Anda di halaman 1dari 4

NOTULEN PRESENTASI

Hari/tanggal : 08 Juni 2022

Mata Kuliah : Hukum Perbankan Syariah

Dosen Pengampu : Irfan Ridha,S.H.,M.H.

Kelompok : 1 (Satu)

Anggota Kelompok : 1. Agung Mahardiansyah

2. Bayu Nofriesta Prasetia

3. Rahmat Efendi

4. Ikhwatul Hanif

5. Naufal Reza

Materi Pembahasan : Riba

Moderator : Bayu Nofriesta Prasetia

Presentator : Anggota Kelompok

Daftar Pertanyaan dan Jawaban :

1. Pertanyaan oleh Muhammad Zidni Fahmi Siregar:

Di jaman sekarang banyak orang yang tidak mengetahui apa bahayanya riba,dan tetap
melakukan transaksi yang mengandung riba, pertanyaan saya yaitu,apa dampak negatif riba bagi
manusia,dan bagaimana solusinya?

Jawab :

(1).Riba dapat menimbulkan permusuhan antara pribadi dan mengurangi semangat


kerjasama/saling menolong dengan sesama manusia. Dengan mengenakan tambahan kepada
peminjam akan menimbulkan perasaan bahwa peminjam tidak tahu kesulitan dan tidak mau tahu
kesulitan orang lain;

(2).Menimbulkan tumbuhnya mental pemboros dan pemalas. Dengan membungakan uang,


kreditur bisa mendapatkan tambahan penghasilan dari waktu kewaktu. Keadaan ini menimbulkan
anggapan bahwa dalam jangka waktu yang tidak terbatas ia mendapatkan tambahan pendapatan
rutin, sehingga menurunkan dinamisasi, inovasi dan kreativitas dalam bekerja;
(3).Riba merupakan salah satu bentuk penjajahan. Kreditur yang meminjamkan modal dengan
menuntut pembayaran lebih kepada peminjam dengan nilai yang telah disepakati bersama;
(4).Menjadikan kreditur mempunyai legitimasi untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak
baik untuk menuntut kesepakatan tersebut. Karena dalam kesepakatan, kreditur telah
memperhitungkan keuntungan yang diperoleh dari kelebihan bunga yang akan diperoleh, dan itu
sebenarnya hanya berupa pengharapan dan belum terwujud.

Solusinya

1.Memperkaya ilmu tentang bahaya dan akibat dari riba.

2.Melakukan transaksi dengan cara-cara yang halal.

3.Menyimpan uang di bank syariah dalam bentuk tabungan dengan akad wadiah (tanpa bonus).

4.Islam memang memperbolehkan pinjam meminjam, asalahkan tidak ada unsur ribanya.

5.Memiliki dan merapkan rasa cukup (qona'ah) dan memperbanyak berdoa agar terhindar dari
riba.

2. Pertanyaan alayciah Yulia Rahman:

Jelaskan oleh kelompok penyaji apakah boleh Orang Yang Berhutang Dengan Cara Riba
Mengambil Zakat Untuk Melunasi Hutangnya?

Jawaban:

Ulama asal Kanada Syekh Ahmad Kutty mengatakan pemberi pinjaman diperbolehkan untuk
memotong pinjaman dari zakat jika orang tersebut tidak dapat membayar utangnya karena
kesulitan keuangannya.

"Jika pemberi pinjaman melakukan ini, dia harus memberi tahu agar peminjam merasa nyaman
dengan hal itu. Jika peminjam tidak menerimanya, maka pemberi pinjaman tidak boleh
memaksanya,"ujar dia.

Namun pandangan ini bertentangan dengan sebagian ulama seperri Abu Hanifa dan Ahmad. Hal
ini juga bertentangan dengan mahzab Syafii.

Semua setuju bahwa seseorang tidak dapat menghapus pinjaman dengan memberikan barang
dagangan karena akan menyebabkan nilai transaksi yang tidak sesuai. Apalagi jika menghapus
utang menggunakan zakat, dengan cara ini, niat ikhlas dari Ibadah khawatir akan bercampur
dengan unsur keserakahan, yang tidak dapat diterima.

Jika dilihat dari semangat syariah dan tujuannya yang lebih tinggi, pandangan pertama
tampaknya lebih masuk akal. Hal ini juga tampaknya didukung oleh beberapa dalam tradisi
Nabi.
Para penerima zakat, sebagaimana dinyatakan dalam Alqur'an surat At Taubah ayat 60,

ً‫ة‬E‫يض‬ َ ‫بِي ِل ۖ فَ ِر‬E‫الس‬ َّ ‫يل هَّللا ِ َوا ْب ِن‬ ِ E‫ب َو ْال َغ‬
ِ ِ‫ب‬E‫ار ِمينَ َوفِي َس‬E ِ ‫ا‬EEَ‫ات لِ ْلفُقَ َرا ِء َو ْال َم َسا ِكي ِن َو ْال َعا ِملِينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمَؤ لَّفَ ِة قُلُوبُهُ ْم َوفِي الرِّ ق‬ َّ ‫ِإنَّ َما ال‬
ُ َ‫ص َدق‬
‫ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬

Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang
dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang
yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai
kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

Salah satu kategori yang disebutkan di atas berbunyi, “dan bantulah mereka yang berhutang';
karena peminjam tidak dapat membayar, tidak ada alasan bagi pemberi pinjaman tidak dapat
mengurangi utangnya dari zakat dia. Keberatan kelompok kedua terhadapnya bahwa zakat
mengharuskan pemindahan kepemilikan kepada penerima.

Jika kita mengesampingkan teknisnya, tidak dapat meragukan dengan membiarkan pengurang
utang dengan zakat kita masih mematuhi Alquran untuk membantu membebaskan orang dari
jeratan utang.

Ada juga hadits dari Nabi, salah satu sahabat mengalami kerugian dalam pembelian panen, dan
dengan demikian menjadi terbebani oleh utang, dan Nabi memerintahkan para sahabat untuk
memberinya amal. Berdasarkan bukti-bukti ini, menurut Hasan al-Bashri dan Ata, Imam Ja'faral-
Shadiq, Ibn Hazm, dan beberapa ulama mazhab Syafii, dan lainnya, lebih menyukai pandangan
ini.

3. Pertanyaan Suci Nurul Hasanah :

Bagaimana bila saya meminjam uang kepada teman yang tidak mensyaratkan tambahan, namun
dalam masa peminjaman tersebut saya mendapat oleh-oleh dari suatu tempat dan ingin
membagikannya kepada teman yang dipinjami uang tersebut. Apakah itu termasuk riba,
mengingat setiap manfaat yang didapat dari utang adalah riba?

Jawaban Agung Mahardiansyah :

Riba adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab yang berarti kelebihan atau tambahan. Namun
dalam konteks syariah Islam, arti riba adalah mengerucut pada kelebihan dari pokok utang.
Kelebihan dari pokok utang inilah yang membedakan riba dengan transaksi jual beli yang
dikenal dengan ribhun atau laba. Contohnya Suci meminjam uang sebesar 5 jta kepada bayu.
Ketika si suci membayar kan utangnya tersebut si suci akan menambahkan 1 juta lagi. Itu baru
disebut dengan riba. Riba adalah dimana kita meminjam uang si peminjam meminta lebih dari
yang dipinjamkan atau orang yang minjam itu akan melebihkan uang yg dipinjamkan nya. Maka
hal tersebut tidak boleh dan itu yg dinamakan riba. Sedangkan apabila si suci meminjam uang
kepada bayu dan pada masa utangnya itu si suci mendapatkan oleh-oleh dari orang lain dan si
suci membagikan nya kepada si bayu tanpa ada niat sebagai untuk pembayar utangnya atau
memberikan lebih dari utangnya maka itu tidak termasuk riba. Tetapi itu dianggap sedekah,
karena tidak ada unsur menambahkan atau melebihkan dari yg dipinjamkan. Akan tetapi itu
termasuk sedekah. Karena memberi kan oleh-oleh yg ia dapat dari orang lain dan membagikan
sedikit atau memberikan juga kepada si bayu atau si yg meminjamkannya.

Anda mungkin juga menyukai