Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MANDIRI PRODUK DAN JASA BANK

BANK SYARIAH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA: ELFIRA ANGGRAINI


NPM : 21091024
PRODI : MANAJEMEN
DOSEN : Hikmah, S.E., M.Si

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwataala yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
ini.
Makalah ini berisi tentang pembahasan BANK SYARIAH
Penyusun menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penyusun mengharapkan kritik, saran dan solusinya agar penyusun dapat menyempurnakan
makalah ini di masa yang akan datang.
Dengan demikian, penyusun sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penyusun dan pembaca umumnya.

Batam , Juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Perumusan Masalah ....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
A. Pengertian Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat......................................3
B. Azas dan Tujuan............................................................................................3
C. Kegiatan Yang di Larang................................................................................4
D. Perjanjian Yang Dilarang ..............................................................................4
E. Hal-hal Yang dikecualikan dari UU Anti Mnopoli..........................................10
F. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha.........................................................11
G. Sanksi Praktek Monopoli dan Persaingan tidak sehat.................................14
BAB III PENUTUP ..............................................................................................17
A. Kesimpulan ..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perbankan Syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan
sistem syariah (hukum islam).Usaha pembentukkan sistem ini berangkat dari larangan
islam untuk memungut dan meminjam bedasarkan bunga yang termasuk dalam riba dan
investasi untuk usaha yang dikategorikan haram,misalnya dalam makanan,minuman,dan
usaha-usaha lain yang tidak islami,yang hal tersebut tidak diatur dalam Bank
Konvensional. 
Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri
tahun1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah
serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa
pengusaha muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-
an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian
memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit
dan menghasilkan laba.
Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu
UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
Adanya Perbankan syariah di Indonesia bertujuan untuk mewadahi penduduk di Negara
Indonesia yang hampir seluruh penduduknya beragama Islam.
Dengan adanya bank tersebut diharapkan tidak adanya kerancuan dalam proses
muamalah bagi para pemeluk agama islam,sehingga mereka terjaga dari keharaman
akibat tidak adanya suatu wadah yang melayani mereka dalam bidang muamalah yang
bersifat islami.
Namun realitas yang ada,dari 80% penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak lebih
dari 10% di antara mereka yang bertransaksi secara syar’I lebih-lebih dalam hal
perbankan.Sampai saat ini perbankan syariah di Indonesia belum mampu menunjukan
eksistensinya,banyak masyarakat yang tidak menaruh kepercayaan terhadap
perbankkan syariah.Bahkan para ulama-ulama di negeri ini pun sebagian besar masih
menyimpan uangnya di bank konvensional.Hal tersebut terjadi karena kurangnya
pemahaman mengenai sisitem operasi perbankan syariah Sistem dalam bank syariah di
anggap sama dengan sistem operasi yang ada dalam bank konvensional.
Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap bank syariah dan
berakibat kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah.
Hal tersebut menjadi landasan untuk menyadarkan masyarakat akan keurgenan
perbankkan islam di Negara ini.khusunya bagi mereka yang beragama islam.Upaya-
upaya pensosialisaian mekanisme dan syariah di rasa perlu,sehingga masyarakat tidak
lagi terjebak dalam transaksi-transaksi yang tidak islami dan masyarakat kembali
manaruh kepercayaan terhadap transaksi syariah seperti pada zaman Rosulullah dan
para sahabat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Bank Syariah
2. Apa saja Contoh Sumber pendapatan Syariah
3. Apa perbedaan Bank Syariah dengan bank konvensional
4. Apa itu Dasar hukum bank Syariah
5. Contoh Prinsip bank Syariah
6. Contoh Karakteristik bank Syariah
7. Apa saja Produk bank Syariah
8. Apa saja Keunggulan dan kelemahan bank Syariah
9. Contoh contoh bank Syariah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank Syariah

Bank syariah adalah suatu bank yang dalam aktivitasnya; baik dalam penghimpunan dana
maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar
prinsip syariah.
Pada dasarnya ketiga fungsi utama perbankan (menerima titipan dana, meminjamkan uang,
dan jasa pengiriman uang) adalah boleh dilakukan, kecuali bila dalam melaksanakan fungsi
perbankan melakukan hal – hal yang dilarang syariah. Dalam praktik perbankan konvesional
yang dikenal saat ini, fungsi tersebut dilakukan berdasarkan prinsip bunga. Bank konvensional
memang tidak serta merta identik dengan riba, namun kebanyakan praktik bank
konvnsionaldapat digolonglan sebagai transaksi ribawi.

2.2 Sumber pendapatan bank syariah


Sumber pendapatan bank syariah terdiri dari:
 a.  Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah
 b.  Keuntungan atas kontrak jual-beli (al bai’)
 c.  Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa iqtina dan
 d.  Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.

2.3 Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional

N
Perbedaan Bank Konvensional Bank Syariah
o
1 Bunga Berbasis bunga Berbasis revenue/profit loss sharing
2 Resiko Anti risk Risk sharing

Beroperasi dengan
pendekatan sektor Beroperasi dengan pendekatan
3 Operasional
keuangan, tidak langsung sektor riil
terkait dengan sektor riil

2.4 Dasar Hukum Bank Syariah


Perbankan syariah menurut undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkuttentang Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan
Pembiayaan Rakyat Syariah.

2.5 Prinsip Bank Syariah


Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.
Beberapa Prinsip atau hukum yang dianut oleh system perbankan syariah antara lain:
 Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman
dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan
 Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil
usaha institusi yang meminjam dana
 Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya
merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai
intrinsic
 Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak
harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah
transaksi
 Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan pada
Islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan
syariah.

2.6 Kharakteristik Bank Syariah yaitu :


 Berdasarkan prinsip syariah

 Implementasi prinsip ekonomi Islam dg ciri:

o pelarangan riba dalam berbagai bentuknya

o Tidak mengenal konsep “time-value of money”

o Uang sebagai alat tukar bukan komoditi yg diperdagangkan.

 Beroperasi atas dasar bagi hasil

 Kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas jasa

 Tidak menggunakan “bunga” sebagai alat untuk memperoleh pendapatan

 Azas utama => kemitraan, keadilan, transparansi dan universal

 Tidak membedakan secara tegas sector moneter dan sector riil (dapat
melakukan transaksi 2 sektor riil.

2.7 Perbedaan imbalan yang berdasarkan Bunga dan bagi Hasil


Bunga Bagi Hasil

Penentuan bunga dibuat pada waktu akad Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat
tanpa berpedoman pada untung atau rugi pwaktu akad dengan berpedoman pada
ada kemungkinan untung rugi
Besarnya presentasi berdasarkan pada Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada
jumlah uang yang dipinjam jumlah keuntungan yang diperoleh
Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil tergantung pada keuntungan
dijanjikan tanpa mempertimbangkan apakah proyek yang dijalankan sekiranya itu terjadi
proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah kerugian maka akan ditanggung bersama
untung atau rugi oleh kedua pihak.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
sekalipun julah keuntungan berlipat dengan peningkatan jumlah pendapatan
Eksistansi bunga diragukan Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi
hasil

2.8 Konsep Dasar Transaksi

1. Efisiensi, mengacu pada prinsip saling menolong untuk berikhtiar, dengan tujuan
mencapai laba sebesar mungkin dan biaya yang dikeluarkan selayaknya.

2. Keadilan, mengacu pada hubungan yang tidak menzalimi (menganiaya) , saling


ikhlas mengikhlaskan antar pihak – pihak yang terlibat dengan persetujuan yang
adil tentang proporsi bagi hasil, baik untung maupun rugi.

3. Kebenaran, mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasehat untuk
saling meningkatkan produktivitas.

Lima transaksi yang lazim dipraktekkan perbankan syariah adalah:


1. Tarnsaksi yang tidak mengandung ribal.

2. Transaksi yang ditujukan untuk memiliki barang dengan cara jual beli(murabaha)

3. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan jaa dengan cara sewa(ijarah)

4. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan modal kerja dengan cara bagi hasil
(mudharabah).

5. Transaksi deposito, tabungan, giro yang imbalannya adlah bagi hasil (mudharabah)
dan transaksi titipan(wadi’ah).
2.9 Produk Perbankan Syariah
  Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
 Produk penyaluran dana
 Produk penghimpunan dana
 Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan kepada nasabahnya.
2.9.1 Produk penyaluran dana
a. Prinsip Jual Beli (Ba’i)
            Transaksi jual beli dibedakan berdasarakan bentuk pembayarannya dan waktu
penyerahan barang, seperti:
 Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya.
Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah
harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua pihak harus menyepakati
harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli
dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam
perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bi tsaman
ajil). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran
dilakukan secara tangguh.
 Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan
menjualnya kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau secara angsuran. Umumnya
transaksi ini diterapkan dalam penbiayaan barang yang belum ada, seperti pembelian
komoditi dijual kembali secara tunai atau secara cicilan.
 Istishna
Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna pembayarannya
dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim
istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
kontruksi. Ketentuan umum Istishna sebagai berikut :
Spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan
jumlah. Harga jual yang disepakati dicantumkan dalam akad Istishna dan tidak boleh
berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan harga setelah akad
ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.

b. Prinsip Sewa (Ijarah)


            Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip
ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun perbedaanya terletak pada objek
transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek
transaksinya adalah jasa.
            Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada
nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan ijarah muntahiya
nittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga
jual disepakati pada awal perjanjian.

c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)


Transaksi yang penanaman dana dari pemilik modal dengan pengelola untuk
melakukan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil antara kedua belah
pihak berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.

            Produk pembiayaan syariah yang didasarkan pada prinsip bagi hasil adalah:
 Musyarakah
Musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih
dimana secara bersama – sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang
berwujud maupun tidak berwujud. Bentuk kontribusi dari pihaki yang bekerja sama dapat
berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship),
keahlian (skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible
asset( seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi (credit worthiness) dan
barang – barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum seluruh
kombinasi dari bentu kontribusi masing – masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu
menjadikan produk ini sangat fleksibel.
 Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik
modal mempercayakan seju7mlah modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan.Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100% modal
dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola. Beberapa ketentuan umum mudharabah
adalah;
- Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus
diserahkan tunai;
- Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan
dengan dua cara: perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing) dan
perhitungan dari keuntungan proyek (profit loss sharing).
- Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad pada setiap bulan atau
waktu yang disepakati.
- Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tidak berhak
mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah.
d. Akad Pelengkap
            Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad
pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun
ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembayaran. Meskipun tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini diperbolehkan untuk meminta
pengganti biaya – biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya
pengganti biaya ini sekadar untuk menutupi biaya yang benar – benar timbul.
 Hiwalah ( Alih Utang Piutang)
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam praktik perbankan
syariah, fasilitas hiwalah lazimnya untuk melanjutkan suplier mendapatkan modal tunai
agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapatkan ganti biaya atas jasa
pemindahan piutang
 Rahn (Gadai)
Tujuan akad rahn adalah memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank
dalam memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria
sebagai berikut :
-  Milik nasabah sendiri,
- Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar,
- Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
Atas izin bank, nasabah dapat menggnakan barang tertentu yang digadaikan dengan
tidak mengurangi nilai dan merusak barang yang digadaikan. Apabila barang yang
digadaikan rusak atau cacat, maka nasabah harus bertanggungjawab.
 Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam empat
hal yaitu:
-   Sebagai pinjaman talangan haji, diman nasabah calon haji diberikan pinjaman
talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji.
- Sebagai pinjaman tunai (cash advance) dari produk kartu kredit syariah, dimana
nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai melalui8 bank (ATM).
Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang ditentukan.
-  Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, di mana menurut perhitungan bank
akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual
beli, ijarah, atau bagi hasil.
- Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan fasilitas ini
untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan
mengembalikannya secara angsur melalui potongan gajinya.
 Wakalah (Perwakilan )
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa pada
bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C
(Letter of Credit), inkaso dan transfer uang.
Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap
hukum. Khusus untuk pembukuan L/C, apabila dana nasabah tidak cukup, maka
penyelesaian L/C (settlement L/C) dapat dilakukan dengan pembiayaan murabahah,
salam, ijarah, mudharabah, atau musyarakah. 

 Kafalah (Garansi Bank)


Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk mrnjamin suatu kewajiban
pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana
untuk fasilitas ini sebagai rahnb. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip
wadi’ah. Bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan.

2.9.2 Produk Penghimpunan Dana


            Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.

a. Prinsip Wadi’ah (simpanan)


Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan, merupakan titipan
murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang harus
dijaga dan dikembalikain kapan saja bila si penitip menghendaki.

Ketentuan umum dari produk ini adalah :


 Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung
bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imabalan dan tidak menanggung kerugian.
Bank dimungkinkan memberi bonus kapada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk
menarik dana masyarakat namun tidak boleh diperjanjikan di muka.
 Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin
penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat
memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card.
 Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya
administrasi untuk sekadar menutupi biaya yang benar – benar terjadi.
 Ketentuan – ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan
berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Yang termasuk dalam produk Bank Syariah dalam menghimpun dana yaitu :
1. Giro Syariah
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek/ bilyet giro, atau dengan cara pemindahbukuan.
2. Tabungan Syariah
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek/bilyet
giro.
3. Deposito Syariah
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan bank.

b. Prinsip Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan
ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola.
Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung
jawab.
Jenis-Jenis Mudharabah
 Mudharabah Mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga
terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharaba dan deposito
mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, tidak ada pembatasan bagi bank dalam
menggunakan dana yang dihimpun.
 Mudharabah Muqayyadah
Adalah jenis mudharabah yang pada akadnya dicantumkan persyaratan-persyaratan
tertentu misalnya hanya boleh digunakan untuk usaha tertentu, di kota tertentu, dan
dalam waktu tertentu. Ikatan-ikatan ini membuat akad mudharabah menjadi terikat dan
sempit sehingga disebut mudharabah muqayyadah (restricted mudharabah).
Mudharabah Muqayyah terbagi 2 yaitu :

 Mudharabah Muqayyadah on Balance sheet


Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment) di
mana pemilik dana dapat menetapkan syarat – syarat tertentu yang harus
dipenuhi bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu,
disyaratkan digunakan deangan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk
nasabah tertentu.
 Mudharabah Muqayyadah off Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada
usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang
mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana
dapat menetapkan syarat – syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh bank dalam
mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.

2.9.3 Produk Jasa Perbankan


a. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)
            Pada prinsipnya, jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli mata
uang yang tudak sejenis ini penyerahannya harus dilaksanakan pada waktu yang sama
(spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.

b. Ijarah (sewa)
            Jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan
jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian). Bank dapat imbalan sewa dari jasa
tersebut.

3.1 Keunggulan Dan Kelemahan Bank Syariah


Keunggulan Bank Syariah
Bank syariah memiliki beberapa keunggulan yaitu sebagai berikut :
1.      Bank syariah relatif lebih mudah merespons kebijaksanaan pemerintah.
2.      Terhindar dari praktik moneu laundring. 
3.      Bank syariah lebih mandiri dalam penentuan kebijakan bagi hasilnya.
4.      Tidak mudah dipengaruhi gejolak moneter.
5.      Mekanisme bank syariah didasarkan pada prinsip efisiensi, keadilan dan
kebersmaan.

Kelemahan Bank Syariah


Bank syariah memiliki beberapa kelemahan diantaranya sebagai berikut :
1.      Jaringan kantor bank syariah belum luas.
2.      SDM bank syariah masih sedikit.
3.      Pemahaman masyarakat tentang bank syariah masih kurang.
4.      Kekeliruan penilaian proyek berakibat lebih besar daripada bank konvensional.

3.2 Contoh – Contoh Bank Syari’ah


Bank umum syariah (bus)
1.        PT Bank Syariah Mandiri 

2.        PT Bank Syariah Muamalat Indonesia

3.        PT Bank Syariah BNI

4.        PT Bank Syariah  BRI

5.        PT Bank Syariah Mega Indonesia 

6.        PT Bank Jabar dan Banten


7.        PT Bank Panin Syariah

8.        PT Bank Syariah Bukopin

9.        PT Bank Victoria Syariah

10.      PT BCA Syariah

BAB III
PENUTUP

3.3 Kesimpulan
Dari uraian kita sepakati bersama bahwa perbankan islam adalah lembaga keuangan
yang menjalankan aktivitas perbankan konvensional murni yang tidak sama sekali ada kaitannya
dengan kegiatan keagamaan yang akan menimbulkan kontradiksi apabila terjadi sebuah
kesalahan, maka agama islam termasuk di dalamnya umat islam itu akan tersalahkan.

Namun dalam kegiatannnya perbankan islam tidak boleh menyimpang dari landasan
dan prinsip-prinsip islam itu sendiri, karena timbulnya perbankan islam adalah untuk
menyempurnakan dari sistem sosialis dan konvensional. Yang bukan saja berorientasi pada
profitabilitas tapi juga bagaimana perbankan islam itu sendiri mengedepankan etika dan moral
dalam berbisnis di dunia perbankan yang dapat menciptakan sebuah kegiatan perbankan yang
efisien dan efektip (bebas dari Riba, Gharar, Maysir, dll) sehingga dapat berimplikasi pada
pembangunan ekonomi, kesejahteraan rakyat, menciptakan pasar ekonomi yang sehat dan
menghilangkan paradigma dzalim.

Saran
Maka tugas kita selaku akademisi adalah bagaimana kita mengembangkan dan
menerapkan kegiatan perbankan islam pada masyarakat dunia, sehingga tidak ada kata alergi
ketika masyarakat mendengar istilah – istilah kegiatan perbankan islam. Harapan kita bahwa
sudah cukup sampai disini saja kegiatan dunia bisnis baik yang basis finansial, Investasi,
perbankan, real, pasar modal, pasar barang dll. Yang hanya menguntungkan sebagian pihak dan
dipihak lain tertidas.
Mari kita jadikan Perbankan islam sebagai sarana untuk menciptakan dunia bisnis baru yang
bernafaskan positif yang dapat memberikan kesejahteraan bagi semua.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Azwar Karim Adiwarman. Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta.2013.
Frianto Pandia, Elly Santi Ompusunggu, Achmad Abror. Lembaga Keuangan. Rineka Cipta,
Jakarta 2005
Machmud Amir & Rukmana. 2010. Bank Syariah, Jakarta. Erlangga

Sumber lain :
http://www. Makalahegi.blogspot.com Diakses pada tanggal 01 Mei 2014
http://www. Eramoeslem.com”ekonomi syariah

Anda mungkin juga menyukai