Anda di halaman 1dari 4

Hukum Bunga Pada Bank Dalam Islam

Dalam dunia perbankan, istilah bunga pasti sudah tidak asing lagi. Bunga sendiri biasanya menjadi
senjata setiap perusahaan perbankan untuk menarik konsumen atau calon nasabah sebanyak-
banyaknya. Lalu bagaimana sebenarnya hukum bunga pada bank dalam Islam?

Pengertian Bunga
Sebelum membahas hukum bunga secara Islam, Anda perlu mengetahui terlebih dahulu pengertian
mengenai bunga. Bunga merupakan sejumlah uang yang dibayarkan ataupun yang ditambahkan
untuk digunakan sebagai modal. Jumlah atau besarannya biasanya dinyatakan dalam satu tingkat
modal yang dinamakan suku bunga modal.

Seringkali bunga disamakan dengan riba. Padahal dalam pandangan pragmatik, tiba berbeda dengan
bunga bank. Di dalam bunga bank sendiri tidak mengandung unsur penambahan keuntungan secara
berlipat ganda atau melampaui batas. Namun meskipun begitu, dalam pandangan konservatif setiap
kegiatan perbankan yang terdapat unsur tersebut maka dapat dikatakan sebagai riba.

Dalam beberapa penelitian ditemukan terkait permasalahan tersebut. Ada 3 aspek penting yang
menjadi sorotan, pertama, riba adalah sesuatu yang dilarang oleh Islam. Kedua, keberadaan bunga
masih menjadi polemik, sebagian mengatakan bahwa bunga termasuk riba, sedangkan sebagian lagi
tidak. Ketiga, bahwa bunga bank tidak mengambil keuntungan yang berlipat ganda.

Analisis Bunga Bank Dalam Pandangan Fiqih


Kegiatan perbankan merupakan kegiatan yang bergerak dalam bidang keuangan dan kredit. Tidak
hanya itu, perbankan memiliki dua fungsi penting yaitu menciptakan uang dan menjadi perantara
pemberi kredit. Kata riba sendiri secara etimologis diambil dari bahasa Arab yang berarti tambahan,
kelebihan, tumbuh, tinggi, dan naik.

Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT: “Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila
telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al-Hajj: 5).

Secara linguistik, riba memiliki arti tumbuh dan membesar. Sedangkan secara terminologi, riba
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok maupun modal secara bathil. Riba juga bisa
diartikan sebagai tambahan khusus yang dimiliki salah satu dari dua pihak yang terlibat tanpa ada
imbalan tertentu.

Pengertian Riba Menurut Jumhur Ulama


Seolah belum cukup dengan definisi yang sudah disebutkan diatas, banyak jumhur ulama yang
memberikan pendapatnya terkait dengan riba. Berikut ini pengertian riba atau bunga pada bank
dilihat dari kacamata Islam, diantaranya :

1. An Nawawi

Menurut Imam An-Nawawi dari mazhab Syafi’i, yang dilarang al-Qur’an dan sunnah adalah
penambahan. Salah satu bentuk riba atas harta pokok disebabkan karena unsur waktu. Dalam dunia
perbankan sendiri hal tersebut biasa dikenal dengan istilah bunga kredit dan ditentukan sesuai lama
waktu pinjaman.
2. Badruddin Al-Ayni

Sebagai pengarang Umdatul Qari’ Syarah Shahih Al-Bukhari, menyebutkan riba merupakan
penambahan. Dalam syariah, riba merupakan penambahan atas harga pokok tanpa adanya transaksi
bisnis yang dilakukan secara nyata.

3. Imam Sarakhsi

Riba merupakan tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan yang
dibenarkan syariah atas penambahan tersebut. Menurut beliau, penambahan tersebut dinilai tidak
sesuai dengan nilai-nilai syariah.

4. Imam Ahmad Ibn Hanbal

Pendapat lain muncul dari pendiri madzhab Hanabilah, dimana menyebutkan bahwa riba adalah
seseorang yang memiliki hutang maka dikatakan akan melunasi atau membayar lebih. Apabila
seseorang tidak mampu melunasi, maka ia harus menambah dana dalam bentuk bunga pinjam atas
penambahan waktu yang diberikan pihak bank.

Jenis-Jenis Riba
Hukum bunga pada bank dalam Islam masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Banyaknya
pengertian dan definisi mengenai riba kerap kali membuat masyarakat masih kebingungan. Riba itu
sendiri juga terdiri dari beberapa jenis yang digolongkan dari faktor atau kondisi tertentu.

Imam Hanafi mengatakan bahwa riba terdiri dari 2 jenis yaitu riba al-Fadl dan riba an-Nasa’.
Sedangkan menurut Imam as-Syafi’i riba terdiri dari 3 jenis yaitu riba al-Fadl, an-Nasa’, dan riba al-
Yadd. Al-Mutawally menambahkan menjadi 4 jenis, jenis keempatnya yaitu riba al-Qardh.

Semua jenis riba yang sudah disebutkan diatas diharamkan secara ijma’ berdasarkan nash al-Quran
dan hadits Rasulullah Saw. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa riba
dikelompokkan menjadi 2 yaitu riba hutang piutang dan riba jual beli.

Sedangkan dalam dunia perbankan ada 2 macam bunga yang diberikan oleh bank kepada
nasabahnya, yaitu bunga simpanan dan bunga pinjaman. Bunga simpanan diberikan sebagai balas
jasa bagi nasabah yang sudah menyimpan uangnya di bank. Sedangkan bunga pinjaman adalah
bunga yang dibebankan kepada nasabah yang memiliki pinjaman di bank.

Bunga bank termasuk dalam riba dan hal ini diharamkan dalam Islam. Riba sendiri bisa terjadi pada
pinjaman yang bersifat konsumtif, maupun pinjaman yang bersifat produktif. Riba dinilai
memberatkan bagi nasabah yang akan membutuhkan pinjaman untuk berbagai keperluan.

Bagaimana Pendapat Ulama Mengenai Bunga Bank?


Selain tadi sudah disebutkan oleh tokoh ulama, muncul pendapat terkait hukum bunga pada bank
dalam Islam di kalangan lembaga Islam. Ada 2 majelis yang memberikan pendapatnya terkait dengan
hukum bunga ini, diantaranya :

1. Majelis Tarjih Muhammadiyah

Menurut lembaga ini, riba hukumnya haram dan tidak sesuai dengan syariah Islam. Bank yang
menggunakan sistem riba hukumnya haram, sedangkan bank tanpa riba hukumnya halal. Bunga
yang diberikan oleh bank milik negara kepada nasabah atau sebaliknya, termasuk dalam perkara
musytabihat.

2. Lajnah Bahtsul Masa’il NU

Menurut lembaga ini, hukum bank dengan praktek bunga di dalamnya sama seperti hukum gadai.
Ada 3 pendapat ulama terkait permasalahan ini yaitu haram, karena termasuk dalam utang yang
dipungut rentenir. Kedua, hukumnya halal karena tidak ada syarat pada waktu akad, dan ketiga
syubhat atau belum tentu halal haramnya. Hal ini dikarenakan banyak ahli berselisih pendapat.

Cara Membersihkan Riba


Setelah mengetahui hukum bunga pada bank dalam yaitu haram, maka sebaiknya setiap muslim
berupaya membersihkannya. Cara yang bisa dilakukan yaitu sebagai berikut :

1. Taubat Melakukan Riba

Cara membersihkan riba yang pertama adalah dengan bertaubat untuk tidak melakukan riba.
Seorang muslim sebaiknya berhenti melakukan atau mencari harta dari hasil riba. Setelah
melakukan taubat, maka bisa mulai mencari rezeki yang halal. Dalam suatu hadits, Rasulullah
bersabda:
"Sungguh akan datang pada manusia suatu masa (ketika) tiada seorang pun di antara mereka yang
tidak akan memakan (harta) riba. Siapa saja yang (berusaha) tidak memakannya, maka ia tetap akan
terkena debu (riba)nya." (HR Ibnu Majah)

2. Menyadari Dosa Riba Yang Telah Dilakukan

Agar dosa riba terhapus, maka seseorang harus menyadari terlebih dahulu dosa yang telah
dilakukan dalam mencari harta. Ada beberapa ulama juga menyarankan apabila seseorang
menabung di bank, maka bunga yang didapatkan sebaiknya ditinggal dan jangan digunakan.
Hal ini karena bunga bank bukan menjadi hak setiap nasabah. Dalam hadits, Rasulullah
bersabda:
"Riba itu mempunyai 73 macam. Sedangkan (dosa) yang paling ringan (dari macam-macam riba
tersebut) adalah seperti seseorang yang menikahi (menzinai) ibu kandungnya sendiri." (HR Ibnu
Majah)
"Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih
besar dosanya daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali." (HR. Ahmad)

3. Diberikan Kepada Orang Yang Membutuhkan

Cara membersihkan riba selanjutnya adalah dengan memberikan kepada orang yang membutuhkan.
Hasil riba boleh diambil untuk kemudian digunakan untuk kegiatan sosial seperti memberikan donasi
kepada fakir miskin. Selain itu, hasil riba juga bisa dikembalikan kepada yang berhak, dalam hal ini
adalah orang yang berhutang.

Itulah ulasan mengenai hukum bunga pada bank dalam Islam. Meskipun ada pendapat yang
menghalalkan bunga bank, namun sebaiknya sebagai seorang muslim menghindarinya agar selamat
dari dosa. Anda bisa mulai beralih ke bank syariah untuk meminimalisir praktek riba setiap kali Anda
melakukan transaksi.

Anda mungkin juga menyukai