَخَّبُطُه الَّش ۡي ٰط ُن ِم َن اۡل َم ِّس ؕ ٰذ ِل َك ِب َاَّنُهۡم‬
‫َقاُلۤۡو ا ِاَّنَم ا اۡل َبۡي ُع ِم ۡث ُل الِّر ٰب واۘ َو َاَح َّل ُهّٰللا اۡل َبۡي َع َو َح َّر َم الِّر ٰب واؕ َفَم ۡن َج ٓاَء ٗه َم ۡو ِع َظ ٌة ِّم ۡن َّرِّب ٖه‬
‫َفاۡن َتٰه ى َفَلٗه َم ا َس َلَؕف َو َاۡم ُر ۤٗه ِاَلى ِهّٰللاؕ َو َم ۡن َعاَد َفُاوٰٓلِٕٮَك َاۡص ٰح ُب الَّناِرۚ ُهۡم ِفۡي َها ٰخ ِلُدۡو َن‬
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghunipenghuni neraka mereka
kekal didalamnya. (275).13
Dalam tafsir Ibnu Katsir penjelasan tentang ayat 275 adalah bahwa
dimana Allah mengatakan seorang pemakan riba akan dibangkitkan dari hari
kiamat seperti orang gila yang mengamuk. Allah menegaskan bahwa
menghalal jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang menghalalkan
riba dapat diartikan pembantahan atas hukum yang sudah ditetapkan Allah.
Riba yang dulu sudah dimakan sebelum turunnya ayat ini, jika pelakunya mau
bertaubat, tidak ada kewajiban untuk mengembalikan dan dimaafkan oleh
Allah, sedangkan bagi siapa saja yang kembali lagi kepada riba setelah
menerima larangan dari Allah, maka mereka adalah penghuni neraka dan
mereka kekal didalamnya.

 Dasar Hukum Riba Dalam Hadist

‫َلَع َن َر ُسوُل ِهَّللا صلى هللا عليه وسلم آِكَل الِّر َبا َو ُم وِكَلُه َو َك اِتَب ُه َو َش اِهَد ْيِه َو َق اَل ُهْم َس َو اٌء‬

13
QS Al.Baqarah [2]:275

IX
"Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutuk orang yang makan harta riba, yang memberikan
riba, penulis transaksi riba dan kedua saksi transaksi riba. Mereka semuanya
sama (berdosa)." (HR Muslim).

‫ُه‬ ‫اِهَد ُه َو َك اِتَب‬ ‫ َو َش‬، ‫ُه‬ ‫ َو ُموِك َل‬، ‫ا‬ ‫َل الِّر َب‬ ‫َلَع َن ُهَّللا آِك‬.)

“Allah mencela pemakan riba, yang memberi makan, saksi dan juru tulisnya”
(HR Ahmad).

2.3 Macam-Macam Riba

Menurut ulama fiqih riba terbagi 2 macam yaitu riba fadl dan riba nasi’a
1). Riba Fadl
Riba fadl adalah riba yang terjadi pada jual beli dengan barang yang sejenis,
artinya seseorang yang membeli sesuatu dengan sesuatu yang sejenis, dengan
meminta tambahan. Dan kelebihan pada salah satu jenis harta yang diperjualbelikan
sesuai dengan ukuran syara’.
Oleh sebab itu apa bila kelebihan pembayaran pada makanan jenis ini maka
termasuk riba fadl. Kalau jenisnya berbeda maka boleh diperjualbelikan, boleh
melebihi harga dari jenis lain asalkan dengan cara tunai.
2). Riba Nasi’ah
Riba nasi’ah adalah kelebihan atas piutang yang diberikan orang yang
berutang kepada pemberi utang (pemilik modal) ketika waktu yang disepakati telah
jatuh tempo.
Sebagian ulama juga berpendapat, selain kedua jenis riba tersebut ada riba
yad, yaitu riba yang dilakukan karena berpisah dari tempat akad sebelum serah terima
terjadi. Dan yang kedua adalah riba qardhi yaitu hutang dengan syarat ada keuntungan
untuk sipemberi hutang. Akan tetapi secara umum kedua riba tersebut termasuk dalam
riba nasi’ah dan riba fadl.

X
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah pada dasarnya konsep dasar yang
harus dilakukan dalam pendidikan Islam yaitu menuntun peserta didik
menjadi seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Allah S.W.T,
melalului beberapa pembiasanpembiasan, aturan dan keterbiasaan
melaksanakan ajaran syariat Islam, karena pada hakikatnya pendidikan
Islam merupakan sebuah pendidikan yang mengajarkan ke Esa-an Tuhan.

XI
3.2 Saran
Demikian pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Diharapkan
pembaca untuk mencari referensi yang lain guna meningkatkan
pemahaman terkait materi ayat-ayat tentang riba. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat di harapkan agar makalah ini dapat disusun
menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Budiono, Jurnal Law and Justice : “PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH” 2, no. 1 (2017) : 55.

Dita Pertiwi dan Hroni Doli H. Ritonga, Jurnal Ekonomi dan Keungan : “ ANALISIS
MINAT MENABUNG MASYARAKAT PADA BANK MUAMALAT DI KOTA
KISARAN” 1, no. 1 (2012) : 61-62.

Dra. Gibtiah, M.ag, Fiqih Kotemporer, cet-1, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), 74
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), 38
Ibid, 41

XII
Ahmad Sarwat, Qiyas: Sumber Hukum Syariah Keempat, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing,
2019), 10

QS Ar.Rum [30]:39
Sayyid Quthb, Tafsir Ayat Riba, terj. Ali Rohmat (Jakarta: Jagakarsa, 2018), 157-159.

QS An.Nisa [4]:161
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, terj.
Syihabuddin, cet-1 (I; Jakarta: Gema Insani, 1999), 700
QS Al.Imran [3]:130-131
Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dan Kehidupan
Masyarakat, cet-1 (Bandung: PT. Mizan Putaka, 1992), 260-261

QS Al.Baqarah [2]:275

XIII

Anda mungkin juga menyukai