Anda di halaman 1dari 13

RIBA DAN BUNGA BANK

Oleh _Leyla Fajri


Hal. 1
MAKALAH RIBA DAN BUNGA BANK
Oleh : Leyla Fajri

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejak tahun 1960-an perbincangan mengenai larangan riba bunga


Bank semakin naik ke permukaan. Setidaknya terdapat dua pendapat
yang mendasar mengenai masalah riba. Pendapat pertama berasal dari
ulama yang mengadopsi para fuqaha tentang Riba sebagaimana yang
tertuang dalam ilmu fiqh.

Pendapat lainnya, mengatakan bahwa larangan riba dipahami sebagai


sesuatu yang berhubungan dengan upayaeksploitasi ekonomi yang
berdampak pada ruginya keuangan di masyarakat yang bersangkutan.
Kontroversi bunga Bank konvensional masih menjadi wacana di
masyarakat dikarenakan bunga
Bank yang diberikan oleh Bank konvensional merupakan sesuatau
yang diharamkan MUI sehingga pada tahun 2003 lalu, lahirlah fatwa
yang dikeluarkan oleh MUI mengenai larangan riba. Untuk
mendudukkan kontroversi bunga bank dan riba secara tepat,
diperlukan pemahaman yang mendalam, baik tentang seluk beluk
bunga maupun dari akibat yang ditimbulkan karena berlakunya sistem
bunga dalam perekonomian dan dengan membaca tanda–tanda serta
arah yang dimaksud tentang riba dalam Al-Qur’an dan hadist.
Oleh karena itu di sini penulis mencoba menjelaskan perbedaan riba
dan bunga bank dalam pandangan ekonomi islam pada makalah
sederhana ini.

B. Rumusan masalah

Beberapa pokok masalah tentang riba dan bunga Bank ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari riba dan bunga bank itu sendiri?
2. Apa saja jenis dan macam- macam riba?
3. Bagaimana hukum riba dan bunga Bank konvensional menurut
pandangan islam?
4. Apakah dampak riba dalam kehidupan manusia?
C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Agar kita mengetahui bagaimana pengertian riba dan bunga bank.
2. Untuk mengetahui persamaan antara riba dan bunga bank.
3. Untuk mengetahui bagaimana hukum riba dan bunga bank menurut
pandangan Islam.
4. Agar kita mengetahui bagaimana hubungan umat Islam dan
perbankan.
5. Agar kita mengetahui dampak dari riba (bunga bank) terhadap
kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian riba dan bunga Bank


Menurut The American Heritage Dictionary language adalah
“Interest is a charge for a financial loan, usually a precentage of the
amount loaned” .
Yang bermakna “Bunga adalah sejumlah uang yang dibayar atau
untuk penggunaan modal, dimana jumlah tersebut dinyatakan dalam
persentase modal yang memiliki keterkaitan dan inilah yang
dinamakan suku bunga modal”.

Sedangkan Riba secara bahasa bermakna Ziyadah yaitu tambahan.


Sedangkan menurut istilah teknis riba adalah pengambilan tambahan
dari harta pokok atau modal secara batil. Riba juga dapat diartikan
sebagai pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli
maupun pinjam-meminjam secara batil yang bertentangan dengan
prinsip muamalat dalam Islam.

Menurut syari’ah, riba yaitu merujuk pada “premi” yang harus


dibayarkan oleh peminjam kepada yang memberikan pinjaman
bersama dengan jumlah pokok utang sebagai syarat pinjaman atau
untuk perpanjangan waktu pinjaman.
Istilah riba lebih sering dipakai untuk memaknai pembebanan hutang
atas nilai pokok uang yang dipinjamkan.

B. Jenis dan macam riba


Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua, yakni riba
utang-piutang dan riba jual beli.
Lalu riba utang-piutang ini sendiri terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
1. Riba Qardh
Riba Qardh maksudnya adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan
tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang (muqtaridh).
2. Riba Jahiliyah
Sedangkan Riba Jahiliyah yaitu utang dibayar lebih dari pokoknya,
karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu
yang ditetapkan.

Adapun riba jual-beli juga terbagi menjadi du , yaitu:


1. Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah pertukaran antara barang sejenis dengan kadar atau
takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu
termasuk dalam jenis barang ribawi.
2. Riba Nasi’ah
Pada Riba Nasi’ah, penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis
barang ribawinya dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya.
Riba dalam nasi’ah ini muncul karena adanya perbedaan, perubahan,
atau tambahan antara yang di serahkan saat ini dengan yang
diserahkan kemudian.

C. Hukum Riba dan bunga Bank Konvensional menurut

pandangan islam.
Di dalam Islam telah jelas disebutkan mengenai larangan Riba yang
terdapat dalam Al-Qur’an pada empat kali penurunan wahyu yang
berbeda-beda, diantaranya:
1. QS. Ar-Ruum: 39
2. QS. An-Nisa: 161
3. QS. Ali-Imran: 130-132
4. QS. Al-Baqarah: 275-281

Pelarangan riba dalam Islam tidak hanya merujuk pada Al-qur’an,


melainkan juga Al-Hadits. Hal ini dikarenakan posisi umum dari
hadits itu sendiri berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai
perkara yang telah di jelaskan Al-qur’an.

Di sini pelarangan riba dalam hadits lebih terperinci. Sebagaimana


hadits yang tertera di bawah ini:
“Ingatlah bahwa kamu akan menghadap tuhanmu dan dia pasti akan
menghitung amalanmu. Allah telah melarangmu mengambil riba.
Oleh karena itu, utang akibat riba harus dihapuskan. Modal (uang
pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu tidak akan menderita atau pun
mengalami ketidakadilan.” Diriwayatkan oleh Abu Said al-khudri
bahwa Rasulullah Saw, bersabda : “Emas hendaklah dibayar dengan
emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, tepung dengan
tepung, kurma dengan kurma, garam dengan garam, bayaran harus
dari tangan ke tangan (cash). Barang siapa memberi tambahan atau
menerima tambahan, sesungguhnya ia telah berurusan dengan riba.
Penerima dan pemberi sama-sama bersalah.” (HR. Muslim no.2971,
dalam Kitab Al-Masaqqah).

Rasulullah Saw juga menegaskan perkara ini dengan menggunakan


kata-kata yang lebih jelas, bukan saja mereka yang mengambil riba,
tetapi mereka yang memberikan riba dan para penulis yang mencatat
transaksi atau para saksinya. Bahkan beliau menyamakan dosa orang
yang mengambil riba dengan dosa orang yang melakukan zina 36 kali
lipat atau setara dengan orang yang menzinahi ibunya sendiri.

Merujuk pada penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa, bunga


Bank sama dengan riba. Mengapa demikian? Karena secara real
kegiatan operasional dalam perbankan konvensional menggunakan
bunga yang dibayarkan oleh nasabah peminjam kepada pihak atas,
pinjaman yang dilakukan ini jelas merupakan tambahan.
Karena nasabah melakukan transaksi dengan pihak bank berupa
transaksi pinjam-meminjam uang tunai.

Di dalam islam pinjaman itu sendiri di sebutkan dengan nama Qardh (


qardul hasan) yang artinya pinjaman kebajikan. Di mana Allah SWT
berfirman: “Siapapun engkau yang mau memberi pinjaman kepada
sesama saudaramu, pinjaman yang baik , maka ia telah menafkahkan
hartanya dijalan Allah) maka Allah akan melipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak dan Allahlah
yang menyampitkan dan melapangkan rezeki. Dan kepada -Nyalah
kamu kembali. (Q.S Al baqoroh : 245) Pinjaman qardh tidak ada
tambahan, jadi seberapapun besar pinjamannya maka wajib di
kembalikan sebesar itu pula.

Allah berfirman dalam kitabnya “ Allah telah menghalalkan jual beli


dan mengharamkan riba”
(Q.S Al Baqarah: 275)
D. Dampak riba dan bunga Bank dalam masyarakat

Perkara Riba dan Bunga Bank ini memberikan dampak buruk pada
keadaan psikologis masyarakat, khususnya pada pribadi seseorang
yang menjalankannya, yang mana akan menimbukan perasaan egois.
Riba juga akan menghilangkan jiwa kasih sayang dan rasa
kemanusiaan dalam pribadi seseorang di kehidupan sosial dan
limgkungannya.
Pada ranah yang lebih luas, khususnya masyarakat, riba dan bunga
Bank ini sendiri dapat menimbulkan kasta-kasta yang membuat suatu
masyarakat jadi terpecah belah ke dalam beberapa kelompok,
sehingga menimbulkan permusuhan, rasa tidak nyaman dan tidak
harmonisnya suatu lingkungan.

Sedangkan bagi pergerakan roda ekonomi, sistem riba juga akan


menimbulkan krisis ekonomi. Seperti yang kita tahu, di sepanjang
sejarah 1829,1930,1840, dan sampai saat ini Negara kita telah
membiarkan sistem ini bebas berkembang. Lihatlah, justru
kesenjangan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia akan semakin
konstant. Yang kaya akan semakin kaya, yang miskin akan semakin
miskin.

Suku bunga juga berpengaruh terhadap investasi, dan produksi.


Teori ekonomi mengajarkan bahwa suku bunga akan secara
signifikan menimbulkan inflasi. Menjerumuskan negara kepada debt
trap (jebakan hutang) yang dalam, sehingga untuk membayar bunga
saja mereka akan kesulitan, apalagi membayar bersama pokok
pinjamannya. Jelas, negara akan dililit hutang!
BAB III
PENUTUP

Akhirnya, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:


Riba adalah pinjaman dengan kelebihan / tambahan pembayaran tanpa
ada ganti atau imbalan yang di syaratkan bagi salah seorang pihak
dari kedua belah pihak yang membuat transaksi, sedangkan bunga
adalah sejumlah uang yang dibayar untuk penggunaan modal. Jumlah
tersebut misalnya di nyatakan dengan satu tingkat atau persentase
modal yang bersangkutan dengan itu dan dinamakan suku bunga
modal.

Dalam pandangan fiqh mu’amalah dan ekonomi islam sendiri di


katakan bahwa antara riba dan bunga bank adalah sama, di karenakan
operasional diperbankan konvensional, bunga yang dibayarkan oleh
nasabah peminjam yang dilakukan jelas merupakan tambahan. Karena
nasabah melakukan transaksi dengan pihak bank berupa pinjaman
uang tunai.
Saran Untuk mengantisipasi masalah-masalah yang di timbulkan dari
pembahasan di atas adalah sebagai berikut :

Ada baiknya para nasabah melakukan transaksi peminjaman uang di


Bank yang bersyari’atkan islami dan tidak membebankan nasabah
dengan bunga yang besar. Perbankan syari’ah yang ada di Indonesia
dalam pelaksanaannya harus benar-benar berdasarkan hukum Islam
(syariah). Jadi jangan sebagai kedok untuk menarik minat umat Islam
untuk menabung di perbankan atau sekedar orientasi bisnis semata.
Lahirnya Perbankan di Indonesia dengan tujuan untuk kepentingan
meng-akomodir umat Islam harus didukung dan dipertahankan.

Namun dalam pelaksanannya harus diawasi dengan ketat oleh Dewan


Pengawas Syari’ah. Sehingga kelahiran perbankan syari’ah tersebut
sesuai dengan tujuannya. Perbankan Syari’ah Indonesia yang secara
filosofis keberadaannya dengan menggunakan konsep Muamalah
Mudharabah sebagai dasar dan implementasinya maka harus benar-
benar dimanfaatkan umat Islam secara utuh dalam rangka
meningkatkan keimanan kepada Allah, RasulNya dan Kitab Al
Aquran’an dan Hadist. Sehingga umat Islam tidak terjerumus pada
perbuatan riba yang sangat di larang Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah saed, bank islam dan bunga, terj cet1. Pustaka pelajar.
Jakarta 2013

Beberapa pendapat mengenai riba.cet.3, kalam mulia jakarta 1999

Al-qur’an surah Albaqarrah, an- naas

http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/bunga-bank-konvensional-a
dalah-riba.html

Anda mungkin juga menyukai