Anda di halaman 1dari 15

BANK SYARIAH

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
BASO ARFIANSYAH
NUR HAYATI. M
RURA ADE SUCI PUTRI

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, dan tidak lupa kami kirimkan Sholawat kepada Nabi Muhammad sAW sang
Revolusioner sejati yang telah membawa kita dari Alam yang gelap gulita ke alam
yang terang benderang.
Alhamdulillah dalam kesempatan ini kami sebagai penulis bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul "Perbankan Syariah” dengan tepat pada
waktunya
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
Manajemen Perbankan Syariah yang telah membantu penulis dalam mengerjakan
makalah inii. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. .
Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga
berharap semoga karya ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan tentang
Perbankan Syariah di Indonesia. Atas perhatiannya kami mengucapkan terima
kasih.

Makassar, 15 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….
A .Latar belakang .......................................................................................... 1
B Rumusan masalah...................................................................................... 2
C Tujuan masalah ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..
A. Pengertian Bank Syariah ......................... .............................................. 3
B. Peranan Bank Syariah di Indonesia......... .............................................. 5
C. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ............................................. 7

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….


A Kesimpulan ............................................................................................... 11
B Saran ......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial
intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya
berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikaitkan
dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan yang
utama. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan komoditas, antara lain;
1. Memindahkan uang
2. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran
3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat berharga lainnya
4. Membeli dan menjual surat-surat berharga
5. Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang
6. Memberi jaminan bank.
Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam
memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Bank Syariah lahir sebagai salah
satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan
riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri
dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank Islam. Bank
Islam lahir di Indonesia sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada Undang-
undang No. 7 tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-undang Perbankan No. 10
tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil
atau bank syariah
Kaitan antara bank dengan uang dalam suatu unit bisnis adalah penting,
namun di dalam pelaksanaannya harus menghilangkan adanya ketidakadilan,
ketidakjujuran dan penghisapan dari satu pihak ke pihak lain (baik dengan
nasabahnya). Kedudukan bank Islam dalam hubungan dengan para kliennya adalah
sebagai mitra investor dan pedagang, sedang dalam hal bank pada umumnya,
hubungannya adalah sebagai kreditur atau debitur.

1
Sehubungan dengan jalinan investor dan pedagang tersebut, maka dalam
menjalankan pekerjaannya, bank Islam menggunakan berbagai teknik dan metode
investasi seperti kontrak mudharabah. Di samping itu, bank Islam juga terlibat
dalam kontrak murabahah. Mekanisme perbankan Islam yang berdasarkan prinsip
mitra usaha, adalah bebas bunga. Oleh karena itu, soal membayarkan bunga kepada
para depositor atau pembebanan suatu bunga dari para klien tidak timbul.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Bank Syariah ?
2. Bagaimana Peranan bank syariah di Indonesia?
3. Bagaimana Perkembangan bank Syariah di Indonesia?
C. Tujuan
1. Kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Bank syariah
2. Kita dapat mengetahui apa peranan bank syariah di Indonesia
3. Kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan bank syariah di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah


Bank Islam atau disebut dengan Bank Syariah adalah bank yang beroperasi
dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan
bank tanpa bunga, adalah lembaga perbankan yang operasional dan produknya
dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW.
Dengan kata lain Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu
Bank Islam dan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-pronsip Syariah Islam.
(1) Bank Islam adalah bank yang beroperasi seusai dengan syariah islam. (2). cara
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-hadist Nabi Muhammad
SAW Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah islam adalah bank
yang mengikuti ketentuan-ketentuan Syariat Islam khususnya yang menyangkut
tata cara bermuamalat secara Islam. Lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalat itu
dijauhi praktek- praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk
diisi dengan kegiatan- kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan
perdagangan.
Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba.
Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu
tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang menggembirakan
bahwa belakangan ini para ekonom muslim telah mencurahkan perhatian besar,
guna menemukan cara untuk menggantikan sistem bunga dalam transaksi
perbankan dan keuangan yang lebih sesuai dengan etika Islam. Upaya ini dilakukan
dalam upaya untuk membangun model teori ekonomi yang bebas bunga dan
pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi pendapatan.
Oleh karena itulah, maka mekanisme perbankan bebas bunga, yang disebut
dengan bank syariah didirikan. Perbankan syariah didirikan didasarkan pada alasan

3
filosofis maupun praktik. Secara filosofis, karena dilarangnya pengambilan riba
dalam transaksi keuangan maupun non keuangan. Secara praktis, karena sistem
perbankan berbasis bunga atau konvensional mengandung beberapa kelemahan,
sebagai berikut :
1) Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis >
Dalam bisnis, hasil dari setiap perusahaan selalu tidak pasti. Peminjam
sudah berkewajiban untuk membayar tingkat bunga yang disetujui
walaupun perusahaannya mungkin rugi. Meskipun perusahaan untung, bisa
jadi bunga yang harus dibayarkan melebihi keuntungannya. Hali ini jelas
bertentangan dengan norma keadilan dalam Islam.
2) Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga menyebabkan
kebangkrutan Æ Hal ini menyebabkan hilangnya potensi produktif
masyarakat secara keseluruhan, selain dengan pengangguran sebagian besar
orang. Lebih dari itu, beban utang makin menyulitkan upaya pemulihan
ekonomi dan memperparah penderitaan seluruh masyarakat.
3) Komitmen bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut bunganya
membuat bank cemas untuk mengembalikan pokok dan bunganya > Demi
keamanan, mereka hanya mau menjaminkan dana bagi bisnis yang sudah
benar-benar mapan atau kepada orang yang sanggup menjamin keamanan
pinjamannya. Sisa uangnya disimpan dalam bentuk surat berharga
pemerintah. Semakin banyak pinjaman yang hanya diberikan kepada usaha
yang sudah mapan dan sukses, sementara orang yang punya potensi tertahan
untuk memulai usahanya. Ini menyebabkan tidak seimbangnya pendapatan
dan kesejahteraan, juga bertentangan dengan semangat Islam.
4) Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha
kecil Æ Usaha besar dapat mengambil risiko untuk mencoba teknik dan
produk baru karena punya cadangan dana sebagai sandaran bila ternyata ide
barunya itu tidak berhasil. Sebaliknya, usaha kecil tidak dapat mencoba ide
baru karena untuk mereka harus pinjaman dana berbunga dari bank. Bila
gagal, tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali harus membayar kembali
pinjaman berikut bunganya dan bangkrut. Hal ini terjadi juga pada para

4
petani. Jadi bunga merupakan rintangan bagi pertumbuhan dan juga
memperburuk keseimbangan pendapatan.
5) Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha
kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendaptan
bunga mereka > Setiap rencana bisnis yang diajukan kepada mereka selalu
diukur dengan kriteria ini. Jadi, bank yang bekerja dengan sistem ini tidak
mempunyai insentif untuk membantu suatu usaha yang berguna bagi
masyarakat dan para pekerja. Sistem ini menyebabkan misallocation
sumber daya dalam masyarakat Islam.
B. Peranan Bank Syariah
Berdirinya perbankan Syariah untuk menghindari adanya riba atau
bertambahnya bunga uang dalam transaksi. Konsep perbankan Syariah adalah
menerapkan ekonomi atau keuangan berdasarkan syariat islam, konsep inilah
sehingga menerapkan dengan sistem bagi hasil.
Adapun Peranan berdirinya perbankan Syariah di Indonesia yaitu :
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat yang bermuamalat secara Islam, agar
terhindar dari unsur riba dan gharar (tipuan) sehingga merugikan
masyarakat.
2. Menciptakan keadilan di bidang ekonomi dengan meratakan pendapatan
melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan.
3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan membuka peluang usaha
untuk meningkatkan sektor perekonomian Indonesia.
4. Mengatasi masalah kemiskinan dengan melakukan pemberdayaan program
pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program
pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja, program
pengembangan usaha bersama.
5. Menjaga stabilitas ekonomi dan moneter.
6. Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-syariah.
Adapun konsep pembiayaan yang dilakukan dalam transaksi perbankan Syariah
adalah:

5
Pembiayaan mudharabah, pembiayaan murabahah, pembiayaan musyarakah,
pembiayaan salam, pembiayaan istishna.
Dengan konsep dan tujuan inilah sehingga perbankan Syariah dapat berdiri
dan berkembang sampai saat ini. Perbankan Syariah telah memberikan dampak
perubahan pada negara dengan dilihat secara aspek infrastruktur penunjang,
perangkat regulasi, sistem pengawasan, meningkatnya akan dkesadaran dan literasi
masyarakat terhadap layanan jasa keuangan perbankan Syariah. Namun dalam
beberapa tahun terakhir perbankan dialihkan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
yang sebelumnya diambil alih oleh Bank Indonesia atau Bank Sentral. Hal ini yang
menjadikan perubahan dan merger terhadap perbankan Syariah sehingga beberapa
bank Syariah di merger dan pada tanggal 01 Februari 2021 berubah nama menjadi
Bank Syariah Indonesia. Adanya merger pada perbankan Syariah bertujuan untuk
dapat mencapai target pusat ekonomi dan keuangan Syariah di dunia.
Hal ini tidak lain, untuk membawa visi dalam mewujudkan perbankan
Syariah yang resilient, berdaya saing tinggi, berkontribusin signifikan terhadap
perekonomian nasional dan pembangunan sosial. Dalam arah pengembangan
perbankan Syariah ini telah disusun selaras dengan berbagai kebijakan seperti
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), bagian roadmap ini
merupakan wal langkah strategis OJK dalam menyelaraskan arah pengembangan
ekonomi Syariah, khususnya sektor industry jasa keuangan Syariah di bidang
perbankan Syariah, sebagai katalisator akselarasi proses pengembangan perbankan
Syariah dengan membawa tiga arah pengembangan yang terdiri dari, penguatan
identitas perbankan Syariah, sinergi ekosistem ekonomi Syariah, penguatan
peizinan, pengaturan dan pengawasan.
Menurut saya, perbankan Syariah merupakan sistem perbankan yang
menjawab kebutuhan umat, terutama umat muslim, sehingga dalam bernasabah
tidak merasa ragu-ragu dalam melakukan peminjaman, menabung karena
menggunakan sistem bagi hasil, tidak gharar dan tidak riba. Perincian dalam
bertransaksi nasabah juga jelas penjabarannya. Inilah yang membuat masyarakat
baik muslim ataupun non-muslim banyak melakukan sIstem transaksi bank melalui
bank Syariah, karena dinilai saling menguntungkan.

6
C. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Gagasan untuk mendirikan bank syariah di Indonesia sebenarnya sudah
muncul sejak pertengahan tahun 1970-an. Hal ini dibicarakan pada seminar
nasional Hubungan Indonesia-Timur Tengah pada 1974 dan pada tahun 1976 dalam
seminar internasional yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu
Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika. Namun, ada beberapa
alasan yang menghambat terealisasinya ide ini:
1. Operasi bank syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil belum diatur, dan
karena itu, tidak sejalan dengan UU Pokok Perbankan yang berlaku, yakni
UU No 14/1967.172 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)
2. Konsep bank syariah dari segi politis berkonotasi ideologis, merupakan
bagian dari atau berkaitan dengan konsep negara Islam, dan karena itu tidak
dikehendaki pemerintah.
3. Masih dipertanyakan, siapa yang bersedia menaruh modal dalam ventura
semacam itu, sementara pendirian bank baru dari Timur Tengah masih
dicegah, antara lain pembatasan bank asing yang ingin membuka kantornya
di Indonesia.
Akhirnya gagasan mengenai bank syariah itu muncul lagi sejak tahun 1988,
di saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang berisi
liberalisasi industri perbankan. Para ulama pada waktu itu berusaha untuk
mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satupun perangkat hukum yang dapat
dirujuk, kecuali bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0%.
Setelah adanya rekomendasi dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan
perbankan di Cisarua, Bogor tanggal 19-22 Agustus 1990, yang kemudian dibahas
lebih mendalam pada Musyawarah Nasional (Munas) IV Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 22-25 Agustus 1990,
dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan bank syariah di Indonesia (Frianto
Pandia, 2005: 189 ).
Bank Muamalat Indonesia adalah bank syariah pertama di Indonesia yang
lahir sebelum lahirnya Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 yang memungkinkan
berdirinya bank yang sepenuhnya melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah

7
(Sutan Remy Syahdeini, 2014: 97) BMI lahir sebagai hasil kerja tim Perbankan
MUI tersebut di atas. Akte pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani
pada tanggal 1 November 1991. Pada saat akte pendirian ini terkumpul komitmen
pembelian saham sebanyak Rp. 84 miliar. Pada tanggal 3 Nopember 1991, dalam
acara silaturahmi Presiden di Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen
modal disetor awal sebesar Rp. 106.126.382.000,-. Dana tersebut berasal dari
presiden dan wakil presiden, sepuluh menteri Kabinet Pembangunan V, juga
Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, Yayasan Dakab, Supersemar, Dharmais,
Purna Bhakti Pertiwi, PT PAL, dan PT Pindad. Selanjutnya, Yayasan Dana Dakwah
Pembangunan ditetapkan sebagai yayasan penopang bank syariah. Dengan
terkumpulnya modal awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat
Indonesia (BMI) mulai beroperasi.
Keberadaan BMI ini semakin diperkuat secara konstitusi dengan munculnya
Undang-Undang (UU) No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, di mana perbankan
bagi hasil diakomodasi. Dalam UU tersebut, pasal 13 ayat (c) menyatakan bahwa
salah satu usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pembiayaan berdasarkan prinsip
bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan menyediakan bagi nasabah
dalam peraturan pemerintah. Menanggapi Pasal tersebut, pemerintah pada tanggal
30 Oktober 1992 telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 tahun 1992
tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil dan diundangkan pada tanggal 30
Oktober 1992 dalam lembaran negara Republik Indonesia No. 119 tahun 1992
(Syukri Iska, 2012: 253)
Pendirian Bank Muamalat ini diikuti oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS). Namun demikian, keberadaan dua jenis lembaga keuangan tersebut belum
sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah. Oleh karena itu, dibentuklah
lembaga-lembaga keuangan mikro syariah yang disebut Baitul Maal Wattamwil
(BMT). Setelah dua tahun beroperasi, Bank Muamalat mensponsori berdirinya
asuransi Islam, Syarikat Takaful Indonesia (STI) dan menjadi salah satu pemegang
sahamnya. Tiga tahun kemudian, yaitu 1997, Bank Muamalat mensponsori
lokakarya ulama tentang reksadana syariah yang kemudian diikuti dengan
beroperasinya Reksadana Syariah oleh PT Danareksa Investment Management.

8
Pada tahun 1998 muncul UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.
7 tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam UU ini terdapat beberapa perubahan yang
memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan perbankan syariah. Dari
UU tersebut disebutkan bahwa sistem perbankan syariah dikembangkan dengan
tujuan:
1. Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak menerima
konsep bunga. Dengan ditetapkannya sistem perbankan syariah yang
berdampingan dengan sistem perbankan konvensional, mobilitas dana
masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas terutama dari segmen yang
selama ini belum dapat tersentuh oleh sistem perbankan konvensional yang
menerapkan sistem bunga.
2. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan
prinsip kemitraan. Dalam prinsip ini, konsep yang diterapkan adalah
hubungan investor yang harmonis (mutual investor relationship). Sementara,
dalam bank konvensional konsep yang diterapkan adalah hubungan debitur
dan kreditur (debitor to creditor relationship).
3. Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa perbankan yang memiliki
beberapa keunggulan komparatif berupa peniadaan pembebanan bunga yang
berkesinambungan (perpectual interest effect) membatasi kegiatan spekulasi
yang tidak produktif (unproductive speculation), pembiayaan ditujukan
kepada usaha-usaha yang lebih mcmperhatikan unsur moral.
Pemberlakuan UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun
1992 tentang Perbankan yang diikuti dengan dikeluarkannya sejumlah ketentuan
pelaksanaan dalam bentuk SK Direksi BI/ Peraturan Bank Indonesia, telah
memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi pengembangan perbankan
syariah di Indonesia. Peraturan-peraturan tersebut memberikan kesempatan yang
luas untuk mengembangkan jaringan perbankan syariah antara lain melalui izin
pembukaan Kantor Cabang Syariah (KCS) oleh bank konvensional. Dengan kata
lain, bank umum dapat menjalankan dua kegiatan usaha, baik secara konvensional
maupun berdasarkan prinsip syariah (Heri Sudarsono, 2007: 30-34).

9
Pada tanggal 16 Juli 2008, UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah disahkan yang memberikan landasan hukum industri perbankan syariah
nasional dan diharapkan mendorong perkembangan bank syariah yang selama lima
tahun terakhir asetnya tumbuh lebih dari (>5% per tahun namun pasarnya (market
share) secara nasional masih di bawah 5%. Undang-undang ini mengatur secara
khusus mengenai perbankan syariah, baik secara kelembagaan maupun kegiatan
usaha. Beberapa lembaga hukum baru diperkenalkan dalam UU No. 21 Tahun
2008, antara lain yakni menyangkut pemisahan (spin-off) UUS baik secara sukarela
maupun wajib dan Komite Perbank- an Syariah (Undang-undang Nomor 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, 2008).
Selain itu terdapat beberapa PBI yang diamanahkan oleh UU No. 21/ 2008.
Adapun PBI yang secara khusus merupakan peraturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah dan telah diundangkan hingga saat ini antara lain:
1. PBI No.10/16/PBI/2008 tentang Perubahan Atas PBI No. 9/19/PBI/2007
tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana
dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.
2. PBI No.10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah.
3. PBI No.10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bank Syariah.
4. PBI No.l0/23/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No.
6/21/PBI/2004 tentang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing
bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah.
5. PBI No.10/24/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No.
8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
6. PBI No. 10/32/PBI/2008 tentang Komite Perbankan Syariah.
7. PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah kita pelajari lebih mendalam dari pengertian, peranan dan
perkembangan Bank Syariah diIndonesia dapat disimpukan bahwa masa depan
bank syariah di Indonesia sangat cerah sangat cerah. Hal ini terlihat dari semakin
bertambahnya jumlah (unit) Perbankan syariah dari tahun ke tahun. Bank syariah
dapat di kembangkan sebagai salah salah satu sistem perbankan alternatif selain
sistem perbankan yang umum (konvensional). Jika dibandingkan dengan jumlah
nasabah dan simpanan dari perbankan yang umum (konvensional) cenderung tidak
meningkat (stagnan), maka masih sangat terbuka kemungkinan perbankan syariah
untuk mendapatkan kenaikan jumlah nasabah maupun simpanan. Aturan yang
berlaku didalam perbankan syariah adalah adanya sistem bagi hasil yang tidak
seberat jika kita mengikuti aturan dalam perbankan umum (konvensional) yang
sering membratkan kalangan pengusaha. Perbankan syariah menawarkan berbagai
produk baik tabungan maupun yang lainnya. Sehingga harapan dari kalangan usaha
kecil dan menengah untuk memperoleh modal untuk memajukan usaha mereka bisa
terlaksana dengan baik perbankan suariah tidak memberikan pinjaman untuk
kegiatan haram dan spekulasi.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah di atas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mudrajad Kuncoro dan Suharjono, 2002, Manajemen Perbankan : Teori dan


Aplikasi, Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE
Wilardjo, setia budi, 2004-2005. Pengertian, peran dan perkembangan perbankan
syariah. Universitas Muhammadiyah Semarang

12

Anda mungkin juga menyukai