Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

RIBA DAN BUNGA BANK

Dosen Pengampu
Zidni Syukran, M.E.

Oleh Kelompok 3:
AsmaniaPutri
Bq. Diana fitri
Rindi husniati safari
Ulvi Maehan
Haekal firdaus

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
SEKOLAH TINGGI ILMU SYARIAH DARUL FALAH MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat
dan Karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Riba Dan Bunga Bank”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem
Perbankan Syariah yang dibimbing oleh Bapak Zidni Syukran, ME. Sehubungan
dengan tersusunnya makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karenanya, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang membantu dan membimbing penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Pagutan, 10 Juni 2023

Kelompok 3

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan……………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Pengertian Riba Dan Bunga Bank.....................................................................3
B. Jenis Dan Macam Riba......................................................................................3
C. Hukum Riba Dan Bunga Bank Konvensional Dalam Islam..............................4
D. Dampak Riba Dan Bunga Bank Dalam Masyarakat..........................................6
BAB III PENUTUP.....................................................................................................8
A. Kesimpulan.....................................................................................................8
B. Saran………………………………………………………………………...8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sejak tahun 1960-an perbincangan mengenai larangan riba bunga Bank

semakin naik ke permukaan. Setidaknya terdapat dua pendapat yang mendasar

mengenai masalah riba. Pendapat pertama berasal dari ulama yang mengadopsi para

fuqaha tentang Riba sebagaimana yang tertuang dalam ilmu fiqh.

Pendapat lainnya, mengatakan bahwa larangan riba dipahami sebagai

sesuatu yang berhubungan dengan upayaeksploitasi ekonomi yang berdampak pada

ruginya keuangan di masyarakat yang bersangkutan. Kontroversi bunga Bank

konvensional masih menjadi wacana di masyarakat dikarenakan bunga

Bank yang diberikan oleh Bank konvensional merupakan sesuatau yang

diharamkan MUI sehingga pada tahun 2003 lalu, lahirlah fatwa yang dikeluarkan

oleh MUI mengenai larangan riba. Untuk mendudukkan kontroversi bunga bank dan

riba secara tepat, diperlukan pemahaman yang mendalam, baik tentang seluk beluk

bunga maupun dari akibat yang ditimbulkan karena berlakunya sistem bunga dalam

perekonomian dan dengan membaca tanda–tanda serta arah yang dimaksud tentang

riba dalam Al-Qur’an dan hadist. Oleh karena itu di sini penulis mencoba

menjelaskan perbedaa riba dan bunga bank dalam pandangan ekonomi islam pada

makalah sederhana ini.

B. Rumusan masalah
Beberapa pokok masalah tentang riba dan bunga Bank ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari riba dan bunga bank itu sendiri?

2. Apa saja jenis dan macam- macam riba?

1
3. Bagaimana hukum riba dan bunga Bank konvensional menurut pandangan

islam?

4. Apakah dampak riba dalam kehidupan manusia?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Agar kita mengetahui bagaimana pengertian riba dan bunga bank.

2. Untuk mengetahui persamaan antara riba dan bunga bank.

3. Untuk mengetahui bagaimana hukum riba dan bunga bank menurut pandangan

Islam.

4. Agar kita mengetahui bagaimana hubungan umat Islam dan perbankan.

5. Agar kita mengetahui dampak dari riba (bunga bank) terhadap kehidupan

manusia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Riba dan Bunga Bank


Menurut The American Heritage Dictionary language adalah “Interest is a

charge for a financial loan, usually a precentage of the amount loaned” . Yang

bermakna “Bunga adalah sejumlah uang yang dibayar atau untuk penggunaan modal,

dimana jumlah tersebut dinyatakan dalam persentase modal yang memiliki

keterkaitan dan inilah yang dinamakan suku bunga modal”.

Sedangkan Riba secara bahasa bermakna Ziyadah yaitu tambahan. Sedangkan

menurut istilah teknis riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau

modal secara batil. Riba juga dapat diartikan sebagai pengambilan tambahan, baik

dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil yang bertentangan

dengan prinsip muamalat dalam Islam.

Menurut syari’ah, riba yaitu merujuk pada “premi” yang harus dibayarkan oleh

peminjam kepada yang memberikan pinjaman bersama dengan jumlah pokok utang

sebagai syarat pinjaman atau untuk perpanjangan waktu pinjaman. Istilah riba lebih

sering dipakai untuk memaknai pembebanan hutang atas nilai pokok uang yang

dipinjamkan.

B. Jenis dan Macam Riba


Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua, yakni riba utang-piutang dan
riba jual beli.

3
Lalu riba utang-piutang ini sendiri terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
1. Riba Qardh
Riba Qardh maksudnya adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan
tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang (muqtaridh).
2. Riba Jahiliyah
Sedangkan Riba Jahiliyah yaitu utang dibayar lebih dari pokoknya,
karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang
ditetapkan.

Adapun riba jual-beli juga terbagi menjadi dua , yaitu:


1. Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah pertukaran antara barang sejenis dengan kadar atau
takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam
jenis barang ribawi.
2. Riba Nasi’ah
Pada Riba Nasi’ah, penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis
barang ribawinya dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam
nasi’ah ini muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara
yang di serahkan saat ini dengan yang diserahkan kemudian.

C. Hukum Riba dan bunga Bank Konvensional menurut pandangan islam.


Di dalam Islam telah jelas disebutkan mengenai larangan Riba yang
terdapat dalam Al-Qur’an pada empat kali penurunan wahyu yang berbeda-beda,
diantaranya:
1. QS. Ar-Ruum: 39
2. QS. An-Nisa: 161
3. QS. Ali-Imran: 130-132
4. QS. Al-Baqarah: 275-281

4
Pelarangan riba dalam Islam tidak hanya merujuk pada Al-qur’an,
melainkan juga Al-Hadits. Hal ini dikarenakan posisi umum dari hadits itu sendiri
berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai perkara yang telah di jelaskan Al-
qur’an.
Di sini pelarangan riba dalam hadits lebih terperinci. Sebagaimana hadits

yang tertera di bawah ini:

“Ingatlah bahwa kamu akan menghadap tuhanmu dan dia pasti akan menghitung

amalanmu. Allah telah melarangmu mengambil riba. Oleh karena itu, utang akibat

riba harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu tidak

akan menderita atau pun mengalami ketidakadilan.” Diriwayatkan oleh Abu Said al-

khudri bahwa Rasulullah Saw, bersabda : “Emas hendaklah dibayar dengan emas,

perak dengan perak, gandum dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan

kurma, garam dengan garam, bayaran harus dari tangan ke tangan (cash). Barang

siapa memberi tambahan atau menerima tambahan, sesungguhnya ia telah berurusan

dengan riba. Penerima dan pemberi sama-sama bersalah.” (HR. Muslim no.2971,

dalam Kitab Al-Masaqqah).

Rasulullah Saw juga menegaskan perkara ini dengan menggunakan kata-

kata yang lebih jelas, bukan saja mereka yang mengambil riba, tetapi mereka yang

memberikan riba dan para penulis yang mencatat transaksi atau para saksinya.

Bahkan beliau menyamakan dosa orang yang mengambil riba dengan dosa orang

yang melakukan zina 36 kali lipat atau setara dengan orang yang menzinahi ibunya

sendiri.

Merujuk pada penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa, bunga Bank

sama dengan riba. Mengapa demikian? Karena secara real kegiatan operasional

dalam perbankan konvensional menggunakan bunga yang dibayarkan oleh nasabah

5
peminjam kepada pihak atas, pinjaman yang dilakukan ini jelas merupakan

tambahan.

Karena nasabah melakukan transaksi dengan pihak bank berupa transaksi pinjam-
meminjam uang tunai.
Di dalam islam pinjaman itu sendiri di sebutkan dengan nama Qardh

( qardul hasan) yang artinya pinjaman kebajikan. Di mana Allah SWT berfirman:

“Siapapun engkau yang mau memberi pinjaman kepada sesama saudaramu,

pinjaman yang baik , maka ia telah menafkahkan hartanya dijalan Allah) maka Allah

akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak dan

Allahlah yang menyampitkan dan melapangkan rezeki. Dan kepada -Nyalah kamu

kembali. (Q.S Al baqoroh : 245) Pinjaman qardh tidak ada tambahan, jadi

seberapapun besar pinjamannya maka wajib di kembalikan sebesar itu pula.

Allah berfirman dalam kitabnya “ Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba” (Q.S Al Baqarah: 275)

D. Dampak Riba dan Bunga Bank Dalam Masyarakat


Perkara Riba dan Bunga Bank ini memberikan dampak buruk pada keadaan

psikologis masyarakat, khususnya pada pribadi seseorang yang menjalankannya,

yang mana akan menimbukan perasaan egois. Riba juga akan menghilangkan jiwa

kasih sayang dan rasa kemanusiaan dalam pribadi seseorang di kehidupan sosial dan

limgkungannya.

Pada ranah yang lebih luas, khususnya masyarakat, riba dan bunga Bank ini

sendiri dapat menimbulkan kasta-kasta yang membuat suatu masyarakat jadi

6
terpecah belah ke dalam beberapa kelompok, sehingga menimbulkan permusuhan,

rasa tidak nyaman dan tidak harmonisnya suatu lingkungan.

Sedangkan bagi pergerakan roda ekonomi, sistem riba juga akan

menimbulkan krisis ekonomi. Seperti yang kita tahu, di sepanjang sejarah

1829,1930,1840, dan sampai saat ini Negara kita telah membiarkan sistem ini bebas

berkembang. Lihatlah, justru kesenjangan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia

akan semakin konstant. Yang kaya akan semakin kaya, yang miskin akan semakin

miskin.

Suku bunga juga berpengaruh terhadap investasi, dan produksi. Teori

ekonomi mengajarkan bahwa suku bunga akan secara signifikan menimbulkan

inflasi. Menjerumuskan negara kepada debt trap (jebakan hutang) yang dalam,

sehingga untuk membayar bunga saja mereka akan kesulitan, apalagi membayar

bersama pokok pinjamannya. Jelas, negara akan dililit hutang!

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhirnya, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:


Riba adalah pinjaman dengan kelebihan / tambahan pembayaran tanpa ada
ganti atau imbalan yang di syaratkan bagi salah seorang pihak dari kedua belah
pihak yang membuat transaksi, sedangkan bunga adalah sejumlah uang yang
dibayar untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya di nyatakan dengan
satu tingkat atau persentase modal yang bersangkutan dengan itu dan dinamakan
suku bunga modal.
Dalam pandangan fiqh mu’amalah dan ekonomi islam sendiri di katakan
bahwa antara riba dan bunga bank adalah sama, di karenakan operasional
diperbankan konvensional, bunga yang dibayarkan oleh nasabah peminjam yang
dilakukan jelas merupakan tambahan. Karena nasabah melakukan transaksi dengan
pihak bank berupa pinjaman uang tunai.
B. Saran Untuk mengantisipasi masalah-masalah yang di timbulkan dari pembahasan
di atas adalah sebagai berikut :
Ada baiknya para nasabah melakukan transaksi peminjaman uang di Bank
yang bersyari’atkan islami dan tidak membebankan nasabah dengan bunga yang
besar. Perbankan syari’ah yang ada di Indonesia dalam pelaksanaannya harus
benar-benar berdasarkan hukum Islam (syariah). Jadi jangan sebagai kedok untuk
menarik minat umat Islam untuk menabung di perbankan atau sekedar orientasi
bisnis semata. Lahirnya Perbankan di Indonesia dengan tujuan untuk kepentingan
meng-akomodir umat Islam harus didukung dan dipertahankan.
Namun dalam pelaksanannya harus diawasi dengan ketat oleh Dewan
Pengawas Syari’ah. Sehingga kelahiran perbankan syari’ah tersebut sesuai dengan

8
tujuannya. Perbankan Syari’ah Indonesia yang secara filosofis keberadaannya
dengan menggunakan konsep Muamalah Mudharabah sebagai dasar dan
implementasinya maka harus benar-benar dimanfaatkan umat Islam secara utuh
dalam rangka meningkatkan keimanan kepada Allah, RasulNya dan Kitab Al
Aquran’an dan Hadist. Sehingga umat Islam tidak terjerumus pada perbuatan riba
yang sangat di larang Allah SWT.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah saed, bank islam dan bunga, terj cet1. Pustaka pelajar.
Jakarta 2013

Beberapa pendapat mengenai riba.cet.3, kalam mulia jakarta 1999

Al-qur’an surah Albaqarrah, an- naas

http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/bunga-bank-konvensional-a dalah-riba.html

10

Anda mungkin juga menyukai