Anda di halaman 1dari 12

PERBANKAN SYARIAH

Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“ Lembaga Keuangan Syariah“

Dosen pengampu
Nugraheni Fitroh Rezqi Syakarna S.Si.,M.E.

Disusun oleh :
Yuyun eka saputri ( 22170086 )

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-NYA dan karunianya
kammi dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema pada makalah
ini adalah “PERBANKAN SYARIAH “
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Lembaga keuangan syariah . Bu Heni yang telah memberikan tugas terhadap
kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnyaa. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna dan
membantu menambah wawasan terhadap pembacanya

Ponorogo 05, November 2023

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan the comprehensive way of life bagi setiap muslim. Ajaran-
ajarannya bersifat universal ditujukan kepada seluruh umat manusia untuk mencapai
kemaslahatan hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tidak terkecuali dalam aspek ekonomi, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk
bertebaran di muka bumi dalam rangka mencari karunia Ilahi. Umat Islam dalam
kehidupan modern saat ini menghadapi tantangan. Di satu sisi harus mampu
mengikuti perkembangan global di bidang ekonomi dan teknologi, sementara di sisi
lain juga harus berpegang teguh pada ketentuan yang ada dalam syariah. Dengan kata
lain umat Islam harus mampu bertahan di era globalisasi dengan tetap berpedoman
pada nilai-nilai syariah.
Perbankan Syariah hadir sebagai Lembaga keuangan Syariah yang di butuhkan untuk
saat ini, karena dengan maraknya Lembaga keuangan konvensional yang ada di
Indonesia untuk saat ini telah mendorong terbentuknya Lembaga keuangan Syariah
atau perbankan Syariah, berbeda dengan perbankan konven, perbankan Syariah yang
semua operasionalnya menggunakan nilai-nilai Syariah, apalagi trend Syariah di era
sekarang sedang berkembang dan faktor utama nya juga di Indonesia yang
mayoitasnya adalah umat muslim yang pasti dengan adanya perbankan Syariah
seharusnya minat akan menggunakan Lembaga keuangan ini juga tinggi
Dalam pengimplemnetasiannya perbankan Syariah juga memiliki beberapa tantangan
karena Sebagian masyarakat di Indonesia yang juga masih rendah akan pengetahuan
tentang Lembaga keuangan Syariah, untuk itu perlu pengembangan dan juga
pemahaman agar mengetahui dan bisa menggunakan Lembaga keuangan Syariah
( perbankan Syariah). Dalam makalah ini dijelaskan bagaimana pengertian, prinsip
dasar, perbedaan dengan perbankan konven, peran dan fungsi,tantangan yang mana
menjadi pengetahuan untuk semua orang
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian perbankan syariah ?
2. Apa prinsip dasar pada perbankan syariah?
3. Bagaimana akad dalam perbankan syariah?
4. Apa peran dan fungsi perbankan syariah?
5. Bagaimana tantangan yang terjadi pada perbankan syariah?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian perbankan syariah
2. Untuk mengetahui prinsip dasar perbankan syariah
3. Untuk mengetahui akad dalam perbankan syariah
4. Untuk mengetahui peran dan fungsi perbankan syariah
5. Untuk mengetahui tantangan yang terjadi pada perbankan syariah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERBANKAN SYARIAH


Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda dengan bank
konvensional. Salah satu ciri khas bank syariah yaitu tidak menerima atau
membebani bunga kepada nasabah, akan tetapi menerima atau membebankan bagi
hasil atau imbalan yang sesuai dengan akad-akad yang diperjanjikan. Konsep
dasar bank syariah didasarkan pada al-Qur'an dan hadis. Semua produk dan jasa
yang ditawarkan tidak boleh bertentangan dengan isi al-Qur'an dan
hadis Rasulullah SAW.
Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank sebagai
tempat untuk melakukan transaksi keuangannya. Mereka menganggap bank
merupakan lembaga keuangan yang aman dalam melakukan berbagai macam
aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang sering dilakukan masyarakat di
negara maju dan negara berkembang antara lain aktivitas penyimpanan dan
penyaluran dana.Di negara maju, bank menjadi lembaga yang sangat strategis dan
memiliki peran penting dalam perkembangan perekonomian negara. Di negara
berkembang, kebutuhan masyarakat terhadap bank tidak hanya terbatas pada
penyimpanan dana dan penyaluran dana saja, akan tetapi juga terhadap pelayanan
jasa yang ditawarkan oleh bank.
Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank
konvensional. Bank syariah memberikan layanan bebas bunga (riba) kepada para
nasabahnya. Dalam sistem operasional bank syariah, pembayaran dan penarikan
bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Bank syariah tidak mengenal
sistem bunga, baik bunga yang diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau
bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank syariah.
Bank syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang
menginvestasikan dananya di bank kemudian selanjutnya bank syariah
menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Investor yang
menempatkan dananya akan mendapatkan imbalan dari bank dalam bentuk bagi
hasil atau bentuk lainnya yang disahkan dalam syariah Islam. Bank syariah
menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan pada umumnya dalam
akad jual beli dan kerja sama usaha. Imbalan yang diperoleh dalam margin
keuntungan, bentuk bagi hasil, dan/atau bentuk lainnya sesuai dengan syariah
Islam yang berpegang teguh pada prinsip Al-Qur’an dan Al-Hadits
Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dan
dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga
kepada nasabah jadi bebas riba. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun
yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara
nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah harus
tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah Islam yang

2
pasti berbeda dengan perbankan konvensional yang margin atau keuntungannya di
dapatkan dari bunga yang di bebankan kepada nasabah1

B. PRINSIP DASAR PERBANKAN SYARIAH


Prinsip dasar bank syariah dalam menjalankan operasinya mengikuti nilai,
norma, etika dan prinsip Islam, yaitu melarang riba maysir, gharar dan batil
1. Bebas dari Bunga (Riba)
Riba secara bahasa memiliki arti zindah (tambahan). Riba merupakan
melebihkan (mengambil tambahan) dari jumlah harga jual pada tansaksi jual-
beli dan dari jumlah pinjaman pokok pada transaksi pinjam-meminjam secara
hall atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. Riba dilarang
tidak hanya dalam islam, namun agama lain pun melarangnya.
 Larangan Riba dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 275
Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat
berdiri, kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan karena
kesurupan setan. Demikian itu terjadi karena mereka berkata bahwa
jual beli itu sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Siapa pun yang telah sampai kepadanya
peringatan dari Tuhannya (menyangkut riba), lalu dia berhenti
sehingga apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Siapa yang mengulangi (transaksi
riba), mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.( QS
Al-Baqarah ayat 275)
 Larangan Riba dalam Hadist
Dari Shahabat Jabir ra ia berkata: "Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam telah melaknati pemakan riba, orang yang
memberikan/membayar riba, penulisnya, dan juga dua orang
saksinya." Dan beliau juga bersabda, "Mereka itu sama dalam hal
dosanya" (HR. Muslim).
"Satu dirham dari hasil riba yang dimakan oleh seseorang dan ia
mengetahuinya niscaya dosanya lebih berat daripada dosa 36 (tiga
puluh enam) kali berbuat zina." (HR. Ahmad, dan sanadnya
digolongkan shahih)
2. Bebas dari Kegiatan Spekulatif yang Non Produktif Seperti Perjudian (Maysir)
Maysir secara bahasa berasal dari kata al-yusr yang bermakna mudah;
mendapatkan sesuatu tanpa usaha yang nyata (ghair had wa la ta'b). Secara
istilah maysir berarti perpindahan harta atau barang dari satu pihak ke pihak
lain melalui transaksi yang mengandung spekulasi (untung- untungan),
permainan, taruhan dan penipuan (manipulasi) yang merugikan salah satu
pihak . Maysir biasa disebut dengan judi, seperti taruhan uang pada permainan
kartu, pertandingan sepak bola, pacuan kuda, dan semisalnya. Maysir (judi)
dilarang dalam Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam
firman Allah dalam QS Al-Maidah ayat 90 : Wahai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala,
dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk
1
Ismail, M. B. A. (2017). Perbankan syariah. Kencana.

3
perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu
beruntung.
Dilarangnya maysir oleh. Allah SWT, karena kemudharatan yang ditimbulkan
dari maysir sangat besar, pelaku maysir akan lalai dalam beribadah kepada
Allah SWT bahkan dianggap tidak memiliki rasa malu dan rasa takut akan
siksa Allah SWT dan perilaku maysir dapat menimbulkan permusuhan dan
perpecahan antar umat
3. Bebas dari Hal-Hal Yang Tidak Jelas dan Meragukan (Gharar)
Gharar berasal dari kata taghrir, yang berarti sesuatu yang menyebabkan risiko
ketidakpastian (ketidakjelasan) yang berkaitan dengan transaksi (akad). Baik
ketidakjelasan pada akadnya, objek akadnya, maupun dalam harga serta
jangka waktunya, sebagai contoh Misalnya membeli burung di udara atau ikan
dalam air atau membeli ternak yang masih dalam kandungan induknya
termasuk dalam transaksi yang bersifat gharar. Larangan transaksi yang
mengandung unsur gharar disebutkan dalam Al-Qur'an dalam QS. Al-
Baqarah ayat 188:
Janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim dengan
maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan
dosa, padahal kamu mengetahui.
4. Bebas dari Hal-Hal yang Rusak atau Tidak Sah (Batil)
Batil menurut bahasa berarti tidak terpakai, tidak berfaedah, tidak sah, rusak
dan sia-sia. Transaksi (akad) yang batil, artinya transaksi yang mengandung
unsur-unsur yang tidak sah. Bisa karena akadnya, objeknya, atau karena
sesuatu
yang menyalahi kaidah umum transaksi yang sah.2

C. AKAD DAN PRODUK PERBANKAN SYARIAH


Perbankan Syariah lembaga keuangan yang mempunyai fungsi menghimpun
dana dari masyarakat melalui kegiatan menabung dalam bentuk simpanan dan
selanjutnya menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pinjaman atau
bentuk yang lain (pembiayaan) berdasarkan prinsip-prinsip Syariah. Pada
dasarnya ada berbagai macam akad transaksi dalam fikih muamalah, yang dapat
digunakan perbankan Syariah dalam operasionalnya, yaitu :
1. Prinsip jual beli (tijârah), yang diaplikasikan dengan menggunakan akad
sebagai berikut:
a. Murâbahah
Murâbahah yaitu usaha yang dilakukan dengan melakukan transaksi
jual beli dengan memperoleh margin keuntungan .Transaksi ini dapat
dilakukan dengan cara pihak pertama membelikan barang yang
diajukan pihak kedua. Pihak pertama menjualnya kepada pihak kedua
dengan meminta keuntungan (mark-up), sedangkan pihak kedua
membayar barang tersebut kepada pihak pertama, bisa dengan sistem

2
Fardillah, F., Yahawi, S. H., Aulia, T. Z., Puspasari, O. R., Nuraeni, E., Arumingtyas, F., & Azifah, N.
(2021). Perbankan Syariah Indonesia (Vol. 1). Penerbit Insania.

4
angsuran yang lamanya telah ditentukan dan disepakati
kedua belah pihak.
b. Salam
Bank syariah berperan sebagai pemesan barang atau jasa dari nasabah.
nasabah melakukan pembayaran di muka kepada bank syariah sesuai
dengan kesepakatan. Bank syariah kemudian mencari penyedia barang
atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan nasabah, setelah barang atau
jasa diperoleh, bank syariah menyerahkannya kepada nasabah sesuai
dengan kesepakatan. Akad salam sama seperti jual beli tetapi harus
dipenuhi syarat-syarat yang berkaitan dengan modal dan juga syarat
yang berkaitan dengan barang yang di beli ( pembayaran di muka
secara penuh tetapi barang masih dipesan atau belum ada)
c. Istina’
Adanya pesanan barang dari nasabah kepada bank. Barang yang
dipesan harus jelas spesifikasinya, baik dari segi jenis, kualitas,
ukuran, dan lain-lain. Bank memesan barang atau jasa setelah itu
menjual kepada nasabah harga barang harus disepakati terlebih dahulu
antara nasabah dan bank. Pembayaran barang dapat dilakukan secara
tunai atau kredit. Barang harus diserahkan kepada nasabah pada waktu
yang telah disepakati.
2. Transaksi yang berprinsip pada akad kerjasama
a. Mudhârabah
Salah satu di antara mereka merupakan pemodal dan yang lain
merupakan pihak yang akan memutar, atau mengatur modal dengan
usaha dan waktu yang dimilikinya. Prinsip akad mudhârabah berdasar
pada sistem bagi hasil, sehingga jika dalam usaha yang disepakati
tersebut nantinya mengalami keuntungan maka akan dibagi menurut
besaran yang telah disepakati kedua belah pihak (margin yang telah
disepakati).Jika terjadi kerugian, maka kerugian tersebut akan
ditanggung sepenuhnya oleh pemilik dana
b. Musyarakah
Akad yang berprinsip pada sistem bagi hasil yakni musyârakah, yaitu
akad kerjasama antar dua orang atau lebih untuk usaha tertentu, yang
masing-masing menanamkan modal pada usaha tersebut atau dengan
prinsip usaha patungan. Akad musyârakah juga berprinsip pada
mekanisme bagi hasil, sehingga jika dalam usaha yang dilakukan
mendapatkan keuntungan dan kerugian, maka akan dibagi berdasarkan
besar dana masing-masing pihak yang diinvestasikan dalam usaha
3. Akad-akad muamalah yang berprinsip sewa (ijârah)
a. Ijarah
Akad ijârah, ialah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
b. Ijarah muntahiyah bi al-tamlik

5
Pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
4. Akad muamalah yang berprinsip pada penyediaan jasa (‘ujr)
a. akad pemberian kuasa dari seseorang (muwakkil) kepada orang lain
(wakil) untuk melakukan perbuatan hukum tertentu. Akad wakalah
dapat dilakukan dengan atau tanpa imbalan (ujrah).
b. Kafalah
Akad kafalah dalam perbankan syariah adalah suatu perjanjian
penjaminan yang dilakukan antara bank syariah sebagai penjamin,
nasabah sebagai pihak yang dijamin ,dan pihak ketiga sebagai
penerima manfaat.
c. Hawalah
Yang merupakan akad pengalihan hutang dari satu pihak yang
berhutang kepada pihak lain yang menanggungnya
(wajib membayarnya). Missal Nasabah A berhutang kepada bank
syariah sebesar Rp100.000.000,-. Nasabah A kemudian meminta
nasabah B untuk menanggung utangnya tersebut kepada bank syariah.
Bank syariah setuju dengan permintaan nasabah A dan nasabah B,
sehingga terjadi akad hawalah antara ketiga pihak tersebut
d. Qardh
Dalam lembaga keuangan syariah, khususnya perbankan, qardh
digunakan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan
berjangka pendek, membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana
yang dialokasikan untuk qardh, dapat bersumber dari zakat, infak dan
sedekah serta sumber-sumber pendapatan yang
diragukan kehalalannya. ( akad tolong menolong)
e. Rahn
Akad gadai yang dilakukan atas dasar hukum Islam, misal Rahn emas:
Nasabah mengajukan pembiayaan murabahah kepada bank syariah
dengan jaminan emas.
5. Akad muamalah yang berprinsip titipan
a. Wadiah
Merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun Lembaga keuangan yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja penitip menghendaki. Pada dasarnya, penerima simpanan,
tidak bertanggung jawab atas kehilangan dan kerusakan pada
aset titipan selama bukan akibat dari kelalaiannya dalam memelihara
barang titipan3

D. PERAN DAN FUNGSI PERBANKAN SYARIAH


Adapun beberapa peran dan juga fungsi dari perbankan syariah yang dengan yang
berkembangnya Lembaga keuangan syariah ini dapat membantu kebutuhan
masyarakat di antaranya :

3
Ghofur, R. A. (2015). Konstruksi akad dalam pengembangan produk perbankan syariah di indonesia.
Al-'Adalah, 12(1), 493-506.

6
a. Peran dan kontribusi bank syariah sebagai bagian di tengah lingkungan
masyarakat, dapat turut serta berkontribusi dalam menciptakan keadilan
distribusi pendapatan dan kekayaan, yang pada gilirannya mampu
bersinergi dan menjadi mitra pemerintah dalam upaya mengurangi
kemiskinan dan pengangguran di Indonesia dengan kapasitas dan peran
yang dimiliki oleh bank syariah selaku pihak swasta yang diberikan amanah
dari masyarakat untuk mengelola dananya dalam bentuk tabungan, giro dan
deposito, yang kemudian dikelola dan disalurkan kembali dalam bentuk
pembiayaan, yang kemudian keuntungan dari bisnis yang dijalankan tersebut
sebagian digunakan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial
b. Penyalur dana kepada masyarakat, fungsi bank syariah yang kedua adalah
menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan. masyarakat
dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi
semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana merupakan
aktivitas yang sangat penting bagi bank syariah. Dalam hal ini bank syariah
akan memperoleh return atas dana yang disalurkan. Return atau pendapatan
yang diperoleh bank syariah atas penyaluran dana ini
tergantung pada akadnya
Bank syariah menggunakan beberapa macam akad, seperti jual beli yang
diperoleh berupa margin atau keuntungan dan kerja sama yang diperoleh
berupa bagi hasil
c. Bank Fungsi bank syariah disamping menghimpun dana dan menyalurkan
dana kepada masyarakat, bank syariah memberikan pelayanan jasa perbankan
kepada nasabahnya. Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya.
Pelayanan jasa kepada nasabah merupakan fungsi bank syariah yang
ketiga. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh
bank syariah antara lain jasa pengiriman uang, pemindah bukuan,
penagihan surat berharga dan lain sebagainya. Aktivitas pelayanan jasa
merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank syariah untuk dapat
meningkatkan pendapatan bank yang berasal atas pelayanan jasa bank.
Beberapa bank berusaha untuk meningkatkan teknologi informasi agar dapat
memberikan pelayanan jasa yang memuaskan nasabah. Pelayanan yang
dapat memuaskan nasabah ialah pelayanan jasa yang cepat dan akurat.
Harapan nasabah dalam pelayanan jasa bank ialah kecepatan dan
keakuratannya. Bank syariah berlomba-lomba untuk berinovasi dalam
meningkatkan kualitas produk layanan jasanya. Dengan pelayanan jasa
tersebut, maka bank syariah mendapat margin

E. TANTANGAN DALAM PERBANKAN SYARIAH


Bank yang tidak mampu bersaing untuk mempertahankan kinerjanya
lambat laun akan tergusur dari lingkungan industrinya dan akan mengalami
kebangkrutan, demikian pula dengan perbankan syariah. Oleh karena itu untuk
mengantisipasi berbagai resiko yang mungkin terjadi, perlu mengetahui tantangan
apa saja yang ada, ada beberapa tantangan di antarnya:

7
a. Pemenuhan sumber daya insani (SDI), baik secara kuantitas maupun
kualitas. Ekspansi perbankan syariah yang tinggi ternyata tidak diikuti
oleh penyediaan sumber daya insani secara memadai .Hal ini dikarenakan
masih sedikitnya lembaga pendidikan (khususnya perguruan tinggi) yang
membuka program studi keuangan syariah. Selain itu, kurikulum pendidikan
maupun materi pelatihan di bidang keuangan syariah juga belum
terstandarisasi dengan baik untuk mempertahankan kualitas lulusannya
b. Pengembangan produk dan layanan perbankan syariah yang kompetitif dan
berbasis kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat. Kompetisi di industri
perbankan sudah sangat ketat sehingga bank syariah tidak dapat lagi
sekedar mengandalkan produk-produk standar untuk menarik nasabah.
Pengembangan produk dan layanan perbankan syariah tidak boleh hanya
sekedar sama dengan produk perbankan konvensional. Bank syariah harus
berinovasi untuk menciptakan produk dan layanan yang lebih berkembang
dengan prinsip syariah dan kebutuhan nyata dari masyarakat.4
c. Perluasan jaringan kantor. Indonesia memiliki wilayah yang amat luas. Akan
tetapi jumlah kantor syariah yang beroperasi hingga ke pelosok masih kurang,
salah satu kendala pertumbuhan bank syariah adalah masih terbatasnya
jaringan.Tantangan ini barangkali dapat dipecahkan dengan cara mendukung
berdirinya bank syariah yang bisa mengjangkau keseluruh pelosok wilayah di
Indonesia untuk bisa memudahkan masyarakat
d. Peningkatan pelayanan perbankan syariah perlu terus meningkatkan kualitas
pelayanannya.Prinsip pelayanan yang ramah, mudah, cepat dan murah harus
menjadi ciri bank syariah. Ramah dalam melayani, mudah dan cepat dalam
proses, serta murah dalam biaya (administrasi). Begitu pula upaya
mempermudah akses informasi dan pengambilan uang atau tabungan harus
ditingkatkan. Pemanfaatan online internet dan ketersedian fasilitas ATM di
berbagai lokasi strategis dan mudah terjangkau, Dalam operasionalnya di
lapangan, bank syariah harus terus dibina dan sekaligus diawasi. Dibina untuk
lebih berkembang, diawasi agar tidak timbul penyimpangan. Pengawasan pada
bank syariah di daerah, termasuk pada bank konvensional yang membuka
syariah perlu dilakukan dengan ketat dan hati-hati. Jangan muncul kesan
formalitas identitas syariah, praktek dan sistemnya tidak berbeda
dengan konvensional.5

4
Abdul, A. R., Mandiri, D. P., Astuti, W., & Arkoyah, S. (2022). Tantangan Perkembangan Perbankan Syariah Di
Indonesia. Jurnal Tabarru': Islamic Banking and Finance, 5(2), 352-365.
5
Ja’far, A. K. (2016). Peluang dan Tantangan Perbankan Syari’ah di Indonesia. Asas, 8(2).

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank
konvensional. Bank syariah memberikan layanan bebas bunga (riba) kepada para
nasabahnya. Dalam sistem operasional bank syariah, pembayaran dan penarikan
bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Bank syariah tidak mengenal
sistem bunga, baik bunga yang diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau
bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank syariah.
Bank syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang
menginvestasikan dananya di bank kemudian selanjutnya bank syariah
menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Investor yang
menempatkan dananya akan mendapatkan imbalan dari bank dalam bentuk bagi
hasil atau bentuk lainnya yang disahkan dalam syariah Islam. Bank syariah
menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan pada umumnya dalam
akad jual beli dan kerja sama usaha. Imbalan yang diperoleh dalam margin
keuntungan, bentuk bagi hasil, dan/atau bentuk lainnya sesuai dengan syariah
Islam yang berpegang teguh pada prinsip Al-Qur’an dan Al-Hadits
Bank syariah berprinsip pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, ada beberapa macam
akad pada transaksinya, dan peran atau fungsi dan tantangan yang terjadi pada
perbankan syariah, dengan berkembangnya perbankan syariah dapat membantu
dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat khusunya masyarakat muslim

9
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, M. B. A. (2017). Perbankan syariah. Kencana


Fardillah, F., Yahawi, S. H., Aulia, T. Z., Puspasari, O. R., Nuraeni, E., Arumingtyas, F., &
Azifah, N. (2021). Perbankan Syariah Indonesia (Vol. 1). Penerbit Insania.

Ghofur, R. A. (2015). Konstruksi akad dalam pengembangan produk perbankan syariah di


indonesia. Al-'Adalah, 12(1), 493-506.
Abdul, A. R., Mandiri, D. P., Astuti, W., & Arkoyah, S. (2022). Tantangan Perkembangan
Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal Tabarru': Islamic Banking and
Finance, 5(2), 352-365.

Ja’far, A. K. (2016). Peluang dan Tantangan Perbankan Syari’ah di Indonesia. Asas, 8(2).

10

Anda mungkin juga menyukai