Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TUGAS KELOMPOK

MATERI FIQH 1

Riba & Ruang Lingkupnya

Matakuliah: Materi Fiqh 1

Dosen Pengampu: Hasnatun Nadia, Mpd

Disusun Oleh:

1. Diyah Unggari (219.01.013)


2. Sodikin (219.01.046)

Kelas: 4B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
STAI DARUL ÚLUM SAROLANGUN

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam
selalu tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW. Berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas Materi Fiiqh 1.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta


menambah wawasan tentang “Riba & Ruang Lingkupnya.” Ucapan terima kasih
kami haturkan kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu,
terutama pertolongan dari Allah, sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.

Dengan segala kerendahan hati. Kami sangat mengharapkan kritik dan


sarannya yang bersifat membangun,agar kami dapat menyusun makalah lebih baik
lagi. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena
kesempurnaan sesungguhnya hanya datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.

Sarolangun, 28 Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Riba..................................................................................... 4
B. Hukum Riba.......................................................................................... 5
C. Macam-macam dari Riba ..................................................................... 6
D. Konsep Riba dan Dasar Keharamannya............................................... 7
E. Syarat Menghindari Riba ..................................................................... 7
F. Hikmah dari diharamkannya Riba........................................................ 8
G. Dampak Negatif Riba........................................................................... 8
H. Ancaman Bagi Pelaku Riba ................................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah dan persepsi mengenai riba begitu hidupnya di dunia Islam. Oleh

karenanya, terkesan seolah-olah doktrin riba adalah khas Islam. Orang sering

lupa bahwa hukum larangan riba, sebagaimana dikatakan oleh seorang Muslim

Amerika, Cyril Glasse, dalam buku ensiklopedinya, tidak diberlakukan di

negeri Islam modern manapun. Sementara itu, kebanyakan orang tidak

mengetahui bahwa di dunia Kristenpun, selama satu milenium, riba adalah

barang terlarang dalam pandangan theolog, cendekiawan maupun menurut

undang-undang yang ada.

Di sisi lain, kita dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa praktek riba

yang merambah ke berbagai negara ini sulit diberantas, sehingga berbagai

penguasa terpaksa dilakukan pengaturan dan pembatasan terhadap bisnis

pembungaan uang. Perdebatan panjang di kalangan ahli fikih tentang riba

belum menemukan titik temu. Sebab mereka masing-masing memiliki alasan

yang kuat. Akhirnya timbul berbagai pendapat yang bermacam-macam tentang

bunga dan riba.

Riba bukan cuma persoalan masyarakat Islam, tapi berbagai kalangan di

luar Islam pun memandang serius persoalan riba. Kajian terhadap masalah riba

dapat dirunut mundur hingga lebih dari 2.000 tahun silam. Masalah riba telah

menjadi bahasan kalangan Yahudi, Yunani, demikian juga Romawi. Kalangan


Kristen dari masa ke masa juga mempunyai pandangan tersendiri mengenai

riba.

Dalam Islam, memungut riba atau mendapatkan keuntungan berupa riba

pinjaman adalah haram. Ini dipertegas dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat

275 : “padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

Pandangan ini juga yang mendorong maraknya perbankan syariah dimana

konsep keuntungan bagi penabung didapat dari sistem bagi hasil bukan dengan

bunga seperti pada bank konvensional, karena menurut sebagian pendapat

(termasuk Majelis Ulama Indonesia), bunga bank termasuk ke dalam riba.

Bagaimana suatu akad itu dapat dikatakan riba? hal yang mencolok dapat

diketahui bahwa bunga bank itu termasuk riba adalah ditetapkannya akad di

awal. jadi ketika kita sudah menabung dengan tingkat suku bunga tertentu,

maka kita akan mengetahui hasilnya dengan pasti.

Berbeda dengan prinsip bagi hasil yang hanya memberikan nisbah bagi

hasil bagi deposannya. dampaknya akan sangat panjang pada transaksi

selanjutnya. yaitu bila akad ditetapkan di awal/persentase yang didapatkan

penabung sudah diketahui, maka yang menjadi sasaran untuk menutupi jumlah

bunga tersebut adalah para pengusaha yang meminjam modal dan apapun yang

terjadi, kerugian pasti akan ditanggung oleh peminjam. berbeda dengan bagi

hasil yang hanya memberikan nisbah tertentu pada deposannya. maka yang di

bagi adalah keuntungan dari yang didapat kemudian dibagi sesuai dengan

nisbah yang disepakati oleh kedua belah pihak.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Pengertian Riba?

2. Bagaimana Hukum Riba?

3. Apa saja Macam-macam dari Riba?

4. Apa Konsep Riba dan Dasar Keharamannya?

5. Apa Syarat Menghindari Riba?

6. Apa Hikmah dari diharamkannya Riba?

7. Apa saja Dampak Negatif Riba?

8. Apa Ancaman Bagi Pelaku Riba?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Riba?

2. Untuk Mengetahui Hukum Riba?

3. Untuk Mengetahui Macam-macam dari Riba?

4. Untuk Mengetahui Konsep Riba dan Dasar Keharamannya?

5. Untuk Mengetahui Syarat Menghindari Riba?

6. Untuk Mengetahui Hikmah dari diharamkannya Riba?

7. Untuk Mengetahui Dampak Negatif Riba?

8. Untuk Mengetahui Ancaman Bagi Pelaku Riba?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Riba

Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu :

1. Bertambah, karena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari

sesuatu yang dihutangkan.

2. Berkembang, berbunga, karena salah satu perbuatan riba adalah

membungakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang

lain.

3. Berlebihan atau menggelembung.

Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan riba menurut Al-Mali

yang artinya adalah “akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu yang

tidak diketahui perimbangannya menurut ukuran syara’, ketika berakad atau

dengan mengakhirkan tukaran kedua belah pihak atau salah satu keduanya”.

Menurut Abdurrahman al-Jaiziri, yang dimaksud dengan riba ialah akad

yang terjadi dengan penukaran tertentu, tidak diketahui sama atau tidak

menurut aturan syara’ atau terlambat salah satunya.

Syaik Muhammad Abduh berpendapat bahwa yang dimaksud dengan riba

ialah penambahan-penambahan yang diisyaratkan oleh orang yang memiliki

harta kepada orang yang meminjam hartanya (uangnya), karena pengunduran

janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan.1


1
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT RAJA GRAFINDO PERSADA, 2002)
h.57

4
Riba dapat timbul dalam pinjaman (riba dayn) dan dapat pula timbul dalam

perdagangan (riba bai’). Riba bai’ terdiri dari dua jenis, yaitu riba karena

pertukaran barang sejenis, tetapi jumlahnya tidak seimbang (riba fadhl), dan

riba karena pertukaran barang sejenisdan jumlahnya dilebihkan karena

melibatkan jangka waktu (riba nasi’ah).2

B. Hukum Riba

Riba itu haram. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan riba,

demikian pula hadis-hadis yang menerangkan larangan riba dan yang

menerangkan siksa bagi pelaku riba.

Hukum riba haram sebagaimana firman Allah SWT yang artinya :

“bahwasanya jual-beli itu seperti riba, tetapi Allah menghalalkan jual- beli dan

mengharamkan riba”. (Q.S Al Baqarah, ayat 275).

Dalam hadis, tentang larangan riba dinyatakan : Nabi Muhammad SAW.

bersabda yang artinya :

Dari Jabir R.A ia berkata : Rasulullah SAW telah melaknati orang-orang

yang suka makan riba, orang yang jadi wakilnya, juru tulisnya, orang yang

menyaksikan riba. Rasulullah selanjut bersabda : “mereka semuanya sama”.

(dalam berlaku maksiat dan dosa).3

C. Macam – macam Riba

Menurut para fiqih, riba dapat dibagi menjadi 4 macam bagian, yaitu sebagai

berikut :

2
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Press, 2011) h.13
3
Moh Rifai, Mutiara Fiqih, (Semarang : CV. Wicaksana, 1998) h.772-773

5
1. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan

kwalitas berbeda yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan. Contohnya

tukar menukar emas dengan emas, perak dengan perak, beras dengan beras

dan sebagainya.

2. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima,

maksudnya : orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelum ia

menerima barang tersebut dari si penjual, pembeli menjualnya kepada orang

lain. Jual beli seperti itu tidak boleh, sebab jual beli masih dalam ikatan

dengan pihak pertama.

3. Riba Nasi’ah, yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang

disebabkan memperhitungkan waktu yang ditangguhkan. Contoh : Aminah

meminjam cincin 10 Gram pada Ramlan. Oleh Ramlan disyaratkan

membayarnya tahun depan dengan cincin emas sebesar 12 gram, dan apa

bila terlambat 1 tahun, maka tambah 2 gram lagi, menjadi 14 gram dan

seterusnya. Ketentuan melambatkan pembayaran satu tahun.

4. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau

tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi. Contoh : Ahmad

meminjam uang sebesar Rp. 25.000 kepada Adi. Adi mengharuskan dan

mensyaratkan agar Ahmad mengembalikan hutangnya kepada Adi sebesar

Rp. 30.000 maka tambahan Rp. 5.000 adalah riba Qardh.4

D. Konsep Riba dan Dasar Keharamannya

4
Muhammad Asy-Syarbini sebagaimana dikutip oleh Rachmat Syafei, FIQH Muamalah ,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2001) h.264

6
Secara bahasa riba berarti al-ziyadah (tumbuh subur, tambahan). Seluruh

fuquha sepakat bahwasanya hukum riba adalah haram berdasarkan keterangan

yang sangat jelas dalam Al-Quran dan al-Hadis.

Pernyataan Al-Qur’an tentang larangan riba dan perintah meninggalkan

seluruh sisa-sisa riba yang terdapat pada surat al-Baqarah ayat 276 yang artinya

“jika kamu tidak meninggalkan sisa-sisa riba maka ketahuilah bahwa Allah dan

Rasul-Nya akan memerangi kamu. Jika kamu bertaubat maka bagimu adalah

pokok hartamu. Tidak ada diantara kamu orang yang menganiaya dan tidak ada

yang teraniaya.5

E. Syarat Menghindari Riba

Syarat menjual sesuatu barang supaya tidak menjadi riba, yaitu :

a. Menjual emas dengan emas, perak dengan perak, makanan dengan makanan

yang sejenis, misalnya beras dengan beras, hanya boleh dilakukan dengan

tiga syarat, yaitu :

a. Serupa timbangan dan banyaknya

b. Tunai

c. Timbang terima dalam akad (Ijab qabul) sebelum meninggalkan majlis

akad

b. Menjual emas dengan perak dan makanan dengan makanan yang berlainan

jenis, misalnya beras dengan jagung, hanya dibolehkan dengan dua syarat,

yaitu :

a. Tunai

5
Ghufron A. Mas’adi, fiqh muamalah kontekstual , (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2002)h.151-152

7
b. Timbang terima dalam akad sebelum meninggalkan majlis akad

(taqaabul qablat-tafaaruq)

Keterangan :

Yang dikenai hukum riba hanya pada tiga macam, yaitu emas, perak dan

makanan manusia (termasuk makanan yang bukan obat).6

F. Hikmah diharamkan Riba

Islam mengharamkan riba, karena riba mengandung hal-hal yang sangat negatif

bagi perseorangan maupun masyarakat, yakni :

1. Melenyapkan faedah hutang-piutang yang menjadi tulang punggung gotong-

royong atas kebajikan dan takwa.

2. Sangat menghalangi kepentingan orang yang menderita dan miskin.

3. Riba’ menimbulkan mental orang yang suka hidup mewah dan boros serta

ingin memperoleh hasil besar tanpa kerja keras diatas kesusahan orang lain

4. Menjadikan pelakunya malas bekerja keras.

5. Riba’ merupakan jalan atau cara untuk menjajah orang karena yang

meminjam tidak dapat mengembalikan pinjamannya.

G. Dampak Negatif Riba

1. Dampak Ekonomi

Diantara dampak ekonomi riba adalah dampak inflatoir yang diakibatkan

oleh bunga sebagai biaya utang. Hal tersebut disebabkan karena salah satu

elemen dari penentuan harga adalah suku bunga. Semakin tinggi suku

bunga, semakin tinggi juga harga yang akan ditetapkan pada suatu barang.

Dampak lainnya adalah bahwa utang, dengan rendahnya tingkat penerimaan


6
Moh Rifai, Mutiara Fiqih , (Semarang : CV. Wicaksana, 1998) h.777-778

8
peminjam dan tingginya biaya bunga, akan menjadikan peminjam tidak

pernah keluar dari ketergantungan, terlebih lagi bila bunga atas utang

tersebut dibungakan.

2. Sosial Kemasyarakatan

Riba merupakan pendapatan yang didapat secara tidak adil. Para pengambil

riba menggunakan uangnya untuk memerintahkan orang lain agar berusaha

dan mengembalikab, misalnya, 25% lebih tinggi dari jumlah yang

dipinjamkannya. Siapa pun tahu bahwa berusaha memiliki dua

kemungkinan : berhasil atau gagal. Dengan menetapkan riba, orang sudah

memastikan bahwa usaha yang dikelola pasti untung.7

Islam menganggap riba sebagai kejahatan ekonomi yang menimbulkan

penderitaan bagi masyarakat, baik itu secara ekonomi, moral, maupun

sosial. Oleh karena itu, Al-Qur’an melarang kaum muslimin untuk memberi

ataupun menerima riba. Dalam mengungkap rahasia makna riba dalam Al-

Qur,an, ar-Razi menggali sebab dilarangnya riba dari sudut pandang

ekonomi, dengan beberapa indikasi sebagai berikut :

a. Riba tak lain adalah mengambil harta orang lain tanpa ada nilai imbangan

apapun. Padahal, menurut sabda Nabi harta seseorang adalah seharam

darahnya bagi orang lain.

b. Riba dilarang karena menghalangi pemodal untuk terlibat dalam usaha

mencari rezeki. Orang kaya, jika ia mendapatkan penghasilan dari riba,

akan bergantung pada cara yang gampang dan membuang pikiran untuk

giat berusaha.
7
Muhammaad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, (Jakarta : Gema Insani, 2001) h.67

9
c. Dengan riba, biasanya pemodal semakin kaya dan bagi peminjam

semakin miskin, sekiranya dibenarkan maka yang ada orang kaya

menindas orang miskin.

d. Riba secara tegas dilarang oleh Al-Qur’an, dan kita tidak perlu tahu

alasan pelarangannya.8

H. Ancaman Bagi Pelaku Riba

Hadis Muslim yang artinya :

“Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, pemberinya, penulisnya, kedua

saksinya, mereka semua sama”.

Riba diharamkan baik dalam Al-Qur’an maupun hadis. Berikut hadis yang

melarang dan mengecam praktik riba dengan kata-kata yang tegas dan jelas. 9

Hadis Akhmad yang artinya :

Nabi Muhammad bersabda : “riba itu sekalipun dapat menyebabkan bertambah

banyak, tetapi akibatnya akan berkurang”.

Hadis ini merupakan ancaman bagi orang yang melakukan praktik riba,

bahwa riba memang dapat mendatangkan keuntungan besar bagi pelakunya,

tetapi suatu saat tidak akan mendapatkan berkah dari Allah, sehingga pada

akhirnya akan berkurang.10

8
Kuat Ismanto, MaNAJEMEN Syari’ah , (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015) h.47
9
Al-Mushlih Abdullah, Ash-Shawi Shalah, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Jakarta :
Darul Haq,2004
10
Ilfi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi , (Malang : UIN-Maliki Press, 2012) h.131-132

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Riba dapattimbul dalam

pinjaman (riba dayn) dan dapat pula timbul dalam perdagangan (riba bai’).

Riba bai’ terdiri dari dua jenis, yaitu riba karena pertukaran barang sejenis,

tetapi jumlahnya tidak seimbang(riba fadhl), dan riba karena pertukaran barang

sejenis dan jumlahnya dilebihkan karena melibatkan jangka waktu (riba

nasi’ah).

Hukum riba adalah haram karena bersifat merugikan pihak yanglain. Islam

mengharamkan riba selain telah tercantum secara tegasdalam al-Qur'an surat

al-Baqarah ayat 278-279 yang merupakan ayatterakhir tentang pengharaman

riba, juga mengandung unsure eksploitasi. Dalam surat al-baqarah disebutkan

tidak bolehmenganiaya dan tidak (pula) dianiaya, maksudnya adalah tidak

boleh melipatgandakan (ad'afan mudhaafan) uang yang telah

dihutangkan,karena dalam kegiatannya cenderung merugikan orang lain yang

wajib disampaikan kepada orang yang membutuhkan, menjadikan pelakunya

malas bekerja keras, menimbulkan sifat menjajah darikaum hartawan terhadap

orang miskin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafií, 2001. Bank Syariah. Jakarta: Gema


Insani
Ascarya, 2011. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali
Press
Asy-Syarbini, Muhammad. 2001. Fiqh Muamalah, Bandung: CV
Pustaka Setia
Diana, Nur Ilfi. 2012. Hadis-hadis Ekonomi. Malang: UIN-Maliki
Press
Ismanto, Kuat. 2015. Manajemen Syariah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Masádi, A. Ghufron. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Rifai, Moh. 1998. Mutiara Fiqih. Semarang: Cv. Wicaksana
Shalah, Ash-Shawi, Al-Mushlih Abdullah. 2004. Fikih Ekonomi
Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq
Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT.Raja Grafindo

12

Anda mungkin juga menyukai