Dosen Pengampu:
KELOMPOK 6:
FAKULTAS HUKUM
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini..Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan keada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti – nantikan syafa’atnya
di yaumul kiyamah nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat – nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas terstruktur dari mata kuliah Hukum Ekonomi Islam
dengan judul “Riba dalam Pandangan Islam” .
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar –
besarnya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr.Sudirman Suparmin, Lc., M.A.
selaku dosen pada mata kuliah, dan kami juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh
pihak yang berkaitan dengan makalah ini. Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembacanya. Terimakasih.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam bingkai ajaran Islam, aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh manusia
untuk dikembangkan memiliki beberapa kaidah dan etika atau moralitas dalam syari'at
Islam. Allah telah menurunkan rizki ke dunia ini untuk dimanfaatkan oleh manusia
dengan cara yang telahdihalalkan oleh Allah dan bersih dari segala perbuatan yang
mengandung riba.
Pada dasarnya transaksi riba dapat terjadi dari transaksi hutang piutang, namun
bentuk dari sumber tersebut bisa berupa qard dan lain sebagainya. Para ulama
menetapkan dengan tegas dan jelas tentang pelarangan riba, disebabkan riba
mengandung unsur eksploitasi yang dampaknya merugikan orang lain, hal ini mengacu
pada Kitabullah dan Sunnah Rasul serta ijma' para ulama. Bebarapa pemikir Islam
berpendapat bahwa riba tidak hanya dianggap sebagai sesuatu yang tidak bermoral akan
tetapi merupakan sesuatu yang menghambat aktifitas perekonomian masyarakat,
sehingga orang kaya akan semakin kaya sedangkan orang miskin akan semakin miskin
dan tertindas. Manusia merupakan makhluk yang "rakus", mempunyai hawa nafsu yang
bergejolak dan selalu merasa kekurangan sesuai dengan watak dan karakteristiknya,
tidak pernah merasa puas, sehingga transaksi-transaksi yang halal susah didapatkan
karena disebabkan keuntungannya yang sangat minim, maka harampun jadi (riba).
1
Ironis memang, justru yang banyak melakukan transaksi yang berbau riba
adalah dikalangan umat Muslim. Riba merupakan suatu tambahan lebih dari modal asal,
biasanya transaksi riba sering dijumpai dalam transaksi hutang piutang dimana
peminjam meminta tambahan dari modal asal kepada yang dipinjami. Tidak dapat
dinafikkan bahwa dalam jual beli juga sering terjadi praktek riba, seperti menukar
barang yang tidak sejenis, melebihkan atau mengurangkan timbangan atau dalam
takaran.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dikemukakan
rumusan masalah yakni sebagai berikut:
1. Pengertian dan jenis -jenis riba
2. Landasan hukum larangan riba
3. Ancaman hukuman orang yang memakakn riba
4. Hikmah pelarangan riba
5. Riba dan bunga bank dalam hukum Islam
6. Perbedaan sistem bunga bank konvensional dan sintem bagi hasil bank Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ribā menjelaskan mengenai haramnya riba bahwa riba adalah tiap tambahan
sebagai imbalan dari masa tertentu, baik pinjaman itu untuk konsumsi atau eksploitasi,
artinya baik pinjaman itu untuk mendapatkan sejumlah uang guna keperluan
pribadinya, tanpa tujuan untuk mempertimbangkannya dengan mengeksploitasinya
atau pinjaman itu untuk di kembangkan dengan mengeksploitasikan, karena nash itu
bersifat umum.
3
di mana dalam perbankan konvensional banyak kita temui transaksi yang memakai
konsep bunga, berbeda dengan perbankan yang berbasis syariah yang memakai prinsip
bagi hasil (mudharabah) yang belakangan ini lagi marak dengan diterbitkannya undang-
undang perbankan syari'ah di Indonesia nomor 7 tahun 1992.
Sudah jelas diketahui bahwa Islam melarang riba dan memasukkannya dalam
dosa besar. Tetapi Allah SWT dalam mengharamkan riba menempuh metode secara
gredual (step by step). Metode ini ditempuh agar tidak mengagetkan mereka yang telah
biasa melakukan perbuatan riba dengan maksud membimbing manusia secara mudah
dan lemah lembut untuk mengalihkan kebiasaan mereka yang telah mengakar,
mendarah daging yang melekat dalam kehidupan perekonomian jahiliyah
Pada dasarnya riba terbagi menjadi dua macam yaitu riba akibat hutang piutang
yang telah dijelaskan tentang keharamannya dalam al-Qur'an, dan riba jual beli yang
juga telah dijelaskan boleh dan tidaknya dalam bertransaksi dalam as-Sunnah.
a. Riba akibat hutang-piutang disebut Riba Qard , yaitu suatu manfaat atau tingkat
kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang (muqtarid), dan Riba
Jahiliyah, yaitu hutang yang dibayar dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu
membayar hutangnya pada waktu yang ditetapkan.
b. Riba akibat jual-beli disebut Riba Fadl, yaitu pertukaran antar barang sejenis dengan
kadar atau takaran yang berbeda dan barang yang dipertukarkan termasuk dalam jenis
barang ribawi.
c. Dan Riba Nasi'ah, yaitu penangguhan atas penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang diperlukan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba nasi'ah muncul dan
terjadi karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat
ini dan yang diserahkan kemudian. Sejak zaman Nabi Muhammad SAW,
4
riba telah dikenal pada saat turunnya ayat-ayat yang menyatakan larangan terhadap
transaksi yang mengandung riba sesuai dengan masa dan periode turunnya ayat tersebut
sampai ada ayat yang melarang dengan tegas tentang riba.
Landasan dari riba dalam al-Qur'an surat al-Imran ayat 130: "Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu memakan riba berlipat ganda dan bertakwalah kamu
kepada Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan" Pelarangan riba dalam al-
Qur'an datang secara bertahap seperti larangan minum khamar. Dalam surat al-baqarah
merupakan ayat riba yang terakhir dan para ahli hukum Islam dan ahli tafsir tidak ada
yang membantahnya. Berbagai riwayat yang dikutip oleh mufassir ketika mereka
menjelaskan sebab turunnya kelompok ayat ini menyebutkan bahwa ayat tersebut
merupakan ketegasan atas praktek riba yang ditampilkan antara penduduk Makkah.
5
•Hadis Rasulullah
Artinya: “Dari Jabir Ra. ia berkata: “Rasulullah Saw. telah melaknat orang- orang yang
memakan riba, orang yang menjadi wakilnya (orang yang memberi makan hasil riba),
orang yang menuliskan, orang yang menyaksikannya, (dan selanjutnya), Nabi
bersabda, mereka itu semua sama saja.” (HR. Muttafaq Alaih).
•Ijmak ulama
Para ulama sepakat bahwa seluruh umat Islam mengutuk dan mengharamkan riba. Riba
adalah salah satu usaha mencari rezeki dengan cara yang tidak benar dan dibenci oleh
Allah Swt. Praktik riba lebih mengutamakan keuntungan pribadi dan mengorbankan
orang lain. Riba akan menyebabkan kesulitan hidup bagi manusia, terutama mereka
yang memerlukan pertolongan. Riba juga dapat menimbulkan kesenjangan sosial yang
semakin besar antara “yang kaya dan yang miskin”, serta dapat menghilangkan rasa
kemanusiaan untuk saling membantu. Oleh karena itu, agama Islam mengharamkan
riba.
Selanjutnya firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 yang menyebutkan
ancaman bagi orang yang melakukan riba
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
6
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah
ayat 275)
Dalam ayat ini Allah Swt., menceritakan saat mereka (orang-orang yang
memakan riba) keluar dan bangkit dari kubur, untuk menuju kebangkitan dan
perkumpulan. Allah berfirman: “orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan, lantaran penyakit gila.”
Maksudnya tidaklah mereka bangkit dari kuburnya pada hari kiamat melainkan seperti
bangkitnya orang gila pada saat dia mengamuk dan kesurupan setan.
Dalam hal ini, Allah telah berfirman barang siapa yang kembali lagi kepada riba
setelah dia menerima larangan Allah mengenai riba, maka mestilah dia masih dapat
siksa dan ditegaskan hujjah kepadanya. Allah berfirman, “Maka mereka itulah
penghuni neraka, sedangkan mereka kekal di dalamnya.”
Dalam ayat tersebut di atas, sudah ada ancaman dan hukumannya bagi pelaku riba, dan
ditegaskan juga tidak diridhoinya perbuatan riba.
Syekh Abu Bakar Jabir Al Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim menyebutkan lima
hikmah diharamkannya riba.
1. menjaga harta seorang Muslim agar tidak dimakan dengan cara-cara yang batil.
2. mengarahkan seorang Muslim agar menginvestasikan hartanya di dalam sejumlah
usaha yang bersih yang jauh dari kecurangan dan penipuan serta terhindar dari
segala tindakan yang menimbulkan kesngsaraan dan kebencian di antara kaum
Muslimin. Hal tersebut dilakukan dengan menginvestasikannya dalam bidang
pertanian, industri, dan perdagangan yang sehat dan bersih.
7
3. menyumbat seluruh jalan yang membawa seorang Muslim kepada tindakan
memusuhi dan menyusahkan saudaranya sesama Muslim yang berakibat pada lahirnya
celaan serta kebencian dari saudaranya.
4. menjauhkan seorang Muslim dari perbuatan yang dapat membawanya kepada
kebinasaan. Karena memakan harta riba itu merupakan kedurhakaan dan kezhaliman.
Sedangkan akibat dari kedurhakaan dan kezhaliman itu adalah penderitaan.
Allah SWT berfirman, "Ya ayuhhannasu innama baghyukum ala anfusikum,". Yang
artinya, "Wahai manusia, sesungguhnya (bencana) kezhaliman kalian akan menimpa
diri kalian sendiri,".
Secara lebih spesifik lagi riba adalah meminta tambahan uang dari pinjaman
awal baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam yang bertentangan
dengan prinsip syariah Islam. Dalam hal ini pinjam meminjam atau jual beli tersebut
masuk kategori transaksi yang haram.
Secara lebih spesifik lagi riba adalah meminta tambahan uang dari pinjaman
awal baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam yang bertentangan
dengan prinsip syariah Islam. Dalam hal ini pinjam meminjam atau jual beli tersebut
masuk kategori transaksi yang haram.
Meskipun ada perbedaan pandangan, Lajnah memutuskan bahwa pilihan yang lebih
berhati-hati ialah pendapat pertama, yakni menyebut bunga bank adalah haram.
Untuk menghindari praktek riba pada bunga bank konvensional maka saat ini di
Indonesia sudah mulai banyak Bank Syariah sebagai pilihan umat Islam untuk
bertransasksi seusai syariah Islam.
Pada praktiknya, sebagai pengganti sistem bunga tersebut, maka bank Islam
menggunakan berbagai macam cara yang digunakan dalam akad kredit dan tentunya
bersih dan terhindar dari hal-hal yang mengandung unsur riba. Diantaranya sebagai
berikut:
10
Murabahah, yaitu jual beli barang dengan tambahan harga (margin keuntungan)
atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujur.
Qardh Hasan, yaitu pinjaman tanpa bunga kepada para nasabah yang baik,
terutama nasabah yang punya deposito di bank Islam.
Bank Islam juga menggunakan modal yang terkumpul untuk investasi langsung
dalam berbagai bidang usaha yang menguntungkan. Sistem investasi ini biasanya
menggunakan imbal balik dalam bentuk bagi hasil sebagai pengganti praktek bunga
bank yang selama ini terjadi.
F. Perbedaan Sistem Bunga Bank Konvensional dan Sistem bagi Hasil Bank
Dalam sistem perbankan syariah tidak mengenal sistem bunga, bahkan aturan
syariah mengharamkannya. Praktik pinjaman berbasis bunga hanya digunakan di bank
konvensional.
Dalam sistem bank konvensional memakai praktik bunga. Tapi di bank syariah
berdasarkan bagi hasil, margin keuntungan, dan fee. Besaran bunga di bank
konvensional tetap, sementara besaran bagi hasil di bank syariah berubah-ubah
bergantung kinerja usaha.
Berikut perbedaan sistem bunga di bank konvensional dengan prinsip bagi hasil
bank syariah berdasarkan keterangan OJK:
Sistem Bunga:
1. Asumsi selalu untung
2. Didasarkan pada jumlah uang atau pokok pinjaman
3. Nasabah kredit harus tunduk pada pemberlakuan perubahan tingkat suku bunga
tertentu secara sepihak oleh bank, sesuai dengan fluktuasi tingkat suku bunga di pasar
uang. Pembayaranbunga yang sewaktu-waktu dapat meningkat atau menurun tersebut
tidak dapat dihindari oleh nasabah di dalam masa pembayaran angsuran kreditnya.
11
4. Tidak tergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat
meskipun jumlah keuntungan berlipatganda saat keadaan ekonomi sedang baik
5. Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama Islam
6. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang
dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ribā menjelaskan mengenai haramnya riba bahwa riba adalah tiap tambahan
sebagai imbalan dari masa tertentu, baik pinjaman itu untuk konsumsi atau eksploitasi,
artinya baik pinjaman itu untuk mendapatkan sejumlah uang guna keperluan
pribadinya, tanpa tujuan untuk mempertimbangkannya dengan mengeksploitasinya
atau pinjaman itu untuk di kembangkan dengan mengeksploitasikan, karena nash itu
bersifat umum.
Pada dasarnya riba terbagi menjadi dua macam yaitu riba akibat hutang piutang
yang telah dijelaskan tentang keharamannya dalam al-Qur'an, dan riba jual beli yang
juga telah dijelaskan boleh dan tidaknya dalam bertransaksi dalam as-Sunnah.
Hukum haram dari riba berdasarkan al-Qur’an, hadis dan ijmak ulama.
Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 yang menyebutkan ancaman bagi
orang yang melakukan riba
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah ayat 275)
13
Syekh Abu Bakar Jabir Al Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim menyebutkan
lima hikmah diharamkannya riba.
1. menjaga harta seorang Muslim agar tidak dimakan dengan cara-cara yang batil.
2. mengarahkan seorang Muslim agar menginvestasikan hartanya di dalam
sejumlah usaha yang bersih yang jauh dari kecurangan dan penipuan serta terhindar
dari segala tindakan yang menimbulkan kesngsaraan dan kebencian di antara kaum
Muslimin.
3. menyumbat seluruh jalan yang membawa seorang Muslim kepada tindakan
memusuhi dan menyusahkan saudaranya sesama Muslim yang berakibat pada lahirnya
celaan serta kebencian dari saudaranya.
4. menjauhkan seorang Muslim dari perbuatan yang dapat membawanya kepada
kebinasaan. Karena memakan harta riba itu merupakan kedurhakaan dan kezhaliman.
Sedangkan akibat dari kedurhakaan dan kezhaliman itu adalah penderitaan.
Berikut perbedaan sistem bunga di bank konvensional dengan prinsip bagi hasil
bank syariah berdasarkan keterangan OJK:
Sistem Bunga:
1. Asumsi selalu untung
2. Didasarkan pada jumlah uang atau pokok pinjaman
3. Nasabah kredit harus tunduk pada pemberlakuan perubahan tingkat suku bunga
tertentu secara sepihak oleh bank.
4. Tidak tergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat
meskipun jumlah keuntungan berlipatganda saat keadaan ekonomi sedang baik
5. Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama Islam
6. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang
dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi
14
Sistem Bagi Hasil Bank Syariah:
1. Ada kemungkinan untung atau rugi
2. Didasarkan pada rasio bagi hasil dari pendapatan/keuntungan yang diperoleh
nasabah pembiayaan
3. Margin keuntungan untuk bank (yang disepakati bersama) yang ditambahkan pada
pokok pembiayaan berlaku sebagai harga jual yang tetap sama hingga berakhirnya masa
akad.
4. Jumlah pembagian bagi hasil berubah-ubah tergantung kinerja usaha (untuk
pembiayaan berdasarkan bagi hasil)
5. Tidak ada agama yang meragukan keabsahan bagi hasil
6. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak
mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama kedua pihak.
B. SARAN
riba merupakan hal yang diharamkan atau dilarang keras dalam agama Islam
karena riba sendiri sangat merugikan bagi orang yang berhutang, sedangkan yang
menghutangi akan semakin kaya dan menginjak-injak orang yang miskin. Dari riba
tersebut tidak memakai konsep etika atau moralitas. Allah mengharamkan transaksi
yang mengandung unsur ribawi, hal ini disebabkan mendholimi orang lain dan adanya
unsur ketidakadilan. Islam mengharamkan riba selain telah tercantum secara tegas
dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 278-279 yang merupakan ayat terakhir tentang
pengharaman riba, juga mengandung unsur eksploitasi. Dalam surat al-baqarah
disebutkan tidak boleh menganiaya dan tidak (pula) dianiaya, maksudnya adalah tidak
boleh melipat gandakan uang yang telah dihutangkan, juga karena dalam kegiatannya
cenderung merugikan orang lain
15
DAFTAR PUSTAKA
https://kumparan.com/kumparanbisnis/ini-beda-sistem-bagi-hasil-bank-syariah-dengan-
bunga-bank-konvensional-1wCcNgIY5Bi
https://www-cermati-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.cermati.com/artikel/amp/mengenal-
riba-dan-kaitannya-dengan-bunga-
bank?amp_gsa=1&_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#amp_tf=Dari%
20%251%24s&aoh=16856724042876&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&s
hare=https%3A%2F%2Fwww.cermati.com%2Fartikel%2Fmengenal-riba-dan-kaitannya-
dengan-bunga-bank
https://islamdigest.republika.co.id/berita/rm139v366/lima-hikmah-diharamkannya-riba
16