Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ANALISA KEBIJAKAN FISKAL NEGARA TURKI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam
yang diampu oleh Dr. Aas Nurasyiah, M. Si.

Disusun oleh :

NIM.1600260 Fitri Sri Handayani


NIM.1602259 Tiara Amelia
NIM.1600649 Zahra Siti Zhafirah
NIM.1603654 Sayidah Nazhofah
NIM.1605389 Muhammad Aqsha
NIM.1606699 Ibadurrohman Siddiq

PROGRAM STUDI EKONOMI DAN KEUANGAN ISLAM


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini yang berjudul “ANALISA KEBIJAKAN FISKAL NEGARA TURKI”. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran Ekonomi Makro Islam.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini, dan agar kedepannya dapat menjadi lebih baik.
Makalah ini kami akui masih ada kekurangan. Oleh karena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami pun berterima kasih kepada
Ibu Dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Makro Islam yang sudah memberikan
tugas ini.

Bandung, 18 Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4

2.1 Kebijakan Islam menurut Madzhab Mainstream ..................................... 4

2.1.1 Kebijakan Fiskal menurut Umer Chapra........................................... 4

2.1.2 Kebijakan Fiskal menurut Muhammad Abdul Mannan .................... 5

2.2 Kebijakan Fiskal menurut Islam ............................................................... 5

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................... 8

3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 8

3.2 Sumber Data Penelitian ............................................................................ 9

3.3 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 9

3.4 Teknik Analisis Data .............................................................................. 10

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 13

4.1 Letak Geografis dan Demografis Negara Turki ..................................... 13

4.1.1 Letak Geografis ............................................................................... 13

4.1.2 Demografis Negara Turki ............................................................... 13

4.2 Potensi Sumber Daya yang dimiliki Negara Turki ................................ 14

4.3 Kebijakan Fiskal di Negara Turki .......................................................... 15

ii
4.3.1 Kebijakan Fiskal Saat Ini - Ekspansif ............................................. 15

4.3.2 Kebijakan Pengetatan Fiskal ........................................................... 16

4.3.3 Sistem Perpajakan Turki ................................................................. 17

4.4 Analisis dan Prospek Negara Turki dalam Menerapkan Kebijakan Fiskal
menurut Islam .................................................................................................... 18

4.4.1 Kebijakan Fiskal Ekspansif ............................................................. 18

4.4.2 Kebijakan Pengetatan Fiskal ........................................................... 19

4.4.3 Sistem Perpajakan Turki ................................................................. 19

4.4.4 Kebijakan Fiskal Selayang Pandang: dari tahun 1990an hingga


2010s 20

4.4.5 Prospek ke Depan Negara Turki dalam Prespektif Islam ............... 22

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 24

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 24

5.2 Saran ....................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Negara Turki..................................................................................13


Gambar 2 Bendera Negara Turki ...........................................................................13
Gambar 3 Belanja Rumah Tangga Turki tahun 2007-2016 ...................................16
Gambar 4 PDB Per Kapita Turki tahun 2006-2017 ...............................................17
Gambar 5 Tarif pajak negara Turki tahun 2013-2018 ...........................................18
Gambar 6 Grafik Efek Kebijakan Fiskal Ekspansif ...............................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintahan memiliki tugas menata kembali sektor perekonomian,


mengurangi hutang negara dan menerapkan perekonomian yang lebih berorientasi
ekspor. Keberhasilan Erdogan dapat dilihat ketika Turki harus mengatasi krisis
keuangannya sendiri. Kemampuan kompetisi perekonomian Turki yang kini tidak
hanya mengandalkan pada sektor-sektor tekstil dan produk garmen atau buah-
buahan seperti dulu, kini mulai memasuki bidang industri otomotif, kimia dan
mesin, besi dan baja, Turki telah membuktikan kemampuannya dalam kompetisi
perekonomian.
Turki telah membuat kemajuan besar dengan mengurangi
ketidakseimbangan makroekonomi. Turki juga mampu mengatasi tekanan
kompetitif dan kekuatan pasar Uni Eropa, Sejak pertengahan tahun 2004,
Pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) meningkat dari 5,8% di tahun 2003
menjadi 8,9% pada 2004, dibantu oleh pertumbuhan konsumsi swasta yang kuat,
yang didorong oleh suku bunga yang lebih rendah, peningkatan kredit konsumsi
dan lonjakan investasi sektor mesin dan peralatan.
Wilayah tenggara Turki mengalami kesenjangan pembangunan sehingga
terjadi migrasi yang tinggi, hal ini seiring dengan meningkatnya kepentingan
program GAP (Proyek Anatolia Tenggara) yang berencana 22 DAM di Sungai
Eufrat dan Tigris serta irigasi dan listrik. Hubungan antara Turki-Kurdi dalam
bidang ekonomi harus menciptakan hubungan ekonomi yang saling
menguntungkan dan juga diharapkan depensi antara Turki, Kurdi di Irak dan etnis
lain di Turki semakin erat.
Kebijakan ekonomi Turki di tenggara Turki yang berbatasan dengan utara
Irak membewa dampak kecurigaan oleh etnis Kurdi di sana. Hal ini disebabkan
ketika invasi AS ke Irak terjadi tahun 2003, Kurdi di Irak cemas bahwa Turki akan
masuk ke Irak untuk menguasai wilayah mereka dan menghambat otonomi Kurdi

1
di sana serta akan menguasai minyak Irak. Hal ini dikarenakan sejak adanya
investasi Turki di Irak Utara dan perbatasan makin berkembang. Kebijakan Turki
terhadap perbatasannya dengan Irak yang merupakan produsen minyak terbesar
membawa relevansi bagi hubungannya dengan etnis Kurdi di tenggara Turki.
Demikian juga kepentingan ekonomi di perbatasan Turki dengan Iran dan Suriah
memiliki relevansi dengan hubungan dengan kedua negara.
Tujuan dari kebijakan fiskal dalam Islam adalah untuk menciptakan
stabilitas ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan
pendapatan, ditambah dengan tujuan lain yangterkandung dalam aturan Islam yaitu
Islam menetapkan pada tempat yang tinggi akan terwujudnya persamaan dan
demokrasi sesuai dengan QS. Al-Hasyr ayat 7, ekonomi Islam akan dikelola untuk
membantu dan mendukung ekonomi masyarakat yang terbelakang dan untuk
memajukan serta menyebarkan ajaran Islam seluas mungkin.
Turki telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang mengesankan
sebagaimana dilansir dari situs Euromoney.com, dimana pendapatan perkapita
meningkat dan kemiskinan berkurang. Turki masih mengalami kerentanan karena
cadangan mengalami defisit besar. Capital flows berjangka pendek mudah
mengguncang perekenomian Turki. Kombinasi makro ekonomi dan kebijakan
fiskal dan reformasi struktural harus diambil.
Dikutip pula dari website http://ec.europa.eu/, bahwa pada bulan Desember
2004, pemerintah mengajukan Program tahunan Pra-aksesi Ekonomi, yang
disediakan untuk kerangka kebijakan yang konsisten untuk kebijakan fiskal dan
reformasi struktural dalam periode 2005-2007. Perekonomian berkembang pesat
pada tahun 2004 dan tahun pertama 2005, PDB tumbuh dengan sangat kuat 8,9%
pada tahun 2004. Pertumbuhan yang kuat tercatat dalam konsumsi swasta, yang
naik lebih dari 10% pada tahun 2004. pertumbuhan di bidang industri (9,4%) dan
perdagangan (12,8%) berkembang secara signifikan lebih cepat daripada rata-rata,
Pada tahun 2004 membayar hutang kepada IMF sebesar sekitar 2,6 miliar USD.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana letak geografis dan demografis negara Turki?


2. Bagaimana potensi sumber daya yang dimiliki negara Turki?

2
3. Bagaimana kebijakan fiskal di negara Turki?
4. Bagaimana analisis dan prospek negara Turki dalam menerapkan kebijakan
fiskal menurut Islam?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menginformasikan kepada pembaca mengenai letak geografis dan


demografis negara Turki.
2. Menginformasikan kepada pembaca mengenai potensi sumber daya yang
dimiliki negara Turki.
3. Mengetahui kebijakan fiskal di negara Turki.
4. Mengetahui analisis dan prospek negara Turki dalam menerapkan kebijakan
fiskal menurut Islam.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penulis adalah sebagai berikut:


1. Untuk menambah wawasan penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya untuk memperkaya ilmu pengetahuan mengenai sejarah, keadaan
ekonomi maupun kebijakan fiskal negara Turki
2. Sebagai ilmu pengetahuan untuk mengetahui bagaimana negara Turki
menetapkan kebijakan fiskalnya dan analasisnya dalam kebijakan fiskal
Islam.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Islam menurut Madzhab Mainstream


2.1.1 Kebijakan Fiskal menurut Umer Chapra

Berdasarkan analisis Umer Chapra dalam jurnal yang dirulis oleh Mulyadi
(2016), bahwa kebijakan fiskal dalam sistem negara sejahtera memiliki kelemahan
yang disebabkan sebagai berikut: (1) tingkat pajak yang tinggi karena beban
pengeluaran negara sejahtera lebih besar, sehingga ada perlawanan terhadap
perpajakan; (2) subsidi yang tidak merata, ini disebabkan karena perlakukan yang
sama kepada golongan kaya dan miskin untuk memperoleh manfaat dari hasil
subsidi tersebut; dan (3) ketidakmerataan pendapatan dan kekayaan tetap
meningkat.
Kuncoro (2015) mengatakan bahwa mennurut Chapra kebijakan fiskal telah
menjadi perangkat penting bagi negara sejahtera. Kebijakan ini mencakup
pengeluaran untuk kepentingan umum, pajak progresif dan pinjaman untuk
merealisasikan tujuan yang dicita-citakan. Pengeluaran umum bukan hanya untuk
fungsi tradisional sebagaimana diakui bahkan oleh negara laissez-faire (pertahanan,
administrasi umum dan pelayanan ekonomi), tetapi juga untuk fungsi negara
sejahtera dalam meningkatkan pertumbuhan, stabilitas ekonomi dan persamaan
pendapatan yang lebih besar.
Dengan ekspansi tanggung jawab negara yang terus-menerus untuk
menjalankan fungsi-fungsi ini, telah terwujudkan pertumbuhan eksponensial dalam
pengeluaran umum dan perpajakan selama lima puluh tahun terakhir, terutama
karena kenaikan yang tinggi untuk pertahanan dan pembayaran transfer. Yang
terakhir sangat banyak manfaatnya, termasuk pemberian keamanan sosial (semisal
ganti rugi pengangguran), pemberian bantuan sosial (santunan untuk manusia lanjut
usia dan anak-anak), subsidi (dalam bentuk makanan dan keperluan umum),
pelayanan umum (pendidikan, kesehatan, 60 perumahan dan transportasi umum),
yang tidak terbatas untuk golongan miskin saja tetapi juga untuk kepentingan
masyarakat umum.

4
2.1.2 Kebijakan Fiskal menurut Muhammad Abdul Mannan

Prinsip Islam tentang kebijakan fiskal dan anggaran belanja dalam buku
Jalil (2016) yaitu bertujuan untuk mengembangkan suatu masyarakat yang
didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang dengan menempatkan nilai-nilai
material dan spiritual pada tingkat yang sama. Menurut Mannan, sepanjang
pengetahuannya, dari semua kitab agama masa dahulu, Al-Qur'anlah satu-satunya
kitab yang meletakkan perintah yang tepat tentang kebijakan negara mengenai
pengeluaran pendapatan. Keterangan ini mencerminkan suatu ancangan baru
terhadap pengkajian masalah kebijakan fiskal, yang dikatakan Profesor R.W.
Lindson, "Dalam membuat pengeluaran Pemerintah, dan dalam memperoleh
pemasukan Pemerintah, penentuan jenis, waktu dan prosedurlah yang harus
diikuti.'' Tentu saja hal ini diarahkan untuk mencapai tujuan khas tertentu.

2.2 Kebijakan Fiskal menurut Islam

Dalam pemikiran Islam menurut An-Nabahan (2000:59), pemerintah


merupakan lembaga formal yang mewujudkan dan memberikan pelayanan yang
terbaik kepada semua rakyatnya. Pemerintah mempunyai segudang kewajiban yang
harus dipikul demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya yaitu
tanggung jawab terhadap perekonomian. Tanggung jawab dan tugas pemerintah
dalam perekonomian diantaranya mengawasi faktor utama penggerak
perekonomian, misalnya mengawasi praktek produksi dan jual beli, melarang
praktek yang tidak benar atau diharamkan, dan mematok harga kalau memang
dibutuhkan.
Majid (2003 : 221-223) mengatakan bahwa, untuk mewujudkan masyarakat
yang sejahtera, pemerintahan islam menggunakan dua kebijakan, yaitu kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan-kebijakan tersebut telah dipraktekkan
yaitu ketika zaman Rasullullah dan khulafaur rasyidin yang kemudian
dikembangkan oleh para ulama. Kebijakan fiskal memiliki peran yang penting, hal
in didasari pada alasan-alasan berikut : Kebijakan fiskal dibatasi dua hal yang
mendasarinya : Pertama, tingkat bunga yang tidak mempunyai peran sama sekali
dalam ekonomi Islam, sesuai firman Allah dalam Qs Al-Baqarah ayat 276-278, QS

5
Ali-Imran ayat 130, QS An-Nisa ayat 161, QS Ar-Rum ayat 39. Kedua, Islam tidak
membolehkan perjudian karena akan menimbulkan berbagai praktek perjudian
yang mengandung spekulasi (untung-untungan). Pemerintah Islam harus lebih
keras dan tegas dalam menjamin bahwa pungutan atas zakat dapat dikumpulkan
dari setiap muslim yang mempunyai kelebihan harta yang telah mencapai nishab .
Tujuan kebijakan fiskal dalam islam adalah untuk menciptakan stabilitas
ekonomi, tingkat ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan, ditambah
dengan tujuan lain yang terkandung dalam aturan islam yaitu islam menetapkan
pada tempat yang tinggi akan terwujudnya persamaan dan demokrasi sesuai dengan
QS Al-Hasyr ayat 7, ekonomi islam akan dikelola untuk membantu dan mendukung
ekonomi masyarakat yag terbelakang dan untuk memajukan serta menyebarkan
ajaran islam seluas mungkin. Masih menurut Majid (2003: 238-242), dalam
mencapai tujuan pembangunan ekonomi ada beberapa instrument yang digunakan,
yaitu : penggunaan kebijakan fiskal dalam menciptakan kesempatan kerja, hal ini
mungkin saja apabila investasi tidak hanya digunakan untuk menutupi kesenjangan
antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi agregat, maka harapan
yang tinggi terhadap tingkat keuntungan dapat dicukupi dengan mengajak para
pengusaha untuk ikut membuka investasi baru yang akan menyerap banyak tenaga
kerja. Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menarik beban atas harta
yang menganggur, sehingga mendorong masyarakat untuk menginvestasikan
dananya lewat tabungan atau dengan tanpan menggunakan tingkat bunga tetapi
melalui bagi hasil, semua ini akan merangsang para pengusaha karena dalam
berusaha tidak akan terbebani oleh beban bunga yang tinggi.
Adapun bermacam-macam penggunaan fiskal:
1. Penggunaan kebijakan fiskal dalam menekan laju inflasi, hal ini jelas karena
penekanan laju inflasi akan lebih menonjol dibandingkan dengan cost push
inflation itu sendiri. Dapat dipahami dengan benar bahwa dalam islam
dilarang pemborosan dan berlebih-lebihan dalam konsumsi serta segala
bentuk penimbunan untuk mencari keuntungan dan juga transaksi yang
bersifat penindasan salah satu pihak. Jika kita asumsikan bahwa keadaan
ekonomi adalah full employment, maka kenaikan agregat tidak akan
menimbulkan kenaikan pada pendapatan riil nasional. Dengan kata lain

6
pada tingkat output yang sama akan dinaikkan sebagai kenaikan harga yang
tinggi dan langkah yang bisa diambil adalah dengan memaksimalkan fungsi
penerimaan zakat ini dapat digunakan untuk berbagai macam kegunaan
dalam rangka menjamin stabilitas ekonomi.
2. Penggunaan kebijakan fiskal dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi
selama pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat tabungan, kebijakan
fiskal harus menjadi tujuan dengan pencapaian mobilitas maksimum dari
fungsi tabungan. Dalam pengaturan hasil usaha atau keuntungan dari proyek
pemerintah dapat dijalankan dengan menggunakan sistem bagi hasil. Para
pemegang saham akan akan saling membagi keuntungan dan kerugian
bersama sesuai proporsi modalnya masing-masing, dengan demikian segala
bentuk transaksi baik itu sektor rumah tangga, swasta maupun pemerintah
semua dapat menjalankan prinsip bagi hasil tanpa menggunakan bunga.
Nurul Huda (2008) menjelaskan, dalam sejarah diceritakan bahwa Ibnu
Khaldun (1404) pernah mengajukan saran untuk resesi berupa mengecilkan pajak
dan meningkatkan pengeluaran pemerintah, karena pemerintah merupakan pasar
terbesar, ibu dari semua pasar. Jika pasar pemerintah mengalami penurunan, wajar
bila pasar yang lain pun ikut menurun, bahkan dalam agregat yang lebih besar. Pada
zaman Rasulullah, sisi penerimaan APBN terdiri atas kharaj (sejenis pajak tanah),
zakat khums (pajak 1/5), jizyah (pajak atas badan nonmuslim), maupun dari
penerimaan lain-lainnya seperti kafarat atau denda. Di sisi pengeluaran terdiri atas
pengeluaran untuk kepentingan dakwah, pendidikan dan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknlogi (IPTEK), pertahanan dan keamanan (Hankam),
kesejahteraan sosial, dan belanja pegawai. Penerimaan zakat dan khumus dihitung
secara proporsional yaitu dalam persentase dan bukan ditentukan nilai nominalnya.
Secara ekonomi makro hal ini akan menciptakan built in stability . Ia atau
penerimaan zakat akan menstabilkan harga dan menekan inflasi ketika permintaan
agregat lebih besar daripada penawaran agregat.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan


Taylor (1975:5) sebagaimana dikutip Moleong mendefinisikan metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lesan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini
diarahkan pada latar dan inividu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini
tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variable atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Sedangkan menurut Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri
dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam
peristilahannya.
Adapun alasan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah
karena dalam penelitian ini data yang dihasilkan berupa data deskriptif yang
diperoleh dari data-data berupa tulisan, kata-kata dan dokumen yang berasal dari
sumber atau informan yang diteliti dan dapat dipercaya.
Metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan, pertama
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyaataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat
hubungan antara peneliti dan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih
dapat menyesuaikan diri dengan penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-
pola nilai yang dihadapi.
Ada beberapa alasan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Salah satu
diantaranya adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat
meliputi lebih banyak segi dibanding dengan metode-metode penyelidikan yang
lain. Metode ini banyak memberikan konstribusi terhadap ilmu pengetahuan
melalui pemberian informasi keadaan mutakhir, dan dapat membantu kita dalam

8
mengidentifikasi faktor-faktor yang berguna untuk pelaksanaan percobaan.
Selanjutnya metode ini dapat digunakan untuk menghasilkan suatu keadaan yang
mungkin terdapat dalam situasi tertentu.

3.2 Sumber Data Penelitian

Data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
bersifat deskriptif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, dan buku-buku yang relevan,
atau lisan dari orang-orang perilaku yang diamati dan bukan angka.
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data-
data diperoleh, ada dua subject yang dijadikan bahan penelitian yang pertama
adalah kebijakan fiskal menurut islam. Meliputi point-point yang perlu diperhatikan
dalam mengeluarkan kebijakan, tujuan dari setiap kebijakan serta manfaat dari
setiap kebijakan tersebut. Kedua adalah, kebijakan fiskal negara Turki. Meliputi
point point yang perlu diperhatikan dalam mengeluarkan kebijakan, tujuan dari
setiap kebijakan serta manfaat dari setiap kebijakan tersebut.
Berkenaan dengan sumber data ini, para peneliti menggali data dari
penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah suatu penelitian yang
dilaksanakan melalui studi kepustakaan dengan cara menelaah literatur-literatur
yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas. Disamping itu, parapeneliti
juga mengambil beberapa buku pedoman, sejarah singkat, prasasti majalah-
majalah, dari obyek penelitian dan buku lainnya yang terdapat dalam buku panduan.
Dan nantinya kedua subjek data ini berfungsi untuk bahan penilitian yang hasilnya
adalah kita dapat mengetahui seberapa prospek kah negara Turki dalam menjalakan
kebijakan fiskal menurut islam.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Salah satu komponen yang penting dalam penelitian adalah proses


penelitian dalam pengumpulan data. Kesalahan yang dilakukan dalam proses

9
pengumpulan data akan membuat proses analisis menjadi sulit. Data dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti
langsung dari subjek atau objek penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek
atau subjek penelitian.
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Sementara itu instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data.
Ada beberapa metode pengumplan data yang dapat dilakukan dalam sebuah
penelitian. metode ini dapat dilakukan sendiri-sendiri, namun dapat pula digunakan
dengan menggabungkan dua metode atau lebih. Metode pengumpulan data yang
kami gunakan adalah metode Studi Dokumen. Studi dokumen adalah metode
pengumpulan data yang tidak ditunjukan langsung kepada subjek penelitian. studi
dokuen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen
yang berguna untk bahan analisis. Dokumen yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yakni:
1. Dokumen Primer
Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang
langsung mengalami suatu pristiwa, misalnya: autobiografi.
2. Dokumen Sekunder
Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan
laporan/cerita orang lain, misalnya: biografi.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknis pengumpulan data lumrahnya dilakukan setelah proses


pengumpulan data selesai. Namun perlu dicatat pada penelitian kualitatif,
pengumpulan data bisa dilakukan kembali apabila analisis yang dilakukan
menunjukan kekurangan data. Tentu jika waktu memungkinkan.

10
Analisis data adalah tehapan dalam proses penelitian dengan tujuan
menginvestigasi, mentrasformasi, mengungkap pola-pola gejala yang diteliti agar
laporan penelitian dapat menunjukan informasi, simpulan dan atau menyediakan
rekomendasi untuk pembuat kebijakan.
Teknik analisis data, melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Memeriksa kelengkapan data
Tahap ini dilakukan segera setelah data terkumpul. Peneliti bisa
membuat ceklist untuk memastikan apakah semua data sudah terkumpul. Perlu
diperhatikan bahwa tidak ada dataset yang sempurna atau catatan lapangan yang
sempurna. Selalu ada kekurangan dan celah setelah data terkumpul. Penting
bagi peneliti untuk melakukan justifikasi tersebut tentu didasarkan pada desain
reset awal.
2. Memeriksa kualitas data
Tahap ini dilakukan dengan cara mengamati atau membaca berulang-
ulang apakah jawaban dari informan sesuai dengan yang diharapkan oleh
peneliti, dalam arti semua kolom terisi atau semua pertanyaan terjawab secara
mamuaskan. Pemeriksaan kualitas data dilakukan untuk menentukan beberapa
data yang missing dan perlukah dilakukan pencarian data tambahan.
3. Menentukan kualitas pengukuran
Tahap ini umumnya dilakukan pada riset kuantitatif. Bagaimana
variabel diukur harus diuraikan secara jelas. Misalnya, peneliti membahas
tentang kualitas hidup manusia. Hidup yang berkualitas harus bisa diukur.
Kualitas hidup bisa diukur dengan tingkat kebahagiaan subjektif dan kesehatan.
Skala yang digunakan misalnya, responden memilih antara angka 1-10 pada
kuesioner, semakin tinggi semakin bahagia. Ada banyak macam cara untuk
melakukan pengukuran.
Pada penelitian kualitatif, pengukuran seringkali tidak perlu karena
memang umumnya fenomena kualitatif tidak bisa diukur atau sebaliknya tidak
perlu demi menjaga kualitas data. Misalnya, penelitian tentang pengalaman
kultural penggemar sabung ayam atau makna sosial dari suatu fenomena sosial
lain. Pengalaman kultural dan pemaknaan sosial oleh informan lebih relevan
dijelaskan dengan narasi ketimbang skala atau angka.

11
4. Membuat klastering data
Setelah peneliti memastikan data yang terkumpul cukup dan dianggap
berkualitas, tahap selanjutnya adalah membuat klastering. Tahap ini sangat
penting karena berpengaruh pada penentuan sistematika penelitian. Tanpa
klastering, peneliti akan kebingungan sendiri dan berpotensi tersesat dalam
kompleksitas data yang dimiliki, klastering bisa disebut juga grouping. Intinya,
membuat klasifikasi data.
Pengklasifikasian data harus merujuk pada relevansi dan kualitas data.
Peneliti memastikan setiap pertanyaan penelitian dibuatkan klasifikasinta.
Sebagai contoh, penelitian kualitatif tentang perkembangan kemunitas urban.
Klasifikasi bisa dilakukan dengan cara menentukan bahwa narasi yang
bersumber dari ketua komunitas cenderung lebih relevan dibanding narasi dari
anggota yang baru masuk apabila fokusnya adalah tentang perkembangan
komunitasnya. Proses kalstering terkait erat dengan tahap memeriksa kualitas
data.
5. Melakukan analisis
Setelah data terklasifikasi dengan jelas, analisis data bisa dilakukan
untuk menemukan pola. Pada tahap ini ada perbedaan menonjol antara
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Riset kuantitatif lumrahnya menerapkan
statistik. Sedangkan riset kualitatif menerapkan conding. Keduanya bisa
dilakukan secara manual atau dengan bantuan software komputer.
Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara coding. Proses coding
melibatkan penentuan konsep atau variabel yang mendahului. Coding
memfasilitasi peneliti untuk membuat kesimpulan yang valid dan sistematis.
Secara ringkas, koding merupakan proses kategorisasi data kualitatif sehingga
bisa dengan mudah diukur atau dipahami.
Konsep atau variabel yang ditentukan dalam coding harus merujuk pada
rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Tentu saja data lisan harus
ditranskip terlebih dahulu. Proses conding cukup memakan waktu karena
peneliti harus membaca hasil transkip secara berulang, tidak bisa hanya sekali
saja. Dua atau tiga kali pengulangan biasanya dianggap cukup.

12
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Letak Geografis dan Demografis Negara Turki

Gambar
Gambar 1 1 Gambar
Gambar 22
PetaPeta
Negara Turki
Negara Turki Bendera Negara Turki
Bendera Negara Turki

4.1.1 Letak Geografis

Turki adalah sebuah negara yang berada di kawasan Eurasia yaitu negara
yang terletak di benua Eropa dan Asia. Wilayah Turki tebentang dari semenanjung
Anatolia di Asia Barat Daya hingga daerah Balkan di Eropa Tenggara. Dikatakan
Eurasia karena Laut Marmara yang merupakan batas wilayah Eropa dan Asia ini
adalah bagian dari wilayah Turki. Oleh karena itu, Turki dikenal juga sebagai
negara Transkontinental (transbenua). Namun pada umumnya, para ahli geografi
menggolongkan Turki sebagai negara Asia dengan alasan bahwa Sekitar 97%
wilayah Turki terletak di Benua Asia.
Turki berbatasan dengan Bulgaria di sebelah Barat Daya, Yunani dan Laut
Aegea di sebelah Barat. Sedangkan disebelah Timur dan Timur Laut Turki
berbatasan dengan Armenia, Azerbaijan, Iran dan Georgia. Di Tenggara, Turki
berbatasan dengan Irak dan Suriah. Di sebelah Selatan Turki adalah Laut
Mediterania dan di sebelah Utara adalah Laut Hitam.
Sistem Pemerintahan Turki adalah Republik Parlementer yaitu sistem
pemerintahaan yang kepala negaranya adalah seorang Presiden sedangkan kepala
pemerintahannya adalah Perdana Menteri. (Dickson, 2018)

4.1.2 Demografis Negara Turki

Nama Lengkap : Republik Turki (Republik of Turkey)

13
Nama Lokal : Turkiye Cumhuriyeti
Bentuk Pemerintahan : Republik Parlementer
Kepala Negara : Presiden Recep Tayyip ERDOGAN (sejak 10 Agustus 2014)
Kepala Pemerintahan : Perdana Menteri Binali YILDIRIM (sejak 22 Mei 2016)
Ibukota : Ankara
Luas Wilayah : 783.562km2
Jumlah Penduduk : 80,274,604 jiwa
Pertumbuhan Penduduk : 0,9% (2016)
Bahasa Resmi : Bahasa Turki
Agama : Islam 99,8%, agama lainnya 0,2%
Suku Bangsa : Turki (70-75%), Kurdi 19%, minoritas lainnya 7-12%
Mata Uang : Lira Turki (TRY)
Hari Nasional : 29 Oktober 1923
Lagu Kebangsaan : “Istiklal Marsi” (Independence March)
Kode Domain Internet : .tr
Kode Telepon : 90
Pendapatan Domestik Bruto : US$ 735,7 miliar (2015)
Pendapatan Per Kapita : US$ 21.100,- (2016)

4.2 Potensi Sumber Daya yang dimiliki Negara Turki

Syafitri (2015) mengatakan bahwa Sumber Daya Alam Turki telah


mengalami pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, dimana pendapatan
perkapita meningkat dan kemiskinan berkurang. Bidang otomotif, Turki
menghasilkan 1,024,987 kendaraan bermotor pada tahun 2006 berada di posisi 7
terbesar di eropa setelah, Jerman, Prancis, Spanyol, UK, Rusia dan Italia. Tahun
2008 berhasil memproduksi 1,147,110 kendaraan bermotor berada di posisi 15
dunia. Nilai eksport di tahun 2008 mencapai $22 (billion). Turki telah menjadi
rangakaian dari global memproduksi mobil. Sektor pertambangan, Turki memiliki
cadangan mineral 72% dari keseluruhan dunia. Sekitar 60 mineral lain yang
berbeda dihasilkan di Turki. Sektor pertanian, sekitar 40% dari angkatan kerja Turki
bergerak di bidang pertanian ini. Seperti, gandum, jagung, barley dan beras.

14
Tanaman ekspor utama adalah kapas dan tembakau. Tanaman komersil dalam
negerinya yaitu, tomat, buah ara, kismis, buah zaitun, kacang, pistacho dan buah
jeruk.

4.3 Kebijakan Fiskal di Negara Turki


4.3.1 Kebijakan Fiskal Saat Ini - Ekspansif

Menurut sebuah artikel yang diterbitkan di www.eurasianet.org, Turki:


“IMF Berbicara Memberikan Cara untuk Mengukur Disiplin Fiskal Ankara oleh
Nicholas Birch”, kebijakan fiskal Turki adalah kebijakan ekspansif dengan rencana
untuk meningkatkan belanja pemerintah di kota-kota lokal dan manfaat kesehatan
bagi rakyat Turki. Pejabat Turki berharap peningkatan belanja pemerintah ini akan
merangsang pertumbuhan PDB mereka, yang menyusut menjadi -5,8% pada 2009.
Pada tahun 2009, Turki mampu mengurangi defisit sebesar $32 miliar karena
"harga bensin yang lebih rendah dan impor jatuh". Pengurangan harga dan impor
harus memiliki pengaruh tidak langsung pada penawaran agregat yang
menyebabkannya meningkat. Pasokan agregat bergeser ke kanan karena Turki
meningkatkan pengeluaran untuk kesehatan dan kota.

Gambar 3
Belanja Rumah Tangga Turki tahun 2007-2016
(https://www.ceicdata.com/id/indicator/turkey/annual-household-expenditure-per-capita)

15
Gambar 4
PDB Per Kapita Turki tahun 2006-2017
(https://www.ceicdata.com/id/indicator/turkey/gdp-per-capita)

4.3.2 Kebijakan Pengetatan Fiskal

Pengetatan fiskal baru-baru ini menggambarkan komitmen untuk disiplin


fiskal menyusul periode stimulus kontra-siklikal. Bank Sentral Republik Turki
(CBRT) menaikkan tingkat pinjaman jendela likuiditas akhir menjadi 12,75%, dari
12,25% pada Kamis, mengutip "peningkatan tingkat inflasi dan perkembangan
terakhir dalam faktor biaya."
Mengutip dari situs reuters.com dalam judulnya “(Fitch: Turkey
Tightening Shows Monetary, Fiscal Policy Contrast, 2017)” bahwa diperkirakan
pertumbuhan akan melambat pada 2018, karena stimulus fiskal bergulir kembali,
dan kami menurunkan perkiraan 2018 kami menjadi 3,9% di GEO. Pengetatan
fiskal yang direncanakan pada tahun 2018, menjelang pemilihan tahun 2019,
menunjukkan bahwa pihak berwenang ingin mempertahankan disiplin fiskal
setelah pelonggaran fiskal tahun ini menyebabkan defisit utama pemerintah pusat
9M17 naik ke level tertinggi delapan tahun. Metrik utang pemerintah Turki lebih
unggul dari median 'BB' dan 'BBB'. Langkah-langkah fiskal yang disetujui pada
akhir November termasuk kenaikan 2pp dalam pajak korporasi, kenaikan pajak
penjualan atas kendaraan, tembakau dan minuman ringan dan penghapusan
beberapa potongan pajak.

16
4.3.3 Sistem Perpajakan Turki

Turki menerapkan sistem self-assessment dalam perpajakannya. Pada tahun


2015, tax ratio Turki mencapai angka 32,5%. Otoritas pajak Turki menetapkan tarif
umum PPh Badan sebesar 20%. Sedangkan untuk tarif PPh OP, Turki
memberlakukan tarif progresif antara 5-35%.
Untuk PPN, Turki menetapkan 3 jenis tarif dengan tarif umum sebesar 18%.
Kemudian, tarif 8% berlaku untuk bahan makanan dasar dan produk farmasi.
Lalu, tarif 1% ditetapkan untuk produk pertanian dan peralatan tertentu yang
diperoleh dengan pembiayaan sewa.
Terkait dengan perpajakan internasional, transaksi yang dilakukan dengan
pihak afiliasi yang tidak berdasarkan prinsip arm’s length, keuntungan yang timbul
dari tranksasi tersebut akan dianggap sebagai “dividen konstruktif” yang akan
dikenakan PPh.
Pada Mei 2016, Turki mengenalkan konsep bentuk usaha tetap elektronik
guna menjawab tantangan pajak ekonomi digital yang menjadi agenda OECD/G20
dalam memerangi BEPS. Di sana, dikenal dua istilah baru yaitu 'electronic
taxpayer' dan 'electronic place of business'.
Diambil dari situs https://news.ddtc.co.id bahwa hingga saat ini Turki sudah
mengadakan perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) dengan 80 negara di
dunia.

Gambar 5
Tarif pajak negara Turki tahun 2013-2018
(https://www.ceicdata.com/id/indicator/turkey/tax-revenue)

17
4.4 Analisis dan Prospek Negara Turki dalam Menerapkan Kebijakan
Fiskal menurut Islam
4.4.1 Kebijakan Fiskal Ekspansif

Kebijakan fiskal ekspansif adalah salah satu jenis kebijakan fiskal dimana
pemerintah melakukan sebuah pengubahan dengan menurunkan penerimaan pajak
negara serta meningkatkan anggaran belanja negara. Dalam sejarah Islam sendiri
diceritakan bahwa Ibnu Khaldun (1404) pernah mengajukan saran untuk resesi
berupa mengecilkan pajak dan meningkatkan pengeluaran pemerintah.
Pada negara Turki sendiri, kebijakan fiskal ekspansif digunakan untuk
peningkatan belanja pemerintah. Pajak sendiri mempengaruhi peningkatan belanja
negara dimana pada saat pajak diturunkan, otomatis biaya negara untuk
pembelanjaan akan rendah. Selama hal tersebut dilaksanakan tanpa melanggar
larangan dari prinsip syariah, kebijakan ini dapat sebagai salah satu alternatif untuk
mengendalikan perekonomian negara pada saat itu loyo atau dimana kegiatan
belanja negara menurun.

Efek yang Diantisipasi dari Kebijakan Fiskal Ekspansif

Gambar 6
Grafik Efek Kebijakan Fiskal Ekspansif
(http://christinacannell.weebly.com/fiskal-policy.html)

Efek yang diantisipasi dari kebijakan fiskal ekspansif akan menjaga tingkat
inflasi 6,5% sama, namun kebijakan tersebut akan membantu mencapai sasaran
makroekonomi pengangguran rendah dan pertumbuhan tinggi dan berkelanjutan.
Menurut Christina Cannel dalam tulisannya di situs weebly miliknya, bahwa

18
kebijakan fiskal ekspansif ini diharapkan akan menghasilkan penurunan tingkat
pengangguran saat ini sebesar 14,6% dan peningkatan PDB riil. Dengan
meningkatnya belanja pemerintah untuk kota dan perawatan kesehatan, Turki
sedang mempertimbangkan pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) untuk
membiayai peningkatan pengeluaran pemerintah mereka. Jika pendapatan pajak
tidak meningkat, maka defisit Turki akan meningkat yang berakibat pada
peningkatan utang mereka.

4.4.2 Kebijakan Pengetatan Fiskal

Negara Turki sendiri menetapkan kebijakan pengetatan fiskal untuk


mengatasi defisit dengan cara memotong pengeluaran pemerintah atau
meningkatkan pajak, atau untuk menyeimbangkan anggaran dan menghapuskan
utang pemerintah. Kenaikan pajak di negara Turki antara lain pajak korporasi,
kenaikan pajak penjualan atas kendaraan, tembakau dan minuman ringan dan
penghapusan beberapa potongan pajak.
Selain itu penetapatan untuk meningkatkan pinjaman likuiditas diharapkan
dapat menaikkan tingkat inflasi dan perkembangan terakhir dalam faktor biaya. Hal
ini sejalan dengan bagaimana kebijakan moneter pun berpengaruh terhadap
kebijakan fikal itu sendiri.

4.4.3 Sistem Perpajakan Turki

Sistem pemungutan ini memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk


mendaftarkan diri, menghitung, memperhitungkan utang pajaknya sendiri,
membayar pajak terutang ke bank tempat pembayaran pajak dan kantor pos serta
melaporkan hasil perhitungan pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak. (Indonesia,
2013).
Dalam kebijakan fiskal Islam bahwa penerimaan zakat dan khumus dihitung
secara proporsional yaitu dalam persentase dan bukan ditentukan nilai nominalnya.
Maka jika mentukan nominal pajak tanpa memperhatikan perhitungan syariah hal
itu merupakan perlakuan dzalim.

19
Pada kutipan Nurul Huda dkk (2012) bahwa di zaman Nabi Muhamad
SAW, instrument pajak adalah sesuatu yang tidak diwajibkan, karena instrumen
wajib hanyalah zakat, sebagaimana firman Allah dalam Q.S: al-Baqarah (2):277:
‫ت وع ِملُوا ءامنُوا ٱلذِين ِإن‬ َّٰ ‫ول علي ِهم خوف ول ربِ ِهم ِعند أج ُرهُم ل ُهم ٱلزك َّٰوة وءات ُوا ٱلصل َّٰوة وأقا ُموا ٱ‬
ِ ‫لص ِل َّٰح‬
‫يحزنُون هُم‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal
saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala
di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.”
Namun jika negara mengalami suatu kondisi sehingga baitul mal tidak
mampu membiayai kewajibannya, maka kewajiban ini beralih kepada kaum
muslimin. Dengan kondisi seperti ini, negara berhak memungut pajak
(dlaribah/taxes).

4.4.4 Kebijakan Fiskal Selayang Pandang: dari tahun 1990an hingga 2010s

Pengalaman Turki di tahun 1990an: Kerusakan Saldo Fiskal

Program penyesuaian struktural tahun 1980 menandai dimulainya integrasi


Turki dengan ekonomi dunia. Langkah awal ini diikuti oleh liberalisasi
perdagangan pada 1984, liberalisasi akun modal pada tahun 1989 dan pengakuan
atas konvertibilitas penuh Lira Turki pada tahun 1990. Dengan demikian, ekonomi
Turki telah berfungsi di bawah kondisi yang sepenuhnya terbuka, ekonomi global
sepanjang tahun 1990-an. Seperti halnya ekonomi berkembang lainnya itu telah
melewati fase-fase liberalisasi / proses globalisasi ini, motif utamanya di belakang
integrasi dengan sistem keuangan dunia yang berkembang adalah untuk
meningkatkan tabungan, pasokan kredit dan investasi, mencapai pengurangan
dalam tingkat bunga nasional yang membawanya lebih dekat ke tingkat
internasional, dan memulihkan pertumbuhan dan stabilitas. Namun, hasilnya
berubah keluar untuk benar-benar berlawanan dengan harapan. Konsekuensi besar
dari liberalisasi akun modal di negara berkembang telah terjadi eksposur yang lebih
besar terhadap serangan spekulatif dan arus keluar mendadak dari modal jangka
pendek gerakan.

20
Dengan pemberantasan kemampuan pemerintah untuk menggunakan
moneter independen, kebijakan nilai tukar dan suku bunga sebagai instrumen
makro-kebijakan utama, ini ekonomi telah dipaksa ke dalam siklus pertumbuhan
yang didorong modal spekulatif dan terperangkap suku bunga riil yang tinggi, mata
uang yang dihargai dan saldo pembayaran yang terus menerus kesulitan.
Tingkat pertumbuhan PDB riil dari ekonomi Turki melalui 1990-an, dari
mana kita dapat melacak siklus boom-and-bust mini. Di sini, setiap boom diikuti
oleh bust dipicu oleh krisis eksternal besar sepanjang 1990-an. Pada pandangan
pertama dari, seseorang dapat mengamati bahwa pengalaman pertumbuhan Turki
sepanjang 1990-an berada pada tren yang berfluktuasi, mulai 9,4 persen pada tahun
1990, menurun menjadi 0,3 persen pada 1991 dan bahkan mencapai –6,1 persen
selama krisis 1994. Berkorelasi dengan fluktuasi output adalah variasi siklus
konsumsi dan investasi. Tingkat pengeluaran publik, yang menurun 20 persen pada
tahun 1988 misalnya, tidak sembuh sampai 1996–1997. Lebih jauh, investasi
swasta tidak berkelanjutan. Puncak akumulasi modal swasta pada tahun 1993
sebesar 38,8 persen segera diikuti oleh kontraksi 1994, ketika jatuh ke tingkat
pertumbuhan -9,6 persen. Dengan demikian, seseorang dapat dengan mudah
menyetujui bahwa perluasan keseluruhan modal swasta dan publik akumulasi tidak
dapat dipertahankan sepanjang 1990-an. Observasi semacam itu telah bersamaan
dengan memburuknya panorama fiskal Ekonomi Turki sepanjang dekade ini.
Sebagai tanda kerentanan, sektor publik persyaratan peminjaman (PSBR)
sekitar 7,0 persen rata-rata antara tahun 1990 dan 1999 dan terus meningkat
setelahnya mencapai 12,1 persen pada tahun 2001. Penjelasannya adalah itu,
sementara pendapatan pemerintah meningkat menjadi 24,2 persen dari PDB pada
tahun 1999 dari awal tingkat 14,2 persen dari PDB pada tahun 1990, rasio belanja
publik naik menjadi 35,9 persen dari tingkat 17,2 persen selama periode yang sama.
Namun demikian, dengan munculnya fullfledged liberalisasi keuangan, pemerintah
memiliki peluang untuk melewati banyak hal masalah kendala likuiditasnya.
Voyvoda dan Yeldan (2015) menjelaskan bahwa keadaan ekonomi dunia
menyiratkan hal itu dapat menekan keuangan internasional, dan pembiayaan PSBR
bergantung secara eksklusif pada masalah GDI ke pasar internal - terutama untuk
sektor perbankan domestik. Pada tahun 1989, sesaat sebelum liberalisasi akun

21
modal selesai, utang domestik hanya 6,3 persen dari PDB. Kemudian tumbuh
dengan cepat dan mencapai 29,3 persen dari PDB pada tahun 1999 dan menjadi
69,2 persen pada tahun 2001. Sementara itu, pembayaran bunga atas stok utang
beredar menjadi semakin item terbesar di sisi pengeluaran dari akun publik. Itu
tingkat bunga riil pada GDI tetap di atas 20 persen selama dekade ini. Otoritas fiskal
terjebak sedemikian rupa sehingga pengeluaran yang ditargetkan pada bunga luar
biasa utang tidak dapat dikendalikan pada akhir dekade ini. Sebagai rasio terhadap
PDB, pembayaran bunga pada hutang luar biasa (domestik) mencapai 21,2 persen
pada tahun 2002.

4.4.5 Prospek ke Depan Negara Turki dalam Prespektif Islam

Pada dasarnya jika Turki menerapkan kebijakan fiskal ini sebagai langkah
tetap ataupun instrumen dasar, mungkin saja Turki akan terus berada pada titik
inflasi 6,5% dan mengendalikan aktivitas anggaran pendapatan maupun belanja
negara mereka dalam meningkatkan PDB negaranya. Namun kebijakan tersebut
terdapat hal yang melanggar prinsip kebijakan fiskal Islam, yaitu dimana sistem
pemungutan didasarkan pada perhitungan yang tidak syar’i. Saat ini negara-negara
Islam pun masih menggantungkan pendapatan negara mereka melalui pajak dan
utang. Maka tidak dipungkiri jika saat ini sulit menemui negara yang
memprioritaskan zakat sebagai pemasukan utama negara untuk pemenuhan
kebutuhan primer penduduknya.
Adapun kebijakan yang saat ini mulai diproyeksikan oleh negara Turki yaitu
perjanjian Free Trade Area, dalam rangka untuk meningkatkan investasi di negara
Turki dan juga meningkatkan ekspor kerjasama antar negara, yang jika dalam Islam
sendiri sebenarnya membebaskan perdagangan di kedua belah pihak negara
muslim, dan menerapkan kebijakan ushur terhadap penduduk kafir yang melewati
batas perdagangan dengan catatan memang mereka menetapkan lebih dulu bea
cukainya.
Jika sistem Free Trade Area pada negara-negara muslim diterapkan tentu
akan meningkatkan perekonomian pada negara-negara tersebut. Terlebih lagi jika
dilaksanakan secara nyata dan diterapkan pada negara-negara, hal ini menjadi
pendukung utama kemajuan ekonomi Islam mengingat negara-negara yang

22
tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam jumlahnya cukup banyak bahkan
ratusan.

23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Turki dibawah kepemimpinan Endorgan berusaha untuk mengatasi asalah


perekonomiannnya dengan cara yaitu salah satunya melalui kebijakan fiskal.
Kebijakan fiskal Turki adalah kebijakan ekspansif dengan rencana untuk
meningkatkan belanja pemerintah di kota-kota lokal dan manfaat kesehatan bagi
rakyat Turki. Efek yang diantisipasi dari kebijakan fiskal ekspansif akan menjaga
tingkat inflasi 6,5% sama, namun, kebijakan tersebut akan membantu mencapai
sasaran makroekonomi pengangguran rendah dan pertumbuhan tinggi dan
berkelanjutan.
Langkah-langkah fiskal yang disetujui pada akhir November termasuk
kenaikan 2pp dalam pajak korporasi, kenaikan pajak penjualan atas kendaraan,
tembakau dan minuman ringan dan penghapusan beberapa potongan pajak.
Hingga saat ini Turki sudah mengadakan perjanjian penghindaran pajak berganda
(P3B) dengan 80 negara di dunia.

5.2 Saran

Alangkah baiknya jika suatu negara apalagi negara tersebut penduduknya


bermayoritas muslim, dalam sistem dan tata pemerintahannya pun menggunakan
sistem tata pemerintahan Islam, baik dari segi perekonomiannya maupun bidang
lainnya. Karena sejatinya Islam memberikan pilihan yang terbaik untuk mengatur
manusia itu sendiri.
Mahasiswa berperan sangat besar dalam penyebaran ilmu ekonomi Islam
ini. Maka dari itu mahasiswa yang mempunyai semangat muda yang tinggi perlu
banyaknya mengkaji dan mengamalkan ilmu ekonomi Islam yang telah mereka
ketahui. Hal ini juga akan berdampak bagi kemaslahatan bersama karena sejatinya
sistem ekonomi islam dapat memberi manfaat bagi ummat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dickson. (2018, Mei 18). Profil Negara Turki (Turkey). Diambil kembali dari
https://ilmupengetahuanumum.com/profil-negara-turki-turkey/
Economic Status of Turkey. (2018, Mei 18). Diambil kembali dari
http://christinacannell.weebly.com/fiskal-policy.html
Fitch: Turkey Tightening Shows Monetary, Fiskal Policy Contrast. (2017,
Desember 15). Diambil kembali dari https://www.reuters.com/article/fitch-
turkey-tightening-shows-monetary-f/fitch-turkey-tightening-shows-
monetary-fiskal-policy-contrast-idUSFit20lc
Indonesia, K. R. (2013). Lebih Dekat dengan Pajak. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pajak.
Jalil, A. (2014). Pemikiran M. Abdul Mannan tentang kebijakan fiskal dalam
ekonomi Islam. Semarang: UIN Walisongo.
KUNCORO, O. K. (2015). PANDANGAN UMER CHAPRA TENTANG UPAYA
MENEKAN INFLASI PADA TINGKAT SANGAT RENDAH PERSPEKTIF
EKONOMI ISLAM. SEMARANG: UNIVERSITAS ISLAM WALISONGO
SEMARANG.
Mulyadi, D. (2016). PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM UMER CHAPRA.
AQLIYA Vol 10, No. 1, 14.
Nurul Huda, d. (2008). Ekonomi Makro Islam. Jakarta: KENCANA.
PROFIL PERPAJAKAN TURKI. (2016, September 15). Diambil kembali dari
https://news.ddtc.co.id/profil-perpajakan-turki-perekonomiannya-terbesar-
di-timur-tengah-7838
Syafitri, M. (2015). UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM
MENANGGULANGI PENGUNGSI SURIAH TAHUN 2014-2016. JOM
FISIP , 15.
Voyvoda, E., & Yeldan, E. (2015). Aspect of Fiskal Policy in Turkey. Diambil
kembali dari http://fessud.eu/wp-
content/uploads/2015/03/WP9_Fiskal_VoyvodaYeldan_WP-109.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai