Makalah ini diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata
KuliahManjemen investasi syariah SemesterLima Fakultas Ekonomi &
Bisnis Islam Jurusan PerbankanSyariah (PS)
oleh:
AZLAN
SULFRIDHA SUPI
A.ALFIAN SYAM
SARADIBA
Sampul………....................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menggunakan sistem syariah. Bahkan tidak sedikit bank-bank syariah saat ini
Hal tersebut memberi dampak akan kebutuhan bank syariah yang semakin
tinggi.
dengan marjin keuntungan yang diperoleh bank, dengan sistem ini bank
syariah tidak akan mengalami negative spread. Hal inilah yang menjadi
perbankan syariah.
B. Rumusan Masalah
syariah?
syariah?
C. Tujuan Masalah
al-Qur’an.
PEMBAHASAN
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. (Pasal 1 ayat 1). Sedangkan yang dimaksud dengan Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan
2).[1] Berkaitan dengan fungsi bank, paling tidak ada dua fungsi yang cukup
dana dari mereka yang mempunyai dana nganggur atau kelebihan dana selaku
dengan peranan bank dalam hal lintas pembayaran dan peredaran uang dengan
menciptakan instrumen keuangan seperti penciptaan uang kartal, uang giral dan
lain-lain.
dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa
ini. Belakangan ini para ekonom Muslim telah mencurahkan perhatian besar guna
dan keuangan yang sesuai dengan etika Islam. Upaya ini dilakukan dalam upaya
membangun model teori ekonomi yang bebas bunga dan pengujiannya terhadap
perbankan bebas bunga yang biasa disebut dengan bank syariah. Perbankan
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” Dan alasan praktisnya adalah
Dalam bisnis, hasil yang diperoleh setiap perusahaan selalu tidak pasti.
dari itu, beban utang makin menyulitkan upaya pemulihan ekonomi dan
sebab itu, demi keamanan bank hanya mau meminjamkan dana bagi bisnis
yang sudah benar-benar mapan atau kepada orang yang sanggup menjamin
keamanan pinjamannya.
usaha kecil. Usaha besar dapat mengambil risiko untuk mencoba teknik dan
produk baru karena mereka mempunyai cadangan dana sebagai sandaran bila
ternyata ide barunya itu tidak berhasil. Sebaliknya, usaha kecil tidak dapat
mencoba ide baru karena untuk itu mereka harus membutukan pinjaman dana
berbunga dari bank. Bila gagal, tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali harus
menjadi bangkrut.
5. Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha
kecil bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga
mereka. Setiap rencana bisnis yang diajukan kepada mereka selalu diukur
dengan kriteria ini. Jadi, bank yang bekerja dengan sistem ini tidak
dan para pekeja. Sistem ini menyebabkan misallocation sumber daya dalam
masyarakat islam.
produk sesuai dengan teori perbankan syariah. Jika kebebasan ini dapat
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal
dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
agar setiap prinsip serta fungsi perbankan syariah tetap terlaksana sebagai mana
pada produk pendanaan yang berdasarkan pola bagi hasil serta pada produk
bi tamlik.
a. Tabungan mudharabah
sama dengan giro namun kurang leluasa seperti giro karena dapat diambil dengan
cek. Dalam wadi’ah untuk rekening tabungan, bank dapat memberikan bonus
kepada nasabah dari keuntungan yang diperoleh bank karena bank lebih leluasa
bank dapat menggunakan dana ini untuk tujuan mencari keuntungan, dari
deposan berupa uang atau non uang.bagi hasil inilah yang menggunakan prinsip
menggunakan akad ini maka pihak banka dapat mneggunakan dana yang
akan dibagi dengan deposan tersebut. Bank syariah menerima simpanan deposito
berjangka (pada umumnya untuk satu bulan ke atas) ke dalam rekening investasi
digunakan untuk proyek apa, berbeda dengan depiosito khusus yang menetapkan
dananya akan digunakan pada sektor yang dikehendaki oleh deposan. Nasabah
menetapkan persyaratan tertentu yang harus dipatuhi oleh bank, misalnya dana
d. Sukuk al-mudaharabah
Salah satu bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh nasabah untuk
Berbeda dengan surat berharga konvensioal yang dapat beredar pada pasar kedua
dengan bebas, sukuk yang merpakan surat berharga syariah hanya dapat dipindah
tangankan sebanyak tiga kali sama. Dengan obligasi syariah, bank mendapatkan
alternatif sumber dana berjangka panjang (lima tahun atau lebih) sehingga dapat
berpola bagi hasil dengan akad mudharabah atau musyarakah. Sebagai contoh,
pembuatan pabrik baru, perluasan pabrik, usaha baru, perluasan usaha, dan
sebagainya. Dengan cara ini bank syariah dan pengusaha berbagi risiko usaha
yang saling menguntungkan dan adil. Agar bank syariah dapat berperan aktif
akad musyarakah.
berpola jual beli dengan akad murabahah. Sebagai contoh, pembelian mesin,
Dengan cara ini bank syariah mendapat keuntungan marjin jual beli dengan risiko
seperti industri pesawat terbang, industri pembuatan lokomotif, dan kapal, selain
berbagai tipe mesin yang dibuat oleh perusahaan atau bengkel besar. Selain itu,
b. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad istishna’ dan
ditanggung nasabah.
Kebutuhan aset investasi yang biayanya sangat tinggi dan memerlukan waktu
lama untuk memproduksinya pada umumnya tidak dilakukan dengan cara bagi
hasil atau kepemilikan karena risikonya terlalu tinggi atau kebutuhan modalnya
pembiayaan berpola sewa dengan akad ijarah atau ijarah muntahiyah bit tamlik.
Sebagai contoh, pembiayaan pesawat terbang, kapal, dan sejenisnya. Selain itu,
mesin-mesin pertanian, dan alatalat transportasi. Dengan cara ini bank syariah
dapat mengambil manfaat dengan tetap menguasai kepemilikan aset dan pada
waktu yang sama menerima pendapatan dari sewa. Penyewa juga mengambil
mendesak dan mencapai tujuan dalam waktu yang wajar tanpa harus
prinsup yang mendasari adanya investasi secara syariah yakni sebagai berikut:
1. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya
yang haram.
(ketidakjelasan/samarsamar).
jalur ayriat yang mengajarkan untuk berinvestasi yang memeberikan manffat yang
yang terjadi harus atas dasar suka sama suka, tidak ada unsur pemaksaan, tidak
ada pihak yang didzalimi atau mendzalimi. Tanpa unsur riba, tidak bersifat
Istilah mudharabah merupakan akad yang paling banyak digunakan oleh bank
perjanjian atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak perama (shahibul maal)
pengelolaan usaha.[7]
yaitu:
apapun urusan dalam proyek tersebut, dan tidak terikat dengan waktu, tempat,
jenis, perusahaan, pelanggan. Investasi tidak terikat ini pada usaha perbankan
tertentu, cara, waktu, dan tempat tertentu saja. Bank dilarang mencampurkan
rekening investasi terikat dengan dana bank atau dana rekening lainnya pada
saat investasi.[8]Dalam investasi terikat pihak bank sebagai agen saja, dan
atas kegiatannya akan menerima imbalan berupa fee. Berikut adalah pola
2. Executing, apabila bank sebagai agen juga menanggung risiko dan hal
ini banyak yang menganggap bahwa investasi terikat executing ini sudah
Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk
pihak yang bertugas untuk memelihara dan mengurusi harta wakaf mempunyai
Gambar 2.2 Pola Bank Syariah sebagai Nazhir Pertama , Penyalur dan Pengelola
menerima wakaf tunai dari seorang waqif yang kemidian akan diterbitkan akta
waqif tunai lengkap dengan data pemberi waqaf. Kemudian pihak bank akan
dipisahkan dari dana pihak ketiga lainnya agar lebih mudah dalam mengetahui
Gambar 2.3 Pola Bank Syariah sebagai Nazhir Penerima dan Penyalur
Waqif akan meyerahkan sejumlah uang guna melakukan waqaf, setelah itu
pihak bank syariah akan mengeluarkan surat waqaf. Kemudian dana yang telah
terkumpul akan diserahkan kepada BWI yang akan bekerjasama dengan pihak
waqafnya kepada BWI yang kemudian akan bekerjasama dengan pihak perbankan
menggunakan rekening BWI. Kemudian BWI akan menerbitkan surat waqaf yang
dititipkan kepada Bank Syariah. Pihak BWI akan juga akan bekerja sama dengan
lembaga penjamin syariah guna menjaga dana waqaf agar tidak sampai lost.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
produk pendanaan yang berdasarkan pola bagi hasil serta pada produk
bi tamlik.
kegiatan investasi haruslah tetap [ada jalur ayriat yang mengajarkan untuk
mudharat yang ditimbulkan. Semua transaksi yang terjadi harus atas dasar suka
sama suka, tidak ada unsur pemaksaan, tidak ada pihak yang didzalimi atau
mendzalimi. Tanpa unsur riba, tidak bersifat spekulatif serta harus transparan.
Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk
dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Posisi Nazhir sebagai
pihak yang bertugas untuk memelihara dan mengurusi harta wakaf mempunyai
Machmud, Amir Dan Rukmana. 2010. Bank Syariah Teori Kebijakan Dan
Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Industri Jasa Keuangan Syariah; Seri Litersi
Muhammadiyah Surakarta.